Anda di halaman 1dari 19

Osteoporosis atau keropos tulang merupakan suatu penyakit

metabolik tulang yang ditandai dengan penurunan kepadatan


dan kualitas struktur tulang yang bersifat progresif.

Osteoporosis sering dijuluki “silent thief” mencuri massa tulang


secara diam-diam dan juga “silent disease” menimbulkan gejala
bila penurunan densitas tulang lebih dari 30% dan biasa gejala
yang ditimbulkan berupa fraktur. Seseorang dikatakan
osteoporosis, jika T-score hasil pemeriksaan gold standardnya
yaitu DXA <-2,5
Osteoporosis postmenopausal
• terjadi karena kekurangan estrogen

Osteoporosis senilis
• akibat dari kekurangan kalsium

Osteoporosis sekunder
• disebabkan oleh gagal ginjal, obat-obatan, alkohol, dan merokok

Osteoporosis juvenil idiopatik


• Penyebabnya tidak di ketahui dengan jelas
Osteoporosis disebabkan oleh
menurunnya kemampuan tubuh
untuk meregenerasi tulang. Hal ini
berdampak pada berkurangnya
kepadatan tulang. Penurunan
kemampuan regenerasi ini biasanya
akan dimulai saat seseorang
memasuki usia 35 tahun
Usia

Jenis kelamin

Memiliki keluarga dengan riwayat osteoporosis

Mengalami kekurangan vitamin D dan kalsium, misalnya susu, keju, daging, ikan, dan ceker ayam

Mengalami gangguan hormonal dan penyakit tertentu, seperti penyakit Crohn atau malabsorbsi

Mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama

Mengalami kecanduan alkohol

Merokok
Awalnya tidak menimbulkan gejala apa pun

Pegal dan nyeri pada daerah yang keropos

Mudah mengalami patah tulang, walau hanya karena benturan yang ringan

Nyeri punggung, biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang

Postur badan membungkuk

Tinggi badan berkurang


Rontgen atau CT scan

Untuk memastikan osteoporosis dan mengetahui risiko


pasien mengalami patah tulang, biasanya akan dilakukan
pengukuran kepadatan tulang (bone density testing)
menggunakan dual energy X-Ray absorptiometry (DXA).
Pengobatan osteoporosis diberikan tergantung pada
tingkat keparahan. Jika penderita osteoporosis sangat
berisiko untuk mengalami patah tulang, dapat diberikan
obat-obatan untuk meningkatkan kepadatan tulang,
seperti:
•Bifosfonat
•Antibodi monoklonal
•Terapi hormon

bila diperlukan, penderita osteoporosis dapat diberikan


obat yang bisa meningkatkan pembentukan tulang,
seperti
teriparatide dan abaloparatide.
Pasien juga akan dianjurkan untuk mengurangi aktivitias
yang dapat menyebabkannya terjatuh atau cedera. Agar
lebih aman, pasien lansia yang mengalami osteoporosis
juga sebaiknya tinggal di rumah yang aman bagi LANSIA
Osteoporosis sulit untuk dicegah. Namun, bisa
mengurangi risiko terkena osteoporosis dengan

berhenti merokok,
tidak mengonsumsi minuman beralkohol,
melakukan pemeriksaan berkala jika sudah menopause,
berolahraga secara teratur, dan
mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D dan
kalsium.
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik,

Anamnesis yang dilakukan meliputi keluhan Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran tinggi badan dan
utama dan masalah kesehatan, riwayat keluarga, berat badan, gaya berjalan penderita, deformitas tulang
aktivitas fisik dan latihan, riwayat merokok dan vertebrae, tanda-tanda fraktur, nyeri spinal, dan gejala-
minum alkohol, penggunaan obatobatan, asupan gejala pada penyakit yang ditemukan pada anamnesis.
makanan, penyakit-penyakit lain yang Penderita osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal
berhubungan dengan osteoporosis seperti penyakit atau gibbus
ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan
insufisiensi pankreas. Anamnesis pada wanita
perlu ditambahkan riwayat haid, umur menarke
dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi.
Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya
osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi
kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause dan
penggunaan kortikoseteoroid selain asupan alkohol, rokok dan
kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang,
konstipasi atau ganggua citra diri harus digali.

Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang


kifosis vertebrata torakalis atau pemendekan tinggi badan.
Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat
perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi
akibat inaktivitas.
01 02 03
KURANG NYERI YANG KONSTIPASI YANG RISIKO TERHADAP
PENGETAHUAN BERHUBUNGAN BERHUBUNGAN CEDERA :
MENGENAI PROSES DENGAN FRAKTUR DENGAN FRAKTUR, YANG
OSTEOPOROSIS DAN SPASME OTOT IMOBILITASI ATAU BERHUBUNGAN
DAN PROGRAM TERJADINYA ILEUS DENGAN TULANG
TERAPI (OBSTRUKSI USUS) OSTEOPOROTIK
TUJUAN sasaran umum pasien dapat meliputi pengetahuan
mengenai osteoporosis dan program tindakan, pengurangan
nyeri, perbaikan pengosongan usus dan tidak ada fraktur
tambahan.

Meredakan Nyeri
1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat
di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke
samping selama beberapa hari.
2. Kasur harus padat dan tidak lentur.
3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan
merelaksasi otot.
4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung
memperbaiki relaksasi otot.
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.
1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
oeteoporosis.
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti
Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu
mempertahankan massa tulang.
4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk
menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya
oestoeporosis.
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar
matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena
nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering
terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen
kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut.
Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko
pembentukan batu ginjal.
7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala
terhadap kanker payudara dan endometrium.
Memperbaiki Pengosongan Usus. Konstipasi
merupakan masalah yang berkaitan dengan Mencegah Cedera.
imobilitas, pengobatan dan lansia. 1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini
1. Berikan diet tinggi serat. sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan
2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak memperlambat demineralisasi tulang progresif.
tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau 2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan
meminimalkan konstipasi. untuk memperkuat otot batang tubuh.
3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas 3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan
usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada postur yang baik.
T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus. 4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan
mengangkat beban lama.
5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya
dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena
sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh
menghasilkan vitamin D.
1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan,
gangguan neuromuskular, penurunan sensor dan respons
kardiovaskuler dan respons terhadap pengobatan. Bahaya
harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi dan bantuan
harus selalu tersedia.
2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan
asuhan berkeseimbangan dan program penanganan
pencegahan.
3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial
bahaya (mis. Permadani yang terlipat, ruangan yang
berantakan, mainan di lantai, binatang piaraan dibawah kaki)
dan diciptakan lingkungan yang aman (mis. Anak tangga
dengan penerangan yang memadai dengan pegangan yang
kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki dengan ukuran
pas).
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis
3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal
dan program penanganannya.
o Bising usus aktif
o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan
o Gerakan usus teratur
terhadap massa tulang
4. Tidak mengalami fraktur baru
o Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang
o Mempertahankan postur yang bagus
mencukupi
o Mempegunakan mekanika tubuh yang baik
o Meningkatkan tingkat latihan
o Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
o Gunakan terapi hormon yang diresepkan
o Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-
o Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran
jalan setiap hari)
2. Mendapatkan peredaan nyeri
o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
o Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
o Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
0 Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas
o Menciptakan lingkungan rumah yang aman
kehidupan sehari-hari
o Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
o Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat
fraktur

Anda mungkin juga menyukai