Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAJI
TAFSIR IBADAH & SOSIAL

Dosenpengampuh:
Alven Putra, Lc.,MSI

Disusun oleh: Kelompok 6

1. Aminatuz zuhriyah 22531012


2. Anggi Stefani(22531015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
CURUP
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
berkat rahmat dan hidayah yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah mengenai Haji .
Penyajian materi makalah ini kami sesuaikan dengan tugas yang diberikan
oleh dosen kami. Makalah ini disusun dengan maksud untuk mengetahui tentang
tafsir ibadah haji ali imran 96-97 .
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Adapun
kekurangan dari makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk perbaikan.
Akhir kata semoga Allah SWT akan selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada
kita semua, dan semoga karya kecil ini dapat menjadi ilmu yang berguna.

Curup, 09 oktober 2023

Penulis,

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
A. Teks dan Terjemahan Al Qur’an ............................................................
B. Makna Mufradat......................................................................................
C. Penjelasan atau pembahasaan.................................................................
D. Makna Global ayat..................................................................................
E. Asbabun Nuzul........................................................................................
F. Kesimpulan ayat .....................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................


A. Kesimpulan.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam bertugas mendidik jasmani manusia, mensucikan jiwa


manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah
yang tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah
kita akan menjadi orang yang beruntung.Ibadah dalam agama Islam banyak
macamnya. Haji adalah salah satunya, yang merupakan rukun iman yang
kelima. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya menahan
hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun juga
semangat dan harta.
Dalam mengerjakan haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh
untuk mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam
perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga dengan satu tujuan untuk
mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani.
Untuk memperdalam pengetahuan kita, penulis mencoba memberi
penjelasan secara singkat mengenai pengertian haji dan umrah, tujuan yang
ingin kita capai dalam haji, dasar hukum perintah haji dan umrah, syarat,
rukun dan wajib haji dan umrah serta hal-hal yang dapat membatalkan haji.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ayat ali imran dan terjemahananya ?
2. Bagaimana Mufradat dan pembahasan surah ali imran ayat 96-97?
3. Bagaimana makna global dan asbabun nuzul Q.S Ali imran ayat 96-97?
4. Bagaimana kesimpulan ayat surah ali imran ayat 96-97?

C. Tujuan

1. Untuk mengenai Ayat ali imran dan terjemahananya ?


2. Untuk mengenai Mufradat dan pembahasan surah ali imran ayat 96-97?
3. Untuk mengenai makna global dan asbabun nuzul Q.S Ali imran ayat 96-97?
4. Untuk mengenai kesimpulan ayat surah ali imran ayat 96-97?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teks Al Qur’an dan Terjemahannya

1. Surat Ali ‘Imran ayat 96-97

Artinya : Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk


(tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia padanya terdapat tanda-
tanda yang nyata, (di antaranya) maqam IbrahimBarangsiapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.

B. Tafsir Mufradat

‫بكة‬ : adalah nama lain bagi kota Makkah. Diriwayatkan dari Mujahid,
bahwa di kalangan bangsa Arab, dalam percakapan mereka sehari- hari umum
terjadi menggantikan hurum mim dengan ba’. Ada pula yang mengatakan
bahwa Bakkah itu adalah artinya perut (pusat) bumu Makkah yang terletak di
tanah haram.

‫ا‬GG‫مبارك‬ : terambil dari kata al- barkah. Yang secara harfiah berarti
tumbuh, tambah dan berkembang; juga digunakan untuk pengertian kekal dan
lestari. Pengertiannya yaitu setiap orang yang datang berhaji akan
memperoleh pahala yang besar dengan balasan yaitu surga.

