Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

“Strategi Pengorganisasian dan Penyampaian Pembelajaran”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marhamah, M.Pd

Disusun Oleh:

Adella Fitri Fawwazah 3121069

Nanang Abdurahman 3121058

Nopia Putri Tri Ramdani 3121082

PAI-B

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Alhamdulilah dengan
semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang Strategi
Pengorganisasian dan Penyampaian Pembelajaran.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi mahasiswa Universitas
Islam Jakarta. Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang
telah ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya

Kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan dan kami
juga dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki
setiap kekurangan dari makalah ini.

Jakarta, 8 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan..................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Pengertian Strategi Pembelajaran....................................................................................6
B. Pengertian Pengorganisasi Pembelajaran........................................................................7
C. Strategi dalam Pengorganisasian Belajar........................................................................7
D. Strategi Penyampaian Pembelajaran.............................................................................13
E. Strategi Pengelolaan Pembelajaran................................................................................14
F. Fungsi pengelolaan pembelajaran...................................................................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................................................19
A. Kesimpulan........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar yang dilakukan di sekolah, peserta didik sering kali jenuh saat
belajar karena kegiatan yang dilakukan di sekolah berkisar dari pagi hingga siang. Oleh karena
itu para pengajar harus menggunakan strategi untuk mengelola pembelajaran yang akan
dilaksanakan agar peserta didik tidak merasa jenuh karena materi yang terlalu sulit ataupun cara
mengajar yang membosankan. Hal ini sangat berdampak bagi peserta didik, jika pengajar dapat
menyampaikan materi dengan cara yang baik, sederhana dan menyenangkan maka kemampuan
peserta didik dalam memahami materi yang dipelajari akan lebih mudah dipahami. Sebaliknya,
jika pengajar tidak dapat menyampaikan materi dengan baik dan menyenangkan maka
kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan kurang optimal.
Strategi pengajar dalam mengelola pembelajaran sangatlah penting, dengan membuat
kegiatan belajar menjadi menyenangkan, maka para peserta didik akan lebih mudah memahami
pelajaran dan meningkatnya motivasi peserta didik untuk belajar. Untuk membuat kegiatan
menjadi menyenangkan, pengajar harus mengetahui strategi dan teknik apa yang akan
digunakan dalam mengajar peserta didik. Dengan adanya penentuan strategi ini diharapkan
dapat mengurangi dampak yang menyebabkan peserta didik menjadi malas, membolos saat
pelajaran, tidak mengerjakan tugas bahkan tidak paham dengan materi yang diajarkan oleh
pendidik.
Pentingnya membangun komunikasi antara pengajar dan peserta didik juga dapat
membangun hubungan baik dimana pengajar dan peserta didik akan saling memahami satu sama
lain dan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Jika hubungan komunikasi antara
pengajar dan peserta didik tercipta dengan baik maka secara otomatis peserta didik akan selalu
aktif dalam kelas saat penguraian materi oleh pengajar, mengerjakan tugas, aktif dalam diskusi
dan meningkatnya hasil belajar siswa. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang strategi
pengelolaan pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan juga langkah memilih
dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Strategi Pembelajaran ?
2. Apa itu Pengorganisasi Pembelajaran ?
3. Bagaimana Strategi dalam Pengorganisasian Belajar ?
4. Bagaimana Strategi Penyampaian Pembelajaran ?
5. Bagaimana Strategi Pengelolaan Pembelajaran ?
6. Apa Fungsi pengelolaan pembelajaran ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui arti Strategi Pembelajaran.
2. Untuk Mengetahui arti Pengorganisasi Pembelajaran
3. Untuk Mengetahui Strategi dalam Pengorganisasian Belajar.
4. Untuk Mengetahui Strategi Penyampaian Pembelajaran.
5. Untuk Mengetahui Strategi Pengelolaan Pembelajaran.
6. Untuk Mengetahui Fungsi Pengelolaan pembelajaran

5
6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran


Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Dengan kata lain, cara- cara
yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa, dan sekaligus untuk menerima
serta merespons masukan-masukan dari siswa. Strategi dan metode sering digunakan secara
bergantian untuk menjelaskan makna yang sama. Metode pembelajaran diacukan sebagai
cara-cara yang dapat digunakan dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran
yang diinginkan. Sedangkan, strategipembelajaran diacukan sebagai penataan cara-cara,
sehingga terwujud urutan langkah-prosedur yang dapat digunakan untuk mencapai hasil
yang diinginkan."
Strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
suatu program. Strategi pembelajaran merupakan komponen penentu utama kualitas
pembelajaran, demikian pentingnya strategi pembelajaran, sehingga harus dipilih dengan
sebaik-baiknya. Pemilihan strategi pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan
hasil pembelajaran. Hal ini karena kondisi dan hasil pembelajaran tidak dapat dimanipulasi
oleh guru pada umumnya, hanya terbataspada strategi pembelajaran.
Reigeluth membagi komponen strategi pembelajaran atas tiga bagian, yaitu:
1) strategi pengorganisasian isi pembelajaran;
2) strategi penyampaian isi pembelajaran; dan
3) strategi pengelolaan pembelajaran.
Pertama, strategi pengorganisasian dapat dibedakan menjadi dua jenis: presentation
strategy dan structural strategy. Presentation strategy adalah strategi untuk mengorganisasi
pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi ini juga
disebut juga micro strategy. Structural strategy adalah strategi untuk mengorganisasi,
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prinsip atau prosedur. Strategi ini
dapat disebut juga dengan macrp strategy dan berkaitan dengan bagaimana memilih, menata
urutan, sintesis dan rangkuman konsep.

7
B. Pengertian Pengorganisasi Pembelajaran
Pengertian Pengorganisasian Belajar Dalam Kamus Bahasa Indonesia dikemukakan
bahwa organisasi adalah kesatuan yang terbentuk karena penggabungan dari beberapa orang
dan sebagainya dalam suatu perkumpulan yang mempunyai tujuan tertentu atau kelompok
kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama (Tim
Primapena,t.th., 564). secara sendiri-sendiri.
Gibson, Ivancevich, dan Donnelly mendefinisikan organisasi sebagai wadah yang
memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh
individu Lebih jauh ketiganya menyebutkan bahwa organisasi adalah suatu unit
terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau
serangkaian sasaran ( James L. Gibson, John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, 1996 :
6.). Definisi ini menekankan pada upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara
lebih efektif dan efisien melalui koordinasi antar unit organisasi.
Stephen P. Robbins mengemukakan bahwa organisasi adalah kesatuan sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan (Stephen P. Robbins, 1994 : 4).
Definisi ini menekankan bahwa organisasi sebagai suatu sistem sosial yang perlu
koordinasi dalam arti perlu manajemen. Dan organisasi ini akan berubah sesuai dengan
tuntutan lingkungan organisasi sehingga dikatakan relatif.
Selain itu, Oteng Sutisna mengemukakan bahwa organisasi adalah mekanisme yang
mempersatukan kegiatan kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan (Oteng Sutisna,
1997: 205). Definisi ini menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa organisasi adalah suatu proses interaksi
yang terjadi dalam suatu kegiatan tertentu yang terdiri atas beberapa orang untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.

C. Strategi dalam Pengorganisasian Belajar


Strategi pengorganisasi pembelajaran merupakan cara untuk mengatur isi suatu
bidang studi (pelajaran), dan kegiatan ini berkaitan dengan kegiatan pemilihan isi/materi,
penyusunan isi, pembentukan diagram, struktur dan kategori lainnya. Strategi penyampaian
8
pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk
menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan
pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Pengorganisasian pengajaran secara khusus merupakan fase yang amat penting
dalam rancangan pengajaran. Sintesa akan membuat topik-topik dalam suatu bidang studi
menjadi lebih bermakna bagi si-belajar, yaitu dengan menunjukan bagaimana topik-topik itu
terkait dengan keseluruhan isi bidang studi.
Pada kenyataannya organisasi belajar masih dipandang terlalu deskriptif dan
konseptual, sehingga mengalami kesulitan diterapkan secara aktual dalam praktek
manajemen di berbagai institusi atau lembaga pendidikan atau pun perusahaan. Hal ini akan
menimbulkan kekhawatiran bahwa organisasi belajar hanya akan menjadi wacana yang sulit
dipahami dan direalisasikan dalam praktek sehari-hari, apabila tidak dilakukan redefinisi dan
reorientasi konsep serta strategi terhadap organisasi belajar. Karena itulah dalam penjelasan
selanjutnya penulis mengetengahkan strategi dalam organisasi belajar
Yusuf hadi Miarso dalam Adie E. Yusuf mengemukakan beberapa alasan tentang
pentingnya organisasi belajar. Pertama, dengan adanya organisasi belajar akan mendapatkan
sumber daya manusia yang terdidik dengan baik, terlatih dengan baik dan menguasai
informasi dengan baik (well educated, well trained, and well informed). Karena itu,
perubahan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan merupakan
azas dari organisasi belajar. Kedua, pengembangan organisasi yang lebih berorientasi pada
lingkungan internal dianggap tidak tepat lagi. Sejalan dengan gerakan masyarakat informasi
(information society) maka organisasi perlu menguasai informasi mengenai lingkungan
secara komprehensif. Organisasi juga memerlukan lebih banyak tenaga pendidik dan tenaga
kerja yang berpengetahuan. (Adie E. Yusuf, 2009)
Konsep organisasi belajar muncul dalam konteks perubahan lingkungan dan daya
saing. Organisasi membutuhkan kompetensi dan kepemimpinan untuk mentransformasikan
pengetahuan kepada seluruh anggota organisasi. Dengan dukungan organisasi belajar yang
kondusif diharapkan dapat diciptakan orang-orang yang berpengetahuan (knowledge people)
dengan kompetensi yang dapat diandalkan. Selain itu, dukungan kepemimpinan yang
memberdayakan (empowerement), artinya memberikan pendelegasian dan dukungan positif

9
kepada setiap anggota organisasi dalam aktivitas pembelajaran dan memperbaiki kinerja.
(Adie E. Yusuf, 2009) .
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu
strategi mikro dan strategi makro.
1. Strategi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang
berkisar pada satu konsep, atau prosedur, atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada
metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep,
atau prosedur atau prinsip.
2. Strategi makro strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi
makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan
rangkuman isi pembelajaran (apakah itu konsep, prosedur, atau prinsip) yang saling
berkaitan. Pemilihan isi, berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu
kepada penetapan konsep, atau prosedur atau prinsip apa yang diperlukan untuk
mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu kepada keputusan untuk menata
dengan urutan tertentu konsep atau prosedur atau prinsip yang akan diajarkan. Pembuatan
sintesis mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara menunjukkan keterkaitan di
antara konsep prosedur atau prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan
tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep, prosedur atau prinsip, serta
kaitan yang sudah diajarkan.
Sejumlah teori yang berurusan dengan strategi mikro antara lain adalah teori
penataan urutan berdasarkan prasyarat belajar dari Gagne, model pembentukan konsep
dari Taba, dan penguasaan konsep dari Brunner. Untuk strategi makro, pengintegrasian
sejumlah teori, seperti hierarki belajar dari Gagne, teori skema dari Mayer, urutan
subsumatif dari Ausubel, webteaching dari Norman, dan teori elaborasi oleh Reigeluth.
1. Belajar Bermakna dari Ausubel
Ausubel (1977) menyarankan penggunaan interaksi aktif antara guru dengan
siswa yang disebut belajar verbal yang bermakna (meaningful verbal learning) atau
disingkat belajar bermakna pembelajaran ini menekankan pada ekspositori dengan cara,
guru menyajikan materi secara eksplisit dan terorganisasi. Dalam pembelajaran ini, siswa
menerima serangkaian ide yang disajikan guru dengan cara yang efisien. Model Ausubel

10
ini mengedepankan penalaran deduktif, yang mengharuskan siswa pertama-tama
mempelajari prinsip-prinsip, kemudian belajar mengenal hal-hal khusus dari prinsip-
prinsip tersebut. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa seseorang belajar dengan baik
apabila memahamikonsep-konsep umum, maju secara deduktif dari aturan-aturan atau
prinsipprinsip sampai pada contoh-contoh. Pembelajaran bermakna dari Ausubel
menitikberatkan interaksi verbal yang dinamis antara guru dengan siswa. Guru memulai
dengan suatu advance organizer (pemandu awal), kemudian ke bagian-bagian
pembelajaran, selanjutnya mengembangkan serangkaian langkah yang digunakan guru
untuk mengajar dengan ekspositori.
2. Advance Organizer
Guru menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan skemata siswa
(eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apa yang telah dikenal siswa, dan untuk
membantunya mengenal relevansi pengetahuan yang telah dimiliki. Advance organizer
memperkenalkan pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai
kerangka untuk memahami isi informasi baru secara rinci Anda dapat menggunakan
advance organizer untuk mengajar bidang studi apa pun.
3. Discovery Learning dari Bruner
Teori belajar penemuan (discovery) dari Bruner mengasumsikan bahwa belajar
paling baik apabila siswa menemukan sendiri informasi dan konsepkonsep. Dalam
belajar penemuan, siswa menggunakan penalaran induktif untuk mendapatkan prinsip-
prinsip, contoh-contoh. Misalnya, guru menjelaskan kepada siswa tentang penemuan
sinar lampu pijar, kamera, CD, serta perbandingan antara invention dengan discovery
(misalnya, listrik, nuklir, dan gravitasi). Siswa, kemudian menjabarkan sendiri apakah
yang dimaksud dengan invention dan bagaimana perbedaannya dengan discovery. Dalam
belajar penemuan, siswa "menemukan" konsep dasar atau prinsip-prinsip dengan
melakukan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendemonstrasikan konsep tersebut.
Bruner yakin bahwa siswa
4. Peristiwa-peristiwa Belajar menurut Gagne
Gagne (dalam Gagne & Driscoll, 1988) mengembangkan suatu model
berdasarkan teori pemrosesan informasi yang memandang pembelajarandarisegi 9 urutan
peristiwa sebagai berikut :

11
1) Menarik perhatian siswa.
2) Mengemukakan tujuan pembelajaran.
3) Memunculkan pengetahuan awal.
4) Menyajikan bahan stimulasi.
5) Membimbing belajar.
6) Menerima respons siswa.
7) Memberikan balikan.
8) Menilai unjuk kerja.
9) Meningkatkan retensi dan transfer.
Peter Senge dalam Adie E. Yusuf mengemukakan bahwa organisasi belajar
sebagai suatu disiplin untuk mengembangkan potensi kapabilitas individu dalam
organisasi yang dikenal dengan the fifth discipline sebagai berikut :
1. Berpikir Sistem (Systems Thinking)
Setiap usaha manusia merupakan suatu sistem, karena senantiasa merupakan bagian
dari jalinan tindakan atau peristiwa yang saling berhubungan, meskipun hubungan itu tidak
selalu tampak. Oleh karena itu, organisasi harus mampu melihat pola perubahan secara
keseluruhan, dengan cara berpikir bahwa segala usaha manusia saling berkaitan, saling
mempengaruhi dan membentuk sinergi.
2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)
Setiap orang harus mempunyai komitmen untuk belajar sepanjang hayat dan sebagai
anggota organisasi perlu mengembangkan potensinya secara optimal. Penguasaan pribadi
ini merupakan suatu disiplin yang antara lain menunjukan kemampuan untuk senantiasa
mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan
kesabaran, dan memandang realitas secara obyektif. Kenyataan. menunjukkan bahwa
seseorang memasuki suatu organisasi dengan penuh semangat, tetapi setelah merasa
"mapan" dalam organisasi itu lalu kehilangan semangatnya. Oleh karena itu, disiplin ini
sangat penting artinya bahkan menjadi landasan untuk organisasi belajar.
3. Pola Mental (Mental Models)
Setiap orang mempunyai pola mental tentang bagaimana ia memandang dunia di
sekitarnya dan bertindak atas dasar asumsi atau generalisasi dari apa yang dilihatnya itu.
Seringkali seseorang tidak menyadari pola mental yang mempengaruhi pikiran dan

12
tindakannya tersebut. Oleh karena itu, setiap orang perlu berpikir secara reflektif dan
senantiasa memperbaiki gambaran internalnya mengenai dunia sekitarnya, dan atas dasar
itu bertindak dan mengambil keputusan yang sesuai.
4. Visi Bersama (Shared Vision)
Organisasi yang berhasil berusaha mempersatukan orang-orang berdasarkan
identitas yang sama dan perasaan senasib. Hal ini perlu dijabarkan dalam suatu visi yang
dimiliki bersama. Visi bersama ini bukan sekedar rumusan keinginan suatu organisasi
melainkan sesuatu yang merupakan keinginan bersama. Visi bersama adalah komitmen dan
tekad dari semua orang dalam organisasi, bukan sekedar kepatuhan terhadap pimpinan.
5. Belajar Beregu (Team Learning)
Dalam suatu regu atau tim telah terbukti bahwa regu dapat belajar dengan
menampilkan hasil jauh lebih berarti daripada jumlah penampilan perorangan masing-
masing anggotanya. Belajar beregu diawali dengan dialog yang memungkinkan regu itu
menemukan jati dirinya. Dengan dialog ini berlangsung kegiatan belajar untuk memahami
pola interaksi dan peran masing - masing anggota dalam regu. Belajar beregu merupakan
unsur penting, karena regu bukan perorangan dan merupakan unit belajar utama dalam
organisasi. (Adie E. Yusuf, 2009).
Dalam organisasi belajar, ada beberapa strategi yang harus diperhatikan yaitu :
a) Kebenaran materi.
b) Kesesuaian materi dengan tingkat intelektual peserta didik.
Pendidik memilih bagian materi yang selaras dengan tingkat intelektual peserta didik
dan dengan alokasi waktu yang tersedia.
c) Materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan peserta didik dan dengan
lingkungan ia hidup.
d) Materi disusun dalam urutan yang logis. Setiap bagian materi harus benar - benar
berkaitan dengan materi sebelumnya.
e) Materi pelajaran yang baru hendaknya dikaitkan dengan (Pengorganisasian-
Presentation pelajaran yang Transcript, diakses pada tanggal 29 Juni 2009).
Selain itu, Kistono's mengemukakan dua strategi organisasi belajar yaitu strategi
mikro dan makro . Strategi mikro diacukan untuk menata sajian suatu konsep, prinsip,

13
dan produser. Sedangkan strategi makro diacukan untuk menata keseluruhan isi bidang
studi. (Kistono's , 2009).
Strategi mikro dalam organisasi belajar yaitu salah satunya dengan kapabilitas
Belajar. Ada lima kapabilitas belajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik , meliputi ;
a. Informasi verbal
Peserta didik belajar informasi verbal apabila ia dapat mengingat kembali
informasi itu.
b. Keterampilan intelektual
Peserta didik akan menggunakan suatu keterampilan intelektual apabila ia
berinteraksi dengan lingkungan simbolnya bahasa dan angka.
c. Strategi Kognitif
Peserta didik telah belajar strategi kognitif apabila ia telah mengembangkan
cara - cara untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses berpikir dan proses
belajarnya.
d. Sikap
Keadaan mental yang kompleks dari peserta didik yang dapat mempengaruhi
pilihannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pribadi terhadap orang
lain, benda, atau peristiwa.
e. Keterampilan Motorik
Peserta didik telah mengembangkan keterampilan motorik apabila ia telah
menampilkan gerakan - gerakan fisik dalam menggunakan bahan - bahan atau
peralatan - peralatan menurut prosedur.

D. Strategi Penyampaian Pembelajaran


Strategi penyampaian pembelajaran merupakan tindakan ataupun cara untuk
menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespons masukan-
masukan dari siswa. Strategi penyampaian isi pembelajaran juga merupakan komponen
variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sekurang-kurangnya ada 2 (dua)
fungsi dari strategi ini, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada si belajar, dan (2)
menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk
kerja (seperti latihan tes). Paling tidak, ada 5 (lima) cara dalam mengklasifikasi media untuk
mempreskripsikan strategi penyampaian:
14
1. tingkat kecermatannya dalam menggambarkan sesuatu;
2. tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya;
3. tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya;
4. tingkat motivasi yang dapat ditimbulkannya;
5. tingkat biaya yang diperlukan.
Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat
pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan.
Interkasi pebelajar dengan emdia adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran
yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun bentuk belajar mengajar adalah komponen
strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam
kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan atau mandiri
Essef dan Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat
digunakan untuk menyeleksi media,yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam
menyajikan informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan mengevaluasi
respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui biaya peralatan, biaya material
(tape, film, dan lainlain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima
pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang
mendukungh atau biaya operasional.
Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting
yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena
strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh apa yang
dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen
ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh
siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.

E. Strategi Pengelolaan Pembelajaran


Strategi pengelolaan pembelajaran ini suatu cara untuk menata hubungan interaksi
antara siswa terhadap variable strategi pembelajaran lainnya (variable strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan
komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si
belajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana
15
yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting
variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,
dan motivasi.
Penjadwalan penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya
mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap komponen strategi
pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian melibatkan
keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa menggunakan suatu jenis
media”
Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan
pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti
keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap mengenai
kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan
pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusna yang tepat mengenai unsur-unsur mana
saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya
apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa.
Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan
inetraksi siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Sebagian besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun
pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi
kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau
prinsip yang tidak bermakna.
Belajar adalah proses interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Belajar
merupakan tindakan dan perilaku pebelajar yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami pebelajar sendiri. Pebelajar adalah penentu terjadinya atau tidaknya terjadi
proses belajar. Proses belajar terjadi berkat pebelajar memperoleh sesuatu yang ada
dilingkungan sekitar atau sumber belajar. Sedangkan sumber belajar dapat bermacam-
macam antara lain :
a. bentuk manusia yaitu guru, teman sesama pebelajar, orang lain atau lainnya;
b. dalam bentuk barang antara lain : buku, majalah, jurnal, TV, radio, komputer dan lainnya;
c. bentuk peristiwa yaitu pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, peristiwa
menyenangkan dan lainnya.

16
Jadi dengan adanya interaksi antara pebelajar dan sumber belajar akan memberikan
manfaat untuk pengembangan potensi si pebelajar kearah yang optimal. Skiner mengatakan
bahwa belajar adalah perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik
atau sebaliknya ketika pebelajar tidak belajar maka responya menurun. Pada kegiatan
interaksi ini akan terjadi pembelajaran secara reseptif dan pembelajaran secara ekspresif.
Kegiatan interaksi yang reseptif untuk Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah
mendengarkan informasi lisan dari guru/instruktur atau penatar, membaca bahan-bahan
tertulis tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai sumber informasi yang ada,
jika melihat gambar maka pebelajar dapat menafsirkan gambar, diagram yang ada dalam
sumber belajar tersebut.
Pada interaksi yang ekspresif pebelajar dapat berbicara, berdiskusi. Jika berinteraksi
dengan sumber belajar maka pebelajar dapat mengungkapkan apa yang dirasakan atau
dipikirkan dengan berbicara melalui diskusi, bertanya atau mengungkapkan pikirannya
tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sedang dipelajarinya. Pebelajar dapat
mengungkapkan melalui tulisan atau menuliskan tentang Teknologi Informasi dan
Komunikasi apa yang dipikirkannya ketika berinteraksi dengan sumber informasi berupa
gambar, maka pebelajar dapat membuat gambar, membuat diagram dengan komputer ketika
belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Hal yang penting dalam ekspresif ini adalah interaksi pebelajar dengan sumber
belajar dimana pebelajar menunjukan dengan perbuatan atau demonstrasi menggunakan
komputer jika sumber informasi menginginkan suatu tindakan. Dalam mengelola pengajaran
diharapkan guru memiliki keterampilan mengajar dan wawasan tentang tugas-tugasnya lebih
jauh lagi. Pelatih ditantang kreatif tidak semata-mata mengajarkan bahan atau informasi
tetapi mampu berstrategi lebih tinggi. Wawasan tentang tugas pelatih diantaranya mampu
menciptakan interaksi yang sesuai dengan tujuan, materi yang dikaji oleh peserta
disesuaikan dengan sikap dan kebutuhan siswa. Untuk mencapai tujuan ini pelatih
melibatkan mental peserta terhadap bahan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
dipelajari.

17
F. Fungsi pengelolaan pembelajaran
Fungsi pengelolaan pembelajaran secara garis besar dapat disampaikan bahwa tahap-
tahap dalam melakukan manajemen meliputi perencanaan pengorganisasian pelaksanaan dan
pengawasan fungsi-fungsi manajemen tersebut bersifat universal di mana saja dan dalam
organisasi apa saja namun tergantung pada tipe organisasi kebudayaan dan anggotanya
(Ambiyar, 2016)
1. Perencanaan (planning)
Bahwa perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya
untuk dilaksanakan pada waktu periode suatu periode tertentu dalam rangka mencapai
tujuan yang ditetapkan (Ambiyar, 2016). Perencanaan ini dilakukan sebelum kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh pengajar dan peserta didik dilakukan. Rancangan
kegiatan yang akan dilakukan dan bagaimana penilaian yang akan ditetapkan
bermaksud agar tujuan dalam pengelolaan pembelajaran tercapai dengan baik dan
optimal.
2. Pengorganisasian (organizing)
Kegiatan pengorganisasian ditetapkan untuk menyusun dan merancang kegiatan
sehingga segala sesuatu berlangsung prosedural sehingga segala kegiatan yang
direncanakan dapat berjalan dengan baik (Ambiyar, 2016). Setelah melakukan
perencanaan atau planning maka dilanjutkan dengan kegiatan pengorganisasian, yakni
untuk menetapkan apakah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya akan dilaksanakan
atau diubah atau tidak digunakan. Hal ini dikarena pertimbangan dan penetapan sesuai
aspek-aspek yang telah ditentukan.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Dalam kegiatan pelaksanaan seorang manajer ataupun pemimpin melaksanakan
suatu usaha menggiatkan unsur-unsur bawahannya agar mau bekerja dan berusaha
secara sungguh-sungguh guna mencapai tujuan yang diinginkan (Ambiyar, 2016). Yang
dimaksud dalam pelaksanaan adalah bagaimana cara seorang pengajar dapat
melaksanakan seluruh rancangan pembelajaran yang sudah ditetapkan Untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Dengan ini maka diharapkan adanya interaksi yang baik dalam
pembelajaran, yaitu antara pengajar dan peserta didik agar mencapai tujuan yang sama.

18
Diantaranya adalah pengajar berhasil melakukan kegiatan mengajar sesuai dengan
rancangan dan peserta didik memahami materi yang disampaikan.

4. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan
yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang
telah dirumuskan (Ambiyar, 2016). Setelah dilakukannya pelaksanaan maka dilanjutkan
dengan evaluasi yakni sebuah proses penilaian dengan tolak ukur tertentu. Apakah
pelaksanaan yang dilakukan sudah bagus atau masih harus ditingkatkan lagi ataupun
diperbaiki karena pelaksanaan yang dilakukan dinilai dengan tolak ukur yang sudah
ditetapkan. Dengan ini maka kegiatan yang telah dilakukan dapat dilihat kekurangan
dan kelebihannya

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik individual maupun
kelompok dalam berpikir, berperilaku kreatif dan mengoptimalkan potensi manusia dalam
belajar maka dibutuhkan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus melalui
pengorganisasian belajar. Dalam pengorganisasian belajar, ada dua strategi yang harus
ditekankan yaitu strategi mikro dan makro. Strategi mikro diacukan untuk menata sajian
suatu konsep, prinsip, dan produser. Sedangkan strategi makro diacukan untuk menata
keseluruhan isi bidang studi.
Pengorganisasian belajar sangat penting karena akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berkompetensi. Dengan demikian, seorang pendidik harus
berkelompok bagi memahami tentang cara mengorganisasikan belajar secara peserta
didiknya. Olehnya pengorganisasian kelompok belajar harus mendapat perhatian pendidik
dan juga harus dikaitkan dengan sistem pembelajaran.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah daya upaya guru dalam menciptakan suatu
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Adapun fungsi
pengelolaan itu sendiri yakni: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ambiyar, N. J. (2016). Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Kencana.


Fuad, A. J. (2015). Strategi Pembelajaran Kooperatif (Studi Eksperimen). Handbook of
Educational Ideas and Practices, 2, 859–864.
Gibson , James L. , Ivancevich , John M. , dan Donnelly , James H. Organization dialih
bahasakan oleh Nunuk Adiarni dengan judul Organisasi . Edisi 8 ; Jakarta : Binarupa
Aksara , 1996 .
Kistono's . Strategi Organisasi Pembelajaran . Diakses pada tanggal 29 Juni 2009
Laki, R. (2017). Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 9(1),
590–604.
Robbins , Stephen P. Organization Theory : Structure , Design , and Application dialih
bahasakan oleh Yusuf Udaya , Teori Organisasi : Struktur , Desain , dan Aplikasi . Jakarta :
Arcan , 1994.
Samsinar. (2019). Urgensi Learning Resources (Sumber Belajar) Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran. Jurnal Kependidikan,
Sutisna , Oteng . Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis Untuk Praktik Profesional . Bandung :
Angkasa , 1993 .
Yuliatmojo, P. (2006). Mempersiapkan Guru pada Strategi Pembelajaran TIK. Aptekindo, 1,
495–500.\

21

Anda mungkin juga menyukai