Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAJI DAN UMROH

Disusun oleh:
1.Tarishah Nabila
2.Verin Agustin

UNIVERSITAS TRDINANTI PALEMBANG


FAKULTAS PERTANIAN
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
BAB 1 ................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 2
B. Rumusan masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan masalah ...................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
A. Pengertian Haji ....................................................................................................... 3
B. Cara Pelaksanaan Haji ........................................................................................... 5
C. Pengertian Umrah .................................................................................................. 8
D. Cara pelaksanaan umroh ....................................................................................... 8
E. Perbedaan Haji dan Umroh ................................................................................... 9
BAB III .............................................................................................................................. 10
PENUTUP ......................................................................................................................... 10
Kesimpulan ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah
ini.Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw
Makalah ini berisikan tentang Haji dan umroh. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi dan menambah wawasan kepada kita semua
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Haji dan umrohadalah ibadah yang diperintahkan allah dan diajarkan oleh para
rasul. Ibadah ini dimulai sejak nabi adam AS. Manusia pertama yang menginjakan
kakinya didunia ini, membangun ka’bah di mekkah.tuntutan ini merupakan
keharusan, yang harus disetujuinya, yang disetujui akan dibutuhkan untuk
menunaikannya.

Orang-orang yang me;aksanakan ibadah haji dan umroh adalah tamu-tamu


allah. Allah memberikan kepada mereka apa yang mereka minta, kemudian mereka
akan diganti semua harta yang mereka belanjakan untuk-nya, satu dirham menjadi
sejuta dirham.

Haji merupakan rukun islam yang dikirim, dikirim ke setiap muslim yang
mampu mengerjakannya, jumhur ulama menyetujui mula-mulanya disyariatkan
ibadah haji ini pada tahun ke enam hijriah, dan ada juga yang mengatakan tahun ke
Sembilan hijriah.1

Untuk memperdalam pengetahuan kita, penulis mencoba untuk membahas


singkat tentang haji dan umroh, tujuan yang kita capai dari haji dan umroh,
pengertian haji dan umroh serta perbedaan dan tata cara pelaksanaannya.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian haji dan umroh ?
2. Apa perbedaan yang mendasari haji dan umroh ?
3. Bagaimana tata cara haji dan umroh ?

1
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo. 1996. hal. 247
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengerahui makna dari haji dan umroh
2. Untuk mengetahui perbedaan haji dan umroh
3. Untuk mengetahui tata cara haji dan umroh

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Secara Bahasa, haji memiliki arti “menuju sesuatu yang besar dan
agung” atau “mengunjungi tempat tertentu”. Sedang menurut istilah, haji
adalah mengunjungi baitullah di mekkah dan sekiranya pada waktu-waktu
tertentu dan cara-cara serta tujuan tertentu.2
Haji secara lughowi (etimologis) berasal dari Bahasa arab al hajj,
maksud tujuan, maksud dan menyengaja untuk tindakan besar dan agung.
Selain itu al hajj mengandung arti kunjungan atau mendatangi. Makna ini
membahas tentang kegiatan ibadah haji dimana umat islam dari berbagai negara
dan mendatangi baitullah (ka’bah) pada musim haji karena tempat ini dianggap
mulia dan agung. 3
Menurut syara : haji menuju baitullah atau menghadap allah untuk
mengajarkan seluruh rukun dan persyaratan haji yang telah ditentukan oleh
syariat islam. Dalam arti lain haji adalah sengaja mengunjungi ka’bah atau
baitullah untuk mengerjakan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat
tertentu, yajni mengerjakan thawaaf, sa’I, wukuf di arafah, dan manasik haji

2
DR.Hasbiyallah, M.Ag. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013. hal. 263
3
H. Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji: Menuntun Jama’ah Mencapai Haji Mabrur, (Cet. I;
Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 1
lainnya dengan mengikuti tuntunan rasululah saw. Melaksanakan wajib
hukumnya wajib satu kali seumur hidup bagi muslim dan Muslimah yang sudah
baligh dan mampu diperjalanan.4
Haji dalam arti mengunjungi suatu tempat tertentu untuk tujuan ibadah,
yang dikenal oleh umat manusia melalui tuntunan-tuntunan agama, khususnya
dibelahan timur dunia kita ini. Ibadah ini diharapkan dapat mengantar manusi
untuk memperkenalkan jati diri. Membersihkan, dan menyucikan diri mereka.
Itulah agaknya menjadi alas an mengapa agama memeluknya dengan ibadah
haji meminta pelakunya memulainya dengan mandi. 5
Sementara itu, tentang wajib haji tidak merupakan perbedaan pendapat
tentang haji itu adalah fardhu yang merupakan salah satu dari rukun islam
yang wajib dilakukan sekali lagi hidup. Firman allah swt tentang wajibnya
hokum wajib haji ini disediakan dalam QS. Al Imran : 97 Artinya :
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam. 6

