Anda di halaman 1dari 28

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING


MODELJIGSAW DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS IV SEMESTER 1 PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI HIJRAH NABI
MUHAMMAD SAW DI SDN KEDALON 02
TAHUN AJARAN 2023/2024

Di a j u k a n U n t u k Me m e n u h i Tu g a s P P L 1
PPG
D a l a m Ja b a t a n UIN W a l i s o n g o Se m a r a n g Ta h u n
2023
Do s e n P e m b i m b i n g : Dr. H. Shodiq Abdullah , M.Ag.

Oleh :
SI T I N U R R O HM A H, S . P d . I
NI M : 23031170689

PR O G R A M STU D I P EN DI D I K AN P R O F E S I GUR U LE M
BA G A PE N D I D I K A N TENAG A KE P EN D I D I K A N
FA K U L T A S I LM U TA R B I Y A H D A N KE G U R
U A N UIN WA L I S O N G O SE M A R A N G
1
20 2 3

2
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan faktor penting maju dan tidak suatu bangsa.
Negara dinggap menjadi negara maju apabila kualitas pendidikan mampu
menghasil generasi-generasi yang mampu menjawab tantangan zaman dan
mampu menyelesaikan masalah dan mencari solusi guna mendapat masa
depan yang baik.
Pendidikan pula adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan
manusia yang selalu berkembang. Oleh karena itu arah perubahan pendidkan
seharusnya sejalan dengan budaya kehidupan. Perubahan ini perlu dterjadi
karena perbaikan pendidikan secara terus menerus adalah sebuah
keniscayaan. Salah satu pendidikan yang diajarkan dalam dunia pendidikan
adalah pendidikan Agama. PAI terdiri dari dua makna yaitu “pendidikan” dan
“agama Islam”. Kata pendidikan menurut plato dalam Mokh.Iman
Firmansyah adalah mengembangkan potensi siwa, sehingga moral dan
intelektual mereka berkembang sehingga menemukan kebenaran sejati dan
guru guru menempati posisi penting dalm memotivasi dan menciptakan
lingkungannya (Musyafa’ Fathoni, 2010). Pendidikan agama Islam adalah
upaya penanaman kepada siswa oleh guru yang mengedapan cara budi pekerti
yang luhur serta penanman nilai-nilai islam, iman dan ihsan agar menjadi
manusi yang sempurna.
Pembelajaran PAI sangatlah penting untuk diajarkan kepada setiap
muslim agar dapat diketahui setiap kewajiban yang diberikan kepadanya
dalam melaksanakan kehidupan. Negera telah mengatur dalam undang-
undang kehidupan setiap rakyat sebagaimana agama mengatur kehidupan
manusia. Karena cerminan negara yang tangguh dapat dilihat sejuah mana
penduduknya menjalankan perintah agamanya dan menaati aturan negaranya.

3
Perkembangan pembelajaran sekarang ini telah mengalami
perubahan yang dahulu sebagai sumber utama yang menuntun peserta didik
telah berubah menjadi fasilitor yang mengarahkan siswa aktif, yang dulunya
pembelajaran cenderung terfokus kepada guru sekarang menjadi siswa yang
aktif untuk mencari informasi dan memecahkan masalah. Sehingga guru tidak
lagi satu-satunyaa yang memberikan materi namun siswa yang dituntut lebih
aktif.
Pentingnya pembelajaran PAI setiap guru dituntut untuk dapat
membuat siswa merasa nyaman dan tidak jenuh terhadap kegaitan
pembelajaran PAI, salah satu cara yang membuat nyaman siswa adalah
penyampaian materi oleh guru dengan menggunakan strategi dan metode
yang variatif. Oleh karena itu pentingnya untuk memilih metode yang akan
digunakan dengan materi yang akan disampaikan sehingga pembelajaran
tidak monoton dan membuat siswa merasa senang dan tertantang karena
pembelajarannya sangat kreatif menarik dan inovatif.
Dengan memilih metode dan strategi yang tepat akan
meningkatkan hasil belajar siswa. Penguasaan materi dalam pembelajaran
PAI menjadi lebih mudah karena siswa lebih antusias untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
akan tercapai.
Berdasarkan data dilapangan di SDN KEDALON 02 bahwa sejauh
ini metode pembelajaran agama islam yang diterapkan disekolah pada
umumnya masih bersifat menoton, salah satu penyebabnya adalah minimnya
pengetahuan guru akan metode dan strategi yang digunakan dalam
pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak
mengobrol sendiri saat guru menjelaskan pembelajaran, peserta didik jarang
bertanya ataupun memberikan tanggapan tentang materi yang tengah
diajarkan

4
oleh guru, peserta didik yang kurang bersemangat dan kurang aktif dalam
proses pembelajaran ini membuat proses pembelajaran menjadi jenuh, bosan
dan berakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan sempurna atau
tepat sasaran.
Oleh kareni peneliti memilih salah satu stategi untuk mengatasi
masalah tersebut melalui strategi cooperative learning model Jigsaw. Model
pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu model model pembelajaran yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal. Mengajar serta diajar oleh siswa
merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Pemilihan anggota
dalam setiap kelompok juga harus diperhatikan agar pembelajaran dapat
optimal. Keanggotaan sebaiknya bersifat heterogen, baik dari sisi kemampuan
karakteristik lainnya. Alasan mengapa model Jigsaw perlu diterapkan dalam
proses pembelajaran karena dalam menyelesaikan materi metode ini
mengajak siswa untuk berfikir aktif dan kreatif sehingga siswa akan berani
mengemukakan pendapatnya. Serta kelebihan yang lain dari model ini adalah
dapat merangsang motvasi belajar dan dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan peserta lain yang mudah diingat.

Setelah paparan diatas penulis tertarik ingin mengadakan penelitianyang berkaitan


dengan proses pembelajaran menggunakan metode jigsaw. Maka dari itu penulis
ingin meneliti mengenai : PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE
LEARNING MODEL JIGSAW DALAM PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS IV SEMESTER 1 PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI HIJRAH NABI MUHAMMAD
SAW KE MADINAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEDALON 02
TAHUN AJARAN 2023/2024

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian
ini adalah:

1. Bagaimanakah Hasil Belajar Siswa Kelas IV semester 1Pada Mata Pelajaran PAI Materi
Hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah TahunAjaran 2023/ 2024?
5
2.Bagaimanakah Penerapan Strategi Cooperative Learning Model Jigsaw Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V Semester 1 Pada Mata Pelajaran PAI Materi
Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah di SDN KEDALON 02 Tahun Ajaran
2023/2024?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester 1 Pada Mata Pelajaran PAI
Materi Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah di SDN KEDALON 02 Tahun
Ajaran 2023/2024?

2. Untuk mengetahui Penerapan Strategi Penerapan Strategi Cooperative Learning


Model Jigsaw Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester 1 Pada Mata
Pelajaran PAI Materi Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah di SDN KEDALON
02 Tahun Ajaran 2023/2024?

C. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membuat siswa lebih semangat
dalam proses pembelajaran.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam
menerapkan Strategi Cooperative Learning metode Jigsaw di dalam kelas
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk mengevaluasi kekurang an dalam proses pembelajaran
disekolah, agar kualitas sekolah semakin lebih baik.
4. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai pembelajaran bagi setiap mahasiswa
dalam belajar menulis karya, penelitian ini juga dilakukan untuk
memenuhi tugas mahasiswa PPG LPTK UIN WALISONGO
SEMARANG.
D. KAJIAN PUSTAKA
a. Hakikat PAI

6
1) Pengertian Pembelajaran PAI
Setelah kita memahami arti dari pendidikan kita dapat
memahami bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memberi tahu
kepada peserta didik sehingga mengetahui apa yang mereka
belum ketahui akan tetapi arti pendidikan lebih mendalam
sehingga tidak hanya sampai pada siswa mengetahui saja akan
tetapi bagaimana siswa mampu mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. M. Arifin mengatakan bahwa pada hakikatnya
pendidikan adalah “usaha orang dewasa secara sadar untuk
membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan
anak didik dalam bentuk pendidikan formal dan nor formal.1
Pendidikan Islam tidak hanya memberikan pengetahuan
saja kepada siswa sehingga siswa , namun pendidikan Agama
Islam mengatur dan membentuk kepribadian yang baik bagi
semua siswa. Sehingga dalam kepribadian itu menimbulkan
potensi dan bakat yang dimiliki siswa untuk digunakan kepada
hal-hal positif. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam,
pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.2 Pendidikan
Agama Islam merupakan bimbingan rohani berdasarikan hukum-
hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian yang dimaksud adalah
kepribadian muslim.3
2) Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi:

1
M.Arifin, Hubungan Timbal Balik pendidikan Agama Islam di Lingkunag Sekolah dan Keluarga,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet. IV, Hal 14
2
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Al-
Ma’arif 1980.) Hal 944
3
Departemen Agama RI, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Pergururan
Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Ditjen Bimbinga Islam, 1982/1983) Hal 3

7
keimanan, Ibadah, Al Qur’an, sejarah kebudayaan Islam dan
Akhlak. Ruang lingkup pendidikan Agama Islam meliputi
keserasian dan keselarasan antara:
a) Hubungan Manusia dengan Allah SWT.
b) Hubungan Manusia dengan manusia
c) Hubungan Manusia dengan diri sendiri
d) Hubungan Manusia dengan makhuk lain dan lingkunannya.
b. Strategi Cooperative Learning
1) Konsep dasar Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok
dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan dalam pendapat
Abdulhak yang mengatakan:
“Pembelajaran cooperative learning dilaksanakan melalui sharing
proses antar peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan
pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.”4
Keberhasilan belajar menurut model ini bukan semata-mata
ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan
perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang
terstruktur dengan baik.5
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah
untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki didalam
masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar
dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan sama lain

4
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:PT.Raja
Grafinda Persada,2012), cet.5, ed.2, hal.202.
5
Etin Solihatin, Raharjo, cooperative Learning, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), cet.4, ed.1,hal.5.

8
dan dimana masyarakat secara budaya semakin beragam. Dalam
pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja
namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan
khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam
kelompoknya selama beberapa kali pertemuan, mereka diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama
dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar
aktif, memberikan penjelasan kepada teman-teman kelompok
dengan baik, berdiskusi dan sebagainya.
Agar terlaksananya dengan baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru
dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai
ketuntasan materi.6
2) Indikator Strategi Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah pembelajaran menurut cooperative
learning dibagi dalam beberapa langkah dengan urutan indikator
yaitu:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan
informasi, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-
kelompok belajar, membimbing kelompok belajar, evaluasi dan
memberikan penghargaan.
Untuk pengelolaan kelas menurut model cooperative
learning dijabarkan menjadi pengelompokan, semangat gotong
royong, penataan kelas. Dalam model pembelajaran cooperative
learning terdapat tiga model evaluasi, yaitu: model evaluasi
kompetisi, evaluasi individual, dan evaluasi cooperative learning.

6
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009) cet.1, ed.1, hal.56.

9
3) Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif
a) Kelebihan Strategi Pembelajaran Kooperatif
 Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak perlu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi
dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yanglain
 Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
 Membantu anak untuk respek kepada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
 Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial.
 Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi
dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
b) Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif
 Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi
pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak
rasional kalau kita mengharapkana secara otomatis siswa dapat
mengerti dan memahami filsafat cooperative learning
 Ciri utama strategi pembelajaran kooperatif adalah siswa
saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching
yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari
guru bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahamitidak pernah dicapai oleh siswa.
 Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran
kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

10
 Kerberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam
upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan
waktu yang cukup panjang.
 Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan
kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak
aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada
kemmapuan secara individual.7
4) Prosedur Strategi Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri
atas
empat tahap yaitu:
a) Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian
pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam
kelompok. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum
tentang materi pembelajaran yang harus dikuasai yang
selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam
pembelajaran kelompok (tim).
b) Belajar dalam Kelompok
Siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-
masing yang telah dibentuk sebelumnya, pengelompokan
dalam strategi pembelajaran kooperatif bersifat heterogen.
c) Penilaian
Penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa
dilakukan dengan tes atau kuis dilakukan baik secara individu
maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan
memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes
kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap
kelompok.

7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran,(Jakarta:Kencana, 2007), hal.249-251.

11
d) Pengakuan Tim
Pengakuan tim adalan tim yang dianggap paling menonjol
atau paling berprestasi untuk kemudia diberikan penghargaan
atau hadiah. Ini diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus
berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk
lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
5) Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam
pembelajaran kooperatif (cooperative leraning), yaitu:
a) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence),
yaitu dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan
kelompok tersebut.
b) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability),
yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-
masing anggota kelompoknya.
c) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction),
yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi
dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi
dari anggota kelompok lainnya.
d) Partisipasi dan komunikasi (participation communication),
yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
e) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok
dan hasil kerja sama dengan lebih efektif.8
c. Model Jigsaw
1) Pengertian Model Jigsaw

8
Rusman,Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT.
Raja Grafanda Persada, 2012) hal.212.

12
Teknik Jigsaw ini dikembangkan oleh Aronson et. Al sebagai
metode cooperative learning. Teknnik ini dapa digunakan dalam
pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan atau berbicara.
Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca menulis,
mendengarkan dan berbicara. Pendekatan ini pula digunakan
bebarapa mata pelajaran. Seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, matematik, Agama dan bahasa teknik cocok
untuk semua kelas dan tingakatan.9
Menurut Johnson, Teknik Jigsaw dalam Cooperative Learnging
adalah suatu teknik belajar kelompok yang memiliki gambaran
umu sebagai berikut:
a) Setiap anggota kelompok memiliki pembelajaran salah satu
bagian informasi yang berbeda dengan inforasi anggota
lainnya.
b) Setiap anggota kelompok bergantung pada kelompok yang
lainnya untuk mempelajari bagian yanglain sehingga
memperoleh pemahaman informasi secara utuh
c) Setiap anggota kelompok berbagai informasi dengan anggota
lainnya dalam memperoleh informasi secara utuh
d) Setiap anggota kelompok menjadi pemilik atau pakar “Ahli”
dari inforasi, sehingga kelompok akan bertanggung jawab dan
menghargai masing-masing anggotanya.
2) Langkah-langkah Pembelajaran model Jigsaw
Dengan teknik jigsaw ini guru memperhatikan skemata atau
latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi.

9
Anisa Lie, Cooperative learning. (Jakarta: Grasindo, 2010), Cet. 7 Hal 68

13
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif
(saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe
jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota
tim yang memberikan infomasi yang diperlukan dengan tujuan
agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Menurut Elliot Aronson pelaksanaan kelas jigsaw, meliputi 10
tahap yaitu:
a) membagi siswa kedalam kelompok Jigsaw dengan jumlah 5-6
orang;
b) menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok
sebagai pemimpin, umumnya siswa yang dewasa dalam
kelompok itu;
c) membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6 segmen;
d) menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan
untuk menguasai segmen mereka sendiri.
e) memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca
secepatnya segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka
terbiasa dan tidak ada waktu untuk menghafal,
f) membentuk kelompok ahli dengan satu orang dari masing-
masing kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang
memiliki segmen yang sama untuk mendiskusikan poin-poin
yang utama dari segmen mereka dan berlatih presentasi
kepada kelompok jigsaw mereka.
g) setiap siswa dari kelompok ahli kembali kekelompok jigsaw
mereka.
h) meminta masing-masing siswa untuk menyampaikan segmen
yang dipelajari-nya kepada kelompoknya, dan memberi
kesempatan kepada siswa-siswa yang lain untuk bertanya.
i) guru berkeliling dari kelompok satu kekelompok yang
lainnya, mengamati proses itu. Bila ada siswa yang
mengganggu segera

