Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“IBADAH HAJI”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan agama islam

Dosen Pengampu : Aris, S.Pd.I., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Ferderika Amanda (231062201018)
Farah Andini Ramadhani (231062201024)
Rio Reza Junianto (231062201014)
Muhammad Amzah (231062201021)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)

UNIVERSITAS IBNU SINA BATAM

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah, rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Pendidikan Agama Islam ini tepat pada waktunya Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
para sahabatnya juga seluruh pengikutnya diseluruh dunia sejak awal
kebangkitan Islam hingga hari kiamat

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam serta meningkatkan pengetahuan tentang penilaian dalam pembelajaran
Ibadah Akhlak serta memahami dan mengerti materi tentang Haji.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan Maka dari itu kami sangat mengharapkan
masukan dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun Semoga Allah
SWT meridhoi usaha dan niat baik kita bersama dalam upaya mewujudkan
mahasiswa yang cerdas dan beriman Aamiin.

Batam, 21 Oktober 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………….……………...….….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….…………...1
C. Tujuan Masalah………………………………………………….…………....1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Haji…………………………………………...….….2
B. Keutamaan Haji………………………………………………………………...3
C. Hadist Haji……………………………………………………………………....3
D. Rukun Haji……………………………………………………….............….….4
E. Syarat Haji………………………………………………………………….…...5
F. Jenis Haji………………………………………………………………..……....6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………7
B. Saran………………………………………………………………………….… 7
Daftar Pustaka…………..………………………………………….…………..……8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan
puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan
kaum muslimin sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan dibeberapa tempat di Arab
Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji pada bulan Dzulhijjah.
Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam
bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah dan berakhir setelah melempar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi.
Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan,
maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah
dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan sejarah haji?
2. Apa saja keutamaan haji?
3. Apa saja hadist-hadist haji?
4. Apa saja Rukun?
5. Apa saja syarat haji?
6. Apa saja jenis-jenis haji?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dan sejarah haji
2. Mengetahui keutamaan haji
3. Mengetahui hadist-hadist haji
4. Mengetahui rukun haji
5. Mengetahui syarat haji
6. Mengetahui jenis-jenis haji

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN SEJARAH HAJI


Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja, yang berarti berkunjung atau
mengunjungi. Sedangkan dalam istilah agama, haji adalah sengaja berkunjung
ke Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-Mukarromah untuk melakukan
serangkaian amalan yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT sebagai
ibadah dan persembahan dari hamba kepada Tuhan.
Haji merupakan salah satu bentuk ibadah umat Islam selain syahadat, salat,
puasa, dan zakat dan termasuk dalam rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan,
terutama bagi mereka yang sudah mampu baik secara fisik maupun finansial.
Perintah haji turun pada masa Nabi Ibrahim, tepatnya ketika Kakbah selesai
dibangun. Ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menyelesaikan amanat dari Allah
untuk membangun Kakbah, turunlah perintah untuk menyeru manusia melaksanakan
ibadah haji ke Mekkah. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Al-Hajj
ayat 27, yang artinya berbunyi, "Dan serula manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta
yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh."

Imam Ath-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah mendapat


perintah itu, Nabi Ibrahim berkata, "Wahai Tuhanku, suaraku tidak mampu
memanggil hingga jauh." "Serulah! Aku yang akan menyampaikan," jawab Allah.
Benar saja, ketika Nabi Ibrahim menyeru, semua makhluk yang ada di bumi dan
langit mendengar seruannya. Imam Ath-Thabari melengkapi kisahnya dengan
riwayat bahwa Malaikat Jibril menemui Nabi Ibrahim pada hari Tarwiyah (8
Dzulhijjah), lalu menunjukkan ritual-ritual haji.

Saat itulah ibadah haji pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Sementara itu,
Ubaid bin Umair al-Laitsi berkata, "Riwayat yang sampai kepadaku mengatakan
bahwa setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail meninggikan bangunan Kakbah hingga
selesai, turunlah perintah untuk melaksanakan haji. Nabi Ibrahim kemudian
menghadap ke Yaman dan menyeru manusia untuk beribahdah kepada Allah dan
berhaji ke rumah-Nya. Kemudian terdengar jawaban, 'Labbaik allahumma labbaik'.
Lalu Nabi Ibrahim menghadap ke barat untuk menyeru dan mendapatkan jawaban
yang sama."

Sayangnya, seiring berjalannya waktu sepeninggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail,
tata cara dan tujuan ibadah haji banyak diubah oleh bangsa Arab. Tradisi
menyimpang masyarakat Arab jahiliyah baru berubah setelah datangnya Nabi
Muhammad, nabi terakhir yang diutus Allah. Pada masa Nabi Muhammad, semua
ritual masyarakat Arab jahiliyah yang menyimpang dihapus dan tujuan haji yang
sebenarnya, yakni menegakkan tauhid agar senantiasa tunduk dan patuh kepada
Allah, kembali ditekankan. Sebagian ahli menyebut bahwa ibadah haji disyariatkan
pada tahun:

6 Hijriah atau sekitar 627 Masehi.

2
3

B. KEUTAMAAN HAJI
Haji sebagai salah satu ibadah yang termasuk dalam rukun Islam ternyata
memiliki keutamaan atau keistimewaan sendiri. Haji adalah ibadah yang akan
mendapat balasan surga. Haji juga termasuk bentuk jihad di jalan Allah SWT.
Bukan cuma itu, haji pun mampu menghilangkan sifat kefakiran yang
sebelumnya ada dalam diri manusia. Ibadah ini dijanjikan bisa menghapus dosa-
dosa yang telah diperbuat di masa lalu. Oleh sebab itu, bagi kita yang mampu
secara fisik dan finansial, dianjurkan untuk melaksanakan ibadah haji untuk
memenuhi rukun Islam kelima ini.

C. HADIST HAJI
1. Hadits Anjuran Menyegerakan Haji
Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kalian bersegera
mengerjakan haji karena sesungguhnya seseorang tidak pernah tau halangan
yang akan merintanginya." (HR Ahmad).
2. Hadits Sebagai Salah Satu Rukun Islam
Dari Ibnu Umar RA, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: ”Islam itu dibangun
di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan
Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
3. Hadist Perintah Berhaji
Dari Ali bin Abî Thâlib, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang telah memiliki
bekal dan kendaraan lalu dia tidak berhaji, hendaklah ia mati dalam keadaan
menjadi orang Yahudi, atau Nasrani." (HR. Tirmidzi).
4. Hadits Keutamaan Haji dan Umrah
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Umrah ke umrah
menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabrur
kecuali surga. (HR Malik, Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi).
4

D. RUKUN HAJI
1. Ihram
Rukun haji yang pertama adalah Ihram. Ihram yaitu berniat untuk haji. Seperti
halnya dalam niat saat sholat, begitupun niat dalam haji maupun umrah. Perlu
diperhatikan pula terkait tempat dan waktu miqat (batas waktu dan tempat bagi
dimulainya ibadah haji) yang akan berkaitan erat dengan wajib haji. Selanjutnya,
jemaah yang melaksanakan haji dianjurkan untuk mandi, memakai wewangian,
sholat dua rakaat, dan mengenakan pakaian ihram untuk laki-laki.
2. Wuquf
Rukun haji yang kedua adalah wuquf di Bukit Arafah, yang waktunya terentang
mulai dari waktu zhuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai subuh tanggal 10 Dzulhijjah.
Jemaah bisa mengambil waktu siang sampai setelah maghrib, ataupun malam
harinya sampai jelang subuh.
3. Thawaf
Rukun haji selanjutnya setelah wukuf di Arafah yaitu jemaah haji diarahkan
menuju Masjidil Haram untuk melakukan Thawaf yaitu mengelilingi Kakbah
sebanyak tujuh kali. Putaran ini dimulai dari arah dari Hajar Aswad, dan Ka'bah
berada di sisi kiri badan jemaah haji alias jemaah berputar melawan arah jarum
jam.
4. Sa’I
Rukun haji keempat adalah Sai. Sai adalah berjalan mulai dari bukit Safa ke bukit
Marwah sebanyak 7 (tujuh) kali perjalanan. Dari bukit Safa ke bukit Marwah dan
sebaliknya dihitung 1 (satu) kali perjalanan, sehingga rangkaian Sai berakhir di
bukit Marwah. Jemaah haji yang melakukan Sai disunnahkan untuk suci dari
hadas kecil dan hadas besar, namun jika tidak suci maka perjalanan Sai nya
tetap dianggap sah.
5. Tahallul
Rukun haji kelima adalah Tahallul. Tahallul memiliki arti mencukur rambut kepala
setelah seluruh rangkaian haji selesai. Waktu sekurang-kurangnya adalah
setelah lewat tanggal 10 Zulhijah.
6. Tertib
Rukun haji yang terakhir adalah tertib, di mana jemaah telah melaksanakan
rukun haji secara berurutan, mulai dari ihram sampai tahallul. Jemaah yang tidak
melaksanakan rukun haji dengan tertib, dalam hal ini melalaikan salah satu di
antaranya ataupun tidak menjalankan rangkaiannya secara berurutan, maka
ibadah hajinya dianggap tidak sah.
5

E. SYARAT HAJI
1. Islam
Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang menjadi penyempurna rukun-rukun
lainnya. Seorang yang bukan muslim meskipun melakukan ritual haji secara
lengkap, tetap tidak akan dianggap sah ibadahnya.
2. Balig
Orang yang wajib melaksanakan ibadah haji harus sudah balig atau telah
mencapai kedewasaan. Apabila orang yang tersebut belum balig tetapi sudah
berhaji, maka ibadah hajinya tetap dianggap sah namun tidak memenuhi syarat
sah wajib haji.
3. Berakal
Syarat wajib berhaji selanjutnya adalah berakal. Maksudnya, berakal sehat
secara jasmani dan rohani. Sementara orang yang kondisinya hilang ingatan,
dalam gangguan jiwa/tidak waras, maka tidak diwajibkan untuk berhaji.
4. Merdeka
Syarat merdeka ini harus dipahami terlebih dulu. Merdeka berarti terbebas dalam
keadaan sehingga tidak terikat suatu hal atau penjajahan. Meski zaman
sekarang sudah tidak berlaku perbudakan, ibadah haji tidak dikenakan kewajiban
bagi para budak atau hamba sahaya yang beragama Islam.
5. Mampu
Untuk syarat wajib haji berikut yaitu mampu atau istitha'ah. Allah menegaskan
hal ini melalui firman-Nya dalam QS Ali Imran 97, yang berbunyi:

‫ِفْي ِه ٰا ٰي ٌۢت َب ِّي ٰن ٌت َّم َقاُم ِاْب ٰر ِه ْي َم ۚە َو َم ْن َد َخ َل ٗه َك اَن ٰا ِم ًن اۗ َو ِهّٰلِل َع َلى الَّن اِس ِحُّج‬
97 ‫اْل َب ْي ِت َم ِن اْس َت َط اَع ِا َلْي ِه َس ِبْي اًل ۗ َو َم ْن َكَف َر َف ِاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َع ِن اْل ٰع َلِمْين‬

Artinya: Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim.
Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban
manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi
orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa
mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.
6

6. Ada kendaraan saat berhaji


Tersedianya kendaraan yang memadai atau berfungsi baik dan aman,juga
menjadi syarat wajib yang harus dipenuhi saat digunakan berhaji.
7. Perjalanannya aman saat berhaji
Aman dalam perjalanan berhaji, berarti tidak terjadi kesulitan atau bebas dari
bahaya selama menjalankan ibadah haji. Keamanan selama perjalanan ini
meliputi keamanan yang terkait diri, jiwa, maupun harta.

