Anda di halaman 1dari 20

FARINGITIS

A. Definisi
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT,
2000). Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri,
yang ditandai oleh adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam,
pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent, 2004).
Faringitis (pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok
atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok.
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan
bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama
traktus resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar
tengkorak dan terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikalis ke-6.
Panjang  dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagian ini merupakan
bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir,
fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media
dan inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas
dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di
sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada
jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan
otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.

B. Etiologi 
Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus,
termasuk virus penyebab:
a. Common cold/flu
b. Adenovirus
c. Virus influenza (A dan B).
d. Parainfluenza (tipe 1-4).
e. Adenovirus.
f. ECHO.
Bakteri yang menyebabkan faringitis antara lain :
a. Streptokokus grup A
b. Korinebakterium
c. Arkanobakterium
d. Streptococcus β hemolitikus.
e. Streptococcus viridians.
f. Streptococcus piyogenes
g. Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

C. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian
oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan
cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi,
pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning,
putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral
menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau
faringitis.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a. Virus
Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh
virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.Gejala lain dari faringitis
penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepala  ringan. Pada
penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat
adanya adenopati servikal dan eksudat faring.Pada penyebab virus influenza, gejala
klinis bisa tampak lebih parah dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala,
dan batuk. Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan
eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis. Pada penyebab HSV, terdapat
inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal
pada palatum molle.Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil
pada palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus
dangkal putih. Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan,
limfadenopati generalisata, dan splenomegali. Pada penyebab HIV, terdapat demam,
myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan makulopapular yang tidak
menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
b. Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa
lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380 C. Faringitis
yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher
dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran
limpa, dan inflamasi hati. Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat
nyeri faringeal, demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi
tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk
tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus. Pada penyebab S.
Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak kemerahan dan lidah
berwarna stoberi.

Manifestasi klinis akut :


a. Membran faring tampak merah
b. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
c. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
d. Mungkin terdapat demam, malaise dan sakit tenggorokan
e. Serak, batuk, rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
f. Kesulitan menelan.
Manifestasi klinis kronis :
a. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
b. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.

4. Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
a. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri
yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih
berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan
batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
b. Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang
lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang
mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa
yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan,
menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.

Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu :


a. Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membran
mukosa.
b. Faringitis atrofi merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi (membran tipis,
keputihan,licin dan pada waktunya berkerut).
c. Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.
E. Pathways
PARINGITIS

Inflamasi

Demam nyeri Edema mukosa Batuk

penguapan Produksi
Mukosa sputum
Kemerahan meningkat

hipertermi

Kesulitan Kebersihan jln


menelan nafas tidak
efektif

Gangguan
nutrisi

F. Penatalaksanaan
a. Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari
b. Antipiretik
c. Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
d. Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisi
e. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat
f. pemberian kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.

Pengobatan secara medikamentosa umumnya menggunakan :


a. Antimikroba.
b. Antibiotik (dalam dosis terapeutik).
c. Dapat pula dilakukan dengan cara irigasi hangat pada tenggorokan.
d. Pemberian cairan yang adekuat.
e. Menghindari makanan pedas, berminyak, mengandung vetsin, es juga disarankan.

G. Komplikasi
a. Otitis media purulenta bakterialis
b. Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube
eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
c. Abses Peritonsiler
d. Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
e. Sinusitis
f. Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan
jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor
predisposisi.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak,
hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran).
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
b. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar
faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa
dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
c. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang
berharga.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu
diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk mencapai hasil
yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring
posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibiotik.
Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase
sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang
lebih dari 10 hari.
GABHS rapid antigen detection test
 merupakan suatu metode untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS.
Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika
seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi antibiotik dengan resiko tinggi
untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh adalah positif maka pengobatan
antibiotik yang tepat, namun jika hasilnya negatif maka pengobatan antibiotik
dihentikan kemudian dilakukan follow-up
 Hasil kultur tenggorok negatif
 Rapid antigen detection tidak sensitive untuk Streptococcus Group C dan G atau
jenis bakteri patogen lainnya

