Anda di halaman 1dari 14

Osteoporosis

Anatomi Patofisiologi Manusia Teori


Nama Kelompok:
1. Sabila Nur Aisyah (234010069)
2. Aura Putri Ayunda (234010073)
3. Kumala Irmawati (234010077)
4. Deswita Salm Nur W. (234010078)
5. Raisa Aqila Safa A. (234010084)
6. Rizqy Aulia Rohmah K. (234010088)
7. Anggia Ully Dwi M. (234010092)
Garis Besar

01 Pengertian 04 Pemeriksaan Penunjang

05 Patofisiologi
02 Tanda dan Gejala

06 Pencegahan
03 Faktor Resiko
Pengertian
Osteoporosis adalah kondisi ketika tulang menjadi lemah dan rapuh.
Tubuh terus-menerus menyerap dan menggantikan jaringan tulang. Pada
osteoporosis, kecepatan pembentukan tulang baru lebih lambat daripada
pembuangan jaringan tulang lama. Osteoporosis jarang menimbulkan
gejala dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau
mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.

Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan


orang dewasa. Namun, osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita
yang telah memasuki masa menopause. Kondisi ini disebabkan oleh
berkurangnya kadar hormon estrogen yang berperan penting dalam
menjaga kepadatan tulang.
Tanda dan Gejala
 Nyeri tulang dan sendi terutama jika nyeri dipumggumg saat dibuat
berdiri, berjalan beraktivitas dan disentuh. Sifat nyerinya tersebut
tajam atau seperti terbakar bisa karena adanya fraktur
 Deformitas atau perubahan bentuk tulang seperti kifosis dan jari jari
tangan dan kaki terlihat membengkok atau adanya berubahan
abnormal
 Patah tulang (fraktur)
 Kerangka tulang semakin memendek atau punggung semakin
membungkuk (penurunan tinggi badan)
 Nafsu makan menurun menjadikan berat badan menurun atau kurus
 Sesak nafas karena organ tubuh semakin berdekatan karena tulang
tidak mampu menyangga lagi
FAKTOR RESIKO
Resiko paling tidak menguntungkan penderita osteoporosis adalah
terjadinya fraktur tulang yang apabila tidak ditangani dengan tuntas
sampai dengan rehabilitasi medik, maka pasien akan mengalami
disabilitas, gangguan fungsi aktivitas dari tingkat sederhana sampai berat
dan mengalami keterbatasan dalam bersosialisasi yang ujungnya dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Faktor resiko osteoporosis dapat dibedakan menjadi faktor resiko yang
sifatnya tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.
FAKTOR RESIKO
Untuk yang tidak dapat diubah diantaranya :

Gender perempuan: Pada umumnya perempuan mempunyai tulang yang lebih ringan dan
lebih kecil dibandingkan laki-laki, Usia lanjut,
Riwayat osteoporosis dalam keluarga: Umumnya tipe perawakan tubuh dalam anggota
keluarga saling mirip satu dengan lainnya.
Ras: Perempuan Asia dan Kaukasia lebih mudah terkena osteoporosis dibandingkan
perempuan Afrika.
 Bentuk badan: Semakin kecil dan kurus tubuh seseorang, semakin beresiko mengalami
osteoporosis. Beberapa penyakit seperti anoreksia, diabetes, diare kronis, penyakit ginjal
dan hati.
FAKTOR RESIKO
Sedangkan untuk faktor resiko osteoporosis yang dapat diubah diantaranya adalah :

 Berhenti merokok
 Kurangi konsumsi alkohol
 Segera atasi kekurangan asupan kalsium
 Lakukan program latihan fisik
 Menambah berat badan bagi yang kekurangan berat badan (kurus)
 Hindari penggunaan obat-obatan steroid, fenobarbital, fenitoin
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus osteoporosis terdiri atas:
1) Pemeriksaan biokimia tulang meliputi ion kalsium, kadar kalsium total dalam
serum dan urin, kadar fosfor dalam serum, fosfat urin, osteokalsin serum,
piridinolin urin, dan apabila diperlukan maka dapat disertai dengan hormon
paratiroid dan vitamin D

2) Pemeriksaan radiologi pada kasus osteoporosis sangat tidak sensitif, bahkan


seringkali tidak didapatkan gambaran radiologi yang spesifik pada penurunan
densitas massa tulang spinal yang sudah lebih dari 50%. Pemeriksaan radiologi
juga bersifat subyektif bergantung pada keahlian pemeriksa, alat radiologi yang
digunakan, serta teknik pencucian dan kualitas film.
Pemeriksaan Penunjang
3) Pengukuran Bone Mineral Density (BMD)
Pemeriksaan BMD merupakan salah satu pendekatan diagnosis osteoporosis yang
ditetapkan oleh WHO. Penderita osteoporosis secara umum mengalami penurunan
BMD sehingga terjadi kerapuhan tulang.

•> Bone Mineral Density (BMD)


Penilaian BMD merupakan pemeriksaan yang akurat dan tepat dalam
membantu menegakkan diagnosis osteoporosis, juga menilai faktor prognosis, risiko
terjadinya fraktur, dan perubahan BMD setelah dilakukan pengobatan atau senam
osteoporosis. Kejadian osteoporosis sendiri diasosiasikan dengan nilai BMD yang
rendah dan meningkatnya risiko fraktur.
Patofisiologi
Osteoporosis dapat terjadi karena kegagalan dalam mencapai massa tulang
puncak dan resorpsi yang berlebihan atau menurunnya pembentukan tulang
selama remodeling. Dalam proses terjadinya osteoporosis terdapat 2 sel
yang berperan penting yakni osteoblas berperan dalam proses pembentukan
tulang dan osteoclas berperan dalam resorpsi tulang.

Ketidakmampuan pembentukan tulang untuk merespon terhadap


peningkatan resorpsi tulang juga merupakan komponen penting dalam
patogeneesis osteoporosis. Ini berkaitan dengan penurunan jumlah
osteoprogenitor/sel pre-osteoblastik atau terjadinya efek dalam kemampuan
sel berproliferasi dan berdiferensasi. Seiring bertambahnya usia
pembentukan tulang lebih rendah dari pada reasorpsi tulang.
Pencegahan Osteoporosis
Pencegahan Primer
Mengonsumsi makanan mengandung kalsium seperti susu, latihan
fisik atau senam osteoporosis, dan menghindari faktor penghambat
penyerapan kalsium seperti merokok, mengonsumsi alkohol dll.

Pencegahan Tersier Pencegahan Sekunder


Setelah pasien mengalami Mengonsumsi kalsium lebih banyak
osteoporosis atau fraktur jangan lagi, Terapi Sulih Hormon (TSH) pada
biarkan melakukan gerak perempuan menopause, mengonsumsi
(mobilisasi) terlalu lama. E Calcitonin, dan rutin memeriksakan
diri ke layanan kesehatan.
Daftar Pustaka


http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/14011000
66/7_BAB_II.pdf

● http://eprints.undip.ac.id/69456/3/Bab_II_Tinjauan_Pustaka.pdf
● http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/78
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai