Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori

2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan

A. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi

dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm

(Guyton, 1997)

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Dan keadaan

ibu sehat tidak dirawat obstetric buruk ukuran uterus sama atau sesuai usia

kehamilan pemeriksaan fisik dan laboratorium normal. Lamanya hamil normal

adalah 280hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

terkahir. (Saiffudin, 2006).

Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan karena

sebab pembuahan sel telur oleh sel sperma yang berlangsung selama 40 minggu

dan diakhiri dengan persalinan.

Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan atau ditinjau dari tuanya kehamilan,

yaitu:
a. Triwulan pertama antara 0 sampai 12 minggu, dalam triwulan pertama alat-alat

mulai dibentuk.

b. Triwulan kedua antara 12 sampai 28 minggu, alat-alat telah dibentuk, tetapi

alat-alat belum sempurna

c. Triwulan ketiga Antara 28 sampai 40 minggu, dimana janin yang dilahirkan

dalam triwulan terkahir telah dapat hidup (Sarwono Prawirohardjo, 2007).

Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kehamilan

adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan. Lamanya

kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dimulai dari

pembentukan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Pertumbuhan dan

perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

permulaan persalinan.

B. Tahap-tahap proses kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri

dari:

a. Ovulasi pelepasan ovum

b. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum

c. Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot

d. Terjadi nidasi (implantasi) pada uterus

e. Pembentukan plasenta

f. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba 2009).

C. Tanda dan gejala kehamilan


Tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam 2 kategori besar yaitu tanda yang

tidak pasti dan tanda-tanda kepastian hamil. Berikut ini akan diuraikan mengenai

tanda-tanda tidak pasti dan tanda-tanda pasti kehamilan.

a. Tanda yang tidak pasti (probable signs) tanda mungkin kehamilan adalah sebagai

berikut:

1. Terlambat datang bulan

Selain hamil, terlambat datang bulan bias disebabkan oleh peningkatan

atau penurunan berat badan secara drastic. Selain itu, masalah hormone,

kelelahan, setres, pil kontrasepsi, dan sedang menyusui juga bias jadi

penyebab terlambat datang bulan.

2. Mual dan muntah

Terjadi segera setelah periode menstruasi pertama tidak terjadi, banyak

kaum wanita mengalami derajat yang bervariasi dari mual, pening dan

muntah. Hal ini disebut morning sickness karena gejala lebih sering terjadi

setelah sarapan pagi. Diyakini bahwa morning sickness adalah respons awal

tubuh terhadap tingginya kadar progesterone. Gejala biasanya menghilang

pada 3 bulan walaupun kasus tertentu muntah-muntah dapat lebih lama.

3. Payudara membengkak

Beberapa ibu hamil mengalami pembengkakan dibagian payudara

mereka. Sementara itu, factor lain yang menyebabkan hal ini adalah

hormone, pil kontrasepsi, dan tanda bahwa anda akan segera menstruasi.
4. Sakit punggung

Kehamilan 3 bulan pertama ditandai dengan rasa nyeri dibagian

punggung. Sakit punggung yang dirasakan saat hamil disebabkan beberapa

ligament dipunggung anda sudah tidak ada. Sakit ini akan terus dirasai saat

berat badan anda bertambah dan selama masa kehamilan.

5. Areola menghitam

Areola merupakan bagian sekitar putting, jika menghitam, maka

seorang wanita biasanya positif hamil. Namun masalah hormone tidak

seimbang juga menjadi factor areola menghitam

6. Amenore

Bagi wanita yang mengalami menstruasi secara teratus, amenore adalah

salah satu bukti dini kehamilan terutama bila gejala gejala dini lainnya juga

terjadi

7. Frekuensi berkemih

Kongesti darah pada organ-organ pelvik meningkat sensitivitas

jaringan. Tekanan karena pembesaran uterus pada kandung kemih

menstimulasi saraf dan mentriger keinginan untuk berkemih selama

kehamilan.

8. Quickening

Quickening adalah istilah kuno yang berarti “perasaan pertama adanya

kehidupan”. Sensasi getaran ini seperti kupu-kupu terbang, yaitu dirasakan

pertama oleh ibu sekitar 22 minggu masa gestasi.

9. Tanda chadwick’s (Bercak keunguan pada vagina)


Suatu perubahan awal yang dapat terlihat pada pemeriksaan adalah

warna mukosa vagina yang menjadi ungu kebiruan karena meningkatnya

suplai darah. Bagaimana pun setiap kongesti pada pelvik dapat

menyebabkan gejala ini tidak hanya kehamilan.

10. Leukorea (keputihan)

Peningkatan sekresi vaginal disebabkan oleh efek stimulasi hormone

pada kelenjar dan peninhkatan suplai darah ke pelvik terjadi amat dini pada

kehamilan.

11. Perubahan warna kulit

Perubahan ini antara lain cohloasma yakni warna kulit kehitaman pada

dahi, punggung, hidung dan kulit daerah tulang pipi biasanya muncul pada

kehamilan usia 16 minggu.

12. Perubahan berat badan

Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena

nafsu makan menurun

13. Konstipasi

Ini terjadi karena efek relaksasi progesterone atau dapat juga karena

perubahan pola makan

b. Tanda pasti kehamilan

Adanya suatu kehamilan biasanya ditandai dengan adanya:

1. Gerakan janin dalam Rahim : terlihat/terba gerakan janin, teraba bagian-bagian

janin
2. Denyut jantung janin

a) Didingar dengan stetoskop, lenec, Dopler, alat kardografi

b) Dilihat dengan ultrasonografi (USG)

c) Pemeriksaan dengan rontgen untuk melihat kerangka janin (Ai yeyeh S.Si.

T, 2009)

D. Perubahan fisiologis yang terjadi saat kehamilan

Pada masa kehamilan, banyak perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh ibu

hamil. Perubahan-perubahan ini antara lain:

a. Perubahan pada kulit

Pada kulit terlihat adanya hyperpigmentasi karena pengaruh

melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh

kelenjar suprarenalis. Hyperpigementasi terjadi pada striae gravidarum livide

atau alba, areola mammae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah

persalinan hyperpigementasi akan menghilang.

b. Perubahan pada mamae

Perubahan ini pasti terdapat pada semua wanita hamil karena bersama-

sama dengan kehamilan mammae meyiapkan diri untuk memproduksi makanan

pokok yang nantinya akan diberikan kepada bayi setelah lahir. Perubahan pada

payudara disebabkan karena stimulasi prolactin dan HPL. Perubahan ini

meliputi mammae membesar tegang dan sakit, vena dibawah kulit mammae

membesar dan kelihatan jelas, hiperpigementasi pada areola, putting susu

makin menonjol,payudara mensekresi colostrum, biasanya setelah kehamilan ≥

16 minggu.
c. Perubahan abdomen

Abdomen akan kelihatan makin lama makin besar. Biasanya dari usia

kehamilan 4bulan membesarnya perut belum kelihatan. Setelah itu mulai

kelihatan membesar, lebih-lebih setelah kehamilan usia 5 bulan kelihtan cepat

sekali menjadi besar.

d. Uterus

Uterus mengalami perubahan pada ukuran bentuk dan konsistensi.

Uterus berubah menjadi lunak bentuknya globuler. Teraba ballotemen, tanda

ini muncul pada minggu 16-20, setelah rongga Rahim mengalami obliterasi dan

cairan amnion cukup banyak. Ballotemen adalah tanda benda terapung atau

melayang dalam cairan sebagai diagnosis banding adalah asites yang disertai

dengan kista ovarium, mioma uteri, dsb.

Uterus yang semula besarnya 30 gram akan menjadi 1000 gram pada

akhir kehamilan. Otot Rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi

lebih besar dan lunak.

e. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum gravidarum

sampai terbentuknya placenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus

luteum gravidarum berdiameter kira-kira 3cm lalu ia mengecil setelah placenta

terbentuk.

f. Sistem respirasi
Diafragma terdesak karena dorongan Rahim yang membesar pada umur

23 minggu. Sebagai kompensasinya ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar

20% sampai 25% dari biasanya.

g. Sistem pencernaan

Karena pengaruh dari estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat

yang menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), lambung

terasa panas, mual dan pusing terutama pagi hari (morning sickness), muntah

(emesis gravidarum), obstipasi karena pengaruh progesterone.

h. Metabolisme

Kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan

memberikan ASI perubahan diantaranya, metabolism basal nail, penurunan

keseimbangan asam basa, meningkatnya kebutuhan protein, kebutuhan kalori,

dan kebutuhan mineral (kalsium, fosfor, zat besi, air), dan bertambahnya berat

badan ibu.

