Anda di halaman 1dari 9

HAKIKAT HAJI DAN UMRAH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
LAUNA ATSARIHA 21922067
PUTRIANI 21922073
SINAR YUNSYAH 21922069

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahas Esa karena atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hakikat Haji dan Umrah” dengan tepat waktu. Makalah kami yang perlu
dikembangkan lagi ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pihak pembaca penulis perlukan. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.

4 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji dan Umrah................................................................2
B. Sejarah Haji........................................................................................2
C. Rukun, Wajib, Syarat dan Sunnah Haji..............................................3
D. Tata Cara Haji.....................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................11
B. Saran...................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi
seorang Muslim sekali sepanjang hidupnya bagi yang mampu
melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya
mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama
maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu
dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang Maha Agung.
Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah
tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan
jiwa tauhid yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap
mental dan akhlak yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan
umat islam seluruh dunia menjadi umat yang satu karena memiliki
persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah
haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan
fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan
dalam menghadapi segala godaan dan rintangan. Ibadah haji
Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa besar dan
pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk
membangun persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia. Ibadah haji
merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang peserta-pesertanya
berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi
simbol kesatuan dan persatuan.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian haji dan umrah?
b. Bagaimana sejarah Haji?
c. Apa saja Rukun, Wajib, Syarat dan Sunnah Haji?
d. Bagaimana tata cara haji?

3. TUJUAN
a. Mengetahui pengertian dari Haji dan umrah
b. Mengetahui sejarah Haji
c. Mengetahui rukun, wajib, syarat dan sunnah Haji
d. Mengetahui tata cara haji

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH
Asal mula arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah
“alqashdu” atau “menyengaja”. Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah
(terminology) berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka‟bah) untuk
melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan
dilaksanakan pada waktu tertentu pula,menurut syarat-syarat yang
ditentukan oleh syara‟, semata-mata untuk mencari ridhoAllah.Wajib
dalam ibadah haji atau umrah adalah sesuatu yang jika diabaikan
secarakeseluruhan, atau tidak memenuhi syaratnya maka haji atau umrah
tetap sah, tetapiorang yang bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang
telah ditetapkan.Misalnya, kewajiban melempar jumroh, bila ia diabaikan,
maka ia harus digantidengan membayar dam (denda).
Adapun umrah menurut bahasa bermakna „ziarah‟. Sedangkan
menurut syara‟umrah ialah menziarahi ka‟bah, melakukan tawaf di
sekelilingnya, bersa‟i antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau
menggunting rambut dengan cara tertentu dandapat dilaksanakan setiap
waktu.

2. SEJARAH HAJI
 Sejarah Haji tidak bisa terlepas dari sejarah pembangunan Ka’bah
seperti yang diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as. Ketika
Nabi Ibrahim as. selesai membangun Ka’bah, Allah SWT
memerintahkannya untuk menyeru manusia agar melaksanakan haji.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman,
artinya, “Serukanlah kepada seluruh manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, mengendarai
unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh“.
 Nabi Ibrahim as berkata kepada Allah SWT, “Wahai
Tuhan ! Bagaimana suaraku akan sampai kepada manusia yang jauh ?“,
Allah SWT berfirman, “Serulah ! Aku yang akan membuat suaramu
sampai“.
Kemudian Nabi Ibrahim as naik ke Jabal Qubays (sebuah bukit di
selatan Ka’bah) dan memasukkan jari tangannya ke telinganya sambil
menghadapkan wajahnya ke Timur dan Barat beliau berseru, “Wahai
sekalian manusia telah diwajibkan kepadamu menunaikan ibadah haji ke
Baitul Atiq, maka sambutlah perintah Tuhanmu Yang Maha Agung“.
Seruan tersebut telah didengar oleh setiap yang berada dalam sulbi laki-
laki dan rahim wanita. Seruan itu disambut oleh orang yang telah
ditetapkan dalam ilmu Allah SWT bahwa ia akan melaksanakan haji,
sampai hari Kiamat mereka berkata, “LABBAIK ALLAAHUMMA
LABBAIK”, artinya, “Telah saya penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Telah
saya penuhi panggilan-Mu“.

2
Seusai Nabi Ibrahim as menyeru manusia untuk melaksanakan haji,
malaikat Jibril as mengajaknya pergi. Kepada beliau diperlihatkan
bukit Safa, Marwah dan perbatasan tanah Haram, lalu diperintahkan untuk
menancapkan batu-batu pertanda. Ibrahim as adalah orang yang pertama
menegakkan batasan tanah Haram setelah ditunjukkan oleh malaikat Jibril
as. Pada tanggal 7 Zulhijah, Nabi Ibrahim as berkhutbah di Mekah ketika
matahari condong ke Barat (tergelincir), sementara Nabi Ismail as duduk
mendengarkan. Pada esok harinya, keduanya keluar berjalan kaki sambil
bertalbiyah dalam keadaan berihram. Masing-masing membawa bekal
makanan dan tongkat untuk bersandar. Hari itu dinamakan hari Tarwiah.
Di Mina, keduanya melaksanakan salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan
Subuh. Mereka tinggal di sebelah kanan Mina sampai terbit matahari dari
gunung Tsubair (waktu Dhuha), kemudian keduanya keluar Mina menuju
Arafah. Malaikat Jibril as menyertai mereka berdua sambil menunjukkan
tanda-tanda batas sampai akhirnya mereka tiba di Namirah. Malaikat Jibril
as menunjukkan pula tanda-tanda batas Arafah. Nabi Ibrahim as sudah
mengetahui sebelumnya lalu berkata, : ‫ت‬ ُ ‫ َر ْف‬JJJJَ‫ع‬ ,artinya: “Aku sudah
mengetahui”, maka daerah itu dinamakan Arafah.
Ketika tergelincir matahari, malaikat Jibril as bersama keduanya
menuju suatu tempat (sekarang tempat berdirinya Masjid Namirah),
kemudian Nabi Ibrahim as berkhutbah dan Nabi Ismail as duduk
mendengarkan, lalu mereka salat jamak taqdim Zuhur dan Asar. Kemudian
malaikat Jibril as mengangkat keduanya ke bukit dan mereka berdua
berdiri sambil berdoa hingga terbenam matahari dan hilang cahaya merah.
Kemudian mereka meninggalkan Arafah berjalan kaki hingga tiba di
Juma‘ (daerah Muzdalifah sekarang). Mereka salat Maghrib dan Isya di
sana, sekarang tempat jamaah haji melaksanakan salat. Mereka bermalam
di sana hingga terbit fajar keduanya diam di Quzah. Sebelum terbit
matahari, mereka berjalan kaki hingga tiba di Muhassir. Di tempat ini
mereka mempercepat langkahnya. Ketika sudah melewati Muhassir,
mereka berjalan seperti sebelumnya. Ketika tiba di tempat jumrah, mereka
melontar jumrah Aqabah tujuh kerikil yang dibawa dari Juma’. Kemudian
mereka tinggal di Mina pada sebelah kanannya, lalu keduanya
menyembelih hewan kurban di tempat sembelihan. Setelah itu memotong
rambut dan tinggal beberapa hari di Mina untuk melontar tiga jumrah
pulang bali saat matahari mulai naik. Pada hari Shadr, mereka keluar untuk
salat Zuhur di Abthah. Itulah ritual ibadah haji yang ditunjukkan oleh
malaikat Jibril as sesuai permintaan Nabi Ibrahim as, “…..tunjukkanlah
kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami….” (QS Al
Baqarah : 128).

3. SYARAT, RUKUN, WAJIB DAN SUNNAH HAJI


a. Syarat Haji
1) Islam
2) Baligh
3) Berakal

3
4) Merdeka
5) Kuasa (mampu)
b. Rukun Haji
1) Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
2) Wukuf di arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; yakni hadirnya
seseorang yang berihram untuk haji, sesudah tergelincirnya
mataahari yaitu pada hari ke-9 Dzulhijjah.
3) Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf ifadhah)
4) Sa’i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh)
kali
5) Tahallul; artinya mencukur atau menggunting rambut
sedikitnya 3 helai untuk kepentingan ihram
6) Tertib yaitu berurutan
c. Wajib Haji
Yaitu sesuatu yang perlu dikerjakan, tapi sahnya haji tidak
tergantung atasnya, karena boleh diganti dengan dam (denda) yaitu
menyembelih binatang. berikut kewajiban haji yang mesti
dikerjakan :
1) Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak
berjahit), dimulai dari tempat-tempat yang sudah
ditentukan, terus menerus sampai selesainya ibadah haji.
2) Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam
tanggal 10 Dzulhijjah.
3) Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq
(tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
4) Melempar jumrah ‘aqabah tujuh kali dengan batu pada
tanggal 10 Dzulhijjah dilakukan setelah lewat tengah
malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
5) Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha
dan ‘Aqabah pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan
melemparkannya tujuh kali tiap-tiap jumrah.
6) Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena
ihram.
d. Sunnah Haji
1) Ifrad, yaitu mendahulukan urusan haji terlebih dahulu baru
mengerjakan atas ‘umrah.
2) Membaca Talbiyah yaitu :“Labbaika Allahumma Labbaik
Laa Syarikalaka Labbaika Innalhamda Wanni’mata Laka
Walmulka Laa Syarika Laka”.
3) Tawaf Qudum, yatiu tawaaf  yang dilakukan ketika
permulaan datang di tanah ihram, dikerjakan sebelum
wukuf di ‘Arafah.
4) Shalat sunat ihram 2 raka’at sesudah selesai wukuf,
utamanya dikerjakan dibelakang makam nabi Ibrahim.
5) bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah

4
6) thawaf wada’, yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai
ibadah haji untuk memberi selamat tinggal bagi mereka
yang keluar Mekkah.
7) berpakaian ihram dan serba putih.berhenti di Mesjid Haram
pada tanggal 10 Dzulhijjah.

4. TATA CARA HAJI


Kafiyah atau tata cara pelaksanaan haji adalah sebagai berikut:
a. Ihram
Pada tanggal 8 Dzulhijjah yang disebut “Yaumul Tarwiyyah”
bagi yang melaksanakan tamattu, setelah mandi memakai wangi-
wangian dan kain ihram dengan miqat dari tempat masing-masing
di Mekah, kemudian mengucapkan Ihlah haji, yaitu membaca
”Allahuumma hajjan atau labbaika hajjan”. Dilanjutkan membaca
talbiyah sebagaimana ketika berihram untuk melaksanakan umrah.
b. Mabit di Mina
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, kemudian berangkat ke Mina
dan mabit (menginap) di sana untuk melaksanakan shalat zhuhur,
ashar, maghrib, isya’, dan subuh dengan jama’ dan qasar
c. Wukuf di Arafah
Pokok dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Pada tanggal
9 Dzulhijjah, setelah terbit matahari, jamaah berangkat menuju
Arafah. Dalam perjalanan menuju Arafah ini, jamaah haji tetap ber-
talbiyah atau bertakbir dan jika memungkinkan, singgah di
Namirah. Setelah matahari tergelincir, jamaah haji mendengarkan
khotbah Arafah, kemudian dikumandangkan azan qamat, lalu
shalat zhuhur dan ashar dijama’ dan diqasar tanpa shalat apa-apa di
antara dua shalat itu. Setelah shalat, berdoa dengan mengangkat
kedua tangan. Apabila wukuf jatuhnya pada hari Jumat, tetap
dilakukan shalat zhuhur dengan cara dijama’ dengan ashar.
d. Mabit di Muzdalifah
Setelah matahari terbenam, para jamaah haji meninggalkan
Arafah menuju Muzdalifah untuk mabit sampai subuh, sementara
shalat maghrib dan isya’ dijama’ takhir di Muzdalifah.
e. Melontar Jumrah Aqabah (Kubra)
Pada waktu dhuha tanggal 10 Dzulhijjah di Mina, jamaah haji
melaksana-kan lontar jumrah aqabah, dengan cara berdiri
menghadap ke jumrah tersebut. Posisi kiblat berada di sebelah kiri
jamaah haji kemudian melontar jumrah dengan batu kerikil
sebanyak tujuh kali.
f. Tahallul Awal (Asghar)
Jamaah haji tahallul dengan cara “taqshir” (menggunting
beberapa helai rambut) atau lebih utama dengan “tahliq” (dengan
menggundul kepala). Bagi wanita cukup dengan taqshir. Setelah
tahallul awal ini, jamaah haji bebas dari larangan pada waktu
ihram, kecuali hubungan suami istri.

5
g. Hadyu (Qurban)
Bagimereka yang melaksanakan haji tamattu dan qiran wajib
menyembelih hadyu. Perbedaannya adalah yang qiran membawa
binatang dari rumah, sementara yang tamattu menyembelihnya di
Mekah. Penyembelihan hadyu dilaksanakan pada Yaumun
Nahri (tanggal 10 Dzulhijjah) dan jika tidak bisa dilasanakan pada
hari nahar, bisa dilakukan pada Ayyamu Tasyriq (tanggal 11, 12,
dan 13 Dzulhijjah)
h. Thawaf  Ifadah (Tahallul Tsani)
Pada hari nahar, setelah melontar jumrah aqabah dan
menyembelih hadyu, maka jamaah haji pergi ke Mekah
untuk melaksanakan thawaf ifadah.
i. Melempar Tiga Jumrah
Pada tanggal 11 Dzulhijjah, setelah zhuhur, jamaah melempar
3 jumrah (ula, wusta, aqabah), masing-masing dengan 7 batu
kerikil.
j. Nafar Awal dan Nafar Tsani
Pada tanggal 12 Dzulhijjah , jamaah haji melempar 3 jumrah
seperti yang dilakukan pada tanggal 11 Dzulhijjah. Waktunya juga
sama yaitu setelah zhuhur hingga maghrib.
k. Thawaf Wada’
Sebelum meninggalkan Mekah, jamaah haji dianjurkan untuk
melakukan thawaf wada’ (perpisahan). Caranya, sama dengan
thawaf ifhadah dilakukan tujuh putaran, tanpa lari-lari kecil, tanpa
shalat dua rakaat di maqam Ibrahim, dan tanpa sa’i. Nabi SAW.
bersabda:
“Janganlah salah seorang pulang sebelum mengakhiri urusan
(hajinya) dengan (thawaf wada’)di Baitullah”. (H.R. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai