Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) telah menjadi salah satu


penyebab masalah di dunia bidang kesehatan saat ini, terutama pada anak-anak.
Infeksi tersebut memiliki penyebaran yang mudah dan menyebabkan tingkat
morbiditas, mortalitas dan perawatan rumah sakit yang tinggi. Berdasarkan data
dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, ISPA telah menyebabkan
1,8 juta kematian pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun. Salah satu faktor
risiko dari ISPA, terutama pada bagian atas pernafasan, adalah perubahan cuaca
dan berhubungan dengan siklus penyebab infeksi (Ramaekers et al., 2017).

Di Indonesia, insidensi ISPA mencapai 6 juta kasus setiap tahunnya,


yang mana 7-13% diantaranya merupakan kasus berat hingga membutuhkan
perawatan di rumah sakit. ISPA juga merupakan penyakit penyebab kematian pada
bayi yang paling sering terjadi. Berdasarkan dari Riset Kesehatan dasar 2013
(RISKESDAS 2013), prevalensi nasional ISPA mencapai 25% dan terdapat
beberapa daerah dengan prevalensi ISPA yang tinggi seperti Nusa Tenggara Timur
(41,7%), Papua (31,1%), Nanggroe Aceh Darussalam (30%), Nusa tenggara Barat
dan Jawa Timur (28,3%) (Dongky and Kadrianti, 2016).

Pada anak-anak, kejadian ISPA bagian atas umumnya terjadi selama 1-


3 hari. Anak-anak yang berusia dibawah 2 tahun dapat mengalami infeksi hingga
mencapai 6 kali dalam setahun. Penyebab terjadinya common cold tidak dapat
diidentifikasikan secara pasti, namun berdasarkan siklus musiman, 24-52% dari
kasus dapat diakibatkan dari infeksi rhinovirus (Allan and Arroll, 2014). Pada anak-
anak, ISPA pada bagian atas dapat didiagnosis sebagai common cold yang gejala
umumnya adalah pilek dan batuk yang biasa terjadi pada musim dingin (di negara
4 musim) atau pada musim hujan (di negara 2 musim) (Worrall, 2011).

1
RINGKASAN KASUS

I. IDENTITAS

A. Anak

Nama : RFK

Umur : 3 Bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Bangmalang Cepit RT 06 Pendowoharjo Bantul

No RM : 039405

Tanggal diperiksa : 28 November 2018

B. Orang Tua

Nama Ayah : TS

Umur Ayah : 33 Tahun

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Sri Murdiyanti

Umur Ibu : 32

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara aloanamnesis terhadap ayah dan ibu pasien. Pasien
datang dengan keluhan utama batuk dan pilek. Batuk dirasakan sejak 1 hari yang
lalu dengan frekuensi jarang. Keluhan demam disangkal. Tidak ada terapi obat
ataupun suplemen yang diberikan sebelumnya. Keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit serupa.

2
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dengan jarak dengan anak
pertama 9 tahun dan anak kedua 7 tahun. Pasien lahir secara section caesarea
karena plasenta previa dengan umur kehamilan 37 minggu dan berat lahir 3350 g.
Pasca persalinan pasien dirawat 5 hari di rumah sakit karena mengalami napas
cepat.

Selama ini pasien hanya menerima ASI eksklusif dari ibunya dengan frekuensi
cukup banyak. Riwayat imunisasi pasien baru mendapat vaksin BCG saat usia 8
hari. Pasien diketahui pernah berkontak dengan tetangganya yang menderita batuk
dan pilek. Pasien tinggal dirumah dan diasuh ibu sendiri. Kondisi lingkungan rumah
dan sekitar terjaga kebersihanya walaupun padat penduduk. Ayah pasien adalah
perokok.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Kesan umum pasien tampak sehat dengan sedikit lebih gemuk dan tidak terlihat
kesakitan. Pasien datang dalam keadaan compos mentis, dengan usia 3 bulan dan
suhu 36° C. Hasil pemeriksaan antropometri pasien didapatkan berat badan 7,2 kg.
Hasil dari auskultasi pada dada pasien didapatkan hasil vesikuler. Secara
keseluruhan pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil bayi tampak normal.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan namun dokter memberikan pilihan


fisioterapi dengan penghangatan di bawah sinar inframerah untuk menangani
penyakit pada bayi karena cuaca yang dingin. Poli fisioterapi terdapat pada 1
puskesmas.

V. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis yang diberikan oleh dokter adalah common cold. Diagnosis banding
adalah sinusitis dan rhinositis.

VI. TERAPI

3
Tidak ada terapi yang diberikan oleh dokter. Dokter hanya memberi edukasi berupa
menunda imunisasi, menjemur bayi pada pagi hari, melanjutkan konsumsi ASI,
melakukan fisioterapi.

4
PEMBAHASAN

I. Kesesuaian penegakan diagnosis dengan referensi terkini

Diagnosis yang dapat ditegakkan dapat dilihat dari aktivitas nafas bayi
dengan melihat adanya batuk, pilek, nafas mulut ataupun demam. Tanda-tanda yang
mesti diperhatikan ketika dilakukan pemeriksaan fisik adalah adanya nafas cepat,
tarikan dada, stridor dan tanda bahaya lainnya. Karena penyakit common cold
sering ditemukan pada anak-anak dan dapat sembuh sendiri, maka pemeriksaan
laboratorium tidak perlu dilakukan.(World Health Organization Indonesia, 2009)

II. Kesesuaian pemberian penatalaksanaan dengan referensi terkini

Tatalaksana pada anak yang terdiagnosis dengan common cold dapat


dilakukan dengan rawat jalan. Selama di rumah, perawatan yang dilakukan dapat
sering konsumsi minuman hangat manis dan berada di ruangan hangat karena suhu
dingin dapat menstimulus reaksi pilek pada hidung. Pemberian obat-obatan seperti
antihistamin dan antibiotik tidak dianjurkan karena tidak efektif.(World Health
Organization Indonesia, 2009)

Pada pasien, dokter memberikan terapi dengan penghangatan pada tubuh


yang dilakukan oleh fisioterapis. Berdasarkan Cochrane Review, penggunaan
penghangat sebagai terapi common cold tidak terlalu efektif, namun dapat
mencegah bentuk keparahan dari gejala simtomatik pasien yaitu pilek pada pasien.
Penggunaan dari penghangat juga tidak memberikan efek samping bagi pasien
sehingga sering direkomendasikan sebagai terapi pada pasien common cold.(Singh,
2017)

III. Edukasi dan pencegahan yang dapat diberikan kepada pasien

Pada ibu pasien, dokter merekomendasikan untuk sering berada di luar


ruangan yang memiliki temperatur yang hangat. Pada ruangan atau lingkungan
yang hangat, gejala common cold dapat berkurang karena terjad pembebasan jalur
nafas pada hidung yang tersumbat. Meskipun aktivitas berada di ruangan hangat
dalam beberapa penelitian masih dianggap memiliki evidence-based medicine yang

5
lemah, namun pada pasien dapat membantu meringankan gejala karena dapat
menurunkan vasokontriksi aliran darah pada hidung menurunkan aktivitas
persarafan simpatis sehingga pasien merasa kondisi lebih baik.(Sanu and Eccles,
2008)

6
SKRINING / PEMERIKSAAN
PERKEMBANGAN ANAK MENGGUNAKAN
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah


untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,24,
30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining
tersebut, minta ibu dating kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk
skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur
skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat
yang lebih muda.

Alat / instrument

 Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang


kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak
umur 0-72 bulan.
 Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis,
kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

Cara menggunakan KPSP

 Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.


 Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh :
bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi

7
3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
 Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
 KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah
bayi makan kue sendiri?”
 Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi
anda telentang, tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk.”
 Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
 Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
 Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi hasil KPSP :

 Hitunglah berapa jawaban Ya.


o Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa
atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
o Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh
anak tidak tahu.
 Jumlah jawaban Ya
o 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S)
o 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

8
o 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
 Untuk Jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut
jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan Bahasa,
sosialisasi dan kemandirian)

KPSP pada bayi usia 3 bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK

1 Pada waktu bayi telentang, apakah masing- Gerak kasar


masing lengan dan tungkai bergerak
dengan mudah? Jawab TIDAK bila salah √
satu atau kedua tungkai atau lengan bayi
bergerak tak terarah/tak terkendali.
2 Pada waktu bayi telentang apakah ia Sosialisasi
melihat dan menatap wajah anda? dan √
kemandiria
n
3 Apakah bayi dapat mengeluarkan suara- Bicara dan

suara lain (ngoceh), disamping menangis? bahasa
4 Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat Gerak halus
mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri ke
tengah?

5 Pada waktu bayi telentang, apakah. Ia dapat Gerak halus


mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari satu sisi
hampir sampai pada sisi yang lain?

9
6 Pada waktu anda mengajak bayi berbicara Sosialisasi
dan tersenyum, apakah ia tersenyum kembali &
kepada anda? kemandiria
n

7 Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, Gerak kasar


apakah ia dapat mengangkat kepalanya
seperti pada gambar ini?

8 Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, Gerak kasar


apakah ia dapat mengangkat kepalanya
sehingga membentuk sudut 45° seperti pada
gambar ?

9 Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, Gerak kasar


apakah ia dapat mengangkat kepalanya
dengan tegak seperti pada

gambar?

10
10 Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak Bicara dan
digelitik atau diraba-raba? bahasa

Kesimpulan:

Jumlah jawaban “Ya” adalah 10, yang menunjukan perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembanganya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Allan, G. M. and Arroll, B. (2014) ‘Prevention and treatment of the common cold:
making sense of the evidence’, Canadian Medical Association Journal,
186(3), pp. 190–199. doi: . DOI:10.1503 /cmaj.121442.

Dongky, P. and Kadrianti, D. (2016) ‘Faktor risiko lingkungan fisik rumah dengan
kejadian ispa balita di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar’, UJPH
Unnes Journal of Public Health, 5(4). doi:
10.1097/gme.0b013e3181967b88.

Ramaekers, K. et al. (2017) ‘Prevalence and seasonality of six respiratory viruses


during five consecutive epidemic seasons in Belgium’, Journal of Clinical
Virology. Elsevier, 94(March), pp. 72–78. doi: 10.1016/j.jcv.2017.07.011.

Sanu, A. and Eccles, R. (2008) ‘The effects of a hot drink on nasal airflow and
symptoms of common cold and flu’, Rhinology, 46(4), pp. 271–275. doi:
10.1039/C5SC02819A.

Singh, M. (2017) ‘Heated , humidified air for the common cold ( Review )’,
Cochrane Database of Systematic Reviews, (8). doi:
10.1002/14651858.CD001728.pub6.www.cochranelibrary.com.

World Health Organization Indonesia (2009) Pedoman pelayanan kesehatan anak


di rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa,
Tim Adaptasi Indonesia.

Worrall, G. (2011) ‘Diagnosing ARIs Series’, Canadian Family Physician, 57, pp.
1289–1290. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3215607/pdf/0571289.pdf
.

12
LAMPIRAN

Gambar 1. Kondisi bayi saat pemeriksaan KPSP

Gambar 2. Kondisi PUSKESMAS SEWON 1

13
Gambar 3. Foto bersama dokter pembimbing

14

Anda mungkin juga menyukai