Anda di halaman 1dari 17

HAJI DAN UMRAH

DOSEN PENGAMPU :

Akip Umar S.Pd.I,M.S.I

Disusun Oleh Kelompok 9 :

1. Destin Pratiwi (210101018)


2. Windi Astuti (210101097)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL – QURAN AL-ITTIFAQIAH

INDARALAYA TAHUN AJARAN 2022 -2223

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "HAJI DAN UMROH".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Indralaya, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................ii
BAB II PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengertian Haj i dan Umroh.........................................................................................................2
B. Dasar Hukum Haji dan Umroh......................................................................................................2
C. Hikmah Disyarriatkannya Haji dan Umroh.....................................................................................4
D. Syarat, Rukun danWaji Haji dan Umroh........................................................................................6
E. Hal yang dilarang Haji dan Umroh.................................................................................................9
F. Macam -Macam Haji.....................................................................................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................13


A. KESIMPULAN...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa manusia,


danmembebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas danaqidah
yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah kita akan menjadi orang yang beruntung.
Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji adalah salah satunyayang merupakan
rukun iman yang kelima. Ibadah haji merupakan ibadah yang baikkarena tidak hanya
menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalammengerjakannya, namun juga
semangat dan harta.
Dalam mengerjakan haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh untukmencapai
Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah dengan sanak
keluarga dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan batindan kenikmatan rohani.Untuk
memper dalam pengetahuan kita, kami sebagai penulismencoba memberi penjelasan secara
singkat mengenai pengertian haji dan umrah, hukum haji dan umroh, disyiratkanya haji dan
umroh, syarat, rukun, wajib haji dan umrah serta hal-hal yang dapat membatalkan hajidan
umrah, dan macam-macam haji dan umroh.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperdalam pengetahuankami
dalam materi fiqih tsanawiyah dan memenuhi tugas dari dosen pengampu yaitu Bapak Akib
Umar M.Pd semoga dalam pembahasan ini dapat bermanfaatdengan baik bagi semua yang
membaca makalah ini
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Haji dan Umroh ?
2. Apa saja dasar hukum Haji dan Umroh ?
3. Apa hikmah disyiratkannya Haji dan Umroh ?
4. Apa syarat-syarat, rukun dan wajib Haji dan Umroh ?
5. Hal apa yang dilarang Haji dan Umroh ?
6. Apa saja macam-macam haji ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Haji dan Umroh.
2. Untuk mengetahui landasan dasar hukum Haji dan Umroh.
3. Untuk mengetahui hikmah disyiratkannya Haji dan Umroh.
4. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat , rukun dan wajib Haji dan Umroh.
5. Untuk mengetahui hal-hal yang dilarang Haji dan Umroh.
6. Untuk mengetahi macam-macam Haji dan Umroh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Haj i dan Umroh

Secara bahasa, "haji" artinya; maksud atau tujuan atau niat'. 1 Secara istilah artinya
tujuan atau maksud orang-orang Islam untuk mendatangi Baitullah untuk
melaksanakan ibadah haji sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Adapun menurut ulama' ahli fiqh definisi haji adalah menyengaja mendatangi
ka'bah untuk menunaikan amalan-amalan tertentu, atau mengunjungi tempat tertentu
pada waktu tertentu.2

Umroh diambil dari kata I'timar yang berarti mengunjungi. Maksud mengunjungi
dalam hal ini adalah mengunjungi Ka'bah, melakukan thawaf, melakukan sa'i antara
Shafa dan Marwah, serta mencukur rambut. Para ulama sepakat tentang disyaratkannya
Umroh. Ibnu Umrar ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "(Paha/a)
melaksanakan Umroh pada bu/an Ramadhan seperti (pahala) melaksanakan haji" HR
Ahmad an Ibnu Majah.

B. Dasar Hukum Haji dan Umroh

Para Ulama fiqih sepakat bahwa ibadah haji dan Umroh adalah wajib hukumnya
bagi setiap muslim yang mempunyai kemampuan biaya, fisik dan waktu sesuai dengan
nash al-Qur'an;

ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِياًل‬ ِ َّ‫َوهَّلِل ِ َعلَى الن‬

Artinya: “Dan Allah SWT mewajibkan atas manusia haji kebaituliah bagi yang
mampu.”(QS. AL-IMRAN :97).

‫َواَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ لِ ٰ ّل‬

Artinya: “Dan sempurnakan lah ibadah haji dan umroh karena alah.”(QS. AI-
BAQARAH: 196).

