Disusun oleh :
Heprilyanah : 14215200
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Shalawat
serta salam kami sampaikan kepada nabi kita Muhammad saw yang telah membawa kita dari
zaman kebodohan kepada zaman yang sekarang.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok agama
muamalah. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan
penulisnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mohon maaf kepada semua pihak, apabila masih banyak terdapat kesalahan
dalam penyelesaian makalah ini. Karena kami juaga masig dalam proses belajar dan masih
membutuhkan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini.
Kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapakan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
JUDUL..............................................................................................................................
C. Tujuan .............................................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wakaf merupakan salah satu Ajaran Islam Yang menyangkut. Kehidupan Bermasyarakat.
Dari segiIjtima’iyah (ibadah sosial) Yang tujuan utamanya Adalah pengabdian kepada Allah
SWT dan ikhlas Mencari ridha-Nya,Wakaf sebagai tuntunan Ibadah sosial dalam,Praktiknya
harus dilakukan Berdasarkan sesuai syariat Islam dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang wakaf.
Secara bahasa asal kata dari waqafa sama dengan habasa. Jadi al-waqf Sama dengan al-
habs yaitu artinya menahan-nahan.Sedangkan secara istilah Wakaf Ialah menahan Asal harta
Dan menggunakan Hasil atau manfaatnya. Dalam pengertian lain, wakaf ialah menahan. Atau
menghentikan harta Yang Diambil manfaatnya untuk kepentingan kebaikan dan juga
mendekatkan diri Kepada Allah SWT. Pengertian wakaf.menurut Undang-Undang pasal 1 ayat
(1) PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik adalah:
“Perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan Sebagian dari harta
kekayaannya yang berupa tanah milik dan Melembagakannya untuk selama-lamanya
untuk kepentingan peribadatan Atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran
agama Islam”.
Dari rumusan pengertian tersebut dalam fiqih Islam, wakaf meliputi Berbagai benda.
Walaupun berbagai riwayat/hadis menceritakan. Masalah Wakaf yaitu mengenai tanah,
akantetapi berbagai ulama memahami. Bahwa Wakaf nontanah ketika diambil manfaatnya
boleh-boleh Saja asal bendanyaTidak langsung musnah atau habis.
Beberapa dalil yang bersifat umum yang dijadikan landasan adanya Syariat wakaf, antara lain
yaitu :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah Kamu, sembahlah
tuhanmu, dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu Mendapatkan kemenangan”. (al-hajj: 77)5
Artinya: “kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu Menginfakan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu Infakkan, tentang hal itu sungguh Allah maha
mengetahui”.(Ali Imran: 92)6
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Makalah ini dibuat agar teman-teman mahasiswa dapat mengerti dan memahami :
PEMBAHASAN
َم َثُل اَّلِذ ْيَن ُيْنِفُقْو َن َاْم َو اَلُهْم ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َك َم َثِل َح َّبٍة َاْۢن َبَتْت َس ْبَع َس َناِبَل ِفْي ُك ِّل ُس ْۢن ُبَلٍة ِّم اَئُة َح َّبٍةۗ َو ُهّٰللا ُيٰض ِع ُف ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء
”Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Al Baqarah
ayat 261 )
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاْنِفُقْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َك َسْبُتْم َو ِم َّم ٓا َاْخ َر ْج َنا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِضۗ َو اَل َتَيَّمُم وا اْلَخ ِبْيَث ِم ْنُه ِآاَّل َاْن ُتْغ ِمُضْو ا
ِفْيِهۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َح ِم ْيٌد ُتْنِفُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰا ِخِذْيِه
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu
memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” (Al Baqarah ayat 267 )
ّٰت
َلْن َتَناُلوا اْلِبَّر َح ى ُتْنِفُقْو ا ِم َّم ا ُتِح ُّبْو َن ۗ َو َم ا ُتْنِفُقْو ا ِم ْن َش ْي ٍء َفِاَّن َهّٰللا ِبٖه َعِلْيٌم
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta
yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha
Mengetahui.” (Ali Imran ayat 92)
Dari Abu Hurairah (ia berkata)
Salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim mengenai jenis amal
jariyah ini cukup terkenal. Hadist ini bersumber dari Abu Hurairah yang didasarkan pada
sabda Nabi Muhammad.
