Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA MUAMALAH

WAKAF ( PENAHANAN HAK MILIK )

Dosen Pengampu: AHMAD KHAMID S.Th.i,M.Ag.

Disusun oleh :

Heprilyanah : 14215200

Farah Ismah Naqiya : 14215195

KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2023

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Shalawat
serta salam kami sampaikan kepada nabi kita Muhammad saw yang telah membawa kita dari
zaman kebodohan kepada zaman yang sekarang.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok agama
muamalah. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan
penulisnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami juga mohon maaf kepada semua pihak, apabila masih banyak terdapat kesalahan
dalam penyelesaian makalah ini. Karena kami juaga masig dalam proses belajar dan masih
membutuhkan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini.

Kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapakan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 19 Mei 2023

Kelompok 10

DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

A. Latar belakang ...............................................................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................................

C. Tujuan .............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

A. Dalil Tentang wakaf ........................................................................................

B. Definisi wakaf ..................................................................................................

C. Rukun wakaf ...................................................................................................

D. Syarat wakaf ....................................................................................................

E. Syarat Akad wakaf ..........................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................................

B. Saran ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wakaf merupakan salah satu Ajaran Islam Yang menyangkut. Kehidupan Bermasyarakat.
Dari segiIjtima’iyah (ibadah sosial) Yang tujuan utamanya Adalah pengabdian kepada Allah
SWT dan ikhlas Mencari ridha-Nya,Wakaf sebagai tuntunan Ibadah sosial dalam,Praktiknya
harus dilakukan Berdasarkan sesuai syariat Islam dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang wakaf.

Secara bahasa asal kata dari waqafa sama dengan habasa. Jadi al-waqf Sama dengan al-
habs yaitu artinya menahan-nahan.Sedangkan secara istilah Wakaf Ialah menahan Asal harta
Dan menggunakan Hasil atau manfaatnya. Dalam pengertian lain, wakaf ialah menahan. Atau
menghentikan harta Yang Diambil manfaatnya untuk kepentingan kebaikan dan juga
mendekatkan diri Kepada Allah SWT. Pengertian wakaf.menurut Undang-Undang pasal 1 ayat
(1) PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik adalah:

“Perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan Sebagian dari harta
kekayaannya yang berupa tanah milik dan Melembagakannya untuk selama-lamanya
untuk kepentingan peribadatan Atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran
agama Islam”.

Dari rumusan pengertian tersebut dalam fiqih Islam, wakaf meliputi Berbagai benda.
Walaupun berbagai riwayat/hadis menceritakan. Masalah Wakaf yaitu mengenai tanah,
akantetapi berbagai ulama memahami. Bahwa Wakaf nontanah ketika diambil manfaatnya
boleh-boleh Saja asal bendanyaTidak langsung musnah atau habis.

Beberapa dalil yang bersifat umum yang dijadikan landasan adanya Syariat wakaf, antara lain
yaitu :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah Kamu, sembahlah
tuhanmu, dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu Mendapatkan kemenangan”. (al-hajj: 77)5

Artinya: “kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu Menginfakan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu Infakkan, tentang hal itu sungguh Allah maha
mengetahui”.(Ali Imran: 92)6

Selanjutnya, Rasulullah juga telah menegaskan dalam sabdanya:


Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Nabi Saw. Telah Bersabda: “Apabila
manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”.(H.R. Muslim).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari wakaf ?


2. Dalil mengenai wakaf
3. Jelaskan mengenai rukun wakaf ?
4. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat wakaf ?
5. Contoh dari wakaf?

C. TUJUAN
Makalah ini dibuat agar teman-teman mahasiswa dapat mengerti dan memahami :

1. Pengertian wakaf dari berbagai sumber.


2. Dali yang mengenai wakaf.
3. Rukun dalam perwakafan.
4. Syarat-syarat wakaf.
5. Cotoh dari wakaf.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dalil Tentang Wakaf.

Allah Ta'ala berfirman:

‫َم َثُل اَّلِذ ْيَن ُيْنِفُقْو َن َاْم َو اَلُهْم ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َك َم َثِل َح َّبٍة َاْۢن َبَتْت َس ْبَع َس َناِبَل ِفْي ُك ِّل ُس ْۢن ُبَلٍة ِّم اَئُة َح َّبٍةۗ َو ُهّٰللا ُيٰض ِع ُف ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء‬

”Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Al Baqarah
ayat 261 )

Allah Ta'ala juga berfirman:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاْنِفُقْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َك َسْبُتْم َو ِم َّم ٓا َاْخ َر ْج َنا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِضۗ َو اَل َتَيَّمُم وا اْلَخ ِبْيَث ِم ْنُه ِآاَّل َاْن ُتْغ ِمُضْو ا‬
‫ِفْيِهۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َح ِم ْيٌد ُتْنِفُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰا ِخِذْيِه‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu
memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” (Al Baqarah ayat 267 )

Dan juga Allah berfirman:

‫ّٰت‬
‫َلْن َتَناُلوا اْلِبَّر َح ى ُتْنِفُقْو ا ِم َّم ا ُتِح ُّبْو َن ۗ َو َم ا ُتْنِفُقْو ا ِم ْن َش ْي ٍء َفِاَّن َهّٰللا ِبٖه َعِلْيٌم‬

“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta
yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha
Mengetahui.” (Ali Imran ayat 92)
Dari Abu Hurairah (ia berkata)

Salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim mengenai jenis amal
jariyah ini cukup terkenal. Hadist ini bersumber dari Abu Hurairah yang didasarkan pada
sabda Nabi Muhammad.

‫ِإَذ ا َم اَت اِإْل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع َم ُلُه ِإاَّل ِم ْن َثاَل َثٍة ِم ْن َص َد َقٍة َج اِر َيٍة َو ِع ْلٍم ُيْنَتَفُع ِبِه َوَو َلٍد َص اِلٍح َيْدُعو َلُه‬

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR
Muslim).

B. Definisi Wakaf

Kata “wakaf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa” yang berarti menahan harta
untuk diwakafkan atau tidak dipindah milikkan. Meskipun begitu, jika dipandang melalui
sudut pandang agama, wakaf memiliki banyak pemahaman. Berdasarkan pengertian dari
Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal, wakaf adalah suatu kegiatan melepaskan harta
yang diwakafkan dari kepemilikan wakif.

Yang dimaksud dengan melepaskan harta ini adalah, setelah prosedur perwakafan
dilakukan secara sempurna dan benar, seorang wakif tidak boleh melakukan ketentuan
apa pun terhadap harta yang diwakafkan. Harta yang diwakafkan tersebut disalurkan
kepada penerima wakaf (mauquf alaih) sebagai sedekah yang mengikat. Dengan kata
lain, harta yang telah diwakafkan tidak bisa diwariskan kepada ahli waris dari waqif.
Harta yang diwakafkan juga menjadi tanggung jawab penerima wakaf sepenuhnya
dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan sosial dan seorang wakif tidak boleh
melarang pengelolaan harta yang telah diwakafkan.

Pengertian wakaf lainnya juga datang dari sudut pandang Mazhab Hanafi,
pengertian wakaf mencakup kepada seseorang yang menahan suatu benda atau harta yang
diketahui secara hukum untuk diwakafkan kepada pihak tertentu dalam rangka agar
manfaatnya dapat digunakan manfaatnya untuk kesejahteraan umum.

Menurut kedua sudut pandang Mazhab Syafi’i dan Hanafi, dapat terlihat
persamaan pengertian wakaf memiliki tujuan untuk pemilik harta dapat menyedekahkan
manfaat dari sebagian hartanya untuk keperluan sosial, baik di masa ini maupun di masa
depan.

C. Rukun Wakaf
Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut- Thalibin menjelaskan bahwa rukun wakaf
ada empat rukun yang harus dipenuhi dalam berwakaf:

1. Orang yang Mewakafkan Harta (Waqif)

Seorang muslim yang berniat mewakafkan hartanya harus memenuhi beberapa


riteria sesuai syariat Islam. Pertama,memiliki kekuasaan penuh terhadapharta yang
diwakafkan. Kedua meliputi muslim yang merdeka,berakal sehat (tidak gila) dan
tidak sedang bangkrut. Ketiga,baligh. Keempat,mampu bertindak secara hokum
(rasyid)

2. Harta Benda yang Diwakafkan (Mauquf)

Adapun harta benda yang akan diwakafkan harus memenuhi syarat yakni bernilai,
bermanfaat, menjadi milik sah si pewakaf, jelas jumlah dan kadarnya, serta termasuk
jenis benda bergerak, tidak bergerak atau uang.

3. Orang yang Menerima Harta Wakaf (Mauquf alaih)

Sedangkan syarat-syarat sebagai penerima harta wakaf meliputi menyatakan


tujuan yang jelas dari penggunaan harta tersebut, identitas orang yang ditunjuk sebagai
mauquf alaih dan ikrar wakaf yang jelas.

4. shighah ( lafazd ikrar wakaf dari orang yang mewakafkan)

Muslim yang berwakaf tak hanya mendapatkan pahala saat menyerahkan wakaf,
tapi akan terus mendapat kucuran pahala meskipun pewakaf tersebut sudah meninggal
dunia.

D. Syarat Wakaf

Sebagaimana yang sudah diinformasikan sebelumnya. Dalam pengertian wakaf


secara mendalam ada syarat-syarat yang perlu dipenuhi agar ibadah wakaf dapat
dilakukan secara sah. Ada enam syarat yang menjadi ketentuan dalam pengertian wakaf
yang perlu dipahami.

1. Al-waqif

Syarat pertama yang membuat wakaf menjadi sah adalah keberadaan pemberi
wakaf (Al-waqif). Tidak sekadar menjadi pihak yang memiliki harta saja, pemberi
wakaf juga harus cakap bertindak dalam mengelola hartanya. Hal tersebut mencakup
kondisi berakal sehat, dewasa, dan tidak sedang dalam keadaan bangkrut.

2. Al-mauquf

Al-mauquf merupakan syarat kedua yang perlu dipenuhi dalam memahami


pengertian wakaf. Syarat ini mencakup aturan harta atau benda apa saja yang
dinyatakan sah untuk bisa diwakafkan.

 Benda yang diwakafkan harus berharga atau bernilai


 Benda tersebut adalah milik pewakaf sepenuhnya
 Benda yang diwakafkan harus diketahui kadarnya
 Benda tersebut dapat dipindahkan kepemilikannya dan dibenarkan untuk
diwakafkan.

Adapun jenis benda yang diwakafkan ada tiga macam:

a. Wakaf benda tak bergerak (diam), seperti tanah, rumah, toko, dan semisalnya.
Telah sepakat para ulama tentang disyariatkannya wakaf jenis ini.

b. Wakaf benda bergerak (bisa dipindah), seperti mobil, hewan, dan semisalnya.
Termasuk dalil yang menunjukkan bolehnya wakaf jenis ini adalah hadits:

“Adapun Khalid maka dia telah mewakafkan baju besinya dan pedang (atau
kuda)-nya di jalan Allah Ta’ala” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

c. Wakaf berupa uang.

3. Al-mauquf ‘alaih

Selain pemberi wakaf dan harta yang diwakafkan, syarat selanjutnya yang
perlu dipenuhi adalah kehadiran penerima wakaf (Al-mauquf ‘alaih). Penerima wakaf
bisa datang dari individu maupun kelompok tertentu. Penting bagi penerima wakaf
untuk berada dalam kondisi yang sehat secara jasmani maupun rohani. Hal tersebut
diperlukan agar penerima wakaf dapat memanfaatkan harta yang diterima secara bijak
dan tidak memiliki tujuan maksiat.

4. Syarat-syarat Sighah ( lafadz ikrar wakaf)

Sighah adalah syarat melakukan wakaf yang perlu dilakukan oleh pemberi
harta. Dalam syarat ini, pemberi wakaf harus mengeluarkan pernyataan secara jelas
dan pasti tentang tujuan dari ibadah wakafnya.
a. Lafaz ikrar harus berisi kata-kata yang menunjukkan kekalnya wakaf (ta’bid).
Tidak sah kalau ucapan wakaf dibatasi dengan waktu tertentu.
b. Ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu.
c. Ucapan itu bersifat pasti dan jelas (sharih) yang berarti wakaf dan tidak
mengandung makna lain.
d. Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua
persyaratan di atas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi
penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan
harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah
orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi
bersifat ghaira tammah.

5. Peruntukan wakaf

Selanjutnya, syarat wakaf yang harus dipenuhi adalah kejelasan tentang


peruntukan wakaf itu sendiri. Harta benda yang diwakafkan harus bisa disalurkan
secara baik oleh penerima wakaf untuk keperluan masyarakat luas berdasarkan
jumlah harta yang tersedia atau diterima.

1. Wakaf Berdasarkan Peruntukan

Jenis wakaf ini merupakan salah satu amalan sedekah yang dilihat dari segi
kemanfaatannya untuk orang lain. Wakaf berdasarkan peruntukannya dibedakan
menjadi tiga, yakni wakaf ahli, khairi dan musytarak. Berikut masing-masing
penjelasannya:

a. Wakaf khairi

Wakaf yang dimanfaatkan untuk memberikan kebaikan secara terus menerus


dalam waktu lama. Pewakaf (wakif) umumnya akan memberikan syarat
penggunaan harta/benda wakaf untuk menyebar manfaat jangka panjang,
contohnya: sekolah, masjid, rumah sakit, hutan, sumur dan lainnya untuk
memberikan kesejahteraan masyarakat.

b. Wakaf Ahli

Wakaf yang tujuannya untuk memberikan kemanfaatan bagi keturunan wakif,


misalnya untuk kerabat atau keluarga. Contohnya seperti pada kisah Abu Thalhah
yang berwakaf dengan memberikan harta untuk keluarga pamannya.
c. Wakaf Musytarak

Wakaf yang manfaatnya ditujukkan untuk keturunan wakif maupun


masyarakat umum. Contohnya: pembebasan sumur pribadi agar dapat digunakan
oleh masyarakat, yayasan yang didirikan di atas tanah wakaf.

6. Jangka waktu

Dalam syarat untuk menyempurnakan ibadah wakaf, ketentuan jangka waktu


juga perlu diungkapkan sedari awal. Hal ini juga didukung oleh dasar hukum melalui
UU no. 41 tahun 2004 tentang Wakaf yang menjelaskan bahwa wakaf adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh seorang wakif untuk memisahkan dan atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.Menurut fiqih Islam.

Jenis wakaf berdasarkan waktu dibagi menjadi dua, yakni Muabbad dan
Mu’aqqot. Berikut perbedaannya:

a. Muabbad

Jenis wakaf yang manfaatnnya diperuntukkan selamanya atau jangka


panjang. Jadi jenis wakaf ini tidak boleh diambil kembali oleh pewakaf
ketika sudah ada ikrar sah memberikan harta wakaf kepada
pengelolanya.

b. Mu’aqqot

Kebalikan dari sebelumnya, wakaf mu’aqqot memiliki batas waktu


kelola, misalnya hanya untuk 10 tahun. Ketika sudah mencapai batas
waktu yang disepakati tersebut, wakaf akan dikembalikan kepada wakif.
Jadi cara kerjanya seperti sistem sewa, nadzir dapat mengelola wakaf
tersebut untuk tujuan produktif sampai waktu yang telah ditentukan.

7. Wakaf Berdasarkan Harta

Jenis wakaf lainnya dibedakan berdasarkan harta, meliputi wakaf benda bergerak
selain uang, benda tidak bergerak dan benda bergerak berupa uang. Berikut contoh
wakaf untuk masing-masing jenis tersebut:
 Wakaf tidak bergerak: bangunan, tanah, sumur, kebun dan lainnya. Dalam
wakaf ini, wakif memiliki sertifikat tanah yang diwakafkan.
 Wakaf benda bergerak selain uang: bahan bakar minyak, hak atas kekayaan
intelektual, surat berharga, transportasi dan lainnya.
 Wakaf benda bergerak berupa uang: wakaf uang, saham dan sejenisnya.

8. Berdasarkan Penggunaan Harta Yang Diwakafkan

Ada dua jenis wakaf yang dibedakan menurut penggunaan harta wakaf,
yakni Mubasyir/Dzati dan Mistitsmary. Berikut penjelasan dan contoh wakaf
tersebut:

Ubasyir atau dzati: wakaf yang digunakan untuk memberikan pelayanan


kepada masyarakat, seperti sekolah, rumah sakit atau dalam bentuk fasilitas
kesehatan seperti ambulans.

Mistitsmary: wakaf yang tujuannya lebih khusus, yakni sebagai


penanaman modal pada produksi barang dan pelayanan sesuai syariat Islam.
Contohnya: wakaf saham syariah dari perusahaan/bisnis yang tidak menjual
barang haram.

Seiring berkembangnya waktu dan zaman, wakaf sebagai amalan juga


semakin beragam. Tujuannya tetap sama, yakni untuk menyebarkan manfaat
secara luas, khususnya bagi umat muslim yang membutuhkan. Bahkan di era
modern seperti sekarang, Anda bisa menyalurkan wakaf secara online.
Sedekah Air mewadahi para donatur yang ingin berkontribusi dalam
memberikan bantuan pengadaan sumber air bersih seperti wakaf sumur untuk
daerah-daerah kekeringan di Indonesia.
BAB III

KESIMPULAN

1. wakaf adalah suatu kegiatan melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan
wakif. seseorang yang menahan suatu benda atau harta yang diketahui secara hukum
untuk diwakafkan kepada pihak tertentu dalam rangka agar manfaatnya dapat digunakan
manfaatnya untuk kesejahteraan umum.

2. Dalil-dalil mengenai wakaf : dalam al-quran surah ” (Al Baqarah ayat 261 ) yang artinya
”Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”

3. Rukun wakaf adalah : Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut- Thalibin menjelaskan
bahwa rukun wakaf ada empat rukun yang harus dipenuhi dalam berwakaf:

a. Orang yang Mewakafkan Harta (Waqif)


b. Harta Benda yang Diwakafkan (Mauquf).
c. Orang yang Menerima Harta Wakaf (Mauquf alaih)
d. shighah ( lafazd ikrar wakaf dari orang yang mewakafkan)

4. syarat-syarat wakaf : Ada delapan syarat yang menjadi ketentuan dalam pengertian wakaf
yang perlu dipahami.

a. Al-waqif
b. Al-mauquf
c. Al-mauquf ‘alaih
d. Sighah ( lafadz ikrar wakaf)
e. Peruntukan wakaf
f. Jangka waktu
g. Wakaf Berdasarkan Harta
h. Berdasarkan Penggunaan Harta Yang Diwakafkan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai