Anda di halaman 1dari 23

STRATEGI PEMBELAJARAN

KEWAJIBAN MENCARI ILMU


TUGAS MAKALAH
Disampaikan dalam Seminar Kelas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
Program Studi Strata S1 Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Hj. Nur'aini, S. Ag, M. Ag

Oleh :

Kelompok 5

DWIYANA ADWIYAH (1207.21.0174)


FARIZA AYU DWI LESTARI (1207.21.0179)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
IBNU SINA BATAM
2023

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena
rahmat dan ridho-Nya makalah ini bisa penulis selesaikan dengan baik. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW.
Dalam rangkah memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran, Prodi PAI
STAI Ibnu Sina Batam. Penulis telah berhasil menyusun makalah dengan judul
“Kewajiban Mencari Ilmu”.
Kepada pihak yang telah membantu,penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada:
1. Dr. Hj. Nur'aini, S. Ag, M. Ag. Selaku dosen pengampu Mata kuliah Strategi
Pembelajaran STAI Ibnu Sina Batam.
2. Rekan-rekan kelompok mata kuliah Strategi Pembelajaran STAI Ibnu Sina
Batam.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini. Semoga Allah memberiakan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan,dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu segala
kritik dansaran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
perbaika selanjutnya.semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas
materi pembelajaran Strategi Pembelajaran.

Batam, 30 Oktober 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------------------- iii

DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------------- iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang----------------------------------------------------------------------------- 1

B. Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------------- 2

C. Tujuan Penulisan-------------------------------------------------------------------------- 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran Kooperatif ------------------------------------------------------3

B. Strategi Pembelajaran Aktif-------------------------------------------------------------5

C. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek------------------------------------------------7

D. Kewajiban Menuntut Ilmu---------------------------------------------------------------11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------------18

B. Saran-------------------------------------------------------------------------------------- 18

Daftar Pustaka------------------------------------------------------------------------------------- 19

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks historis, Islam sebagai ajaran yang telah menempuh


perjalanan panjang dan tidak terlepas dari sebuah sistem perekonomian,
sebagaimana yang telah dijalankan oleh Rasulullah saw, sejak kecil Rasulullah
diasuh pamannya Abu Thalib. Mereka menjalankan bisnis berdagang di berbagai
daerah jazirah Arab, kemudian rasulullah saw melakukan hubungan kerjasama
dengan Sitti Khadijah, baik sebelum menikahi Sitti Khadijah maupun sesudah
menikahinya. Dalam sejarah rasulullah saw mempunyai modal dasar dalam
berdagang yaitu kejujuran (al-shiddiq) dan kepercayaan (amanah), sehingga rasa
simpati timbul dalam diri pribadi konsumen terhadap Rasulullah saw. Semua itu
dapat dilihat dengan keuntungan yang dia capai dalam rentan waktu yang singkat.
Tanpa harus menghindari pesaingnya.

Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu


dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia,
sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil
ardh.

Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena
bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak
pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar
dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-
tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui
wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada
satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.

Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu


manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu
merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik.
Rumusan masalah

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang dapat
dibahas adalah :
1. Strategi apa yang cocok digunakan dalam pembelajaran kewajiban mencari
ilmu?
2. Langkah-langkah penerapan Strategi Pembelajaran Probing Promting?
3. Apa yang dimaksud dengan kewajiban mencari ilmu ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pembelajaran pembahasan kewajiban mencari ilmu
tersebut cocok digunakan dengan strategi tersebut.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah strategi Pembelajaran Probing
Promting
dalam proses pembelajaran.
3. Untuk mengetahui pemahaman tentang Pembelajaran kewajiban mencari
ilmu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya, proses pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa dari


latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari warna kulit, agama bahkan dari
tingkat kemampuan berpikir dan gaya belajar mereka. Untuk itu seorang guru
harus pandai melihat perbedaan-perbedaan karakterisitik di setiap melakukan
proses belajar mengajar. Johson, Miftahul Huda mengemukakan bahwa
“Pengalaman pembelajaran kooperatif ternyata lebih diminati oleh siswa-siswa
yang heterogen, siswa-siswa yang berasal dari kelompok etnik yang berbeda,
baik yang cacat maupun noncacat”. Sedangkan Iskandar (2009:126)
mengemukakan bahwa “pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”.1

