Anda di halaman 1dari 14

Pendahuluan

Pada umumnya usia lanjut diartikan sebagai

Usia saat memasuki masa pensiun yang di Indonesia

Dapat berkisar antara usia di atas 55 tahun. Proporsi

Penduduk lanjut usia (lansia) Indonesia meningkat

Dari 1.1% menjadi 6.3% dari total populasi. Peningkatan jumlah lansia memengaruhi aspek
kehidupan

Mereka seperti terjadinya perubahan fisik, biologis,

Psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan.

Salah satu perubahan fisik yang terjadi seiring pertambahan usia adalah terjadinya penurunan massa

Tulang yang sering disebut osteoporosis.

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang

Ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan

Adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang

Dan meningkatnya kerapuhan tulang serta risiko

Terjadinya patah tulang (Harvey & Cooper 2004).

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya osteoporosis diantaranya konsumsi pangan
Dan aktivitas fisik (Lane 2003). Studi epidemiologis

Yang dilakukan menunjukkan bahwa asupan zat gizi

Makro dan mikro dalam tubuh merupakan salah satu

Faktor yang dapat memperlambat kejadian osteoporosis di masa lanjut usia. Selain memenuhi
asupan

Zat gizi, perlu juga memperhatikan aktivitas fisik.

Menurut Hoger dan Hoeger (2005), kurangnya aktivitas fisik pada seorang individu di masa muda
akan

Berdampak pada penurunan kepadatan tulang di

Masa lanjut usia.

Osteoporosis adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, yang menyebabkan
tulang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah tulang. Dampak osteoporosis terhadap kualitas
hidup seseorang dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan faktor-faktor lainnya.
Berikut ini adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi pada kualitas hidup seseorang yang
mengidap osteoporosis:

1. Peningkatan risiko patah tulang: Penderita osteoporosis memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami patah tulang, terutama di tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan. Patah tulang
ini dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan mobilitas, dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

2. Penurunan mobilitas dan fungsi fisik: Osteoporosis dapat menyebabkan penurunan mobilitas dan
kekuatan fisik. Penderita mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti
berjalan, naik tangga, atau mengangkat benda berat. Hal ini dapat mengganggu kemandirian dan
kualitas hidup secara keseluruhan.

3. Nyeri kronis: Osteoporosis dapat menyebabkan nyeri kronis, terutama di daerah punggung,
panggul, dan tulang belakang. Nyeri kronis ini dapat mempengaruhi kualitas hidup dengan
mengganggu tidur, aktivitas fisik, dan kesejahteraan secara umum.
4. Gangguan postur dan penampilan fisik: Penurunan kepadatan tulang pada osteoporosis dapat
menyebabkan perubahan postur dan kyphosis (punggung bungkuk) yang terlihat bengkok.
Perubahan ini dapat mempengaruhi penampilan fisik dan mengurangi kepercayaan diri.

5. Pembatasan aktivitas: Penderita osteoporosis sering kali dianjurkan untuk membatasi atau
menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan risiko patah tulang, seperti olahraga yang berisiko
atau angkat beban yang berat. Pembatasan ini dapat membatasi partisipasi dalam kegiatan sosial dan
rekreasi, sehingga memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

6. Dampak psikologis: Osteoporosis juga dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan. Penderita
mungkin mengalami kecemasan, depresi, atau penurunan kualitas hidup yang berkaitan dengan rasa
takut akan patah tulang atau keterbatasan fisik yang dialami.

Penting untuk dicatat bahwa dampak osteoporosis terhadap kualitas hidup dapat bervariasi antara
individu. Beberapa orang mungkin mampu mengelola kondisi ini dengan baik dan tetap menjalani
kehidupan yang aktif, sementara yang lain mungkin menghadapi lebih banyak tantangan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Penting bagi individu yang mengidap osteoporosis untuk mencari
dukungan medis dan gaya hidup yang sehat guna mengurangi

Yogurt susu sapi dapat menjadi tambahan yang baik dalam diet seseorang yang mengidap
osteoporosis. Ini karena yogurt susu sapi kaya akan kalsium dan protein, yang penting untuk menjaga
kesehatan tulang. Berikut ini beberapa manfaat yogurt susu sapi dalam pengelolaan osteoporosis:

1. Kandungan kalsium: Kalsium adalah mineral yang penting untuk kekuatan dan kepadatan
tulang. Konsumsi cukup kalsium membantu menjaga kesehatan tulang dan mengurangi risiko
patah tulang pada penderita osteoporosis. Yogurt susu sapi mengandung kalsium yang tinggi,
sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan harian kalsium.
2. Kandungan protein: Protein juga merupakan komponen penting dalam pembentukan dan
pemeliharaan jaringan tulang. Asupan protein yang cukup dapat membantu menjaga
kesehatan tulang dan mempercepat proses penyembuhan patah tulang. Yogurt susu sapi
mengandung protein yang baik, sehingga dapat membantu memperkuat tulang.
3. Vitamin D: Vitamin D berperan penting dalam penyerapan kalsium oleh tubuh. Tubuh
membutuhkan vitamin D untuk memanfaatkan kalsium dengan baik. Beberapa jenis yogurt
susu sapi juga diperkaya dengan vitamin D, yang dapat membantu meningkatkan penyerapan
kalsium dan memperkuat tulang.
4. Probiotik: Yogurt susu sapi mengandung bakteri baik atau probiotik, seperti Lactobacillus dan
Bifidobacterium, yang dapat membantu meningkatkan kesehatan usus dan penyerapan
nutrisi. Nutrisi yang diserap dengan baik membantu tubuh dalam memanfaatkan kalsium
dan nutrisi lainnya yang penting untuk kesehatan tulang.

Namun, penting untuk memilih yogurt susu sapi rendah lemak atau rendah gula, terutama jika
seseorang juga memiliki kondisi kesehatan lain seperti obesitas atau diabetes. Selain itu, sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mengubah atau menambahkan makanan dalam
diet, terutama jika ada kondisi kesehatan yang perlu dipertimbangkan.

Perlu diingat bahwa yogurt susu sapi tidak boleh dijadikan satu-satunya sumber kalsium dalam diet.
Penting untuk menjaga diet yang seimbang dengan asupan kalsium yang cukup dari berbagai sumber
makanan, seperti susu rendah lemak, keju rendah lemak, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau,
dan ikan berlemak.
OsteoporosisPrimer 2

Sekitar 65-80% wanita dan 45-60% pria dengan Osteoporosis menderita osteoporosis primer.
Pada wanita Dengan fraktur kompresi karena osteoporosis primer Didapat masa tulang kortikal dan
trabekular yang kurang.Jumlah trabekula yang kurang dan pertanda biokimiawi Serta histologik
merupakan bukti terjadinya resorpsi tulang Yang meningkat dibandingkan kontrol pada umur yang
Sama. Hormonestron dan androstendion berkurang secara Bermakna pada wanita dengan
osteoporosis, dan hal ini Merupakan sebagian sebab didapatkannya resorpsi tulang Yang bertambah
banyak dan pengurangan masa tulang. Absorbsi kalsium pada wanita dengan kondisi ini menjadi
Lebih rendah. Osteoporosis primer dibagi lagi menjadi:
Osteoporosis tipe 1,disebut juga postemenoposal Osteoporosis. Osteoporosis tipe ini bisa
terjadi pada Dewasa muda dan usia tua, baik laki-laki maupun Perempuan. Pada perempuan usia
antara 51-75 tahun Beresiko 6 kali lebih banyak daripada laki-laki dengan Kelompok umur yang sama.
Tipe osteoporosis iniberkaitan Dengan perubahan hormon setelah menopause dan banyak Dikaitkan
dengan patah tulang pada ujung tulang Pengumpil lengan bawah. Pada osteoporosis jenis ini Terjadi
penipisan bagian keras tulang yang paling luar (kortek) dan perluasan rongga tulang.
Osteoporosis tipe 2, disebut juga senile Osteoporosis (involutionalosteoporosis). Tipe 2 ini
banyak Ditemui pada usia di atas 70 tahun dan dua kali lebih banyak Pada wanita dibanding laki-laki
pada umur yang sama. Kelainan pertulangan terjadi pada bagian kortek maupun Di bagian trabikula.
Tipe inisering dikaitkan dengan patah Tulang kering dekat sendi lutut, tulang lengan atas dekat Sendi
bahu, dan patah tulang paha dekat sendi panggul. Osteoporosis jenis ini,terjadi karena gangguan
pemanfaatan Vitamin D oleh tubuh, misalnya karena keadaan kebal Terhadap vitaminD(vit Dresisten)
atau kekurangan dalam Pembentukan vitamin D (vit D synthesa) dan bisa juga Disebabkan karena
kurangnya sel-sel perangsang Pembentukan vitamin D(vitDreseptor)

Osteoporosis Sekunder 2

Osteoporosis sekunder lebih jarang ditemukan,Hanya 5% dari seluruh osteoporosis. Osteoporosis


Sekunder terdapat pada 20-35% wanita dan 40-55% pria,Dengan gejalanya berupa fraktur pada
vertebra dua atau Lebih.Diantara kelainan ini yang paling sering terjadi adalah Pada pengobatan
dengan steroid, mieloma, metastasis ketulang, operasi pada lambung, terapi anti konvulsan, dan
hipogonadisme pada pria. Osteoporosis sekunder ini disebabkan oleh faktor di luar tulang
diantaranya: Karena gangguan hormon seperti hormon gondok, tiroid, dan paratiroid, insulin pada
penderita diabetes melitus dan glucocorticoid, Karena zat kimia dan obat-obatan seperti
nikotin,rokok,obat tidur, kortikosteroid,alkohol,Penyebab lainseperti istirahat total dalam waktu
lama,penyakit gagal ginjal,penyakit hati, gangguan penyerapan usus,penyakit kanker dan keganasan
lain,sarcoidosis, penyakit sumbatan saluran paruyang menahun,berkurangnya daya tarik bumi dalam
waktu lama seeperti pada awak pesawat ruang angkasa yang berada di luar angkasa sampai
berbulan-bulan

Patogenesis
Patogenesis semua macam osteoporosis adalah sama yaitu adanya balans tulang negatif yang
patologik dan kekurangan kalsium yang dapat disebabkan oleh peningkatan resorpsi tulang dan atau
penurunan pembentukan tulang. Massa tulang pada semua usia ditentukan oleh 3 variabel yaitu
massa tulang puncak,usia dimana kekurangan massa tulang mulai terjadi dan kecepatan
kehilangantulang meningkat1 Massatulang akan terus meningkat sampai mencapai
puncaknyapadausia 30-35 tahun. Puncak masa tulang ini lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan. Untuk jangka waktu tertentu keadaan massa tulang tetap stabil dan kemudian terjadi
pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan umur. Densitas tulang yang rendah pada usia
lanjut dapat terjadi akibat puncak massa tulang yang tidak cukup atau meningkatnya kehilangan
tulang sebagai kelanjutan usaha untuk mencapai massa tulang yang normal Pada osteoporosis
didapat massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang dengan akibat
peningkatan fragilitas tulang dan resiko fraktur. Bertambahnyakehilangantulang dapat disebabkan
oleh umur, menopause, dan beberapa faktor sporadik.

Keluhandan Gejala Osteoporosis

Bila tidak disertai dengan penyakit pemberat lain

(komplikasi), penderita osteoporosis bisa saja tidak

Merasakan gejala apapun(5). Keluhanyang mungkintimbul

Hanyaberuparasa sakit dan tidak enak dibagianpunggung

Atau daerah tulang yang mengalami osteoporosis. Namun

Perlu diwaspadai, bahwa patah tulang bisa terjadi hanya

Karena sedikit goncangan atau benturan yang sering pada

Tulang yang manahan bebantubuh. Rasa nyeribisa hilang

Sendiri setelah beberapa hari atau beberapa minggu, dan

Kemudian timbul lagi bila proses osteoporosis terjadi lagi


Di tempat lain.Pemadatanruas tulang punggungyang luas

(multiple compression) bisa memperlihatkan gejala

Membungkuk padatulang belakang, yang terjadi perlahan

Dan menahun dengan keluhan nyeri tumpul. Gejalanya,

Penderita nampak bongkok sebagai akibat kekakuanpada

Otot punggung 6.

Faktor Resiko Osteoporosis

Resiko paling tidak menguntungkan penderita

Osteoporosis adalah terjadinya fraktur tulang yang apabila

Tidak ditangani dengan tuntas sampai dengan rehabilitasi

Medik,makapasien akanmengalami disabilitas, gangguan

Fungsi aktivitas dari tingkat sederhana sampai berat dan

Mengalami keterbatasan dalam bersosialisasi yang

Ujungnya dapat mempengaruhi kualitas hidup

Penderitanya(l). Faktor resiko osteoporosis dapat

Dibedakan menjadi faktor resiko yang sifatnya tidak dapat


Diubah dan yang dapat diubah. Untuk yang tidak dapat

Diubah diantaranya2: Gender perempuan: Padaumumnya

Perempuan mempunyai tulangyang lebihringandanlebih

Kecil dibandingkan laki-laki, Usia lanjut, Riwayat

Osteoporosis dalam keluarga: Umumnya tipe perawakan

Tubuh dalam anggota keluarga saling mirip satu dengan

Lainnya. Ras: PerempuanAsia dan Kaukasia lebih mudah

Terkena osteoporosis dibandingkan perempuan Afrika.

Bentuk badan: Semakin kecil dan kurus tubuh seseorang,

Semakin beresiko mengalami osteoporosis. Beberapa

Penyakit seperti anoreksia, diabetes, diare kronis,penyakit

Ginjal dan hati.

Sedangkan untuk faktor resiko osteoporosis yang

Dapat diubah diantaranya adalah3: Berhenti merokok,

Kurangi konsumsi alkohol, Segera atasi kekurangan


Asupan kalsium,Lakukanprogramlatihanfisik, Menambah

Berat badan bagi yang kekurangan berat badan (kurus),

Flindari penggunaan obat-obatan steroid, fenobarbital,

Fenitoin

UpayaPencegahanOsteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi,

Terkadang tanpa gejala dan tidak terdeteksi, sampai timbul

Gejala nyeri karena mikrofraktur ataukarenapatahtulang

Anggota gerak. Karena tingginya morbiditas yang terkait

Dengan patah tulang, makaupaya pencegahan merupakan

Prioritas. Pencegahan osteoporosis dapat dibagi dalam 3

Kategoriyaituprimer, sekunder dan tersier (sesudah terjadi

Fraktur)

PencegahanPrimer

Pencegahan primer merupakan upaya terbaik serta

Dirasa paling murah dan mudah.Yang termasuk ke dalam


Pencegahan primer adalah:

Kaksium

Mengkonsumsi kalsium cukup baik dari makanan

Sehari-hari ataupun dari tambahan kalsium,padaumumnya

Aman kecuali pada pasien dengan hiperkalsemia atau

Nefrolitiasis. Jenis makanan yang cukup mengandung

Kalsium adalah sayuran hijaudanjeruk sitrun. Sedangkan

Diet tinggiproteinhewani dapat menyebabkankehilangan

Kalsium bersama urin. Dalam suatu penelitian dikatakan

Bahwa perempuan yang melakukan diet vegetarian lebih

Dari 20 tahun mengalami kehilangan mineral tulang lebih

Rendah yaitu sebesar 18% dibandingkan perempuan non

Vegetarian sebesar 35%6.

LatihanFisik (Exercise)

Latihan fisik harus mempunyai unsur

Pembebanan pada anggota tubuh/ gerak dan penekanan


Pada aksis tulang seperti jalan, joging, aerobik ataujalan

Naik turunbukit.Olahragarenangtidak memberikanmanfaat

Yang cukup berarti. Sedangkanjika latihanberlebihanyang

Mengganggumenstruasi (menjadi amenorrhea) sangat tidak

Dianjurkan karena akan mengakibatkan terjadinya

Peningkatankehilangan massa tulang. Demikianpulapada

Laki-laki dengan latihan fisik berat dan berat dapat terjadi

Kehilangan massa tulang6. Hindari faktor yang dapat

Menurunkan absorpsi kalsium, meningkatkan resorpsi

Tulang, atau mengganggu pembentukan tulang, seperti

Merokok, minum alkohol dan mengkonsumsi obat yang

Berkaitan dengan terjadinya osteoporosis6. Kondisi yang

Diduga akan menimbulkan osteoporosis sekunder, harus

Diantisipasi sejak awal6.

Pencegahan Sekunder
KonsumsiKalsiumTambahan

Konsumsi kalsium dilanjutkan pada periode

Menopause, 1200-1500 mg per hari, untuk mencegah

Negative calcium balance. Pemberian kalsium tanpa

Penambahan estrogen dikatakan kurang efektif untuk

Mencegah kehilangan massa tulang pada awal periode

Menopause. Penurunan massa tulang terlihat jelas pada

Perempuan menopause yang asupan kalsiumnya kurang

Dari 400 mgper hari. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa

Pemberian kalsium bersama dengan estrogen dapat

Menurunkan dosis estrogen yang diperlukan sampai

Dengan 50%<2).

EstrogenReplacementTherapy (ERT)

Semua perempuanpada saat menopausemempunyai

Resiko osteoporosis. KarenaitudianjurkanpemakaianERT

Pada mereka yang tidak ada kontraindikasi. ERT


Menurunkan resiko fraktur sampai dengan 50% pada

Panggul, tulang radius dan verte

Latihanfisik (Exercise)

Latihan fisik bagi penderita osteoporosis bersifat

Spesifik dan individual. Prinsipnya tetap sama dengan

Latihan beban dan tarikan pada aksis tulang. Perlu

Diperhatikan berat ringannya osteoporosis yang terjadi

Karenahal iniberhubungandengan dosis dan cara gerakan

Yang bersifat spesifik tersebut. Latihan tidak dapat

Dilakukan secara masal karena perlu mendapat supervisi

Dari tenaga medis/paramedis terlatih individu per

Individu®.

PemberianKalsitonin

Kalsitoninbekerja menghambat resorpsitulang dan

Dapat meningkatkan massa tulang apabila digunakan

Selama 2 tahun. Nyeri tulangjuga akan berkurang karena


Adanya efek peningkatan stimulasi endorfin. Pemakaian

Kalsitonin diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat

menggunakanERT, pasienpascamenopause lebih dari 15

tahun, pasien dengan nyeri akibat fraktur osteoporosis,

danbagipasienyang mendapat terapi kortikosteroiddalam

waktu lama®.

Terapi

Terapi yang juga diberikan adalah vitamin D dan

Tiazid, tergantung kepada kebutuhan pasien. Vitamin D

Membantu tubuh menyerap dan memanfaatkan kalsium.

Duapuluhlimahidroksivitamin Ddianjurkan diminum setiap

Haribagi pasien yang menggunakan suplemen kalsium®.

PencegahanTersier

Setelah pasien mengalami fraktur osteoporosis,

Pasienjangan dibiarkan imobilisasiterlalu lama. Sejak awal


Perawatandisusun rencanamobilisasi mulai dari mobilisasi

Pasifsampai dengan aktifdanberfungsi mandiri.Beberapa

Obat yang mempunyai manfaat adalah bisfosfonat,

Kalsitonin,danNSAIDbilaada nyeri.Dari sudut rehabilitasi

Medik, pemakaian ortose spinal/ korset dan program

Fisioterapi/ okupasi terapi akanmengembalikankemandirian

Pasien secara optimal.”’

Anda mungkin juga menyukai