I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1)  Data Dasar
 Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis,
sumber biaya, dan sumber informasi).
 Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan pasien)
2) Riwayat Keperawatan, meliputi :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi :
 Alasan masuk rumah sakit
 Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.
Keluhan utama :
 Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher
 Pasien mengatakan mual dan muntah.
 Pasien mengatakan sakit saat menelan
 Kronologis keluhan : Pasien mengeluh nyeri di leher.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau
yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya
pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan
pernah menjalani perawatan di RS.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak
penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien,
mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas
perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
e. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti :
1. Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,
serta ukur respirasi rate.
2. Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,
apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
3. Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
4. Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang
apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan
volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
5. Gerak aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
6. Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya,
misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
7. Pengaturan suhu tubuh
Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah
pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien
mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau
kemerahan, wajahnya pucat atau tidak.
8. Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga
pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan
sebagainya.
9. Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST :
faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
10. Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
11. Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan
lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
12. Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita saat ini dan
terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
13. Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
14. Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
3). Pengkajian Fisik, meliputi :
- Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit,
kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali masuk RS).
- Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi).
- Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari
kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.
- -Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji
kultur dan uji resistensi.
4). Anamnesa
Adanya riwayat merokok,adanya riwayat streptokokus,dan yang penting ditanyakan
apakah klien pernah mengalami nyeri/lesi pada mulut (nyeri saat menelan).

2.  Diagnosa Keperawatan
1) Kebersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menelan
3) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring
4) Hipertermia berhubungan dengan peradangan
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Faringitis
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Bersihan Jalan Nafas  Jalan nafas efektif Mandiri S:
Tidak Efektif setelah dilakukan  Catat frekuensi dan kedalaman
tindakan keperawatan nafas, pengguanaan otot bantu
Berhubungan dengan selama di RS pernafasan O:
 Bronkospasme :  Tidak sesak nafas RR  Auskultasi paru unuk mengetahui
peningkatan produksi normal penurunan atau tidak adanya bunyi
sekret, sekresi tertahan,  Tidak ada sekret, suara nafas dan adanya bunyi tambahan
tebal, sekresi kental : nafas normal mis : krakles, ronchi, dll. A:
penurunan  Lakukan tindakan untuk
energi/kelemahan memperbaiki atau
 Inflamasi mempertahankan jalan nafas mis: P:
trakeobronkial, batuk efektif, pengisapan lendir
pembentukan oedema, bila hanya ronki terdengar
peningkatan produksi (tekanan penghisapan tidak lebih
sputum dari 100-120 mmHg).
 Bronkokonstriksi, Hiperoksigenasi dengan 4-5 kali
peningkatan pernafasan O2 100% dan
pembentukan mukus, hiperinflasi dengan 1 ½ kali Vt
batuk tidak efektif, menggunakan resusitasi manual
infeksi atau ventilator.
bronkopulmonal.  Auskultasi bunyi nafas setelah
 Intubasi, ventilasi penghisapan .
 Tinggikan kepala/tempat tidur
Ditandai dengan sesuai dengan kebutuhan/toleransi
 Perubahan frekukensi/ pasien
kedalaman pernafasan  Kaji toleransi aktivitas mis:
 Bunyi nafas tak normal keluhan kelemahan atau kelehan
 Batuk tak efektif selama kerja.
 Dispnea  Monitor humidifier dan suhu
 Sianosis ventilator (35-37,80C)
 Sekret banyak  Monitor hidrasi pasien untuk
 Ronchi (+) mencegas sekresi kental
 Monitor ventilator tekanan
dinamis untuk peningkatan tiba2
yang menunjukkan perlengketan
pada jalan nafas
 Beri fisioterapi dada sesuai
indikasi
 Beri bronkodolator sesuai program
dan evaluasi efektivitasnya pada
spasme bronkus
 Robah posisi untuk memudahkan
gravitasi man drainase sekresi

Kolaboratif
 Pemberian bronkodolator
 ……………………………
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Faringitis
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Nutrisi Kurang Dari  Mempertahankan Mandiri S:
Kebutuhan Tubuh berat badan___ kg  Kaji mual muntah
dan pertambahan___  Auskultasi bising usus
Berhubungan dengan kg pada  Kaji makanan kesukaan pasien O:
 Kesulitan mengunyah tanggal_____  Tentukan kemampuan pasien untuk
 Gangguan menelan  Menoleransi memenuhi kebutuhan nutrisi
 Ketidakmampuan untuk terhadap diet  Pantau kandungan nutrisi dan kalori
menyiapkan makanan dianjurkan pada catatan asupan A:
akibat defisit pergerakan  Mempertahankan  Timbang BB pasien
 Keletihan massa tubuh dan  Tawarkan pada pasien makanan porsi
 Gangguan psikologis berat badan dalam kecil tapi sering P:
 Kelemahan batas normal  Ciptakan lingkungan yang
 Produksi sputum  Nilai laboratorium menyenangkan untuk makan
 Anoreksia, mual, muntah (misalnya transferin,  Hindari prosedur invasif sebelum
 Peningkatan status albumin, dan makan
metabolik akibat elektrolit) dalam  Bantu pasien untuk makan, sesuai
keganasan batas normal kebutuhan
 Efek radioterapi  Melaporkan  Berikan pasien minuman atau camilan
 Distress emosional keadekuatan tingkat bergizi, tinggi protein, tinggi kalori
 Efek samping obat energi yang siap dikonsumsi, bila
 Penurunan kesadaran memungkinkan
 Berikan kebersihan oral sebelum dan
Ditandai dengan sesudah makan
 Tidak tertarik untuk  Pertahankan masukan cairan kecuali
makan jika dikontraindikasi
 Kerapuhan kapiler  Hindari makanan pedas atau panas
 Diare dan/atau steatore  Kaji nilai laboratorium (albumin,
 Adanya bukti serum,elektroloit)
kekurangan makanan  Jika pasien memakai NGT
 Kehilangan rambut yang - Pastikan NGT terpasang dengan
berlebihan tepat
 Bising usus yang - Aspirasi NGT untuk melihat
hiperaktif residu
 Kurang informasi - Tinggikan tempat tidur pasien
 Kurangnya minat pada (15-300)
makanan - Berikan cairan dengan gaya
 Miskonsepsi gravitasi
 Konjungtiva dan - Berikan air hangat
membrane mukosa pucat Tutup selang NGT agar udara tidak
 Luka, rongga mulut masuk
inflamasi  Kaji derajat kesulitan
 Kelemahan otot yang mengunyah/menelan
dibutuhkan untuk  Ciptakan lingkungan yang tenang
 menelan dan mengunyah selama makan
 Persiapkan alat suction di samping
tempat tidur selama waktu makan, bila
diperlukan
 Atur posisi semi-fowler atau fowler
tinggi untuk memudahkan menelan;
pertahankan posisi ini selama 30 menit
setelah makan untuk mencegah
aspirasi
 Tempatkan makanan pada bagian
mulut yang tidak luka untuk
memudahkan menelan
 Anjurkan pasien untuk menggunakan
gigi palsu atau perawatan gigi sebelum
makan.
 ……………………

Kolaboratif
 Mengkonsultasikan dengan ahli gizi
tentang penentukan asupan kalori
harian yang dibutuhkan untuk
mencapai berat badan yang
diinginkan
 Melaporkan kepada dokter jika
pasien menolak untuk makan
 Bekerja sama dengan dokter, ahli
gizi, dan pasien untuk merencanakan
tujuan asupan dan berat badan
 Memberikan obat antiemetik dan
analgesik sebelum makan atau sesuai
dengan jadwal yang dianjurkan
 Ranitidin
 ………………

Pendidikan Kesehatan
 Memberikan informasi pada
pasien/keluarga tentang makanan yang
bergizi
 Memberikan informasi yang tepat pada
pasien/keluarga tentang kebutuhan
nutrisi dan bagimana memenuhinya
 Hindari makanan pedas atau panas
 ……………………
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Faringitis
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Gangguan rasa nyaman  Perasaan senang Mandiri S:
nyeri secara fisik dan  Nilai nyeri yang komprehensif
psikologis meliputi: lokasi, skala nyeri (0-10),
Berhubungan dengan  Terdapat perilaku dan faktor penyebab nyeri O:
 Insisi bedah, trauma untuk mengendalikan  Berikan lingkungan yang nyaman
jaringan, dan nyeri dan aman bagi pasien
gangguan saraf  Adanya pelaporan  Pantau nyeri sebelum dan sesudah
internal. mengenai dampak pemberian analgesik, dan A:
 Adanya selang dada buruk dari nyeri. kemungkinan efek sampingnya.
 Adanya dreinase Adanya laporan  Kaji pernyataan verbal dan non-
 Invasi kanker ke penurunan tingkat verbal nyeri pasien. P:
pleura, dinding dada nyeri dari skala ….  Pantau tanda-tanda vital
 Inflamasi parenkim menjadi skala……  Bantu menyatakan perasaan
paru tentang nyeri.
 Batuk menetap  Berikan tindakan kenyamanan.
 Iskemik ,  Amankan selang dada untuk
 Peningkatan tekanan membatasi gerakan dan
vaskuler menghindari iritasi.
 ...................................  Berikan perawatan oral reguler

Ditandai dengan  ...............................................