Model pembelajaran kooperatif sangat membantu tugas dari seorang guru


dalam menyampaikan materi yang akan dibawakan karena pembelajaran
kooperatif mengharuskan melakukan interaksi antar teman sejawatnya untuk
melakukan atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Secara historis
pembelajaran kooperatif bermula dari paham konstruktivisme dimana siswa
saling membantu dari awal untuk menemukan hingga memahami setiap
materi-materi yang diberikan oleh guru.

Slavin mengemukakan bahwa : Pembelajaran konstruktivis dalam


pengajaran menerapkan model pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas
dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep–konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep -
konsep tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas, Roger dan David Johnson mengatakan


bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang optimal, lima unsur dalam model pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
1
Drs. H. Isjoni, M.Si., Ph.d, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 8
3
a) Positive interdependence (saling ketergantungan positiv)
b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
c) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
d) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
e) Group processing (pemrosesan kelompok)

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif.


Unsur ini menunjukkan ada bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan
kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu
mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Unsur kedua pembelajaran
kooperatif adalah tanggung jawab individual. Beberapa cara menumbuhkan
tanggung jawab perseorangan adalah:
1) Kelompok belajar jangan terlalu besar
2) Melakukan assesmen terhadap siswa
3) Memberi tugas kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kelompok di
depan
kelas
4) Mengamati setiap kelompokdan mencatat frekuensi individu dalam membantu
kelompok
5) Menugasi seorang peserta didik sebagai pemeriksa di kelompoknya
6) Menugasi peserta didik mengajar temannya.
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif.Unsur ini
penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.Unsur keempat
pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Unsur kelima adalah
pemrosesan kelompok yang mengandung arti menilai. Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,
toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan social.

1. Langkah-Langakah Pembelajaran Kooperatif


Penggunaan pembelajaran kooperatif seharusnya mengikuti langkah-
langkah atau prosedur tertentu dalam penggunaannya. Hal ini dimaksudkan
agar penggunaan pembelajaran kooperatif dapat efektif meningkatkan
kemampuan belajar dan hasil belajar siswa.

4
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan langkah-langkah
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: Guru merancang pembelajaran,
mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin
dicapai.
Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Guru mengarahkan dan
membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan hasil kerjanya.
Prosedur atau langkah-langkah kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat
tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-
pokok materi pelajaran sebelaum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan
utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi
pelajaran.
2. Belajar Kelompok, tapan ini dilakakukan setelah guru memberikan
penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya.
3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.
Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu,
sedangkan kelompok akan memberikan penilaian kepada kamampuan
kolompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006:247). “hasil akhir setiap
siswa adalah penggabungan keduannya dan dibagi dua. Nilai setiap
kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan
nilai kolompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang
merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.”
4. Pengakuan tim, adalah penatapan tim yang dianggap paling menonjol
atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi
lebih baik lagi.

B. Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy)

Pembelajaran aktif adalah suatu embelajaran yang mengajak mahasiswa untuk


belajar secara aktif. ketika mahasiswa belajar dengan aktif, berarti mereka
5
yang mendominasi aktifitas pembelajaran.

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan


penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua
anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif
(active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang


bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan
bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40%
dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie
(1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa
dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit
terakhir. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi
di lingkungan sekolah.

Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita,
terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan
indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di
kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan
Konfucius:
1. Apa yang saya dengar, saya lupa
2. Apa yang saya lihat, saya ingat
3. Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang
dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di
atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi
pembelajaran.

Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di


atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :

6
1. Apa yang saya dengar, saya lupa
2. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
3. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa
teman lain, saya mulai paham
4. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh
pengetahuan dan keterampilan
5. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa


kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah
satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara
kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa
yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata
per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata
per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa
mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir.

Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke


dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima,
sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh.
Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan
baik.Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan
ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di
samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak
didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan
dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja.

C. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran Berbasis Proek merupakan model pembelajaran yang


memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas
dengan melibatkan kerja proyek. Melalui pembelajaran berbasis proyek,
kreatifitas dan motivasi siswa akan meningkat. Kerja proyek dipandang
sebagai bentuk open-ended contextual activity-bases learning, dan merupakan
bagian dari proses pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada
7
pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif yang dilakukan oada
periode tertentu.

Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada


pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang dan
menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja secara mandiri. Tujuannya adalah agar siswa mempunyai
kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek hampir sama seperti Pembelajaran


Berbasis Masalah. Hal ini dikarenakan permulaan pembelajaran berdasarkan
adanya permasalahan yang diungkap, serta kegiatan belajar bersifat
kolaboratif ataupun berkelompok yang menekankan lingkungan siswa
menjadi aktif. Perbedaanya terletak pada obyek dimana pada pembelajaran
berdasar masalah diperlukan perumusan masalah, pengumpulan data dan
analisis sedangkan dalam Pembelajaran Berbasis Proyek siswa lebih
ditekankan dalam kegiatan merancang atau mendesain dari mulai
merumuskan job, merancang, melaksanakan pekerjaan, dan mengevaluasi
hasil.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki potensi amat besar untuk


membuat pengalaman belajar yang lebih menarik untuk pebelajar. Di dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek, pebelajar menjadi terdorong lebih aktif di
dalam belajar mereka, instruktur berposisi di belakang dan pebelajar
berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik
kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-
hari. Produk yang dibuat pebelajar selama proyek memberikan hasil secara
otentik dapat diukur oleh guru atau instruktur di dalam pembelajarannya.

Pembelajaran Berbasis proyek, guru atau instruktur tidak lebih aktif dan
melatih secara langsung, akan tetapi instruktur menjadi pendamping,
fasilitator, dan memahami pikiran pebelajar. Proyek belajar dapat disiapkan
dalam kolaborasi dengan instruktur tunggal atau instruktur ganda, sedangkan
pebelajar belajar di dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Ketika

8
pebelajar bekerja di dalam tim,mereka menemukan keterampilan
merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang
isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk
setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.

Keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi oleh pebelajar ini


merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya.
Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan
keterampilan tersebut berlangsung antar pembelajar. Di dalam kerja
kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu
memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.

1. Langkah-Langakah Pembelajaran Berbasis Proyek


Pembelajaran Berbasis Proyek bisa menjadi bersifat revolusioner di dalam
isu pembaruan pembelajaran. Proyek dapat mengubah hakikat hubungan
antara guru dan pebelajar. Proyek dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas
dan mengarahkan pebelajar lebih kolaboratif daripada kerja sendiri-sendiri.
Proyek juga dapat menggeser fokus pembelajaran dari mengingat fakta ke
eksplorasi ide.

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning terdiri dari:

1) Start With the Essential Question

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan


yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan
dimulai dengan sebuah investigasi

2) Design a Plan for the Project

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta


didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab

9
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang
mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.

3) Create a Schedule

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal


aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara
lain:

a) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,


b) membuat deadline penyelesaian proyek,
c) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
d) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara
yang tidak

10
D. Kewajiban Menuntut Ilmu
1. Pengertian Mencari Ilmu
Mencari ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu
manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan
mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih
baik. Karena menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dan
merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dari urian tadi sudah menjadi
keseharusan dalam menuntut ilmu.

1. Awal Perintah Membaca

Mengingat hal diatas sangat tepat jika wahyu pertama turun kepada nabi
SAW mengisyaratkan tentang perintah membaca (menuntut ilmu). Yakni
Surat Al-Alaq ayat 1

‫اْق َر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذي َخ َلَق‬


Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.”

Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang pada mulanya berarti
menghimpun. Apabila kita merangkai huruf kemudian mengucapkan
rangkaian tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni membacanya.
Dengan demikinan, realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya
suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan
sehingga terdengar oleh orang lain. Karena dalam kamus-kamus ditemukan
aneka ragam arti dari kata tersebut adalah bisa menyampaikan, menela’ah,
membaca, meneliti, mendalami.

Bahwa Nabi Muhammad saw. mendatangi gua Hira’ untuk tujuan beribadah
beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya (Siti Khadijah) untuk mengambil
bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua, beliau dikejutkan oleh
malaikat pembawa wahyu Ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” beliau
menjawab “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk kedua
kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga Nabi
kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya,
“Bacalah!” kemudian Nabi menjawab dengan jawaban yang sama.

11
Kemudian Nabi kembali ke rumah Khadijah dengan keadaan gemetar seraya
mengatakan “Selimutilah aku, Selimutilah aku”. Khadijah menyelimuti beliau
hingga rasa takutnya hilang, lalu beliau berkata “Aku merasa khawatir terhadap
diriku”. Khadijah menjawab”Jangan, gembiralah! Demi Allah, Sesungguhnya
engkau adalah orang yang menyambungkan silaturahim, benar dalam berkata,
menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan gemar menolong orang yang
tertimpa bencana. Kemudian Khadijah mengajak Nabi untuk menemui Waraqh
ibnu Naufal ibnu ‘Abdill-‘Uzza (anak paman Khadijah) dan menceritakannya. 2

Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu membaca,


sekalipun engkau tidak pernah belajar membaca sebelumnya. Allah
menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan
kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk di bumi.
Perintah membaca diulang-ulang, sebab membaca tidak bisa meresap kedalam
jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Hal ini agar manusia
menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang hina, hingga ia mencapai
kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuan tentang hakekat segala
sesuatu. 3 Surat Al-Alaq tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi
Muhammad SAW. serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-
Nya, dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan. Menurut Al-Baiqa’i
tujuan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk menyembah Allah
SWT. sang pencipta Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur kepada-Nya.

Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti
menghimpun. Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan
dan sebagainya. Dan karena objeknya bersifat umum, objek kata tersebut
mencakup segala yang dapat terjangkau, baik itu merupakan bacaan suci yang
bersumber dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat tertulis
maupun yang tidak tertulis. Perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya,
masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis maupun tidak.3

2. Pandangan Umum tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

2
Ghoffar, M. ͚Abdul,2008. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi͛ i
3
Djamarah, Syaiful Bahri, 2008. Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: RT. Rineka: Cipta.
12
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses
pengubahan sikap dan tata kelakuan seseorang ataupun kelompok dalam upaya
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2011).
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar supaya peserta didik dapat
mengembangkan potensi diri dengan aktif untuk kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan
yang dibutuhkan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menuntut ilmu merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan


manusia, tanpa adanya ilmu manusia tidak akan bisa berkembang. Menuntut
ilmu juga dianggap sebagai titik tolak dalam menumbuhkan kesadaran dalam
bersikap (Ramly, 2005). Menurut Driyakara dalam buku membangun
pendidikan yang memberdayakan dan mencerdaskan, beliau mengatakan
bahwa proses menuntut ilmu merupakan proses untuk membimbing manusia
muda menjadi lebih dewasa dan lebih manusiawi.

Ilmu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang diperoleh melalui
metode penelitian, tentang perilaku sosial, budaya, maupun gejala alam yang
dapat diukur maupun diamati (Sarjuni, 2018). Karl Pearson merumuskan di
dalam bukunya Grammar of Science bahwasannya ilmu pengetahuan
merupakan lukisan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai fakta
pengalaman dengan istilah sederhana. Menuntut ilmu merupakan proses ke
arah yang positif.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar supaya peserta didik dapat
mengembangkan potensi diri dengan aktif untuk kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan
yang dibutuhkan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara barang dan jasa
itu telah menjadi miliknya dalam waktu tertentu. Kejelasan status
Pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses transformasi ilmu yang
13
bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam
Islam proses belajar mengajar lebih dikenal dengan sebutan atTa’lim, yaitu
proses ilmu pengetahuan agama yang menghasilkan pemahaman yang baik
terhadap anak didik sehingga dapat melahirkan sikap yang positif. Yang
dimaksud dengan sikap yang positif ialah ikhlas, percaya diri, patuh, dapat
berkorban dan teguh terhadap pendirian.
Pendidikan menurut pandangan Hamka terbagi menjadi dua macam: pertama,
pendidikan jasmani, yakni ilmu untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani,
kekuatan jiwa dan akal. Kedua, pendidikan rohani, yakni ilmu untuk
kesempurnaan manusia dengan pengalaman dan ilmu yang didasarkan pada
agama.kedua unsur tersebut cenderung dapat menumbuhkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Karena pendidikan dalam sarana yang
tepat untuk menentukan berkembangnya kedua unsur tersebut.