Nabi Ibrahim as diperintahkan untuk menyuruh ibadah haji terebut ke seluruh penjuru
dunia, sehingga berdatanglah orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang jau dengan
berjalan kaki atau berkendara, Allah SWT berfirman;

ٍ ‫ضا ِم ٍر يَّْأتِ ْينَ ِم ْن ُك ِّل فَجٍّ َع ِم ْي‬


ۙ‫ق‬ َ ْ‫اس بِ ْال َح ِّج يَْأتُو‬
َ ِّ‫ك ِر َجااًل َّوع َٰلى ُكل‬ ِ َّ‫َواَ ِّذ ْن فِى الن‬
Artinya: “dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepada mu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurasa datang dari
segenap penjuru yang jauh.” (QS. AL-HAJJ: 270).

1
Rohmansyah, Fiqh Ibadah dan Mu’amalah, (Yogyakarta;Nlp3M,2017), hal ;72
2
A Solihin As suhuili, Tuntunan Super Lengkap Haji dan Umrah, (Jakarta ; Cahaya ilmu 2018), hal 2-3

2
1. Hukum pelaksanaan
Ibadah haji hukumnya wajib, fardu 'ain bagi setiap muslim mukalaf dan
mampu. Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan ibadah haji sebagai sunnah.
Sementara itu, mengenai hukum ibadah Umroh para ulama berbeda pendapat,
sebagian mengatakan hukumnya wajib dan sebagiannya mengatakan sunnah. Mazhab
Hanafi dan Maliki mengatakan hukum ibadah Urnroh adalah sunnah, sedangkan
mazhab Syafi'i dan Hanbali mengatakan hukum ibadah Urnroh adalah wajib minimal
sekali seumur hidup.
2. Waktu pelaksanaan

Ibadah haji dapat dilaksanakan minimal empat hari,, yaitu pada tanggal 9 sampai 12
zulhijjah jika melakukan nafar awal. Jika melakukan nafar sani, ibadah haji paling cepat
bisa dilakukan dalam waktu 5 hari..

Sementara itu, umroh adalah ibadah yang tidak terikat oleh waktu. Ibadah ini dapat
dilaksanakankapan saja atau sepanjang tahun. Dan ibadah umrah dapat dilaksanakan dalam
waktau 2-3 jam saja.

3. Proses Pelaksanaan

Dalam prakteknya, orang yang menjalankan urutan-urutan ibadah haji berarti ia


sudah melakukan praktek Umroh. Karena Umroh hanya terdiri: niat, thawaf dan
sa'i, memotong rambut/tahallul. Sedangkan haji, meliputi semua tata cara Umroh
ditambah dengan wuquf di Arafah, menginap di Muzdalifah dan di Mina,
serta melempar jumroh.3

4. Miaqt

Miqat (bahasa Arab: ‫ )ميق||||ات‬adalah batas waktu dan tempat bagi dimulainya


ibadah haji (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang
ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat. Miqat digunakan
dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah.4

Miqat terdiri dari dua jenis:

a) Miqat Zamani (‫)ميقات ﺯﻣﺎﻧﻲ‬ - batas waktu dan tempat yang ditentukan berdasarkan
waktu:
 Bagi haji, miqat bermula pada bulan Syawal sampai terbit fajar tanggal
10 Zulhijah yaitu ketika ibadah haji dilaksanakan.
 Bagi umrah, miqat zamani bermula pada sepanjang tahun pada waktu
umrah dapat dilakukan.
b) Miqat Makani (‫)ميقات مكاني‬ - batas waktu dan tempat yang ditentukan berdasarkan
tempat:

3
Sayyid Sabiq, fikih sunah 3, Tahkik dan Takhrij: M Nasiruddin al-Albani, hal 166
4
Retno Widyani dan Mansyur Pribadi. Panduan Ibadah Hajidan Umrah, (Cerebon; Swagati Press, 2010)

3

Bagi mereka yang tinggal di Makkah, tempat untuk ihram haji adalah
Makkah itu sendiri (rumah sendiri). Untuk umrah ialah keluar dari tanah
haram Makkah yaitu sebaiknya di Ji'ranah, Tan'eim atau Hudaibiyah.
 Bagi mereka yang datang dari sebelah timur
seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan kebanyakan negara Asia lain,
tempatnya adalah di Yalamlam (‫)يلملم‬. Adapun pendapat yang
mengatakan Jeddah (‫ )جدة‬sebagai miqat bertolak belakang dengan dalil
yang sahih,
 Bagi yang datang dari barat seperti Mesir, miqatnya di Juhfah (‫)الجحفة‬.
 Bagi yang datang dari selatan dan timur seperti Yaman, Najd,
dan Riyadh, tempat untuk berihram adalah Qarnul Manazil (‫)قرن المنازل‬.
 Bagi yang datang dari Madinah, tempatnya di Dzulhulaifah Bir
Ali (Abyar 'Ali) (‫)ذو الحليفة أبيار علي‬.
 Bagi yang datang dari bahagian Iraq pula adalah di Dzatu 'Irq (‫)ذات عرق‬.
C. Hikmah Disyarriatkannya Haji dan Umroh