4
C. Pembahasan
a. Pengertian Haji
Haji atau Hiji menurut arti bahasa bermakna “menuju atau
menyengaja”, atau banyak-banyak menuju kepada sesuatu yang diangungkan.
Sedang syara’ adalah menuju Ka’bah untuk menunaikan ibadah. Seperti yang
akan diterangkan berikut ini. Ibadah haji termasuk salah satu syari’at para
Nabi terdahulu.1
Haji diwajibkan atas orang yang kuasa ,satu kali seumur hidupnya.
Dan ibadah haji itu wajib segera dikrjakan. Artinya , apabila orang tersebut
telah memenuhi syarat-syaratnya, tetapi masih dilalaikannya juga (tidak
dikerjakan pada tahun ini), maka ia berdosa karena kelalaiannya itu.2
Sabda Rasulullah Saw :
‫ر‬G‫ا يع‬G‫درى م‬G‫د كم اال ي‬G‫ تعجلوا الى ا لحج فا ن ا ح‬: ‫عن ابن عباس قال النبى صلى ا هلل عليه وسلم‬
‫ رواه أ حمد‬.‫ض له‬
Dari Ibnu Abbas. Nabi Besar Saw, telah berkata, “Hendaklah kamu
bersegera mengerjakan haji karena sesungguhnya seseorang tidak akan
menyadari suatu halangan yang akan merintanginya.”(Riwayat Ahmad).
b. Syarat-Syarat Wajib Haji dan Umrah
Syarat wajibnya haji dan umrah itu ada tujuh perkara, yaitu :3
1. Islam
2. Baligh (sudah dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka
“Maka tidak wajib haji bagi orang yang mempunyai sifat
bertentangan dengan sifat-sifat tersebut itu”.
5. Ada bekalnya beserta tempatnya bila memang butuh tempat, sebab
kadang-kadang ada juga yang tidak butuh tempat bekal, sebagaimana
orang yang dekat dengan negeri Makkah, dan disyaratkan pula adanya air
di tempat yang biasanya dapat membawa air dengan harga yang umum.

1
Aliy As’ad, Terjemahan Fathul Mu’in (Kudus:Menara Kudus, 1979), hlm 103
2
Sulaiman Rasjid, Fiqih islam (Bandung: Sinar Baru Algen Sindo, 2006), hlm 247
3
Imron Abu Amar, Fat-hul Qarib, (Kudus:Menara Kudus, 1982) hlm 198

5
6.Ada kendaraannya, yakni kendaraan yang pantas untuk dibeli atau
disewa. Hal ini jika antara orang itu dengan negeri Makkah jaraknya dua
kali angkatan atau bahkan lebih dari itu, baik dapat ditempuh dengan
berjalan kaki atau tidak.
Jika antara dia dan negeri Makkah tidak ada dua kali angkatan
(perjalanan) sedang orang itu kuat menempuh dengan berjalan kaki, maka
wajib baginya menunaikan haji tanpa kendaraan.
Dan disyaratkan juga bahwa bekal itu tadi lebih setelah untuk
membayar hutangnya dan dari ongkos pembiayaan orang yang menjadi
tanggungannya selama waktu perginya dan pulangnya.
Juga harus sudah lebih untuk mencukupi kebutuhan rumah (dengan
biaya yang wajar) juga lebih dari pembiayaan yang pantas untuk budak
yang ada di dalam rumah itu tadi.
7.Keadaan jalannya sunyi, maksudnya ialah keadaan perjalanan
menurut perkiraan sangat aman (tidak ada gangguan) sekiranya masih
terdapat benda-benda yang pantas di tiap-tiap tempat. Jika sekiranya
seseorang merasa tidak aman akan dirinya, hartanya atau kehormatannya
maka tidaklah wajib berhaji.
Adapun perkataan mushannif “dan mampu menunaikan” itu tetap
ada di dalam sebagian keterangan. Sedang yang dikehendaki dengan
“mampu” ialah suatu keadaan yang tetap wujud sesudah adanya bekal, dan
kendaraan yang pada suatu saat memungkinkan berjalan sesuai yang
dijanjikan.
Jika seseorang itu mampu hanya saja dia butuh memutuskan
perjalanan dua kali angkatan dalam sebagian hari-hari (yang ditempuh), maka
baginya tidak wajib haji karena dalam keadaan sengsara.
c. Rukun Haji
Rukun-rukun haji itu ada empat, yaitu:4
1.Ihram yang disertai dengan niat, yakni niat masuk menuanaikan haji.
2.Wukuf di tanah Arafah, yang dimaksudkan ialah datangnya
orang yang ihram haji dalam Dzulhijjah dengan syarat, bahwa orang
yang wukuf itu ahli ibadah, tidak gila dan tidak pula ayan.

4
Ibid, hlm 200

6
Waktu wukuf (di tanah Arafah) itu berlangsung terus sampai
datangnya fajar hari raya Qurban yang tanggal 10 Dzulhijjah.
3.Thawaf di Baitullah (Ka’bah) sebanyal 7 kali putaran. Thawaf
tersebut dimulai dari arah Hajar Aswad, seluruh badannya ditepatkan
(ketika memulai) pada Hajar Aswad itu.
Seandainya seseorang memulai thawaf selain di Hajar Aswad,
maka thawafnya ini tidak ada artinya.
Syarat Thawaf : 5
a. Menutup aurat,
b. Suci dari hadas dan najis,
c. Ka’bah hendaknya di sebelah kiri orang yang thawaf,
d. Permulaan thawaf itu hendaknya dari Hajar Aswad,
e. Thawaf itu hendaklah tujuh kali
f. Thawaf itu hendaklah di dalam masjid karena Rasulullah saw
melakukan thawaf di masjid.
Sunnah Thawaf:6
a. Mengusap dan mencium (mengecup) Hajar Aswad
b. Mengusap rukun Yamani
c. Berjalan kaki
d. Tanpa alas kaki
e. Berselendang (kedua ujungnya terletak di pundak kiri dan bagian
tengahnya terletak di bawah bagian ketiak kanan) di dalam thawaf yang
ada lari kecilnya. (Pria)
f. Lari kecil (di dalam thawaf yang akan disambung dengan sa’i) pada
putaran ke- 1, 2 dan 3. (Pria)
g. Mengucapkan do’a-do’a dari Nabi SAW di dalam thawaf
h. Shalat sunnat thawaf 2 rakaat seteleh selesai thawaf. (Dapat
dilakukan sesudah beberapa minggu, walaupun tidak di dalam Masjidil
Haram. Tapi, yang lebih utam di belakang Maqam Ibrahim).
Macam-macam thawaf :7

5
Sulaiman Rasjid, Fiqih islam,… hlm 253
6
Taufiqurrochman, Manasik Haji dan Spiritual.., hlm 27
7
Sulaiman Rasjid, Fiqih islam,… hlm 255

7
a) Thawaf qudum (thawaf ketika baru sampai) sebagai shalat tahiyatul
masjid.
b) Thawaf Ifadah (thawaf rukun haji).
c) Thawaf Wada’ (thawaf ktika akan meninggalkan makkah.
d) Thawaf Tahallul (penghalalan barang yang haram ketika ihram.
e) Thawaf Nadzar (thawaf yang dinazarkan)
f) Thawaf sunah
4. Sa’i antara Shafa dan Marwah sebanyak kali.
Adapun syaratnya Sa’i, yaitu hendaknya seseorang memulai pada
permulaan Sa’inya dari Shafa dan mengakhirinya di Marwah. Dan
dihitung perginya orang dari Shafa ke Marwah satu kali, kemudian
kembalinya dari Marwah ke Shafa dihitung lagi satu kali.
“Shafa” dengan dibaca pendek, pengertiannya ialah bagian pinggir
dari bukit Abi Qubaisy, sedang “Marwah” dengan dibaca fat-hah mimnya
artinya itu nama bagi suatu tempat yang sudah terkenal di negeri Makkah.
Dan masih ada lagi beberapa rukun haji, seperti mencukur atau
menggunting rambut. Hal ini jika memang saya menjadikan masing-
masing dari keduanya sebagai ibadah (rukun) dan demikian itu adalah
pendapat yang masyhur.
Jika aku berkata, bahwa sesungguhnya masing-masing dari
keduanya itu sebagai usaha memperbolehkan perkara yang dilarang, maka
keduanya bukanlah termasuk dari golongan rukun-rukun haji.
Sunnah Sa’i:8
a. Suci dari kedua hadas dan suci dari najis
b. Menutup aurat
c. Naik ke atas trap (jalan tanjakan) Shafa dan Marwah
d. Lari kecil antara dua tanda Pal/Lampu Hijau (bagi pria)
e. Membaca do’a dan dzikir yang datang dari Nabi Muhammad SAW.
f. Berturut-turut antara pelaksanaan Thawaf 7 kali dan disambung Sa’i,
dan berturut-turut antara Sa’i yang satu dengan yang berikutnya.

