NIRM : 1207.19.2141
Semester : 5C PAI
SOAL
JAWABAN :
1. Ilmu Mantiq telah dirumuskan oleh para ulama dengan rumusan yang
bervariasi meskipun maksudnya sama, yaitu mengungkapkan makna sebagai
suatu kata yang dibakukan untuk nama suatu disiplin ilmu.
a. Ilmu Mantiq adalah tatanan berpikir yang dapat memelihara otak dari
kesalahan berpikir dengan pertolongan Allah swt.
b. Suatu alat yang mengatur kerja otak dalam berpikir agar terhindar dari
kesalahan; selain merupakan ilmu kecermatan praktis.
c. Ilmu Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula
berpikir sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara
yang berpikir yang salah.
d. Ilmu yang membahas obyek-obyek pengetahuan tashawwur dan tashdiq
untuk mencapai interaksi dari keduanya atau suatu pemahaman yang dapat
mendeskripsikan tashawwur dan tashdiq.
e. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Ilmu manitiq adalah
ilmu yang membahas tata aturan berpikir benar berkenaan dengan obyek
pikir untuk memperoleh kebenaran.
5) Membedakan proses dan kesimpulan berpikir yang benar (hak) dan yang
salah (batil).
Misalnya :
3. Pembacaan atas beragam tafsir ayat-ayat yang mengandung kata ‘ulul albab’
menghasikan sebuah kesimpulan besar: ulul albab menghiasi waktunya dengan
dua aktivitas utama, yaitu berpikir dan berzikir.
Tentang awal mula keilmuan tafsir. Kajian tafsir dalam Islam sudah dimulai
sejak ayat pertama diturunkan. Rasulullah SAW merupakan orang pertama yang
mempelajari setiap kata dari ayat Alquran, baik dari Allah SWT langsung atau
dengan perantara guru beliau SAW, yakni malaikat Jibril.Nabi Muhammad
SAW sebagai utusan Allah kepada jin dan manusia menyampaikan kepada para
sahabatnya dengan penuh amanah. Hal itu dilakukannya terutama dalam
majelis-majelis ilmu yang dihadiri para sahabat.Akan tetapi, tidak setiap kata
dibahas oleh beliau SAW, melainkan kata-kata yang belum dipahami oleh para
sahabat atau kalimat yang bermasalah bagi mereka. Misalnya, makna ar-
romyu (lemparan) dan kata zhulm (kezhaliman).
Sebab, para sahabat merupakan orang-orang yang hidup pada zaman ketika
bahasa Arab sedang di puncak kefasihan, bahkan di segala sisi linguistiknya.
Para sahabat mengambil (talaqqi) lafazh Alquran dari Rasulullah SAW. Mereka
juga memahami makna dari setiap lafazh tersebut.
Maka dari itu, muncul tafsir-tafsir Alquran. Dimulai dari tafsir kosa kata
(mufrodat) yang kemudian dikenal dengan ghoribul Alquran, yakni kata-kata
yang langka dalam Alquran.
Adapun tafsir secara utuh yang sampai di tangan kita--dari surah al-Fatihah
sampai surah an-Naas--pertama kali ditulis oleh ulama asal Thabaristan (wilayah
selatan Laut Kaspia). Namanya, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-
Thobariy. Sosok yang berjulukan imamul mufassirin (imam para ahli tafsir) ini
wafat pada 310 Hijriah. Kitab tafsirnya berjudul Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-
Qur'an.
Perkembangan ilmu tafsir Alquran hingga kini adalah karunia Allah SWT.
Dalam Alquran pun sudah ditegaskan, sebagaimana terkandung dalam surah al-
Qiyamah ayat 17-19, yang artinya, “'Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (Alquran di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah
bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah
penjelasannya.”
Dari masa ke masa sampai abad ke-14 Hijriah, kitab tafsir dengan berbagai
corak dan metode ditulis dan tersebar di seluruh penjuru dunia. Bahkan, tidak
hanya dalam bahasa Arab saja. Tafsir juga ditulis dengan selain bahasa Arab, di
antaranya adalah bahasa Indonesia, bahkan bahasa daerah di wilayah Tanah Air.
Ulul albab berzikir, atau mengingat Allah, dalam situasi apapun: dalam
posisi berdiri, duduk, maupun berbaring (Q.S. Ali Imran 3:191), memenuhi janji
(Q.S. Ar-Ra’d 13: 20), menyambung yang perlu disambung dan takut dengan
hisab yang jelek (Q.S. Ar-Ra’d 13: 21), sabar dan mengharap keridaan Allah,
melaksanakan salat, membayar infak dan menolak kejahatan dengan kebaikan
(Q.S. Ar-Ra’d 13: 22). Di sini, zikir dilakukan dengan membangun hubungan
vertikal transendental (seperti mendirikan salat) dan hubungan horisontal sosial
(seperti membayar infak dan menyambung persaudaraan).
- Meningkatkan integrasi.
- Mengasah sensitivitas.
- Memastikan relevansi.
- Mengembangkan imajinasi.
- Menjaga independensi
4. Hukuman mati dalam hukum pidana Islam dikenal dengan istilah qishâsh.
Makna
ُص ْقال
ِ ص
َ )ـــــــــــــــــاal-qishâsh) terambil dari kata قصصـــــــا- )قــص – يقـــــــصqashsha,
yaqushshu, qashashan) yang arti umumnya adalah )االثـــــــــــــــر تتبـــــــــــــــعtatabu’
al-‘atsar, mengikuti jejak), dan القصـــــــــص
صـــــــــــــــــا
ً ص ِ َ فَارْ تَـــــــــــــــــ َّدا َعلَـــــــــــــــــى آَث:Allah firman seperti,
َ َار ِه َمـــــــــــــــــا ق
jejak/bekas bermakna) qashashu-al( (lalu keduanya kembali, mengikuti jejak
mereka semula. Dari akar kata yang sama lahir kata qishshâh (kisah) karena “orang
yang berkisah mengikuti peristiwa yang dikisahkannya
sebagaimana tertuang dalam yang kisah adalah ini Sesungguhnya ( إِ َّن هَـــــــــــــ َذا
ُّ صــــــــــــــصُ ْال َحــــــــــــــ
ق َ َُــــــــــــــو ْالق
َ لَه:Quran-Al ayat beberapa
benar); kabarkan Kami akan Sesungguhnya Maka ( ــــــــــــــــن َعلَ ْي ِهـــــــــــــــــ ْم
َّ َّ ُفـَلَنـَق
ص
َـــــــــــــــــم َو َمـــــــــــــــــا ُكنَّـــــــــــــــــا غَـــــــــــــــــائِبِين
ٍ بِ ِع ْل
kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui
(keadaan
Kami (ــــــــــص
ِ َ َك أَحْ َســــــــــنَ ْالق
ص َ نَحْ ــــــــــنُ نـَقُــــــــــصُّ َعلَيْــــــــــ
َْ
ِ ولِــــــــــــي اْألـَ ْلبَــــــــــــاJــــــــــــرةٌ ُِِألـ
ب َ ْصــــــــــــ ِه ْم ِعبـ َ َ;)لَقَــــــــــــ ْد َكــــــــــــانَ فِــــــــــــي قbaik
ِ ص
paling yang kisah kepadamu menceritakan
(mengenai dirinya).12
penumpahan darah dengan bentuk perbuatan yang sama. Ibn Manzhûr dalam
bukunya
القِصــــــاص وهــــــو أَ ن يفعــــــل بــــــه مثــــــل فعلــــــه مــــــن قتــــــل أَو قطــــــع أَو ضــــــرب أَو
جــــــرح:menyebutkan Arab-‘al Lisân
Maksudnya qishâsh itu ‘suatu hukuman yang ditetapkan dengan cara mengikuti
bentuk tindak pidana yang dilakukan’ seperti bunuh dibalas bunuh atau pelukaan
dibalas dengan melukai. Mufassir Muhammad ‘Alî al-Sâis menyatakan qishâsh
berarti diperlakukan (kepada seseorang) sama dengan apa yang dilakukan. Ketika
seseorang diperlakukan seperti apa yang dia lakukan, maka itu akan memberikan
bekas (dampak yang sama) kepadanya.
Hikmah Qisas
Islam menerapkan hukuman yang berat bagi pelaku tindak pidana, baik
tindak pidana pembunuhan maupun penganiayaan semata mata demi menjaga
kehormatan dan keselamatan jiwa manusia. Hal ini akan memberikan dampak
positif, diantaranya adalah: Dapat dijadikan suatu pelajaran bahwa keadilan harus
ditegakkan.
5. Hadits Gharib Nisbi, yaitu hadits yang terdapat penyendirian dalam sifat atau
keadaan tertentu seorang rawi.
Rasulullah Saw. pada hari Raya Qurban dan hari Raya Fitri membaca surat Qaaf
dan surat al-Qamar. (HR. Muslim)
Penyendirian tentang kota atau tempat tinggal tertentu, yaitu hadits yang
diriwayatkan oleh para rawi dari kota/daerah tertentu. Misalnya, Basrah, Kufah
atau Madinah saja. Contoh:
ِ أَ ْن نَ ْق َرأَ بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا. م.أَ َم َرنَا َرسُوْ ُل هللاِ ص
ُب َو َما تَيَ َّس َر ِم ْنه
Rasulullah Saw. memerintahkan kita agar membaca al-Fatihah dan surat yang
mudah dari al-Qur’an. (HR. Abu Dawud)
Hadits ini diterima oleh Abu Dawud dari Abu Walid at-Thayalisi dari Hamam dari
Qatadah dari Abu Nasharah dan Sa’id yang kesemuanya berasal dari Basrah.