14
dibuat intervensi yang sesuai oleh pemimpin kelompok yang
di tugaskan.
j) pada akhir bagian beri ujian atas materi sehingga siswa tahu
bahwa pada bagian ini bukan hanya game tapi benar-benar
menghitung.
d. Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu potensi kemanusian saja, hasil belajar
tampak sebagai terjadinya tingkah laku pada diri siswa yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk perubahan sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya10
Hasil belajar menurut Bloom, merupakan perunahan
perilaku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah Kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang
berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan
pengembangan kemmapuan intelektual dan keterampilan. Ranah
Afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan
perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengetahuan. Ranah
Psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan
bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik
tertentu.11
Hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berati ulangan,
ujian, dan tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh
suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. Untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus guru

10
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009),
hal.155. 11 Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu
perlu: Untuk meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2014),
cet.2, hal.8.

15
perlu mengadakan tes Formatif pada setiap menyajkan suatu
bahasan kepada siswa, tes formatif ini untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang
ingin dicapai.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur kemampuan siswa,
maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu:12
a) Tes Diagnostik, adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-
kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang
tepat.
b) Tes Formatif, adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu, tes
ini diberikan pada akhir setiap program. Tes ini dapat
disamakan dengan ulangan harian.
c) Tes Sumatif, adalah tes ini dilaksanakan setelah berakhirnya
pemberian sekelompok program atau sebuah program yang
lebih besar, tes ini dapat disamakan dengan ulangan uu yang
biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir
semester.
2) Jenis-jenis Hasil Belajar
a) Ranah Kognitif
Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tipe hasil
belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan yaitu
pemahaman, yang dapat dibedakan kedalam tiga kategori,
yakni pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran, dan
pemahaman ekstrapolasi.
b) Ranah Afektif

12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1997),
cet.13, hal.30-36

16
Ranah Afektif yaitu berkenaan dengan sikap dan
nilai.Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian
dari guru. Para guru lebih banyak memilih menilai ranah
kognitif semata. Jenis hasil belajar afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan social.
c) Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan
dan kemampuan bertindak individu. Bloom dalam buku
karangan Ngalim Purwanto membagi ranah kognitif menjadi
enam, yakni pengetahuan hafalan, pemahaman atau
komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Dalam menentukan jenis hasil belajar atau tingkat
kemampuan berpikir yang akan dinilai, penyusun tes dapat
berpedoman pada tujuan instruksional yang akan nilai atau
pada tujuan evaluasi itu sendiri.13
3) Indikator Utama Hasil Belajar
a) Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang
diajarkan, baik secara individual maupun kelompok.
Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan
dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal
(KKM).
b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual aupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswar Zain indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap.14
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil Belajar

13
Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Pendidik
dan Keilmuan, (Jakarta: Erlangga, 2014), hal.140-141.
14
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka
Cipta,2002), cet.13, hal.30

17
a) Faktor Internal
b) Faktor eksternal
E. RUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah dalam penelitian, dimana penelitian ini telah dinyatakan dalam
bentuk pernyataan. Dengan demikian hipotesis yang akan peneliti lakukan
menunjukkan bahwa :

Penerapan Strategi Cooperative Learning Model Jigsaw Dalam


Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester 1 Pada Mata Pelajaran Pai Materi
Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah di SDN SRIWEDARI02 Tahun Ajaran
2022/2023 dapat Meningkat Hasil Belajar Siswa.
F. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang berfokus pada
upaya untuk mengubah kondisi nyata yang ada sekarang kearah
kondisi yang diharapkan.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif
yang bertujuan untuk memperbaiki dan mencari solusi dari persoalan
nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang
sedang belajar. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama
(2010:20-21) dalam buku Mengenal Penelitian Tindakan Kelas yang
mereka tulis, dijelaskan bahwa terdapat beberapa model atau disain
Penelitian Tindakan Kelas yang dapat diterapkan dan salah satunya
adalah model Kemmis & McTaggart. Sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka dalam penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan McTaggart
(1990:14) yang dikutip oleh Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama
(2010:20-21), yaitu berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus
berikutnya. Setiap siklus meliputi perencanaan (planning), tindakan

18
(action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan dan
sering disebut dengan pra siklus.
Rancangan penelitian ini ditetapkan dua siklus :
a. Siklus I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi akhir.
b. Siklus II dimulai dari refleksi awal, hasil dari siklus I kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi/Evaluasi dan refleksi akhir
c. Siklus III dimulai dari refleksi awal, hasil siklus II kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan, pelaksanaan Tindakan, obsrvasi
dan refleksi akhir
2. Lokasi, waktu, dan subyek penelitian
Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian
adalah : Nama Sekolah : SD Negeri Kedalon 02
Alamat: Desa Kedalon Kecamatan Batangan
Telpon : 082328150434
NPSN : 20316261
Status Akreditasi :A
Kabupaten :
Pati
Provinsi : Jawa Tengah
Waktu penelitian diselenggarakan pada semester ganjil di bulan
Oktober Tahun pelajaran 2023/ 2024
Subyek dari penelitian PTK ini adalah : Subyek penelitian ini adalah
Kelas IV SDN KEDALON 02 berjumlah 14 anak.
3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang
terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, maupun refleksi. Dalam

19
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 2 siklus tindakan dalam
pembelajaran. Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
Hasil siklus I akan ditidaklanjuti untuk pelaksanaan siklus II. Namun sebelum
pelaksanaan siklus- siklus tersebut, peneliti akan melaksanakan kegiatan pra
siklus terlebih dahulu. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keadaan dan kondisi siswa di awal sebelum pelaksanaan siklus dalam PTK
baik hasil nilai evaluasi belajar siswa, nilai sikap dan kepribadian yang
bersifat kuantitatif ataupun kualitatif yang telah ada.
4. Pra Siklus
Pembelajaran pada tahap pra siklus ini, guru belum menggunakan Strategi
pembelajaran aktif model Jigsaw. Pelaksanaan pra siklus dilakukan dengan angket
tentang aktivitas siswa pada kelas IV SDN KEDALON 02. Berdasarkan hasil dari
angket akan diperoleh data tentang keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Setelah kegiatan pra siklus di atas dilaksanakan, peneliti melaksanakan
serangkaian siklus- siklus PTK Dalam fase yang dilakukan dalam penelitian yaitu :
perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi
(reflection).
5. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan rencana kegiatan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pembelajaran seperti RPP, bahan dan alat bantu
yang dibutuhkan yang mencakup metode pembelajaran peserta didik.
Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru.
b. Menyusun lembar wawancara untuk siswa dan guru pamong.
c. Daftar pertanyaan angket minat belajar PAI siswa
6. Tindakan (action) dan Pengamatan (observation)
a. Tindakan (action)
Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru
berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Guru mengadakan

20
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Strategi
pembelajaran aktif model Jigsaw. Dalam tahap ini guru juga
memberikan angket kepada peserta didik untuk mengetahui minat
belajar PAI siswa.
b. Pengamatan (observation)
Observasi atau pengamatan yaitu alat penilaian yang banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data informasi tentang
proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan
yang telah disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat
mencatat berbagai kelemahan dan kelebihan dalam melaksanakan
tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru
melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang dalam
memasuki siklus selanjutnya
3. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah menganalisis data pada siklus I, siklus II dan siklus
III, melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan dan menarik
kesimpulan.
4. Pelaksanaan Siklus Penelitian
Siklus I Perencanaan Membuat RPP
Menyiapkan sumber belajar, bahan, dan alat
bantu yang dibutuhkan.
Menyiapkan lembar observasi, dan angket tentang
minat belajar siswa.
Menyiapkan alat dokumentasi.
Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI dengan
menerapkan Strategi pembelajaran aktif
model Jigsaw

21
Pengamatan Observer mengamati aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran.
Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan
aktivitas siswa.
Refleksi Peneliti mengevaluasi proses pembelajaran siklus I
hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan
indikator keberhasilan.
Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka
penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan
hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya

Siklus II Perencanaan Membuat RPP


Menyiapkan sumber belajar, bahan, dan alat bantu
yang dibutuhkan.
Menyiapkan lembar observasi dan angket tentang
minat belajar siswa.
Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI
dengan menerapkan Strategi pembelajaran aktif
model
Jigsaw
Pengamatan Observer mengamati aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran.
Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan
aktivitas siswa.
Refleksi Mengevaluasi proses pembelajaran siklus II.
Apabila indikator keberhasilan telah tercapai,
maka penelitian dihentikan. Jika belum tercapai
maka
dilajutkan pada siklus yang ke III

Siklus III Perencanaan Membuat RPP.


Menyiapkan sumber belajar, bahan, dan alat bantu

22
yang dibutuhkan.
Menyiapkan lembar observasi dan angket tentang
minat belajar siswa.
Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI dengan
menerapkan Strategi pembelajaran aktif model
Jigsaw
Pengamatan Observer mengamati aktivitas belajar siswa selama
proses pembelajaran.
Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran
dan aktivitas siswa.

Refleksi Mengevaluasi proses pembelajaran siklus III.


Apabila indikator keberhasilan telah tercapai,
maka
penelitian dihentikan.

5. Teknik Pengumpulan Data


Data diperoleh peneliti dari pengamatan saat berlangsungnya proses
pembelajaran terhadap 14 siswa sebagai subjek penelitian dengan
menggunakan lembar observasi dan angket tentang minat belajar siswa.
Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN Kedalon
02 .Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik :
a. Observasi untuk mengamati secara langsung kejadian- kejadian atau
peristiwa yang terjadi pada saat proses pembelajaran misal: suasana
gaduh, siswa aktif atau pasif, antusias belajar, gerakan, dll
b. Angket tentang minat belajar siswa
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data Penelitian Tindakan Kelas
agar kegiatan menjadi sistematis dan mudah. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. RPP siklus I dan siklus II dan sikus III

23
b. Lembar observasi berupa checklist aktivitas siswa
c. Lembar observasi aktivitas siswa bertujuan untuk mengumpulkan
data kualitatif yang berkaitan dengan minat yang berisi nilai
keaktifan siswa. Nilai ini bisa dikonversikan dalam bentuk skor 1-4.
Skor 4: sangat tinggi, 3: tinggi, 2: cukup, dan 1: Rendah
d. Angket untuk mengetahui keefektifan Strategi pembelajaran aktif
model Jigsaw pembelajaran PAI khususnya materi Hijrah Nabi
Muhammadsaw ke madinah.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada Tahap ini dilakukan peneliti dengan cara
memberikan lembar angket/ quessioner kemudian diolah dengan analisis
data deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan minat belajar
pada tiap siklus sebagai gambaran keberhasilan pembelajaran dengan
menerapkan Strategi pembelajaran aktif model Jigsaw. Peneliti
menggunakan teknik analisa data kualitatif dari hasil pengumpulan data
observasi atau pengamatan sebelumnya.
Analisis data dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir dan
sesudah pengumpulan data. Berdasarkan data dari lembar observasi dan
angket kemudian dilakukan analisis. Analisis data dilakukan selama
proses penelitian berlangsung dan sampai penelitian selesai. Semua data
dikaji dan dibahas oleh penulis, selanjutnya dilakukan refleksi dan ditarik
kesimpulan. Sedangkan untuk data kuantitatif, analisis datanya adalah
dengan menggunakan rumus tertentu yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan minat dengan menggunakan Strategi pembelajaran aktif
model Jigsaw
8. Keabsahan Data
Instrumen yang akan mengukur minat belajar PAI siswa adalah
instrumen aktivitas belajar PAI berupa data dari hasil observasi dengan
menggunakan Strategi pembelajaran aktif model Jigsaw, angket siswa
tentang minat belajar penelitian. Serta angket minat belajar PAI siswa.
Teknik pemeriksaan keterpercayaan yang digunakan terhadap data minat
belajar

24
PAI siswa ini adalah dengan menggunakan metode triangle, yaitu cara
untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan
berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya. kebenarannya
sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan. Adapun tindakan
yang dilakukan adalah:
a. Pengambilan data dari nara sumber yaitu siswa.
b. Penggunaan alat atau instrumen agar data terkumpul lebih akurat.
Langkah yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi dan
pengisian angket minat belajar PAI siswa pada pra siklus, akhir
siklus I diakhir siklus II dan akhir siklus III
c. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
9. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan disini adalah sebagai tolak ukur keberhasilan
siswa dalam meningkakan minat belajar pada mata pelajaran
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi Hijrah Nabi
Muhammad saw ke madinah dengan menggunakan Strategi pembelajaran
aktif model Jigsaw. Adapun indikator keberhasilan dari PTK ini adalah
siswa mampu menunjukkan peningkatan minat belajar melalui Strategi
pembelajaran aktif model Jigsaw. Dengan interval sebagai berikut :
Interval Kualifikasi

0 -39,9 Sangat Kurang

40,0 – 54,9 Kurang

55,0 – 69,9 Cukup

70,0 – 84,9 Baik

85,0 – 100 Sangat Baik

a. Sangat baik jika intervalnya 85 – 100 siswa menunjukkan


peningkatan hasil belajar melalui Strategi pembelajaran aktif model
Jigsaw

25
b. Baik jika intervalnya 70 – 84.9 siswa menunjukkan peningkatan
hasil belajar melalui Strategi pembelajaran aktif model Jigsaw
c. Cukup jika intervalnya 55 – 69.9 siswa menunjukkan
peningkatan hasil belajar melalui Strategi pembelajaran aktif
model Jigsaw
d. Kurang jika intervalnya 40 – 54.9 siswa menunjukkan peningkatan
hasil belajar melalui Strategi pembelajaran aktif model Jigsaw
e. Sangat kurang jika intervalnya 0 – 39.9 siswa menunjukkan hasil
belajar melalui Strategi pembelajaran aktif model Jigsaw

10. Tim Peneliti


Nama : Siti Nurrohmah , S.Pd.I
Jabatan : Guru
Mapel : Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Satuan pendidikan : SDN Kedalon 02

I. Sistematika Penulisan
A. JUDUL
B. LATAR BELAKANG MASALAH
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN PENELITIAN
E. MANFAAT PENELITIAN
F. KAJIAN PUSTAKA
G. RUMUSAN HIPOTESIS
H. METODE PENELITIAN
I. SISTEMATIKA
PENULISAN J.DAFTAR
PUSTAKA

26
J. Daftar Pustaka
1
M.Arifin, Hubungan Timbal Balik pendidikan Agama Islam di Lingkunag Sekolah dan Keluarga,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet. IV, Hal 142
2
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Al-Ma’arif
1980.) Hal 944
3
Departemen Agama RI, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Pergururan
Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Ditjen Bimbinga Islam, 1982/1983) Hal 3
4
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:PT.Raja
Grafinda Persada,2012), cet.5, ed.2, hal.202.
5
Etin Solihatin, Raharjo, cooperative Learning, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), cet.4, ed.1,hal.5.
6
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup,
2009) cet.1, ed.1, hal.56.
7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran,(Jakarta:Kencana, 2007), hal.249-251.
8
Rusman,Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT. Raja
Grafanda Persada, 2012) hal.212.
9
Anisa Lie, Cooperative learning. (Jakarta: Grasindo, 2010), Cet. 7 Hal 68
10
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), hal.155.
11
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu: Untuk
meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2014), cet.2, hal.8.
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1997),
cet.13, hal.30-36
13
Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Pendidik
dan Keilmuan, (Jakarta: Erlangga, 2014), hal.140-141.
14
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka
Cipta,2002), cet.13, hal.30

27
28

Anda mungkin juga menyukai