 Mengungkapkan
secara verbal Kolaboratif
 Melaporkan dengan  Mengelola nyeri pasca operasi awal
isyarat dengan pemberian opiat yang
 Gerakan menghindar terjadwal (misalnya, setiap 4 jam
nyeri atau 36 jam)
 Posisi menghindari  Memberikan terapi analgesik,
nyeri sesuai indikasi
 Perubahan autonomic - Ketorolac
dari tonus otot - Tramadol
 Perubahan nafsu - …………………………
makan - ………………………….
 Perilaku distraksi  Melaporkan kepada dokter jika
 Perilaku ekspresif tindakan pengatasan terhadap nyeri
 Wajah topeng (nyeri) tidak berhasil.
 Perilaku menjaga  Konsul ke Tim Nyeri
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri Pendidikan Kesehatan
sendiri  Mengajarkan pada pasien teknik
 Gangguan tidur manajemen nyeri (tarik napas
dalam, massase, relaksasi,
distraksi)
 Memberikan informasi pada
pasien/keluarga mengenai efek
samping obat, kemungkinan
interaksi obat, tatacara/aturan
minum obat terhadap pembatasan
aktivitas fisik, dan pembatasan
aktivitas fisik).
 Menghimbau kepada
pasien/keluarga untuk
menginformasikan perawat jika
penanganan nyeri tidak dapat
dicapai.
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Faringitis
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Hipertermia  Suhu kulit dalam Mandiri S:
rentang yang  Pantau tanda hipertermia
Berhubungan dengan diharapkan (demam, takipnea, aritmia,
 Dehidrasi  Suhu tubuh dalam perubahan tekanan darah, bercak O:
 Penyakit atau trauma batas normal (36,5ºC- pada kulit, kekakuan, dan
 Ketidakmampuan 37,5ºC) berkeringat banyak)
atau menurunnya  Nadi dan pernapasan  Pantau tekanan darah, nadi, dan
kemampuan untuk dalam rentang yang pernapasan A:
berkeringat diharapkan  Pantau hidrasi (turgor kulit,
 Pakaian yang tidak  Perubahan warna kulit kelembapan membran mukosa)
layak tidak ada  Pantau aktivitas kejang P:
 Kecepatan  Keletihan dan mudah  Pantau warna kulit dan suhu
metabolisme tersinggung tidak tubuh pasien minimal sesuai
meningkat tampak kebutuhan
 Pengobatan/anesthesi  Tidak terdapat kejang  Lepaskan pakaian yang
 Terpajan pada Turgor kulit dan berlebihan dan menutupi pasien
lingkungan yang kelembapan membran dengan kain tipis
panas (jangka mukosa dalam batas  Kompres pasien dengan
panjang) normal menggunakan waslap dingin dan
 Aktivitas yang diletakkan pada aksila, dahi,
berlebihan leher, dan lipatan paha
 Trauma jaringan  Anjurkan untuk meningkatkan
 Infeksi asupan cairan oral
 Terpapar lingkungan  Cegah menggigil dengan
 ................................... menurunkan suhu tubuh yang
tinggi secara bertahap
Ditandai dengan  Gunakan selimut penghangat
 Kulit memerah sesuai kebutuhan
 Control suhu lingkungan
 Suhu tubuh
meningkat di atas  Pertahankan tehnik aseptic pada
rentang normal semua prosedur
 …………………………
 Frekuensi napas
meningkat Kolaboratif
 Kejang/konvulsi  Memberikan obat antipiretik,
 (Kulit) hangat bila sesuai dengan kebutuhan
disentuh - Paracetamol tablet
 Takikardia - Novalgin
 Mual - Farmadol
- Lain-lain: …………………

Pendidikan Kesehatan
 Mengajarkan pasien/keluarga
dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara
dini hipertermia
 Mengajarkan indikasi keletihan
karena panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan,
sesuai dengan kebutuhan
 ……………………
Referensi
American College of Physicians (2012). Things You Should Know About Pharyngitis.
National Institute of Health (2017). Medline Plus. Pharyngitis – Sore Throat.
Barbieri, et al. (2019). Antibiotic Prescriptions in Acute Otitis Media and Pharyngitis in Italian
Pediatric Outpatients. Italian Journal of Pediatrics, 45(1), 103.
Bennett, et al. (2019). Understanding Group A Streptococcal Pharyngitis and Skin Infections as
Causes of Rheumatic Fever: Protocol for a Prospective Disease Incidence Study. British
Medical Journal of Infectious Diseases, 19(1), 633.
Mayo Clinic (2019). Diseases & Conditions. Sore Throat.

Anda mungkin juga menyukai