E. Faktor resiko pada kehamilan

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2. Anak lebih dari 4.

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.

4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,

atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.

5. Anemia dengan haemoglobin <11 g/dl.


6. Tinggi badan <145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang

belakang.

7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.

8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: TB, kelainan jantung-

ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (DM, SLE, dll), tumor dan keganasan.

9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, KET, mola hidatidosa, KPD,

bayi cacat kongenital.

10. Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan dengan SC, ekstraksi

vacum/forcep.

11. Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan post partum, infeksi masa nifas,

post partum blues.

12. Riwayat keluarga menderita penyakit DM, hipertensi, dan riwayat cacat

kongenital.

13. Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dampit, monster.

14. Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar.

15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada UK >32

minggu.

F. Tanda-tanda bahaya kehamilan

a. Tanda-tanda dini bahaya kehamilan muda

1) Perdarahan pervagina masa hamil muda

2) Abortus : imminens, insipiens, inkomplitus, tertunda, habitualis,

febrilis.
3) Kehamilan ektopik : merupakan kehamilan yang berbahaya bagi

seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi

wanita tersebut.kehamilan ini terjadi diluar Rahim, tempat tempat

implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi

tersering), ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum cardinal.

b. Tanda-tanda bahaya kehamilan pada kehamilan lanjut adalah:

1) Perdarahan pervaginam

2) Sakit kepala yang hebat

3) Pandangan kabur

4) Nyeri abdomen yang hebat

5) Bengkak pada muka atau tangan

6) Bayi kurang bergerak seperti biasa (Ai yeyeh S.SiT, 2009)

.2.1.2 Konsep Dasar Abortus

A. Definisi Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup

diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000gram atau umur

kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992)

Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia

16 minggu san 28 minggu dan memiliki berat badan 400-1000 gram, tetapi

jika terdapat fetus hidup dibawah 400gram itu dianggap keajaiban karena

semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat

hidup terus (Amru Sofian, 2012).


Menurut Wong & Ferry (1998), abortus adalah terminasi dari kehamilan

sebelum viabilitas fetus tercapai (viabilitas dicapai sekitar 20-40 minggu)

dengan berat fetus belum 500 gram. Sedangkan menurut Derek Liewollyin

dan Jones (2002), abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai beratnya

kurang dari 500 gram.

Definisi abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun

sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika definisi ini terbatas pada

terminasi kehamilan sebelum 20minggu didasarkan pada tanggal haid pertama

normal terakhir. Definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-

nenonatus yang beratnya kurang dari 500 g.

Abortus atau keguguran adalah terhentinya proses kehamilan sebelum

fetus atau janin mampu hidup diluar kandungan ibunya dengan atau tanpa alat

bantu. Lama waktu yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang didalam

Rahim oleh fetus agar mampu bertahhan hidup diluar kandungan bervariasi.

Ada juga yang menganggap kehamilan yang berhenti di bawah umur

kehamilan 20minggu sebagai abortus dini dan yang berhenti antara umur

kehamilan 20 sampai 28 minggu abortus lambat. Bagi kehamilan yang terhenti

antara umur 20 sampai 28 minggu disebut juga partus immaturus. Partus

immaturus di golongkan kepada abortus, sebab secara praktis jarang hidup

terutama ditempat yang masih serba kekurangan.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai

berat 500g atau umur kehamilan kurang dari 22minggu atau buah kehamilan

belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Sarwono, 2008).


Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi

kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500g (Murray, 2002).

B. Etiologi

Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:

1. Etiologi dari keadaan patologis

Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan

keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-

sebab abortus spontan yaitu :

a. Faktor Janin

Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan

kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin

hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari

ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu

bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar

kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus

adalah :

1) Kelainan kromosom

Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi

terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom terjadi

pada abortus trisemester pertama yang disebabkan oleh nondisjuntion atau


inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X (45, X)

merupakan kelainan kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi

perempuan hidup (sindrom Turner).

2) Mutasi atau faktor poligenik

Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu aborsi

aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena

adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural kromosom atau pun

komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada

umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung

aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan

beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan. (Williams,2006)

b. Faktor ibu

Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :

1) Infeksi yang terdiri dari :

a) Infeksi akut

 Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.

 Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

 Parasit, misalnya malaria.

b) Infeksi kronis

 Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


 Tuberkulosis paru aktif.

2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

3) Penyakit kronis, misalnya :

 hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,

 nephritis

 diabetes angka abortus dan malformasi congenital meningkat

pada wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan

derajat control metabolic pada trisemester pertama.

 anemia berat

 penyakit jantung

 toxemia gravidarum yang beratà dapat menyebabkan

gangguan sirkulasi pada plasenta

4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga

menyebabkan hiperemia dan abortus

5) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)

c. Pemakainan obat dan faktor lingkungan

1) Tembakau

merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang

merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat dobandingkan

wanita yang tidak merokok.


2) Alkohol

abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol selama

8 minggu pertama kehamilan.

4) Kafein

konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak

sedikit meningkatkan abortus spontan

5) Radiasi

6) Kontrasepsi

alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden

abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.

7) Toxin lingkungan

pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang

menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun

terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena dan etilen oksida

dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982)

d. Faktor Imunologi

1) Autoimun

2) Alloimun

e. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan

abortus.(william,2006)

1. Etiologi non-patologis

misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang bersangkutan

C. Patofisiologi Abortus

Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau

seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin

kekurangan nutrisi dan O2 , pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan

seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai

penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut

karena kontraksi Rahim, terjadi pendarahan, dan disertai pengeluaran seluruh

atau sebagian hasil konsepsi.

Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya;

a. sedikit sedikit dan berlangsung lama

b. sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan

c. akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun dapat menimbulkan

syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis, dan daerah ujung

(akral) dingin.
D. Klasifikasi Abortus

a) Berdasarkan kejadian

1. Abortus spontan

Terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri

2. Abortus buatan

Sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhir. Upaya menghilangkan

konsepsi dapat dilakukan berdasarkan:

3. Indikasi medis

Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk mnyelamatkan ibu.

Indikasi tersebut diantaranya adalah:


a. Penyakit jantung

b. Ginjal

c. Penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi

d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam Rahim

4. Indikasi social

Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social:

a. menginginkan jenis kelamin tertentu

b. tidak ingin punya anak

c. jarak kelahiran terlalu pendek

d. kehamilan yang tidak diinginkan

e. belum siap untuk hamil

b.) Berdasarkan pelaksanaannya

 Abortus buatan terapetik

Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan indikasi

medis

 Abortus buatan illegal

Dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum

c.) Menurut (Buku Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda

Nic-Noc 2015; Buku Asuhan Keperawatan Maternitas)

Abortus dibagi menjadi:

1) Abortus spontan
Terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun

medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.

2) Abortus provakatus

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun

dengan alat-alat abortus. Abortus ini terbagi lagi menjadi :

 Abortus Medisianalis (Abortus Therapeutica)

adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila

kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan

indikasi medis).

 Abortus kriminalis

Adalah abortus yang tejadi oleh karena tindakan-tindakan yang

tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

3) Abortus Imminens

Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa

adanya dilatasi serviks.

4) Abortus Insipiens

Adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi

hasil konsepsi masih dalam uterus.

5) Abortus Inkompletus
Adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus.

6) Abortus kompletus

Adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan

7) Abortus Servikalis

Adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium

uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya

terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang

lebih bundar dengan dinding menipis.

8) Missed Abortion

Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati

itu tidak dikeluarkan selama 8minggu atau lebih.

9) Abortus Habitualis

Adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3kali atau

lebih.

2.1.3 Konsep Dasar Abortus Inkompletus

A. Definisi Abortus Inkompletus

Abortus inkompletus adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi

masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis

servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa

banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan

sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus

(Saifuddin, 2002).

Abortus Inkomplet adalah janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama

dengan plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi

sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan

terpisah. Bila plasenta seluruhnya / sebagian tetap tinggal dalam uterus maka

bisa menimbulkan perdarahan. (Obstetri Williams, Edisi 18, hal 581-582)

Abortus inkompletus adalah perdarahan pada kehamilan muda di mana

sebagian dari hasil konsepsi sudah keluar dari kavum uteri melalui kanalis

servikalis (Prawirohardjo, 2009:148)

Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa abortus

inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi yang ditandai dengan

adanya perdarahan pada kehamilan muda, dimana sebagian hasil konsepsi telah

keluar berupa jaringan. Brusaha mengeluarkannya dengan mengadakan

kontraksi.

B. Gejala Klinis Abortus Inkompletus (Manuaba, 2007).

a. Nyeri hebat

b. Perdarahan banyak
c. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih

berada di dalam uterus

d. Pemeriksaandalam:

1) Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa

2) Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam

e. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan

f. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat

dipertahankan. (https://tiara3arza.wordpress.com di akses pada tanggal 15

oktober 2015 pukul 21:30 WIB)

C. Penatalaksanaan Abortus Inkompletus

a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2mg intramuscular atau misoprostol 400mcg per

oral.

b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang

16minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual.

Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum

manual tidak tersedia. Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri

ergometrin 0,2mg intramuscular (diulang setelah 15menit bila perlu) atau

misoprostol 400mcg per oral (dapat diulang setelah 4jam bila perlu)

c. Jika kehamilan lebih 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500ml

cairan intravena dengan kecepatan 40 TPM sampai terjadi ekspulsi hasil


konsepsi. Jika perlu berikan misoprostol 200mcg per vaginam setiap 4jam

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (max 800mcg). Evaluasi sisa hasil

konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

d. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan

NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan transfuse

darah

e. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan

f. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular untuk

mempertahankam kontraksi otot uterus

g. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi

h. Bila tak ada tanda – tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin

500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)

i. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.

j. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi

darah dan cairan yang cukup.

k. Pemberian antibiotika yang cukup tepat

 Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam

 Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam

 atau antibiotika spektrum luas lainnya

l. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila

terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk

mengeluarkan hasil konsepsi.


m. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan

kemajuan penderita.(Prawirohardjo,2006).

D. Komplikasi Abortus Inkompletus

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus

provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya

perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya

perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.

3. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat ( syok endoseptik).

4. Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang

merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu

staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,

Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas

vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci,


staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides

sp, Listeria dan jamur.

2.1.4 Konsep Dasar Kuretase

A. Definisi Kuretase

Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat

kuratase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuratase, penolong harus

melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks

dan besarnya uterus gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan

misalnya perforasi (Harnawatiaj, 2008).

Prosedur kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang

melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi

instrument (sendok kuretase) kedalam kavum uteri. Sendok kuret akan

melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara sistematik

(Prawirohardjo, 2009).

B. Tujuan kuretase

1. Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim

Yaitu mengambil sedikit jaringan lapis lendir rahim, sehingga dapat

diketahui penyebab dari perdarahan abnormal yang terjadi misalnya

perdarahan pervaginam yang tidak teratur, perdarahan hebat, kecurigaan akan

kanker endometriosis atau kanker rahim, pemeriksaan kesuburan/ infertilitas.

2. Kuret sebagai terapi

Yaitu bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada keguguran

kehamilan dengan cara mengeluarkan hasil kehamilan yang telah gagal


berkembang, menghentikan perdarahan akibat mioma dan polip dengan cara

mengambil mioma dan polip dari dalam rongga rahim, menghentikan

perdarahan akibat gangguan hormon dengan cara mengeluarkan lapisan dalam

rahim misalnya kasus keguguran, tertinggalnya sisa jaringan plasenta, atau

sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proses persalinan, hamil anggur,

menghilangkan polip rahim (Damayanti, 2008).

C. Persiapan sebelum kuretase

Konseling pra tindakan:

a. Inform consent

b. Menjelaskan kepada pasien tentang masalah yang sedang dialami

c. Menerangkan kepada pasien tentang kuret yang akan dilakukan

d. Memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan

D. Pemeriksaan sebelum kuretase

a. USG

b. Mengukur tensi dan Hb darah

c. Menghitung pernafasan

d. Memastikan pasien dalam keadaan sehat

E. Persiapan tindakan

a) Mengosongkan kandung kemih

b) Membersihkan genetalia eksterna

c) Membantu pasien naik ke Kasur ginek

d) Pemasangan infuse cairan sebagai profilaksis


e) Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan

f) Cek pendarahan

F. Persiapan alat-alat kuret dan obat-obatan

a. Alat tenun, terdiri dari:

1. Baju operasi

2. Laken

3. Doek kecil,

b. Alat-alat kuretase

 Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran S/M/L)

 Sonde penduga uterus

a. Untuk mengukur kedalaman rahim

b. Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina

 Cunam muzeus atau cunam porsio

 Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar

 Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 set)

 Cunam tampon satu buah

 Kain steril dan handscoon 2 pasang

 Tenakulum 1 buah

 Kom

 Lampu sorot

 Larutan antiseptik

 Tensimeter, stetoskop, sarung tangan DTT

 Set infus, aboket, cairan infus


 Kateter karet 1 buah

 Spuit 3 cc dan 5 cc

 Pinset dan klem

 Meja instrument

 AVM kit (tabung, adaptor, kanula)

 Tenakulum (1 buah)

 Menyiapkan alat kuret AVM

 Oksigen dan regulator (Yara, 2011).

G. Komplikasi dilakukannya tindakan kuretase

a. Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada

kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus yang dapat menjurus ke

rongga peritoneum, ke ligatum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu

letak uterus harus ditetapkan terlebih dahulu dengan seksama pada awal

tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan yang berlebihan.

Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret

keluar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar.

Bahaya perforasi adalah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi

perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan

seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan

suhu, turunnya hemoglobin dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan

atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan

dengan segera.
b.Perlekatan dalam kavum uteri

Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-

sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan

sampai terkerok, karena hal itu dapat menyebabkan terjadinya perlekatan

dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada

suatu tempat apabila ditempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu

lembut lagi.

c.Perdarahan

Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya

perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi

darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kassa kedalam uterus

dan vagina (Prawirohardjo, 2007).

2.1.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abortus

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan

oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan

dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan

yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan

yang telah diberikan dengan berfokus pasa klien, berorentasi pada tujuan pada

setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan. ( Hidayat,

2004. 95)
Proses keperawatan memiliki serangkaian langkah yang secara garis

besar sama dengan langkah – langkah pemecahan masalah, dimana sebagai ahli

keperawatan menyebutkan ada empat tahap dalam proses keperawatan

sedangkan sebagian lain menyebutkan ada lima tahap (Asmadi, 2008 : 167).

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan tahapan lima

proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, serta implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan

perawatan bagi klien.

a) Pengumpulan Data Pada Ibu

1. Identitas :

Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,

agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada

umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang

dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.


b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang adalah pengembangan dari keluhan

utama dan harus mengandung unsur PQRST. P (Paliatif) adalah hal-hal

yang memperberat dan memperingan masalah keluhan yang dirasakan,

Q (Quality) adalah gambaran dari keluhan yang dirasakan klien

contohnya nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris atau ditusuk-tusuk. R

(Regional) adalah area atau lokasi keluhan yang dirasakan, S (Scale)

yaitu tingkatan dari keluhan yang dirasakan, dalam hal ini adalah derajat

kesakitan (skala nyeri 0-5) dan T (Time) yaitu waktu timbulnya keluhan

atau lamanya keluhan.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Yang harus dikaji dalam tahap ini yaitu mengenai penyakit yang

pernah diderita oleh klien, pengobatan yang dijalani sebelumnya, pernah

di operasi, apakah mempunyai penyakit turunan atau menular.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut

dapat diidentifikasimengenai penyakit turunan dan penyakit menular

yang terdapat dalam keluarga.

3. Riwayat Ginekologi

(1)Riwayat menstruasi
Meliputi Menarche, lama haid, siklus haid, sifat darah, ada

atau tidaknya dismenarche, HPHT dan taksiran partus. Pada klien

dengan cephalo pelvic disproportion tidak ada gangguan pada

riwayat menstruasi.

(2)Riwayat Perkawinan

Usia ketika nikah, pernikahan keberapa, jarak antara

pernikahan dan kehamilan ini.

(3)Keluarga Berencana.

Alat kontrasepsi yang pernah digunakan, berapa lama

digunakan, alasan penggunaan, anjuran siapa, keluhan selama

penggunaan.

4. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya

terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan

penghidung. Hal yang di inspeksi antara lain :

 mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi,

lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan

kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan

ekstremitas,

 Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan

hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva


b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh

dengan jari.

 Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,

derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan

kontraksi uterus. Suhu badan normal atau meningkat

 Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor. Denyut nadi normal atau cepat dan kecil

 Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon

nyeri yang abnormal

c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada

permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ

atau jaringan yang ada dibawahnya.

 Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.

 Menggunakan palu pekusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut

apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan

stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang

terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan

darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin. Tekanan darah normal atau menurun (Johnson &

Taylor, 2005 : 39)

B. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul adalah sbb:

1. Kurangnya volume cairan b.d kehilangan vascular dalam jumlah

berlebih

2. Perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia

3. Ketakutan b.d ancaman kematian pada diri sendiri dan janin

4. Nyeri b.d dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus

5. Risiko tinggi infeksi b.d penahanan hasil konsepsi

C. Intervensi keperawatan

1. Diagnosa 1 : Kurangnya volume cairan b.d kehilangan vascular dalam

jumlah berlebih

Kriteria hasil:

Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang

dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat,

sensorium tepat, serta pengeluaran berat jenis urine adekuat secara

individual.

Intervensi Rasional

Mandiri :
1. evaluasi, laporkan, serta catat 1. perkirakan kehilangan darah

jumlah dan sifat kehilangan darah, membantu membedakan diagnosis.

lakukan perhitungan pembalut, Setiap gram peningkatan berat

kemudian timbang pembalut. pembalut sama dengan kehilangan

1ml darah

2. lakukan tirah baring, instruksikan 2.perdarahan dapat berhenti dengan

ibu untuk menghindari valsava reduksi aktivitas. Peningkatan

maneuver atau posisi semifowler tekanan abdomen atau orgasme dapat

merangsang perdarahan

3.posisikan ibu dengan tepat, 3. menjamin keadekuatan darah yang

telentang dengan panggul tersedia untuk otak, peninggian

ditinggikan atau semifowler panggul menhindari kompresi vena

kaya.

4.pantau aktivitas uterus, status janin, 4. membantu menentukan sifat

dan adanya nyeri tekan pada hemoragindan kemungkinan akibat

abdomen dari peristiwa hemoragi

5.hindari pemeriksaan rektal atau 5. dapat meningkatkan hemoragi

vagina

6.pantau masukan/keluaran caira. 6. menentukan luasnya kehilangan

Dapatkan sampel urine setiap jam, cairan dan menunjukan perfusi ginjal

ukur berat jenis


7.Auskultasi bunyi napas 7. bunyi napas adventitus

menunjukan

ketidaktepatan/kelebihan pergantian

8.simpan jaringan atau hasil konsepsi 8.dokter perlu mengevaluasi

yang keluar kemungkinanretensi jaringan

histologi mungkin diperlukan

Kolaborasi:

9.dapatkan pemeriksaan darah cepat: 9.menentukan jumlah darah yang

HDL jenis dan pencocokan silang, hilang dan dapat memberikan

titer Rh, kadar fibrinogen, hitung informasi mengenai penyebab harus

trombosit,APTT, dan kadar LCC dipertahankan diatas 30% untuk

mendukung transport oksigen dan

nutrien

10.pasang kateter 10.haluaran kurang dari 30ml/jam

menandakan penurunan perfusi

ginjal dan kemungkinan terjadinya

nekrosis tubuler

11.penggantian larutan intravena, 11.meningkatkan volume darah

ekspander plasma,darah lengkap,atau sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala

sel-sel kemasan sesuai indikasi syok.

2. Diagnosa 2: perubahan perfusi jaringan b.d hypovolemia


Kriteria hasil: perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan denyut

jantung janin (DJJ) dala batas normal

Intervensi rasional

Mandiri:

1.Perhatikan status fisiologis ibu, 1.Kejadian perdarahan potensial

status sirkulasi, dan volume darah merusak hasil kehamilan.

Kemungkinan menyebabkan

hypovolemia atau hipoksia

uteroplasenta

2.Auskultasi dan laporkan 2.Mengkaji berlanjutnya hipoksia

DJJ,Catat bradikardi atau takikardi. janin pada awalnya janin

Catat perubahan pada aktivitas berespons pada penurunan kadar

janin. oksigen dengan takikardi dan

peningkatan gerakan. Bila tetap

deficit bradikardi dan penurunan

aktivitas terjadi

3.Catat kehilangan darah ibu 3.Bila kontraksi uterus disertai

karena adanya kontraksi uterus. dilatasi serviks, tirah baring dan

medikasi mungkin tidak efektif

dalam mempertahankan

kehamilan. Kehilangan darahibu


secara berlebihan menurunkan

perfusi plasenta

4.Catat tinggi fundus ibu 4.Menghilangkan tekanan pada

vena kava inferior dan

meningkatkan sirkulasi

plasenta/janin dan pertukaran

oksigen

5.Anjurkan tirah baring pada posisi 5.Meningkatkan ketersediaan

miring oksigen untuk janin.

Kolaborasi:

6.Berikan suplemen oksigen pada 6.Mengevaluasi dengan

ibu. Lakukan sesuai indikasi menggunakan Doppler respons

DJJ terhadap gerakan janin,

bermanfaat dalam menentukan

janin,bermanfaat dalam

menentukan janin apakah janin

dalam keadaan asfiksia

7.Ganti kehilangan darah/cairan 7.Memepertahankan volume

ibu sirkulasi yang adekuat untuk

transport oksigen. Hemoragi

maternal memengaruhi transport

oksigen uteroplasenta secara


negative, menimbulkan

kemungkinan kehilangan

kehamilan atau memburuknya

status janin.

8.Bantu dengan ultrasonografi dan 8.Menentukan maturasi janin dan

amnionsentesis usia gestasi. Membantu

menentukan viabilitas dan

perkiraan hasil secara realitas.

9.Dapatkan tes darah ibu untuk 9.Membedakan darah ibu dari

mengevaluasi serum ibu, darah Hb darah janin dalam cairan amnion

atau produk lavase lambung menunjukan implikasi terhadap

pemberian oksigen serta

kebutuhan ibu terhadap injeksi

immunoglobulin Rh (RhlgG) bila

kelahiran terjadi

10.Siapkan ibu untuk intervensi 10.Pembedahan perlu dilakukan

bedah dengan tepat bila terjadi di pelepasan plasenta

yang berat atau bila perdarahan

berlebih, terjadi penyimpanan

oksigen janin, dan kelahiran

melalui vagina tidak mungkin

seperti pada kasus plasenta previa


total, dimana pembedahan perlu

diindikasikan untuk

menyelamatkan hidup janin.

3. Diagnosis 3: Ketakutan b.d ancaman kematian pada diri sendiri dan

janin.

Kriteria hasil: ibu mendiskusikan ketakutan mengenai diri janin dan

masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan

tidak sehat.

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.Diskusikan tentang situasi dan 1.Memberikan informasi

pemahaman tentang situasi tentang reaksi indiividu

dengan ibu dan pasangan terhadap apa yang terjadi

2.Pantau respons verbal dan 2.Menandai tingkat rasa takut

nonverbal ibu dan pasangan yang sedang dialami ibu/

pasangan.

3.Dengarkan masalah ibu 3.meningkatkan rasa control

dengan saksama terhadap situasi dan

memberikan kesempatan pada

ibu untuk mengembangkan

solusi sendiri
4.Berikan informasi dalam 4.Pengetahuan akan membantu

bentuk verball dan tertulis serta ibu untuk mengatasi apa yang

beri kesempatan klien untuk sedang terjadi dengan lebih

mengajukan pertanyaan. efektif.

5.Libatkan ibu dalam 5.Menjadi amampu melakukan

perencanaan dan berpartisipasi sesuatu untuk membantu

dalam perawatan sebanyak mengontrol situasi sehingga

mungkin. dapat menurunkan rasa takut

6.Jelaskan prosedur dan arti 6.Pengetahuan dapat membantu

gejala menurunkan rasa takut dan

meningkatkan rasa control

terhadap situasi.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah

direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

TIndakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan

analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga

kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan

oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi

keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak

dicapai.

Anda mungkin juga menyukai