4
Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah: Refleksi Ketundukan Hamba Allah kepada al-
Khaliq Perspektif al-Qur’an dan as-Sunnah, (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 247
5
M. Quraish Shihab, Haji bersama M. Quraish Shihab, (Cet. II; Bandung: Mizan, 1999), h. 83
6
Syeikh Mahmud Syaltut. Akidah dan Syariah. Jakarta: Bumi Aksara. 1984. hal.137-138
B. Cara Pelaksanaan Haji
Kafiyah atau tata cara mengerjakan haji sebagai berikut :7
a. Ihram
Pada tanggal 8 dzulhijjah yang disebut “yaumul tarwitah” bagi yang
melaksanakan tamattu, penghasilan kena pajak mandi memakai wangi-
wangian dan kain ikhram dengan miqqat dari tempat masing-masing
dimekkah, kemudian mengucapkan ihlah haji, yaitu membaca
“allahumma hajjan atau labbaika haffan”. dilanjutkan membaca
talbiyah dilakukan kompilasi berikhram untuk melaksanakan umrah.
b. Mabit di Mina
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, kemudian berangkat ke Mina dan mabit
(menginap) di sana untuk melaksanakan shalat zhuhur, ashar, maghrib,
isya’, dan subuh dengan jama’ dan qasar.
c. Wukuf di Arafah
Pokok dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Pada tanggal 9
Dzulhijjah, setelah terbit matahari, jamaah berangkat menuju Arafah.
Dalam perjalanan menuju Arafah ini, jamaah haji tetap ber-talbiyah atau
bertakbir dan jika memungkinkan, singgah di Namirah. Setelah
matahari tergelincir, jamaah haji mendengarkan khotbah Arafah,
kemudian dikumandangkan azan qamat, lalu shalat zhuhur dan ashar
dijama’ dan diqasar tanpa shalat apa-apa di antara dua shalat itu. Setelah
shalat, berdoa dengan mengangkat kedua tangan. Apabila wukuf
jatuhnya pada hari Jumat, tetap dilakukan shalat zhuhur dengan cara
dijama’ dengan ashar.

7
Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op. cit., h. 260
d. Mabit di Muzdalifah
Setelah matahari terbenam, para jamaah haji meninggalkan Arafah
menuju Muzdalifah untuk mabit sampai subuh, sementara shalat
maghrib dan isya’ dijama’ takhir di Muzdalifah.
e. Melontar Jumrah Aqabah (Kubra)
Pada waktu dhuha tanggal 10 Dzulhijjah di Mina, jamaah haji
melaksana-kan lontar jumrah aqabah, dengan cara berdiri menghadap
ke jumrah tersebut. Posisi kiblat berada di sebelah kiri jamaah haji
kemudian melontar jumrah dengan batu kerikil sebanyak tujuh kali
f. Tahallul Awal (Asghar)
Jamaah haji tahallul dengan cara “taqshir” (menggunting beberapa helai
rambut) atau lebih utama dengan “tahliq” (dengan menggundul kepala).
Bagi wanita cukup dengan taqshir. Setelah tahallul awal ini, jamaah haji
bebas dari larangan pada waktu ihram, kecuali hubungan suami istri.
g. Hadyu (Qurban)
Bagi mereka yang melaksanakan haji tamattu dan qiran wajib
menyembelih hadyu. Perbedaannya adalah yang qiran membawa
binatang dari rumah, sementara yang tamattu menyembelihnya di
Mekah. Penyembelihan hadyu dilaksanakan pada Yaumun Nahri
(tanggal 10 Dzulhijjah) dan jika tidak bisa dilasanakan pada hari nahar,
bisa dilakukan pada Ayyamu Tasyriq (tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah)
h. Thawaf Ifadah (Tahallul Tsani)
Pada hari nahar, setelah melontar jumrah aqabah dan menyembelih
hadyu, maka jamaah haji pergi ke Mekah untuk melaksanakan thawaf
ifadah.

i. Melempar Tiga Jumrah


Pada tanggal 11 Dzulhijjah, setelah zhuhur, jamaah melempar 3 jumrah
(ula, wusta, aqabah), masing-masing dengan 7 batu kerikil.
j. Nafar Awal dan Nafar Tsani
Pada tanggal 12 Dzulhijjah , jamaah haji melempar 3 jumrah seperti
yang dilakukan pada tanggal 11 Dzulhijjah. Waktunya juga sama yaitu
setelah zhuhur hingga maghrib.
k. Thawaf Wada’
Sebelum meninggalkan Mekah, jamaah haji dianjurkan untuk
melakukan thawaf wada’ (perpisahan). Caranya, sama dengan thawaf
ifhadah dilakukan tujuh putaran, tanpa lari-lari kecil, tanpa shalat dua
rakaat di maqam Ibrahim, dan tanpa sa’i. Nabi SAW. bersabda:
Artinya:
“Janganlah salah seorang pulang sebelum mengakhiri urusan (hajinya)
dengan (thawaf wada’)di Baitullah”. (H.R. Muslim)
C. Pengertian Umrah
Umrah secara etimologis adalah ziarah dalam pengertian yang bersifat umum.
Sedangkan secara terminologis adalah berziarah ke Baitullah dalam pengertian
khusus.8 Umrah adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian ibadah khusus
di sekitarnya. Pelaksanaan umrah tidak terikat dengan miqat zamani dengan
arti ia dilakukan kapan saja, termasuk pada musim haji. Perbedaannya dengan
haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah,
melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji
dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umrah itu disebut
dengan haji kecil. 9

D. Cara pelaksanaan umroh


 Ihram
Bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan
ihram krena hal tersebut bagian dari rukun umrah
 Tawaf
Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib dilaksanakan.
 Sa`i
Ulama sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang
melakukan sa`i sebelum tawaf maka ia harus mengulangi lagi (ia harus
bertawaf kemudian melakukan sa`i).
 Tahallul
Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan umrah
tamattu` telah selesai bersa`i, ia harus menggunting rambutnya, namun
tidak boleh mencukurnya. Bila ia telah memotongnya, maka apa yang
diharamkan baginya telah menjadi halal. Tapi kalau telah mencukurnya,

8
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab,(Jakarta: Lentera, 2011), hlm. 217
9
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 70
maka ia harus membayar kifarah berupa seekor kambing. Tapi kalau
berumrah mufrodah, maka ia boleh memilih antara menggunting atau
mencukur, baik ia mengeluarkan kurban atau tidak.
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja
sedangkan ia bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihram
sebelum menggunting rambut, maka umrahnya batal. Ia wajib
melakukan haji ifrad. Maksudnya melakukan amalan-amalan haji,
kemudian melakukan umrah mufradah setelah amalan-amalan haji itu.
Dan lebih utama adalah mengulangi haji lagi pada tahun yang akan
datang.

E. Perbedaan Haji dan Umroh


Ibadah umrah banyak memiliki kontribusi dengan haji, kecuali ada
beberapa kontribusi perbedaan yaitu :10
 Umrah tidak mempunyai waktu tertentu dan tidak bisa ketinggalan
waktu.
 Dalam umroh tidak ada wukuf diarah dan tidak ada pula
mabit di muzddalifah.
 Didalam umrah tidak ada melontar jumrah.
 Didalam umrah tidak ada menjamak dua sholat, itu karena ibadah haji,
kalangan madzhad syafi'e bukanlah sebab bagi bolehnya jamak antaara
dua sholat melainkan yang menjadi sebab hanyalah perjalanan (safar).
 Di dalam umrah tidak ada tawaf qudum dan tidak ada pula khutbah.
 Minat umrah adalah di tanah halal bagi semua orang, tanpa terkecuali
berbeda dengan haji miqad haji bagi orang mekah adalah ditanah haram,

10
H. Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji: Menuntun Jama’ah Mencapai Haji Mabrur, (Cet. I;
Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 285-286
sementara bagi orang selain mekah miqad pada tempat yang telah
ditentukan nabi.
 Umrah berbeda dengan haji dari segi hukum, bila umroh itu hukumnya
sunnat muakkad sedangkan haji adalah farduh

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
1. Menurut syara : haji menuju baitullah atau menghadap allah untuk mengajarkan
seluruh rukun dan persyaratan haji yang telah ditentukan oleh syariat islam
sedangkan Umrah adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian ibadah
khusus di sekitarnya. Pelaksanaan umrah tidak terikat dengan miqat
zamani dengan arti ia dilakukan kapan saja, termasuk pada musim haji.
2. Kafiyah atau tata cara mengerjakan haji sebagai berikut : Ihram, Mabit di Mina,
Wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, Melontar Jumrah Aqabah (Kubra),
Tahallul Awal (Asghar), Hadyu (Qurban), Thawaf Ifadah (Tahallul Tsani),
Melempar Tiga Jumrah, Nafar Awal dan Nafar Tsani, Thawaf Wada’
sedangkan kafiyah atau tata cara mengerjakan umrah sebagai berikut : ihram,
thawaf, sa’I tahallul.
3. Haji memiliki waktu-waktu tertentu yaitu kompilasi syawal, dzulqohdah, dan
10 hari pertama dari bulan dzulhijjah, sementara umroh yaitu boleh
dilaksanakan setiap waktu, kecuali waktu-waktu haji bagi orang yang berniat
ihram haji saja tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
DR.Hasbiyallah, M.Ag. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.

H. Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji: Menuntun Jama’ah Mencapai Haji
Mabrur, (Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2003)

Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah: Refleksi Ketundukan Hamba
Allah kepada al-Khaliq Perspektif al-Qur’an dan as-Sunnah, (Cet. I; Bandung: Pustaka
Setia, 2009)

M. Quraish Shihab, Haji bersama M. Quraish Shihab, (Cet. II; Bandung: Mizan, 1999),

Syeikh Mahmud Syaltut. Akidah dan Syariah. Jakarta: Bumi Aksara. 1984

Anda mungkin juga menyukai