Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Strategi Pembelajaran Kooperatif

Dosen Pengampu :
H. Fahrul Razi, Drs., M.Pd.

Oleh Kelompok 5:
Khairunnisa Dwi Trisnandini (12001116)
Titin Suwarni (12001082)
Tri Rahmah Septia (12001115)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONTIANAK
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas


rahmat, karunia, taufik serta hidayah-Nya lah makalah ini dapat
terselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, dan segenap keluarga dan
para sahabatnya yang telah memperjuangkan agama islam.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Khususnya kepada
Bapak H. Fahrul Razi, Drs., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, baik yang
berkenaan dengan materi pebahasan maupun dengan teknik penulisan.
Oleh karena itu penulis dengan tangan terbuka menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk
penulis dan juga pambaca.

Pontianak, 30 Maret
2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif.........................................................6
B. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif..............................................................7
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.........................................................11
D. Model-model Pembelajaran Kooperatif................................................................13
E. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif........................................17
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat
mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam
penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan
adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. dalam
konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan
pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu
digunakan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan,
saat ini berkembang berbagai model pembelajaran. Secara harfian model
pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu
berpir kirtis, memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil
pembelajaran yang lebih optmal.Karena itulah, perkembangan model
pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan.Model-
model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan
model yang lebih modern.
Guru sebagai pendidik dituntut untuk mempunyai kompetensi
dalam menggunakan suatu model pembelajaran demi terciptanya suasana
kelas yang efektif, sehingga peserta didik dengan mudah dapat
memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu
mengetahui serta memahami suatu model pembelajaran lain yang sesuai
digunakan pada kurikulum yang ada sekarang ini Salah satu model
tersebut adalah model pembelajaran kooperatif learning yang akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan strategi pembelajaran kooperatif?
2. Bagaimana konsep strategi pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja langkah-langkah pembelajaran kooperatif?
4. Apa saja model-model pembelajaran kooperatif?
5. Apa saja keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan strategi pembelajaran
kooperatif
2. Untuk mengetahui konsep strategi pembelajaran kooperatif
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran kooperatif
4. Untuk mengetahui model-model pembelajaran kooperatif
5. Untuk mengetahu keunggulan dan kelemahan pembelajaran
kooperatif

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif


Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang strategi pembelajaran
kooperatif ini lebih baiknya kita cari tahu terlebih dahulu apa yang di
maksud dengan strategi. Dalam buku Manajemen Strategik-Pengetahuan
yang dikutip oleh Kusumadmo (2013), kata strategi secara etimologis
berasal dari kata Strategos dalam bahasa yunani yang terbentuk dari kata
stratos atau tentara dan kata ego atau pemimpin. Menurut buku Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2007, Strategi: (1) ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu di perang dan perdamaian; (2) ilmu dan seni
memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, untuk
mendapatkan kondisi yang menguntungkan; (3) rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; (4) tempat yang baik
menurut siasat perang.
Berdasarkan beberapa definisi strategi menurut arti bahasa yang
digunakan maka dapat disimpulkan. Strategi adalah suatu perencanaan
jangka panjang yang disusun untuk menghantarkan pada suatu pencapaian
akan tujuan dan sasaran tertentu. Menurut Jauch dan Glueck (2000)
menyatakan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh
dan terpadu yang mengaitkan keunggulan perusahaan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
perusahan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
Menurut Hamel dan Prahalad yang dikutip Rangkuti (2002) “Strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas

6
alokasi sumber daya”. Berdasarkan berbagai definisi tentang strategi yang
dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah
rumusan perencanaan untuk mencapai tujuan jangka panjang melalui
pengintegrasian keunggulan dan alokasi sumber daya yang ada di
perusahaan.
Berikutnya barulah kita bahas apa yang di maksud dengan strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai pendidikan
tertentu. Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah kita ketahui
apa yang di maksud dengan strategi pembelajaran barulah kita cari tau apa
yang di maksud dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
disebut juga kelompok pembelajaran (grup learning), yang merupakan
istilah generik bagi bermacam prosedur instruksional yang melibatkan
kelompok kecil yang interaktif. Peserta didik bekerja sama untuk
menyelesaikan suatu tugas akademik dalam suatu kelompok kecil untuk
saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka dengan
kelompok lainya.
Dan dapat kita simpulkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif
merupakan suatu strategi pembelajaran dengan proses penentuan rencana
yang disertai penyusunan cara atau upaya untuk sebuah tujuan yang dapat
tercapai. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan memiliki sebuah
rencana dan tujuan yang terarah dan jelas.

B. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur

7
penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya
aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan
(4) adanya tujuan yang harus dicapai. Peserta adalah siswa yang
melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar.
Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan,
diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang
kemampuan, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik
campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan
semua pihak yang terlibat, baik siswa maupun sebagai peserta didik,
maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang
pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan,
dan lain sebagainya. Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk
meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan
kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan. Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (SPK). SPK merupakan
strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995)
mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatifdapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri orang
lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif
dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem
pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

8
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan / tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belekang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukan
prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok
akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah
yang selanjutnya kan memunculkan tanggung jawab individu terhadap
kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Setaip individu akan saling membantu, mereka akan mempunayi motivasi
untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan
kelompok.
SPK mempunyai dua komponen utama, komponen tugas kooperatif
(cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (coperative
incentive stucture). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang
menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompk;
sedangakn struktur insentif kooperatif merupakan sesuaru yang
membangkitakn motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan
kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran
kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok
bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain
menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.
Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain
memiliki damapak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar
peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring
sebagai relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap
lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka
memberi pertolongan pada yang lain. Strategi ini bisa digunakan
manakala:

9
1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha
individual dalam belajar.
2. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang
pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari
teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
4. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan
komukikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
5. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan
menambah tingkat partisipasi mereka.
6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi
pemecahan.

Setelah itu lanjut pada karakteristik SPK, karakteristik SPK lebih


menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang
ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian
penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk
penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri
khas dari pembelajaran kooperatif. Slavin, Abrani, dan Chambers (1996)
berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari
beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif
perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Setelah
membahas tentang karakteristik dari SPK tadi selanjutnya yang akan kita
bahas adalah  Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif, Prinsip-prinsip
Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:

1. Prisip ketergantungan kelompok, keberhasilan suatu


penyelesaian tugas sangat tergantungn kepada usaha yang
dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu
disadar oleh setiap anggota kelompk keberhasilan penyelesaian
tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing

10
anggota. Dengan demikian, semua anggota dlam kelompok akan
merasa kelompok akan merasa saling ketergangtungan.
2. Tanggung Jawab perseorangan (Individual Accountability).
Prinsip ini merupakan kensekuensi dari prinsip yang pertama.
Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap
anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction).
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang
luas kepada setiap anggoat kelompok untuk bertatap muka
saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,
mengharagi setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-
masing sanggota dan mengisis kekurangan masing-masing.
4. Partsipasi dan komunikasi (participation communication).
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat
penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat
kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu
membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.

C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara


bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Guru mengarahkan dan
membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan hasil kerjanya.
Keempat langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif di atas diuraikan
sebagai berikut:
1. Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan
menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru

11
sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran. Guru juga
menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang
diharapkan dapat dikembangkan oleh guru selama berlangsungnya
proses pembelajaran. Selain itu, guru juga mengorganisir materi
tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja
kelompok oleh siswa melalui keaktifan semua anggota kelompok.
2. Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar
secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam
penyampaian materi pelajaran, pemahaman dan pendalamannya
akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam
kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara
individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang
dibentuk oleh guru dalam proses pembelajaran.
3. Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru
mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual
maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai
sikap dan perilaku siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran.
4. Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mempersentasekan hasil kerjanya. Guru juga
memberikan penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial
yang dikembangkan dan dilatih oleh para siswa dalam kelas.

Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model


pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan

12
Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai yaitu
guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk
belajar. langkah ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan
bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan
ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat
siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.

Langkah terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil


akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka
pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok
maupun individu agar siswa dapat termotivasi dalam mengikuti model
pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok. Jadi pembelajaran
kooperatif sangat positif dalam menumbuhkan kebersamaan dalam
belajar pada setiap siswa sekaligus menuntut kesadaran dari siswa untuk
aktif dalam kelompok, karena jika ada siswa yang pasif dalam kelompok
maka hal itu dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran
kooperatif khususnya berkaitan dengan rendahnya kerjasama dalam
kelompok.

D. Model-model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran merupakan langkah awal yang harus direncanakan di
dalam proses belajar mengajar secara keseluruhan. Adapun jenis-jenis
pembelajaran menurut Agus Suprijono (2009) dapat dibagi menjadi:
1. Model Pembelajaran Berbasis Langsung (Direct Instruktion)
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan
active teaching yang mengacu pada gaya mengajar dimana guru
terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik
dan mengajarkannya secara langsung kapeda seluruh kelas.
Pembelajaran langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan
procedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta

13
berbagai ketrampilan. Dalam pembelajaran langsung, guru
menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan ketat,
memperkenalkan fokus akademis, dan berharap peserta didik
menjadi pengamat, pendengar, dan praktisipan yang tekun.
2. Model Pembelajaran Cooperative (Cooperative Learning)
Pembelajaran cooperative dapat diartikan belajar bersamasama,
saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan
memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan
atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Keberhasilanbelajar
dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota
kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pembelajaran cooperative merupakan serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk member dorongan keada peserta didik agar
bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan
konsep oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar
penemuan atau discovery learning, yakni pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas penyelidikan. Proses belajar penemuan
meliputi proses informasi, transformasi dan evaluasi. Pada tahap
informasi, peserta didik memperoleh informasi mengenai materi
yang dipelajari dan memberikan respon. Pada tahap transformasi
peserta didik melakukan identifikasi, analisis, mengubah,
mentransformasikan informasi yang diperoleh. Pada tahap evaluasi
peserta didik menilai sendiri informasi yang telah
ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalahyang dihadapi.
4. Model Pembelajaran Kontekstual (Constextual Teaching And
Learning)
Constextual teaching and learning atau biasa disebut pembelajaran
kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan

14
antara materi yang diajarkan daengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupanmereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajarankontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang
bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami makna yang
ada pada bahan ajar, menghubungkan pelajaran dalam konteks
kehidupan sehari-harinya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial
dan kultural.

Jenis-jenis model pembelajaran yang diuraikan di atas, tidak ada


model pembelajaran yang paling baik, karena setiap model pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan model pembelajaran
harus disesuaikan dengan rumusan tujuan pembelajaranyang telah
ditetapkan, analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang
dihasilkan dan jenis materi yang akan diajarkan. Padapenelitian ini,
menurut peneliti model pembelajaran yang cocok diterapkan pada
pembelajaran membuat pola adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student
oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yangsaling
membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besardalam
memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Menurut Sunal dan
Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan pembelajaran kooperatif
merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja
sama selama proses pembelajaran.
Menurut David W.Johnson (2010:4),pembelajaran kooperatif:
“Merupakan proses belajar mengajar yang melibatkanpenggunaan
kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja
bersama-sama didalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka

15
sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Pembelajaran cooperative
menekankan kerja sama antar peserta didik dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajarannya. Melalui belajar secara kelompok,
peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan
teman-temannya.”Menurut Wina Sanjaya (2008:241)pembelajaran
cooperative adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.
Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan
untuk mempelajari materi yang telah ditentukan. Selain itu pembelajaran
kooperatif untuk mempersiapkan siswa agar memiliki orientasi untuk
bekerja dalam tim. Siswa tidak hanya mempelajari materi ,tetapi harus
mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang ditingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk
memahami materi yang dipelajari, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompokmenguasai bahan pelajaran tersebut.
Menurut Hamid Hasan dalam Etin Soliatin, (2007:4) kooperatif
mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan
bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari
hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi,
belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran
yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan
pengertian tersebut, pernyataan Slavin dalam Anita Lie (2008:8)
mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran yang berarti siswa belajar danbekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yanganggotanya terdiri dari dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen,

16
model pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran
gotong royong, yang mendasari model pembelajaran gotong royong
dalam pendidikan adalah fasafah.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
berupa pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar
anggota lainnya dalam kelompok tersebut melalui belajar secara
kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling
berinteraksi dengan teman-temannya.
Dari uraian di atas model pembelajaran berkelompok sangatsesuai
untuk pembelajaran praktik. Ada tiga pilihan model pembelajaran, yaitu
kompetisi, individual, dan cooperative learning (Anita Lie, 2008:23).
Menurut Slavin dua alasan mengapa pembelajaran kooperatif dianjurkan
untuk digunakan dalam proses pembelajaran yaitu :
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran
cooperative dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial. Menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain , serta dapat meningkatkan
harga diri. Pembelajaran cooperative dapat merealisasikan kebutuhan
siswa dalam belajar berfikir,mencegah masalah,dan menginteraksikan
pengetahuan dan ketermpilan, maka pembelajaran cooperative dapat
memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
(Wina Sanjaya,2007:240) Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,
menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk
mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja
sama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur
tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan dengan
bagaimana tugas yang diberikan dapat diorganisir dengan baik oleh
peserta didik. Struktur tujuan dan reward mengacu pada kerja sama

17
dalam kelompok atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan maupun reward.
E. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Seperti diketahui bahwa tidak ada suatu strategi pembelajaran pun
yang paling baik diantara strategi pembelajaran yang lain. Demikian
halnya dengan strategi pembelajaran kooperatif. Ada sejumlah keunggulan
dan kelemahan yang dimilikinya. Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72),
yang mengemukakan keunggulan dan kelemahan model pembelajaran
kooperatif, antara lain:
1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar
mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah
dimiliki oleh siswa.
3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan
keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di
masyarakat.
4. siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai
subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa
lainnya.
5. siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang
dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan
memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga
apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu:


1. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip Kelemahan yang senantiasa
terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat
mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai

18
kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau
bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk
belajar menjadi sia-sia.
2. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok Debat sepele ini sering
terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan
sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar
kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit
mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya.
Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak
terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
3. Bisa terjadi kesalahan kelompok Jika ada satu anggota kelompok
menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep
itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok
berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus
sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan
anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku
untuk pendalaman.
4. Apabila para anggota kelompok tidak menyadari makna kerjasama
dalam kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan
bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih
dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok
yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka
pada kawan”.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi adalah suatu perencanaan jangka panjang yang disusun untuk
menghantarkan pada suatu pencapaian akan tujuan dan sasaran tertentu.
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) adalah model pembelajaran secara
berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur
penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya
aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4)
adanya tujuan yang harus dicapai.
SPK mempunyai dua komponen utama, komponen tugas kooperatif
(cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (coperative
incentive stucture). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan
anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompk; sedangakn
struktur insentif kooperatif merupakan sesuaru yang membangkitakn motivasi
individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Adapun langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif yang pertama guru
merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-
sama dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian guru mengarahkan dan

20
membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok. lalu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan hasil kerjanya. Seperti
diketahui bahwa tidak ada suatu strategi pembelajaran yang paling baik, pasti
ada keunggulan serta kelemahannya. Demikian halnya dengan strategi
pembelajaran kooperatif ada sejumlah keunggulan dan ada pula kelemahan
yang dimilikinya.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar menambah wawasan
tentang materi Evaluasi Media Pembelajarn dari referensi lain untuk
melengkapi kekurangan yang ada pada makalah ini. Penulis meminta maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini dan berharap kritik
yang membangun agar bisa menyempurnaakan penulisan makalah
kedepannya.

21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dewanpendidikan.com/2019/01/konsep-dasar-startegi-
pembelajaran.html?m=1
https://disdikpora.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/langkah-langkah-
pembelajaran-kooperatif-13
https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-
pembelajaran-kooperatif/
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/Diah%20Ayu_Strategi
%20Pembelajaran%20Kooperatif.pdf
https://www.dewanpendidikan.com/2019/01/konsep-dasar-startegi-
pembelajaran.html?m=1
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/2EA20013.pdf
https://karyatulisilmiah.com/konsep-strategi-pembelajaran-kooperatif-spk/
http://nizamfitri1779.blogspot.com/2013/04/kelebihan-dan-kekurangan-
model.html

22

Anda mungkin juga menyukai