3. Hadis tentang Kewajiban Menuntut Ilmu


Hadis yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam
hadis riwayat Ibnu Majah No. 224, dari Anas bin Malik ra, sebagai berikut:
Dari Anas bin Malik beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda “menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim”.
Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun
muslim perempuan. Ketika Allah telah menurunkan perintah yang mewajibkan
atas suatu hal, maka kita harus menaatinya.
Ibn Qayyim menjelaskan:
Seandainya keutamaan ilmu hanya kedekatan kepada Tuhan semesta alam,
dikaitkan dengan para malaikat, bergaul dengan penghuni langit, maka itu telah
mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemulian dunia
dan akhirat selalu meliputi orang yang berilmu dan hanya dengan ilmulah
syarat untuk bisa mencapainya (alJauziyah, tt).

4. Bagaimana Etika Menuntut Ilmu


Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, bentuk tunggalnya ialah
ethos yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara
berpikir. Sedangkan bentuk jamaknya ialah ta etha yang berarti adat kebiasaan
(Bertens, 2002). Secara terminologi, etika menurut pendapat Magnis Suseno
adalah bentuk usaha manusia untuk menggunakan akal budi dan daya pikirnya
14
untuk memecahkan suatu masalah dan bagaimana ia harus hidup jika ia mau
menjadi baik

Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai perilaku
manusia. Menurut Abdul Haq Anshari dalam bukunya yang berjudul Islamic
Ethics: Concepts and Prospects, ia meyakini bahwasannya Etika Islam
merupakan suatu disiplin ilmu yang mandiri tidak pernah ada pada hari ini.
Menurutnya kita tidak pernah mendapati karya-karya yang membahas
konsepnya, menggambarkan isu-isunya dan mendiskusikan permasalahannya.
Kebanyakan apa yang ditemukan justru hanya diskusi yang dilakukan oleh
berbagai kalangan penulis, dari kelompok filusuf, teolog, ahli hukum Islam,
dan ahli sufi di bidang mereka masing-masing mengenai berbagai isu, baik itu
bagian dari keilmuan mereka atau yang relevan dengan etika Islam.

Al-Zarnuji berpendapat bahwa akhlak baik dan buruk serta cara menjauhinya
harus dipelajari, agar ia bisa menjaga dan menghiasi dirinya dengan akhlak
yang mulia. Menuntut ilmu dan memahami kegunaannya dalam waktu tertentu
hukumnya adalah fardu kifayah. Jika sebagian penduduk telak melaksanakan
maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya. Akan tetapi jika seluruh
penduduk mengabaikannya dan tidak melakukannya, maka seluruh penduduk
itu menanggung dosa. Maka dapat dikatakan, bahwa ilmu yang bersifat fardu
kifayah ialah setiap umat Islam diharuskan untuk menguasainya, seperti ilmu
pengobatan, astronomi, dan lainnya.

Etika menuntut ilmu menurut al-Zurnuji ialah sebagai berikut: (AlZarnuji,


2008). Pertama, niat belajar. Niat yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
bukan untuk mengharap pujian manusia, akan tetapi niat di sini hanya untuk
mencari keridhoan Allah agar mendapat kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Jangan sampai para penuntut ilmu salah dalam menentukan niatnya,
seperti menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan kenikmatan dunia,
kehormatan ataupun kedudukan. Jika niatnya sudah benar, maka ia akan
merasakan kenikmatan ilmu dan akan berkurang rasa cintanya pada harta dunia.
Wajib bagi para pencari ilmu untuk menata niat mereka, karena niat merupakan
pokok dari segala hal.
Kedua, memilih ilmu. Para penuntut ilmu hendaknya memilih ilmu yang paling

15
baik dan ilmu yang dibutuhkan untuk kehidupan agamanya untuk masa yang
akan datang. Kita perlu mendahulukan ilmu tauhid dan ma’rifat beserta
dalilnya. Para penuntut ilmu juga harus bersabar dalam menuntut ilmu dan
tabah dalah menghadapi berbagai macam cobaan. AlZarnuji menganjurkan
kepada para penuntut ilmu agar selalu bermusyawarah dalam segala hal.
Karena ilmu merupakan perkara yang sanagt penting dan juga sulit. Maka
dengan bermusyawarah akan memudahkan pelaksanaannya.

Ketiga, menghormati guru. Termasuk menghormati ilmu adalah dengan


menghormati guru. Para penuntut ilmu juga hendaknya selalu memperhatikan
catatannya, yakni dengan selalu menulis. Para penuntut ilmu juga harus
menghormati guru mereka, dengan memperhatikan dengan perhatian penuh
terhadap ilmu yang disampaikan oleh guru, walaupun telah diulang seribu kali
penyampaiannya. Setiap muslim harus mempelajari akhlak yang terpuji
maupun akhlak tercela, seperti murah hati, pelit, penakut, pemberani, somboh
dan rendah hati.

Keempat, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Para penuntut ilmu harus


bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan mengulangi pelajarannya pada
malam hari. Kesungguhan yang kuat merupakan pangkal kesuksesan. Oleh
karena itu jika ia memiliki kesungguhan untuk menghafal kitab, maka tentu ia
akan mampu menghafal sebagian ataupun seluruhnya.

Kelima, bertawakal kepada Allah. Dalam menuntut ilmu kita harus bertawakal
kepada Allah dan tidak tergoda dengan urusan dunia. Maka dengan itu,
hendaknya para penuntut ilmu berusaha untuk mengurangi kecintaan mereka
terhadap dunia. Para penuntut ilmu harus bersabar dalam menuntut ilmu, sebab
menuntut ilmu tidak terlepas dari kesulitan. Kebanyakan ulama berpendapat
bahwa menuntut ilmu lebih utama daripada berperang.

Keenam, memanfaatkan waktu belajar. Menuntut ilmu itu dari buaian hingga
liang lahat. Dan masa cermelang dalam menuntut ilmu ialah pada masa muda,
maka manfaatkan masa muda kita untuk menuntut ilmu.

Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin beliau menyampaikan tentang

16
etika peserta didik. Beliau menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan beliau juga
mengatakan bahwa puncak ilmu itu berada pada pengalamnnya (al-Ghazali,
2014). Maka inilah beberapa tugas yang dimaksud dalam kitab Ihya
‘Ulumuddin:Pertama, peserta didik harus mensucikan jiwanya dari akhlak yang
tercela. Kedua, peserta didik seharusnya tidak banyak melibatkan diri terhadap
urusan duniawi, ia harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Ketiga,
sebaiknya peserta didik tidak menyombongkan dirinya dengan ilmu yang telah
ia miliki. Seorang peserta didik yang baik ialah yang bersikap rendah hati dan
tawadhu. Keempat, hendaknya para peserta didik tidak mendengar perselisihan
pendapat orang lain. Karena perselisihan itu menyebabkan kebingungan.
Kelima, tidak menolak cabang ilmu yang baik. Sebaiknya ia menyelami cabang
ilmu tersebut dan pahami tujuannya. Keenam, mementingkan ilmu yang paling
penting. Yakni ilmu tentang akhirat. Bahwa ilmu yang paling utama adalah
ilmu mengenal Allah. Ketujuh, selalu ingat akan tujuannya dalam menuntut
ilmu. Yakni untuk memperbaiki akhlak dan menghiasi diri dengan akhlak yang
mulia. Kedelapan, sebagai penuntut ilmu kita harus memahami hubungan ilmu
pengetahuan dengan tujuannya. Agar ilmu pengetahuan itu dapat mengantarkan
kepada tujuannya.

gantarkan kepada tujuannya. Dalam menuntut ilmu kita harus memiliki etika
dalam menuntutnya, terutama dalam hal niat, karena niat merupakan pokok dari
segala hal. Jika niat seorang penuntut ilmu hanya karean Allah, maka akan
mendapatkan pahala dan ketentraman dari Allah.

17
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan yakni Berdasarkan pandangan

umum tentang kewajiban menuntut ilmu diketahui bahwa menuntut ilmu adalah salah

satu bagian terpenting bagi kehidupan manusia, tanpa adanya ilmu manusia tidak akan

bisa berkembang. Menuntut ilmu juga dianggap sebagai titik tolak dalam menumbuhkan

kesadaran dalam bersikap. Ilmu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang

diperoleh melalui metode penelitian, tentang perilaku sosial, budaya, maupun gejala

alam yang dapat diukur maupun diamati.

Menuntut ilmu dalam pandangan Islam bukan hanya ajakan saja, akan tetapi telah

menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Islam. Di dalam Alquran dan hadis telah

banyak membahas mengenai menuntut ilmu, yakni tentang pentingnya dalam menguasai

ilmu dan segala hal yang mengarah pada kewajiban menuntut ilmu

B. Saran

Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan bagi
yang membacanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali. (2014). Ringkasan Ihya Ulumuddin. Bandung: Penerbit Sinar Baru


Algensindo
Ali, M. D. (2010). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
al-Jauziyah, M. i. (2012). Miftahu Darussa'adah wa Masyur Wilayatul alIlmi wal Iradah.
Beirut: Dar Kutub al-Imiyah.
al-Qazwani, I. M. (2000). Sunan Ibnu Majah Cet 2. Riyad: Darussalam
al-Zarnuji. (2008). "Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara Islami". Surabaya:
Menara Suci.
Angelia, Y. (2017). "Merantau dalam Menuntut Ilmu (Studi Living Hadis untuk
Masyarakat Minangkabau). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
an-Naisaburi, M. i.-Q. (2002). al-Musnad as- Shahih al-Mukhtasar Binaqli al-Adli Ila
Rasulullahi SAW, Cet I Jilid 4. Beirut: Dar Ihya at-Turas alArabi.
Anonim. (2012). Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Edisi Terbaru,
Cet. kedua. Bandung: Penerbit Fokusindo Mandiri.
as-Sijistani, A. D. (2003). Sunan Abu Dawud. Beirut: Al-Maktabah Al- 'Asriyah.
Darmalaksana, W. (2020). "Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi
Lapangan". Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Depdiknas, D. P. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Irawan, P. (1995). "Teori Belajar, Motivasi dan Keterampiran Belajar. Jakarta:
Depdikbud.
Kriyantono, R. (2006). "Riset Komunikasi". Jakarta: Kencana.
Lubis, Z. (2016). "Kewajiban Belajar". Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumut
Medan.
Muhammad Ibn Isa ibn Saurah ibn Musa, a.-T. A. (1975). Sunan atTirmidzi Cet 2 Jilid V.
Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi.
Muhammad, S. (1993). Pendidikan Islam. Bandung: Mizan.
Ramly, N. (2005). Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan Mencerdaskan.
Jakarta: Grafindo.
Saihu, S. (2020). Etika Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’alim. Al Amin: Jurnal
Kajian Ilmu dan Budaya Islam, 3(1),
Sarjuni, S. (2018). Konsep Ilmu dalam Islam dan Implikasinya dalam Praktik
19
Kependidikan. Al-Fikri: Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam, 1(2),
Sudarsono. (1999). Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Seti
Susanto. (2009). Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Suseno, F. M. (1987). Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:
Kanisius.
Ulum, B. d. (2007). Pengantar Ilmu Pendidikan. Ponorogo: STAIN Po Press.
Wirian, O. (2017). Kewajiban Belajar dalam Hadis Rasulullah SAW. SMAN 1 Pantai
Labu Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

20

Anda mungkin juga menyukai