F. JENIS-JENIS HAJI
1. Haji Ifrad
Haji Ifrad adalah bentuk ibadah haji di mana jamaah lebih dulu menunaikan haji,
lalu umrah. Jamaah memulai dengan ihram haji, melakukan tawaf qudum dan
salat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Setelah itu, mereka melakukan sai
antara bukit Shafa dan Marwah untuk haji tanpa bertahalul. Jamaah tetap dalam
keadaan berihram hingga tanggal 10 Zulhijah. Setelah menyelesaikan haji,
jamaah melepas ihram dan dapat mengenakan pakaian lainnya. Jika mereka
ingin melakukan umrah lagi, mereka harus mengambil ihram lagi, dan tidak perlu
membayar dam.
2. Haji Qiran
Haji Qiran adalah bentuk haji yang menggabungkan niat haji dan umrah
sekaligus. Jamaah berihram untuk umrah dan haji sebelum memulai tawaf
qudum. Mereka melanjutkan dengan sai untuk haji dan umrah dengan satu sai
tanpa tahalul, tetap dalam keadaan berihram hingga tanggal 10 Zulhijjah. Setelah
menyelesaikan haji dan umrah bersamaan, wajib membayar dam dengan
menyembelih hewan kurban.
3. Haji Tamattu
Haji Tamattu melibatkan umrah terlebih dahulu sebelum haji. Jamaah berihram
untuk umrah pada bulan-bulan haji, menyelesaikan umrah, lalu bertahalul
dengan memotong atau mencukur sebagian rambut kepala. Pada tanggal 8
Zulhijah, mereka berihram kembali untuk melaksanakan haji. Wajib menyembelih
hewan kurban pada 10 Zulhijah atau di hari-hari tasyrik (11,12,13 Zulhijah) bagi
mereka yang melakukan haji tamattu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-hajj secara etimologi berarti tujuan, maksud dan menyengaja. Dalam arti
terminology, haji berarti bermaksud dengan sengaja mengunjungi Baitullah
(Ka'bah) menurut syarat-syarat dan rukun-rukun yang tertentu, karena memenuhi
panggilan Allah semata Hukum melaksanakan ibadah haji hanyalah diwajibkan
sekali dalam seumur hidup manusia.
Rukun haji adalah perbuatan yang harus dikerjakan yang tidak boleh
digantikan dengan satupun. Sehingga jika tertinggal salah satunya
mengakibatkan tidak sah hajinyaSedangkan wajib haji ialah sesuatu yang harus
dikerjakan namun bila tertinggal salah satunya karena sesuatu hal, boleh diganti
dengan membayar dam. Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat,
rukun dan wajib haji..

B. Saran
Bagi umat Islam yang hendak melaksanakan ibadah haji, sebaiknya
mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental atau spiritual sebab ibadah
haji merupakan ibadah yang sangat menuras tenaga di samping mental dan
batin.z

7
8

DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul dan Kustini. "Haji: Makna dan Hikmahnya." Pusat Kajian Islam dan
Bahasa Arab, UIN Alauddin Makassar, 2019.

http://pba.pps.uin-alauddin.ac.id/haji-makna-dan-hikmahnya/

Syaukani, Imam. "11 Keutamaan Haji dari Ampunan Hingga Mampu Memberi
Syafaat." NU Online, 2022.

https://islam.nu.or.id/syariah/11-keutamaan-haji-dari-ampunan-hingga-mampu-
memberi-syafaat-zTCIa

Syaukani, Imam. "Hikmah Haji dan Umrah." Detikcom, 2022.

https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-
6779800/8-dalil-haji-dan-umrah-berdasarkan-al-quran-dan-hadits-rasulullah-
saw/amp

Baznas. "Persiapan Calon Jemaah, Ketahui 6 Rukun Haji Agar Ibadah Sah."
Baznas, 2022.

https://baznas.go.id/artikel/baca/Persiapan-Calon-Jemaah,-Ketahui-6-Rukun-
Haji-Agar-Ibadah-Sah/186

Yatim Mandiri. "Syarat Wajib Haji." Yatim Mandiri,


2022.https://yatimmandiri.org/blog/inspirasi/syarat-wajib-haji/

Muhammad Abduh Tuasikal. "Tiga Jenis Haji: Qiran, Tamattu, dan Ifrad,
Manakah yang Dilakukan Nabi." Rumayshocom, 2023.

https://rumaysho.com/36915-tiga-jenis-haji-qiran-tamattu-dan-ifrad-manakah-
yang-dilakukan-nabi.html

Anda mungkin juga menyukai