ِإَذ ا َم اَت اِإْل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع َم ُلُه ِإاَّل ِم ْن َثاَل َثٍة ِم ْن َص َد َقٍة َج اِر َيٍة َو ِع ْلٍم ُيْنَتَفُع ِبِه َوَو َلٍد َص اِلٍح َيْدُعو َلُه
Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR
Muslim).
B. Definisi Wakaf
Kata “wakaf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa” yang berarti menahan harta
untuk diwakafkan atau tidak dipindah milikkan. Meskipun begitu, jika dipandang melalui
sudut pandang agama, wakaf memiliki banyak pemahaman. Berdasarkan pengertian dari
Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal, wakaf adalah suatu kegiatan melepaskan harta
yang diwakafkan dari kepemilikan wakif.
Yang dimaksud dengan melepaskan harta ini adalah, setelah prosedur perwakafan
dilakukan secara sempurna dan benar, seorang wakif tidak boleh melakukan ketentuan
apa pun terhadap harta yang diwakafkan. Harta yang diwakafkan tersebut disalurkan
kepada penerima wakaf (mauquf alaih) sebagai sedekah yang mengikat. Dengan kata
lain, harta yang telah diwakafkan tidak bisa diwariskan kepada ahli waris dari waqif.
Harta yang diwakafkan juga menjadi tanggung jawab penerima wakaf sepenuhnya
dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan sosial dan seorang wakif tidak boleh
melarang pengelolaan harta yang telah diwakafkan.
Pengertian wakaf lainnya juga datang dari sudut pandang Mazhab Hanafi,
pengertian wakaf mencakup kepada seseorang yang menahan suatu benda atau harta yang
diketahui secara hukum untuk diwakafkan kepada pihak tertentu dalam rangka agar
manfaatnya dapat digunakan manfaatnya untuk kesejahteraan umum.
Menurut kedua sudut pandang Mazhab Syafi’i dan Hanafi, dapat terlihat
persamaan pengertian wakaf memiliki tujuan untuk pemilik harta dapat menyedekahkan
manfaat dari sebagian hartanya untuk keperluan sosial, baik di masa ini maupun di masa
depan.
C. Rukun Wakaf
Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut- Thalibin menjelaskan bahwa rukun wakaf
ada empat rukun yang harus dipenuhi dalam berwakaf:
Adapun harta benda yang akan diwakafkan harus memenuhi syarat yakni bernilai,
bermanfaat, menjadi milik sah si pewakaf, jelas jumlah dan kadarnya, serta termasuk
jenis benda bergerak, tidak bergerak atau uang.
Muslim yang berwakaf tak hanya mendapatkan pahala saat menyerahkan wakaf,
tapi akan terus mendapat kucuran pahala meskipun pewakaf tersebut sudah meninggal
dunia.
D. Syarat Wakaf
1. Al-waqif
Syarat pertama yang membuat wakaf menjadi sah adalah keberadaan pemberi
wakaf (Al-waqif). Tidak sekadar menjadi pihak yang memiliki harta saja, pemberi
wakaf juga harus cakap bertindak dalam mengelola hartanya. Hal tersebut mencakup
kondisi berakal sehat, dewasa, dan tidak sedang dalam keadaan bangkrut.
2. Al-mauquf
a. Wakaf benda tak bergerak (diam), seperti tanah, rumah, toko, dan semisalnya.
Telah sepakat para ulama tentang disyariatkannya wakaf jenis ini.
b. Wakaf benda bergerak (bisa dipindah), seperti mobil, hewan, dan semisalnya.
Termasuk dalil yang menunjukkan bolehnya wakaf jenis ini adalah hadits:
“Adapun Khalid maka dia telah mewakafkan baju besinya dan pedang (atau
kuda)-nya di jalan Allah Ta’ala” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
3. Al-mauquf ‘alaih
Selain pemberi wakaf dan harta yang diwakafkan, syarat selanjutnya yang
perlu dipenuhi adalah kehadiran penerima wakaf (Al-mauquf ‘alaih). Penerima wakaf
bisa datang dari individu maupun kelompok tertentu. Penting bagi penerima wakaf
untuk berada dalam kondisi yang sehat secara jasmani maupun rohani. Hal tersebut
diperlukan agar penerima wakaf dapat memanfaatkan harta yang diterima secara bijak
dan tidak memiliki tujuan maksiat.
Sighah adalah syarat melakukan wakaf yang perlu dilakukan oleh pemberi
harta. Dalam syarat ini, pemberi wakaf harus mengeluarkan pernyataan secara jelas
dan pasti tentang tujuan dari ibadah wakafnya.
a. Lafaz ikrar harus berisi kata-kata yang menunjukkan kekalnya wakaf (ta’bid).
Tidak sah kalau ucapan wakaf dibatasi dengan waktu tertentu.
b. Ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu.
c. Ucapan itu bersifat pasti dan jelas (sharih) yang berarti wakaf dan tidak
mengandung makna lain.
d. Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua
persyaratan di atas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi
penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan
harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah
orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi
bersifat ghaira tammah.
5. Peruntukan wakaf
Jenis wakaf ini merupakan salah satu amalan sedekah yang dilihat dari segi
kemanfaatannya untuk orang lain. Wakaf berdasarkan peruntukannya dibedakan
menjadi tiga, yakni wakaf ahli, khairi dan musytarak. Berikut masing-masing
penjelasannya:
a. Wakaf khairi
b. Wakaf Ahli
6. Jangka waktu
Jenis wakaf berdasarkan waktu dibagi menjadi dua, yakni Muabbad dan
Mu’aqqot. Berikut perbedaannya:
a. Muabbad
b. Mu’aqqot
Jenis wakaf lainnya dibedakan berdasarkan harta, meliputi wakaf benda bergerak
selain uang, benda tidak bergerak dan benda bergerak berupa uang. Berikut contoh
wakaf untuk masing-masing jenis tersebut:
Wakaf tidak bergerak: bangunan, tanah, sumur, kebun dan lainnya. Dalam
wakaf ini, wakif memiliki sertifikat tanah yang diwakafkan.
Wakaf benda bergerak selain uang: bahan bakar minyak, hak atas kekayaan
intelektual, surat berharga, transportasi dan lainnya.
Wakaf benda bergerak berupa uang: wakaf uang, saham dan sejenisnya.
Ada dua jenis wakaf yang dibedakan menurut penggunaan harta wakaf,
yakni Mubasyir/Dzati dan Mistitsmary. Berikut penjelasan dan contoh wakaf
tersebut:
KESIMPULAN
1. wakaf adalah suatu kegiatan melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan
wakif. seseorang yang menahan suatu benda atau harta yang diketahui secara hukum
untuk diwakafkan kepada pihak tertentu dalam rangka agar manfaatnya dapat digunakan
manfaatnya untuk kesejahteraan umum.
2. Dalil-dalil mengenai wakaf : dalam al-quran surah ” (Al Baqarah ayat 261 ) yang artinya
”Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
3. Rukun wakaf adalah : Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut- Thalibin menjelaskan
bahwa rukun wakaf ada empat rukun yang harus dipenuhi dalam berwakaf:
4. syarat-syarat wakaf : Ada delapan syarat yang menjadi ketentuan dalam pengertian wakaf
yang perlu dipahami.
a. Al-waqif
b. Al-mauquf
c. Al-mauquf ‘alaih
d. Sighah ( lafadz ikrar wakaf)
e. Peruntukan wakaf
f. Jangka waktu
g. Wakaf Berdasarkan Harta
h. Berdasarkan Penggunaan Harta Yang Diwakafkan
DAFTAR PUSTAKA