Hikmah disyariatkannya ibadah haji sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ibadah yang
lain, seperti shalat jamaah, shalat Jumat, dan dua shalat hari raya, yaitu tampaknya persatuan
umat Islam. Islam menginginkan adanya sebuah ibadah yang bisa menghilangkan sekat kaya,
miskin, tampan, jelek, kulit putih, kulit hitam, atau lainnya. Di sisi Allah SWT, semuanya
sama. Oleh karenanya, tentu adanya ibadah-ibadah yang telah disebutkan tidak lantas
mempersatukan umat Islam secara mayoritas. Ibadah itu hanya bisa mempersatukan umat
Islam di tempat mereka masing-masing. Tentu tidak dengan ibadah haji. Ibadah yang satu ini
mampu menampung semua umat Islam yang telah memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk
bersatu dalam satu baris dan satu tempat.

Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi mengatakan dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh,
bahwa Allah SWT mensyariatkan ibadah haji agar umat Islam dari seantero negeri bersatu
dan berkumpul di satu tempat yang sama, mengesampingkan semua perbedaan yang ada,
mulai dari suku, budaya, negeri, mazhab dan lainnya. Mereka semua berkumpul di atas satu
nama, yaitu Islam. Sebagaimana disampaikan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

ٍ ‫ضا ِم ٍر يَّْأتِ ْينَ ِم ْن ُك ِّل فَ ٍّج َع ِم ْي‬


 ‫ق‬ َ ْ‫اس بِ ْال َح ِّج يَْأتُو‬
َ ِّ‫ك ِر َجااًل َّوع َٰلى ُكل‬ ِ َّ‫َواَ ِّذ ْن فِى الن‬
Artinya; “(Wahai Ibrahim), serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang
datang dari segenap penjuru yang jauh” (QS Al-Hajj: 27).

Ketika semua umat Islam dari berbagai tempat telah berkumpul di Makkah, maka
akan tercipta darinya sebuah hubungan erat dan timbulnya kasih sayang antarsatu dengan
yang lainnya. Dari Indonesia akan mengenal orang Arab, begitupun sebaliknya. Orang Turki
akan mengenal orang India, pun sebaliknya. Orang barat akan mengenal orang timur, pun
sebaliknya. Dengannya, akan sangat tampak bahwa mereka bagaikan saudara dari ayah dan
ibu yang sama. Dengannya pula, akan tercipta sebuah hubungan yang diikat oleh agama
Islam dan tidak akan bisa dipisahkan oleh perbedaan ras dan suku, budaya dan bangsa.

4
Tidak sebatas itu, adanya perkumpulan di bawah naungan agama Islam, dengan satu
ibadah, satu bacaan, dan satu tujuan, yaitu meraih ridha-Nya, mereka juga bisa berbagi kisah-
kisah inspiratif dari negara mereka masing-masing, berbagi cerita perkembangan Islam dan
peradaban lainnya. Sebagaimana disampaikan Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, yaitu:

“Oleh karenanya, sesungguhnya mereka bisa bertukar pendapat tentang kebaikan-


kebaikan dunia dan akhirat. Dan ini maksud dari persatuan Islam yang ditakuti (musuh-
musuh Islam).”

Semua ini merupakan salah satu manfaat disyariatkannya ibadah haji. Sebagaimana
diisyaratkan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

ٍ ‫لِيَ ْشهَدُوا َمنَافِ َع لَهُ ْم َويَ ْذ ُكرُوا ا ْس َم هّٰللا ِ فِي َأي ٍَّام َم ْعلُو َما‬
‫ت‬

Artinya, “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar
mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan” (QS Al-Hajj: 28).

Ada juga hikmah penting yang perlu dipahami, yaitu hikmah diletakkannya ibadah
haji di kota Makkah. Selain keagungan Ka’bah yang tidak ternilai keagungan dan
kemuliaannya, Makkah sendiri sebagai tempat dilaksanakannya ibadah haji mempunyai
beberapa keistimewaan, sebagaimana disampaikan Syekh al-Jarjawi. Di antaranya: (1) kota
Makkah merupakan tanah air Nabi Muhammd SAW. yaitu tempat dilahirkannya Rasulullah;
(2) Makkah merupakan kota suci sekaligus menjadi awal munculnya agama Islam. Dari
sinilah cahaya Islam mulai menerangi berbagai penjuru bumi; (3) dengan melakukan haji,
seseorang akan mengingat perjuangan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika membangun kiblat
—mengingat merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi umat Islam; (4) Makkah
merupakan kota yang disucikan dan dijaga dari orang-orang yang beragama selain Islam.
Sebagaimana sabda Rasulullah, yaitu:

‫اَل يَجْ تَ ِم ُع ِدينَا ِن فِي َج ِزي َر ِة ْال َع َرب‬

Artinya, “Tidak akan berkumpul dua agama di Jazirah Arab” (Syekh al-Jarjawi,
Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, 1997, juz 1, h. 176).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa disyariatkannya ibadah haji tidak
hanya sebatas tentang ibadah biasa, lebih dari itu, adanya ibadah haji justru sebagai bukti
akan persatuan dan kejayaan Islam, serta sebagai bukti kekompakan pemeluknya. Juga
sebagai ajang tukar pendapat satu suku dengan suku lainnya, satu negara dengan negara
lainnya. Tidak hanya itu, ketika sudah ada di Baitullah, tidak ada perbedaan antarumat Islam,
semuanya sama-sama sebagai hamba Allah dengan tujuan yang sama pula. Mereka tidak
dibedakan dengan berbagai identitas yang mereka miliki.5

5
Sunnattulah, Artikel Tentang Sejarah Ketentuan dan Hikmah Disyarikannya Ibadah Haji dan Dmrah, (jawa
timur ; 28 juni 2021) http://islam.nu.or.id

5
Sangat disayangkan bila semua umat Islam lupa dan tidak mengetahui semua manfaat
dan hikmah luar biasa ini. Mereka melaksanakan ibadah haji hanya sebatas ingin menunaikan
kewajiban belaka yang harus ia laksanakan, namun lupa akan hikmah dan manfaat luar biasa
yang ada di dalamnya.

D. Syarat, Rukun danWaji Haji dan Umroh


1. Syarat Haji dan Umroh
Berdasarkan keterangan dalam Alquran dan hadis, persyaratan wajib haji ini terdiri
atas tujuh hal. "Syarat wajib haji ada tujuh, yaitu Islam, balig, akal, merdeka, ada
kendaraan dan bekal, keamanan di jalan, dan kondisi memungkinkan perjalanan haji,"
(Taqrib pada Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2001 M/1442 H], hal 177).

Sementara menurut Sayyid Utsman bin Yahya dalam Manasik Haji dan Umrah
menyebut syarat wajib haji ada enam.  Apabila seorang Muslim memenuhi syarat ini, ia
terkena kewajiban haji. "Syarat-syarat haji (yaitu) Islam, balig, aqil, merdeka, masuk waktu
haji, dan mengetahui perbuatan haji," (Sayyid Utsman bin Yahya, Manasik Haji dan Umrah,
[Jakarta, Alaydrus:tanpa tahun], hal 15).

Berdasarkan kedua pendapat di atas, disimpulkan bahwa syarat utama wajib haji
sesuai syarat sahnya terdiri atas lima dan kelima poin tersebut masih satu makna seperti
dalam Alquran. Apabila syarat wajib haji ini tidak terpenuhi maka gugurlah kewajibannya.

a. Islam
Ibadah haji termasuk ke dalam rukun Islam kelima dan wajib hukumnya bagi
orang yang mampu. Seorang bukan muslim meskipun melakukan ritual haji secara
lengkap, tetap tidak akan dianggap sah ibadahnya.
b. Balig
Orang yang wajib melaksanakan ibadah haji harus sudah balig atau telah
mencapai kedewasaan. Apabila orang yang tersebut berlum baligh namun sudah
berhaji, maka ibadah hajinya tetap dianggap sah namun tidak memenuhi syarat
sah wajib haji.
c. Berakal
Syarat wajib berhaji selanjutnya adalah berakal. Maksud disini yaitu berakal
sehat secara jasmani dan rohani. Sementara orang yang kondisinya hilang ingatan,
gila, tidak waras, maka tidak diwajibkan untuk berhaji.
d. Merdeka
Syarat merdeka ini harus dipahami terlebih dulu. Merdeka berarti terbebas
dalam keadaan sehingga tidak terikat suatu hal atau penjajahan.
Meski zaman sekarang sudah tidak berlaku perbudakan, ibadah haji tetap tidak
diwajibkan bagi para budak atau hamba sahaya yang beragama Islam.
e. Mampu (Istitha'ah)
Untuk syarat wajib haji berikut yaitu mampu, berarti memiliki biaya untuk
berangkat haji sampai nanti pulang kembali, lalu ada kendaraan yang memadai
selama digunakan berhaji.
6
Aman dalam perjalanan berhaji, khusus wanita harus mempunyai mahram atau pergi
dengan sesama wanita yang dipercaya, dan memiliki pengetahuan tentang peraturan. 6

2. Rukun Haji dan Umrah


1. Ihram
Mengutip Buku Tuntunan Manasik Haji terbitan Kemenag, ihram secara
bahasa memiliki arti mengharamkan. Secara istilah dalam konteks haji dan,
ihram diartikan sebagai niat masuk sebelum mengerjakan ibadah haji dan
umrah dengan mengharamkan atau menghindari diri dari hal-hal yang dilarang
selama ihram.
Bagi seorang muslim yang telah mengucapkan niat ihram haji atau umrah
artinya sudah mulai melaksanakan haji dan umrah. Dalam ihram sendiri, ada
pakaian ihram khusus yang dikenakan berikut dengan aturannya masing-
masing baik bagi jemaah laki-laki maupun perempuan.
Bacaan niat haji dan umrah adalah sebagai berikut:
a) Haji
‫ك اللَّهُ َّم ب َح ًَج ِة‬ ُ ‫ْت ْال َح َّج َوَأحْ َر ْم‬
َ ‫ت بِ ِه هلِل ِ تَ َعالَى لَبَّ ْي‬ ُ ‫نَ َوي‬

.Nawaitul hajja wa ahramtu bihi lillahi ta'ala labbaika Allahumma hajji

Artinya: "Aku berniat haji dengan berihram karena Allah Ta'ala, aku
sambut panggilanMu ya Allah untuk berhaji."
b) Umrah
‫ك اللَّهُ َّم ب ُع ْم َرة‬ ُ ‫ْت ال ُع ْم َرةَ َوَأحْ َر ْم‬
َ ‫ت بِهَا هلِل ِ تَ َعالَى لَبَّ ْي‬ ُ ‫نَ َوي‬
Nawaitul 'umrata wa ahramtu bihi lillahi ta'ala labbaika Allahumma
'umratan.
Artinya: "Aku niat umrah dengan berihram karena Allah Ta'ala, aku
penuhi panggilanMu ya Allah untuk berumrah."
2. Wukuf di Arafah
Wukuf di Arafah merupakan amalan rukun yang hanya terdapat pada
ibadah haji. Hal ini disebutkan dalam salah satu riwayat hadits dari
Abdurrahman bin Ya'mar RA yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW
bersabda,

ِ ْ‫ك لَ ْيلَةَ عرفةَ قب َل طُلُو‬


ُ‫ع الفَجْ ِر من ليل ِة ُج َم ٍع فَقَ ْد تَ َّم َحجُّ ـه‬ َ ‫ فمن اَ ْد َر‬, ُ‫الحجُّ عرفة‬
Artinya: "Haji itu hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada
malam hari jam'in (10 Dzulhijjah sebelum terbit fajar) maka sesungguhnya ia
masih mendapatkan haji." (HR At-Tirmidzi).
Secara istilah, wukuf artinya berhenti atau berdiam diri di Arafah
dalam keadaan ihram walau sejenak. Tepatnya saat matahari tergelincir pada 9
Zulhijah (hari Arafah) sampai terbit fajar hari nahar atau hari menyembelih
hewan kurban pada 10 Zulhijah.

6
A Solihin As suhuili, Tuntunan Super Lengkap Haji dan Umrah.....,hal , 25-27

7
Wukuf dilakukan setelah khutbah wukuf dan sholat jamak qashar
taqdim Zuhur dan Ashar dalam keadaan tenang dan khusyuk. Selama wukuf,
jemaah dapat memperbanyak dzikir, istigfar, sholawat dan doa sesuai sunnah
Rasulullah SAW.
3. Tawaf
Tawaf yang menjadi rukun haji dan umrah termasuk dalam kelompok
thawaf rukun. Tawaf rukun haji disebut dengan thawaf ifadah atau thawaf
ziyarah, sementara untuk pelaksanaan umrah disebut dengan tawaf rukun
umrah.
Ibadah tawaf dalam konteks haji dan umrah berarti mengelilingi
Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran dengan posisi Ka'bah berada di sebelah
kiri sesuai dengan syarat sah pelaksanaannya. Putaran keliling dimulai dan
diakhiri dari Hajar Aswad.
4. Sa'i antara Shara dan Marwah
Sai adalah lari-lari kecil sebayak tujuh kali dimulai dari bukit Shafa dan
berakhir di bukit Marwah yang jaraknya sekitar 400 meter,untuk melestarikan
pengalaman Hajar, ibunda nabi Ismail yang mondar-mandir saat ia mencari
airuntuk dirinya dan putranya, karena usaha dan tawakalnya kepada Allah,
akhirnyaAllah memberinya nikmat berupa mengalirnya mata air zam-zam.
5. Cukur rambut (Tahallul)
Mencukur rambut pada rangkaian haji dan umrah merupakan bagian
dari rukun menurut dengan mazhab Syafi'i. Artinya, kegiatan mencukur
rambut menjadi penentu keabsahan dari ibadah haji dan umrah.
Bercukur dalam rangkaian haji dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah
setelah jemaah melempar Jamrah Kubra yang kemudian disebut dengan
tahallul awal. Namun, bercukur juga bisa dilakukan sebelum atau setelah
melempar Jamrah Aqabah.
Sementara dalam ibadah umrah, mencukur rambut dilakukan setelah
jemaah umrah melaksanakan tawaf dan sa'i. Dalam memotong rambut untuk
haji dan umrah memiliki tata caranya yang perlu diperhatikan baik bagi
jemaah laki-laki maupun perempuan.
6. TERTIB/BERURUTAN7
3. Wajib-Wajib Haji
a) Ihram dari miqat. batas-batas tentang peribadatan bagi haji dan umrah kapan
dan dimana pakaian ihram dikenakan dan darimana ihram itu harus dimulai.
b) Melempar Jumrah untuk memperingati saat Nabi Ibrahim digoda oleh setan
agar tidakmelaksanakan perintah Allah menyembelih putranya Ismail. Tiga
kali beliau digoda tiga kali pula ia melontarkan batunya kepada setan
sebagaimana diperintahdan dibimbing langsung oleh malaikat
c) Mabit di Mudzalifah bermalam (mabit) di mudzalifah pada malam tanggal
10 Dzulhijjah, sesudah menjalankan wuquf di Arafah.
d) Mabid di Mina bermalam (mabid) di mina pada hari Tasyrik, yaitu pada
tanggal 11, 12, 13Dzulhijjah.
7
M Syurkron Masksum, Bimbingan Lengkap Haji dan Umrah, (Yokyakarta; Al-Barokah,2003)

8
e) Thawaf Wada yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan
Makkah menuju tempat tinggalnya.

Sedangkan wajib umrah adalah Ihram dari tempat yang telah ditentukan
(miqatmakani). Sedang miqat zamaninya tidak ditentukan karena ibadah umrah
dapatdikerjakan sepanjang tahun.8

E. Hal yang dilarang Haji dan Umroh

Ada beberapa hal yang wajib dipatuhi seluruh jamaah ketika melaksanakan ibadah haji,
salah satunya adalah larangan haji dan umrah. Dalam pelaksanaannya, ibadah haji dan umrah
memiliki rukun-rukun yang wajib dilaksanakan, di antaranya adalah berihram atau niat haji.
Seperti diketahui, ihram adalah menetapkan niat untuk mengerjakan ibadah haji dengan
memakai pakaian ihram. Ihram sendiri dimulai dari suatu tempat dan waktu yang telah
ditentuan, atau disebut juga sebagai miqat.

Dalam ibadah haji maupun umrah, sejak saat dimulai hingga akhir pelaksanaannya, ada
beberapa hal yang halal dan dapat berubah menjadi haram. Hal-hal yang menjadi haram
selama melakukan ibadah haji dan umrah dalam keadaan ihram ini wajib untuk diketahui
setiap jamaah. Lantas, apa saja larangan haji dan umrah tersebut?

1. Larangan haji
Larangan haji harus diperhatikan selama berhaji, yang disebut juga sebagai
muharramat haji atau perbuatan perbuatan yang dilarang saat melaksanakan ibadah
haji. Muharramat haji termasuk ke dalam wajib haji yang artinya jika dilanggar, harus
membayar dam atau denda.
Terdapat tiga kelompok larangan haji atau muharramat haji, satu kelompok
larangan khusus perempuan, satu kelompok larangan khusus laki laki dan satu
kelompok larangan khusus laki laki dan perempuan. Buku Disiplin Berhaji Menuju
Haji Mabrur menyebutkan terdapat tiga jenis larangan khusus laki laki yaitu memakai
pakaian berjahit, memakai sepatu yang menutup mata kaki, dan menutup kepala.
Larangan haji tersebut juga dikuatkan dengan salah satu hadis Bukhari dan Muslim.
"Orang yang berihram tidak boleh memakai baju, ikat kepala, topi, celana,
kain yang dicelup dengan sesuatu yang harum, dan sepatu, melainkan jika tidak
mempunyai terompah, maka ia boleh memakai sepatu, hendaklah sepatunya itu
dipotong sampai di bawah mata kaki." (H.R Bukhari-Muslim)
Sementara itu, larangan haji bagi jamaah perempuan terdapat dua larangan. Di
antaranya adalah berkaus tangan dan menutup muka atau menggunakan cadar. Hal
tersebut terdapat pada hadist Bukhari dan Ahmad.
"Dari Ibnu Umar r.a Nabi Saw. telah bersabda 'Tidak boleh seorang
perempuan yang ihram memakai tutup muka (cadar) dan tidak boleh pula memakai
sarung tangan'." (H.R Bukhari-Ahmad)
Selanjutnya, kelompok larangan haji yang tidak boleh dilakukan oleh
perempuan dan laki laki adalah memakai wangi wangian, memotong kuku dan

8
A Solihin As Suhuili, Tuntunan Super Lengkap Haji dan Umrah.....,hal 25--27

9
mencukur atau mencabut bulu badan, sengaja memburu atau menggangu dan
membunuh binatang, kawin dan mengawinkan atau meminang wanita untuk dinikahi,
dilarangnya bersetubuh, dan dilarang memotong atau mencabut pepohonan.
Dalam keadaan ihram maupun dalam keadaan halal, ada hal-hal larangan haji
seperti mengganggu binatang buruan yang bukan binatang ternak; memetik,
momotong atau mematahkan tumbuhan yang tumbuh karena ditanam orang lain; dan
memungut barang temuan, kecuali bagi orang yang akan mengumumkannya supaya
diketahui dan diambil kembali oleh pemilik barang tersebut.
Larangan haji atau muharramat dapat dilanggar atau menjadi halal ketika
jemaah haji melakukan tahallul yang artinya menghalalkan atau penghalalan. Dalam
ibadah haji, tahallul merupakan rukun, wajib atau muharramat tertentu yang jika
dikerjakan pada waktunya maka sebagian muharramat akan menjadi halal.
Ada dua tahap tahallul, tahap pertama menghalalkan sebagian dari
muharramat, sedangkan tahap kedua tahallul berarti menghalalkan sebagian
muharramat lainnya. Tahallul pertama dilakukan dengan mengerjakan dua di antara
tiga pekerjaan yaitu melontarkan jumrah aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, bercukur
atau menggunting rambut sedikitnya tiga helai rambut, tawaf kemudian diiringi
dengan sa'i sesudah tawaf qudum belum sa'i.
Jika telah melakukan tahallul pertama maka halal atau boleh mengerjakan
sebagian larangan haji atau muharramat seperti memakai pakaian berjahit, menutup
kepala, menutup muka dan telapak tangan bagi perempuan, memotong kuku dan
rambut, memakai wewangian, memakai sepatu, memakai minyak rambut dan berburu
dan membunuh binatang liar.
Tahap tahalul kedua yaitu mengerjakan satu dari tiga perkara yang belum
dikerjakan pada tahallul pertama. Jika tahallul kedua telah dilaksanakan, maka halal
atau boleh mengerjakan semua muharramat atau larangan haji. Sesudah itu, jemaah
haji wajib melanjutkan beberapa amalan haji yang belum dikerjakan seperti tawaf
ifadhah, melontar tiga jumrah dan tawaf wada'.
2. Larangan Umroh
Seperti halnya larangan haji yang sudah dijelaskan di atas, ibadah umrah juga
punya larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan saat menjalani ibadah tersebut.
Umroh dan haji yang merupakan ibadah ihram memiliki larangan yang sama seperti
larangan haji.
Secara terminologis, ihram sendiri berarti “pengharaman”, dapat dimaknai
pengharaman terhadap beberap hal. Pengharaman ini nantinya akan berakhir dengan
proses yang dinamakan tahallul, artinya “penghalalan”. Jadi, selama umroh atau haji,
sejak Sahabat berniat ihram di miqot, Sahabat sudah tidak diperbolehkan lagi
melakukan beberapa hal yang dilarang. Antara lain larangan haji dan umrah seperti
menggunakan pakaian sehari-hari, memakai minyak wangi, bersetubuh dengan
suami/istri, dan beberapa lainnya.
Larangan haji dan umrah ini tampak serupa dengan ibadah sholat. Sebelum
Sahabat sholat, maka kita boleh berbicara dengan orang lain, boleh bergerak kesana
dan kemari, boleh tidak menghadap kiblat, boleh makan dan boleh minum. Namun
sesudah kita bertakbiratul ihram, maka semua itu menjadi haram tidak boleh

10
dilakukan, hingga Sahabat melakukan tahallul, atau jika dalam sholat adalah dengan
mengucapkan salam. Nah, seperti hanya larangan haji, berikut ini adalah hal-hal yang
dilarang saat umrah:

1. Memotong/mencukur/mencabuti rambut atau bulu badan


2. Memotong kuku
3. Memakai minyak wangi
4. Menutup kepala langsung bagi laki-laki
5. Menggunakan cadar dan sarung tangan bagi perempuan
6. Memakai baju atau pakaian yang dijahit sesuai dengan bentuk tubuh
7. Berburu hewan buruan darat
8. Melakukan akad nikah, menikahkan, dan melamar
9. Melakukan hubungan suami istri9

F. Macam –Macam Haji


1. Ifrad

Haji ifrad yaitu melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu kemudian melaksanakan
ibadah umrah di luar musim haji. Orang yang berhaji dengan ifrad tetap dalam keadaan ihram
hingga selesai segala amalan hajinya.

2. Qiran

Haji qiran adalah melaksanakan ihram haji dan umrah secara bersamaan di miqat.
Dinamakan haji qiran karena dikumpulkan antara haji dan umrah dalam satu ihram. Jemaah
yang melakukan haji qiran dilarang untuk memotong rambut setelah selesai sa'i. Ia harus
tetap memakai ihramnya saat kembali ke pondokan dan kemudian menunggu proses wukuf,
mabit, mina, lempar jumrah, hingga selesai seluruh ibadah haji dan umrahnya.

3. Tammatu'

Haji tammatu' yaitu melakukan ibadah umrah terlebih dahulu kemudian haji pada
musim haji tahun itu juga. Jemaah terlebih dahulu menunaikan umrah, lalu di tanggal 8
Zulhijah kembali berniat untuk ihram haji. Dengan jenis haji ini, jemaah harus membayar
dam (denda). Mayoritas masyarakat Indonesia menunaikan ibadah haji jenis ini.10

Demikian hukum dan jenis haji yang perlu diketahui. Semoga menambah
pengetahuan para detikers yang akan menjalani ibadah haji di tahun-tahun berikut.

9
Ahmad Sarwat, eksiklopedia Fikih Indonesia : Haji dan Umrah, (Jakarta: PT Gramedia, 20014)
10
Syaih Sa’id bin Abdul Qodir Basyanfar, Al-Mughnie; Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (Bandung; I-Dea
publingshing,2006), hal 245

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dan dari sumber yang lain mengenai haji dan umroh makadapat
kita simpulkan yaitu :

1. Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka‟bah) untuk melakukan


beberapaamal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu
tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara‟, semata-mata
mencariridho Allah.

12
2. Umrah ialah menziarahi ka‟bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa‟i antara
Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut.
3. Ketaatan kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam melakukan ibadah
haji.Disamping itu juga untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT.
4. Dasar Hukum Perintah Haji atau umrah terdapat dalam.

ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِياًل‬ ِ َّ‫َوهَّلِل ِ َعلَى الن‬

Artinya: “Dan Allah SWT mewajibkan atas manusia haji kebaituliah bagi yang
mampu.”(QS. AL-IMRAN :97).

5. Untuk dapat menjalankan ibadah haji dan umrah harus memenuhi syarat, rukundan
wajib haji atau umroh.
6. Hal-Hal yang Membatalkan Haji adalah Jima‟, senggama, bila dilakukan
sebelummelontar jamrah ‟aqabah dan meninggalkan salah satu rukun haji.

DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi ,1998. Pedoman Haji, Semarang :

PT.Pustaka Rizki Putra

Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazy, 1991. Fath-Hul Qarib, Surabaya : 

Al Hidayah.

As Suhuili, A Solihin. 2018. Tuntunan Super Lengkap Haji dan Umrah, jakarta:

Cahaya Ilmu.

13
Maskum , M Syukron. 2013. Bimbingan lengkap haji dan Umrah. (Yogyakarta:

Al-Barokah)

Rosanti, Dyah Elisa. Articel Haji Dan Umroh . Mei 2022 http://www.researchgate.net

Kurniawan, Alhafz. Articel Syarat-Syarat Wajib Haji, Mulai dari Islam sampai

Keamanan di Jalan.15-juni-2022. https://islam.nu.or.id

14

Anda mungkin juga menyukai