RHINOFARINGITIS AKUT
DEPARTEMEN PEDIATRIK
Blitar
Oleh :
TRI RAHAYU ZULFIKRIYAH
NIM. 160070301111032
2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari rhinofaringitis yaitu:
a. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
- Rhinovirus
- Coronavirus
- Virus influenza
- Virus parainfluenza
- Adenovirus
- Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
- Coxsackievirus A
- Cytomegalovirus
- Virus Epstein-Barr
- HIV
b. Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab rhinofaringitisyaitu:
- Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada
rhinofaringitisakut
- Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15
tahun, namun jarang menyebabkan rhinofaringitispada anak usia <3 tahun.
- Streptokokus grup C dan G
- Neisseria gonorrheae
- Corynebacterium diphtheriae
- Corynebacterium ulcerans
- Yersinia enterocolitica
- Treponema pallidum
- Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan
komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.
3. PATOFISIOLOGI
Pada rhinofaringitisyang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian
cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi,
pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning,
putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral,
menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus
dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki
struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam
rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut
glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks
antigen-antibodi.
4. GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala rhinofaringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a. Virus
- Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Rhinofaringitis yang
disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
- Gejala lain dari rhinofaringitispenyebab virus yaitu demam yang tidak
terlalu tinggi dan sakit kepala ringan.
- Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak
terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
- Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan
biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
- Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan
eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
- Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat
ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
- Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum
molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal
putih.
- Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan,
limfadenopati generalisata, dan splenomegali.
- Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak
kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus,
limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
b. Bakteri
Rhinofaringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan
gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari
380C. Rhinofaringitisyang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki
pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit
kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal,
demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil,
membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal.
Batuk tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan
bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan atau
tanpa tanda klinis lainnya.
Manifestasi klinis akut:
- Nyeri Tenggorokan
- Sulit Menelan, serak, batuk
- Pilek/ hidung tersumbat
- Sulit bernafas (bernafas melalui mulut)
- Demam
- Mual, malaise
- Kelenjar Limfa Leher Membengkak
- Tonsil kemerahan
- Membran faring tampak merah
- Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
- Nyeri tekan nodus limfe servikal
- Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
- Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
- Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
- Penurunan nafsu makan
- Mungkin terdapat demam, malaise dan sakit tenggorokan
- Serak, batuk, rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
Manifestasi klinis kronis:
- Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
- Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan serta hidung dan
dikeluarkan dengan batuk dan bersin.
- Kesulitan menelan.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat
bakteri atau virus.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting
dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan
petunjuk yang berharga.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi
atau inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari
hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem
sirkulasi.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan terhadap rhinofaringitis dapat mengurangi risiko demam
reumatik, menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit.
Pada rhinofaringitisdengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a. Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b. Penicillin; diberikan secara oral
c. Eritromisin
d. Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada
pasien dengan risiko demam reumatik berulang.
Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati
gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang
dapat digunakan yaitu:
a. Amantadine
b. Rimantadine
c. Oseltamivir
d. Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
e. Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
f. Curcuma; digunakan untuk menambah nafsu makan
Rhinofaringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat
yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu,
dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol.
Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk
menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang
mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak
berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik
karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan rhinofaringitisatau
mencegahnya, yaitu:
a. Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan
mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.
b. Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan
mengurangi demam.
c. Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
d. Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun
penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
e. Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng
dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray
dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun,
penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis
besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.
7. KOMPLIKASI
a. Otitis media akut
b. Abses peri tonsil
c. Abses para faring
d. Toksenia
e. Septikinia
f. Bronkitis
g. Nefritis akut
h. Miokarditis
i. Artritis
8. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini umumnya baik bila cepat diketahui dan diterapi dengan
tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila pasien datang
terlambat dan penyakit sudah berlanjut maka prognosis akan kurang baik.
Bakteri masuk
Sakit Tenggorokan
Lapisan epitel terkikis
Nyeri telan
Jaringan limfoid
superficial bereaksi
MK : Nyeri Nafsu makan-minum
akut menurun
Pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear
MK : Resti nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Terdapat hiperemi
MK : Ketidakefektifan
pembersihan jalan nafas
Edema dan sekresi Produksi sekret meningkat Terjadi inflamsi pada
meningkat mukosa oral
Membutuhkan perawatan
intensif Eksudat serosa menjadi
menebal Pengeluaran MK : Kerusakan
Sputum membrane mukosa oral
Pasien takut dengan
kehadiran perawat Cenderung menjadi kering
Mekanisme Batuk
MK : Ansietas
Pembuluh darah dinding
faring menjadi lebar
Kontak melalui
udara
Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak –
bercak pada dinding faring MK : Resti
posterior penularan infeksi
Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th
Edition. Missouri: Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta:
EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan
Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-
2014. Oxford: Wiley
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media
Aescukpius.
Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition.
Missouri: Elsevier.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.