8
Taufiqurrochman, Manasik Haji dan Spiritual (Malang: UIN-Malang Press, 2009) hlm 29

8
Tetapi ada Qoul Mashur yang berpendapat bahwa dalam rukun haji
itu juga mencakup mencukur rambut dan tertib. Pendapat ini diambil dari
kitab Fathul Qarib Mujib :
‫وبقى من ا لحج الحلق والتفصيران جعلنا كال منهما نسكا وهو المشهور‬
d. Wajib Haji
Perkataan wajib dan rukun biasanya berarti sama, tetapi di dalam
urusan haji ada perbedaan sebagai berikut :9
Rukun : sesuatu yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya,
dan ia tidak boleh diganti dengan “dam” (menyembelih kambing).
Wajib: sesuatu yang perlu dikerjakan ,tetapi sahnya haji tidak
bergantung padanya, dan boleh diganti dengan mnyembelih binatang.
1) Ihram dan miqat.
2) Berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam.
3) Melontar Jumrah Aqobah.
4) Melontar tiga jumrah.
5) Bermalam di mina.
6) Thawaf wada’.
7) Menjauhkan diri dari semua larangan atau yang diharamkan.
e. Sunah Haji dan Umrah
Adapun sunah-sunah haji dan umrah itu ada tujuh yaitu:10
a)Mengerjakan Ifrad, yaitu mendahulukan mengerjakan ihram haji
daripada ihram umrah, yakni seseorang mengerjakan ihram haji dahulu
dari miqatnya haji, sesudah selesai mengerjakan haji kemudian hendaknya
keluar dari Makkah menuju tanah halal (miqat) yang lebih dekat. Lalu
ihram umrah disertai mengerjakan amalan-amalan dalam umrah. Jika
seseorang membaliknya (umrah dahulu baru haji), maka tidak dapat
dikatakan ifrad.
b)Membaca talbih, di dalam membaca talbih disunnahkan untuk
memperbanyak selama dalam ihram dan juga disunnahkan mengeraskan
suaranya. Adapun lafadznya tablih yaitu sebagai brikut:
“Labbaika Allahumma labbaikala syariika laka labbaika. Innal Hamda
Wan Nikmata laka wal Mulka laa syarika laka”
9
Ibid,… hlm 257
10
Imron Abu Amar, Fat-hul Qarib,…..hlm 205

9
Ketika telah selesai dari membaca talbih maka hendaknya
dilanjutkan dengan membaca shalawat Nabi dan bermohon kepada Allah
SWT, agar dapat masuk surga dan mendapatkan ridhanya serta terpelihara
dari api neraka.
c)Thawaf Qudum, thawaf ini dikhususkan kepada orang yang haji
sewaktu memasuki Makkah sebelum Wuquf di ‘Arafah. Bagi orang yang
umrah ketika dia thawaf karena umrahnya, maka cukuplah mengerjakan
thawaf qudum ini.
d)Bermalam di Muzdalifah, selanjutnya bahwa bermalam di
Muzdalifah ini terhitung masuk beberapa sunnah haji adalah sesuai dengan
isi pembicaraan Imam Rafi’i, tetapi menurut Imam Nawawi hal itu
termasuk ziyadah (tambahannya) kitab Raudlah dan Syarah kitab
Muhadzab, yakni bahwa bermalam di Muzdalifah itu termasuk wajib.
e)Mengerjakan shalat dua rakaat karena thawaf yakni sesudah
selesai dari mengerjakan thawaf. Shalat dua rakaat itu hendaknya
dilakukan di belakang makam Ibrahim a.s.
Dan hendaknya merendahkan suara bacaan dalam dua rakaat shalat
itu (di waktu siang) dan mengeraskannya di waktu malam. Apabila orang
itu tidak mengerjakan shalat dua rakaat di belakang Ibrahim, maka boleh
mengerjakannya di Hijir Isma’il, jika tidak dapat maka boleh di Masjidil
Haram dan jika di Masjidil Haram tidak dapat, maka boleh melakukannya
di tempat yang dikehendaki dari tanah Haram dan lainnya.
f)Bermalam di Mina. Imam Rafi’i sudah mengesahkan hal ini,
tetapi bagi Imam Nawawi tersebut di dalam ziyadah kitab raudlah
mengatakan bahwa bermalam di Mina itu wajib.
g)Mengerjakan thawaf wada’ ketika hendak keluar dari tanah
Makkah, baik dari pergi untuk mengerjakan ibadah haji atau tidak karena
menuanaikan ibadah haji, sekalipun jarak bepergiannya itu jauh atau dekat.
Keterangan mushannif tersebut yakni disunnahkannya Thawaf
Wada’ adalah merupakan pendapat yang terunggul, tetapi menurut
pendapat yang lebih jelas mengatakan bahwa Thawaf Wada’ itu wajib
hukumnya.

10
Sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab Syarah
Muhadz-dzab, bahwa jika wajib bagi orang laki-laki untuk tidak memakai
pakaian yang terdapat jahitan dan tidak terdapat sulaman dan ikatan pada
pakaian seperti sepatu.
Hendaknya orang tersebut memakai kain dan selendang yang
keduanya berwarna putih dan dalam keadaan masih baru. Jika seandainya
tidak ada kain yang baru, maka yang penting keduanya dalam keadaan suci.
C. Makna global
Pembicaraan yang terdapat sejak awal-awal ayat dari surat Ali Imran
membicarakan ihwal kenabian Muhammad SAW., disamping tentang
pemantapan tauhid dan pembantahan terhadap argumentasi-argumentasi yang
diajukan Ahli Kitab seputar pendapat mereka tentang agamanya. Dalam
beberapa ayat sebelum ini, paling sedikit ada dua topik utama yang diragukan
Ahli Kitab khususnya Yahudi berkenaan dengan kenabian Muhammad SAW,.
Yaitu tentang penghalalan daging sapi yang selama ini mereka anggap haram,
dan tentang peralihan kiblat dari Bait al-maqdis ke Bait Haram.
Tentang penghalalan daging sapi, dijelaskan dalam ayat 93 surat Ali
Imran, bahwa semua makanan itu termasuk daging sapi adalah halal bagi
kalangan Bani Israil. Hanya saja, mereka sendiri yang kemudian mengubah
untuk mengharamkannya. Lalu mereka mendalihnya bahwa pengharaman sapi
itu adalah ajaran Nabi Ibrahim. Padahal, itu sama sekali tidak benar.
Ketika arah kiblat Nabi Muhammad SAW. Beralih dari Bait al-Maqdis
dipalestina ke Ka’bah Bait Allah, orang-orang kafir mencela kenabian
Muhammad, seraya mereka mengatakan bahwa Bait al-Maqdis lebih afdhal
dari Ka’bah, dan karenanya lebih berhak untuk dijadikan kiblat. Ia bait al-
Maqdis, lebih dulu dibangun sebelum ka’bah,demikian asumsi mereka. Bait
al-Maqdis, ujar mereka lebih jauh, merupakan bumi mahsyar, dan semua Nabi
dari keturunan Ishaq mengagungkannya dan melakukan shalat dengan
menghadap kepadanya. Ketika kamu (Muhammad) mengalihkan kiblat dari
Bait al-Maqdis ke Ka’bah, maka berarti kamu mengkhianati nabi-nabi yang
mendahului kamu. Statemen mereka yang menyatakan bahwa Bait al-Maqdis
lebih dahulu dibangun, kebenarannya dibantah dalam ayat diatas yang
menyatakan bahwa rumah ibadah yang pertama kali dibangun dimuka bumu

11
ini ialah ka’bah, al-Bait al-Haram yang terdapat di Makkah, bukan Bait al-
Maqdis di Palestina.11
D. Azbabul Nuzul
Diriwayatkan oleh Sa’id Bin Manshur yang bersumber dari ‘Ikrimah
bahwa ketika turun ayat 85 surat Ali Imran/3 yang menyatakan Islamlah satu-
satunya agama yang diterima Allah, kaum Yahudi menolak kebenaran itu,
seraya mereka berkata :” sebenarnya kami ini orang-orang muslimin.” Lalu
nabi Muhammad SAW berkata kepada mereka :” Allah telah mewajibkan
kaum Muslimin supaya naik haji ke Bait Allah.” Mereka menolak
menjalankan ibadah haji. Maka turunlah ayat 97 surat Ali Imran/3 yang pada
intinya menyatakan kewajiban haji bagi orang islam yang mampu, dan siapa
yang mengingkari kewajiban haji dipandang kafir.
E. Kesimpulan ayat
Ayat-ayat Al-Imran (3:96-97) dalam Al-Quran mengandung beberapa
pesan penting dan mengarah pada beberapa kesimpulan utama:

1. Tidak Ada Penebusan dengan Harta Benda

Ayat 3:96 menekankan bahwa kekayaan dan harta benda dunia tidak
akan dapat menebus seseorang dari siksa Allah pada Hari Kiamat jika mereka
dalam keadaan kufur (ingkar) dan menolak ajaran-Nya. Ini menggarisbawahi
bahwa nilai iman dan ketaatan kepada Allah jauh lebih tinggi daripada harta
benda material.

2. Tanggung Jawab atas Tindakan

Ayat tersebut menunjukkan bahwa seseorang akan menghadapi


konsekuensi tindakan mereka sendiri. Orang-orang yang kafir dan melakukan
tindakan yang menyimpang akan mendapatkan akibat buruk dari pilihan
mereka. Hal ini mengingatkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas
tindakan mereka dan akan diadili sesuai dengan amalannya.

3. Kesadaran akan Hari Kiamat

11
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam 1 ( Jakarta : PT. Logos Wacana iLmu, 1997)hlm. 125-126

12
Ayat-ayat ini menciptakan kesadaran tentang pentingnya Hari Kiamat
dan perhitungan akhir. Hari tersebut adalah saat di mana manusia akan diadili
dan menerima ganjaran atau hukuman berdasarkan amalannya. Ini adalah
peringatan tentang pentingnya hidup sesuai dengan ajaran Allah dan taat
kepada-Nya.

4. Pentingnya Iman dan Ketaatan

Kesimpulan utama dari ayat-ayat ini adalah pentingnya iman yang


kuat dan ketaatan kepada Allah. Kekayaan dan harta benda tidak akan
memiliki nilai jika seseorang tidak memiliki iman yang benar dan tidak
mengikuti ajaran Allah dengan tulus. Ini menekankan pentingnya memiliki
hubungan yang mendalam dengan Allah dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya.

Dengan demikian, kesimpulan utama dari ayat-ayat Al-Imran (3:96-


97) adalah bahwa iman, ketaatan kepada Allah, dan tindakan yang benar
dalam Islam jauh lebih berharga daripada harta benda dan dunia material.
Ayat-ayat ini juga mengingatkan kita tentang akhirat dan pentingnya
mempersiapkan diri untuk Hari Kiamat, di mana tindakan kita akan dihitung
dan konsekuensinya akan ditentukan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Haji menurut syara’ ialah sengaja mengunjungi Ka’bah (Rumah
Suci) untuk melakukan beberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat yang
tertentu.
2.Syarat-syarat Haji dan umrah ialah: Islam, baligh, berakal sehat,
merdeka, Ada bekalnya beserta tempatnya bila memang butuh tempat, ada
kendaraannya, keadaan perjalanan menurut perkiraan sangat aman.
3.Rukun haji yaitu: Ihram yang disertai dengan niat, wukuf di
tanah Arafah, Thawaf di Baitullah (Ka’bah) sebanyak tujuh kali putaran,
dan Sa’i antara Shafa dan Marwah sebanyak kali.

13
4.Wajib Haji yaitu: Ihram dan miqad, berhenti di Muzdalifah
sesudah tengah malam, melontar Jumrah Aqobah, melontar tiga jumrah,
bermalam di mina, thawaf wada’, menjauhkan diri dari semua larangan
atau yang diharamkan.
5.Sunnah haji ialah: mengerjakan ifrad, membaca talbih, thawaf
qudum, bermalam di Muzdalifah, mengerjakan sholat dua raka’at karena
thawaf, bermalam di Mina, mengerjakan thawaf Wada’.

DAFTAR PUSTAKA
As’ad, Aliy. 1979. Terjemahan Fathul Mu’in Kudus:Menara Kudus.
Amar , Imron Abu. 1982. Fat-hul Qarib, Kudus:Menara Kudus.
Al-Ghazali, Abu Hamid. 1993 Abu Hamid, Rahasia Haji dan Umroh.
Bandung: Karisma
Rasjid , Sulaiman. 2006. Fiqih islam. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.
Taufiqurrochman. 2009. Manasik Haji dan Spiritual. Malang: UIN-Malang
Press.

14

Anda mungkin juga menyukai