Anda di halaman 1dari 6

PARADIGMA PENELITIAN DALAM ISLAM

1) Berpikir Ilmiah dan Mencari Solusi Tradisi Seorang muslim

Tradisi dalam Islam adalah model pemikiran yang memperoleh sumber


inspirasinya dari dogma-dogma Islam dan merupakan hasil dari kesadaran historis yang
telah melembaga berabad-abad lamanya di dunia Islam. Salah satu bagian dari budaya
adalah tradisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tradisi diartikan sebagai adat
kebiasaan turun-temurun(dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat;
atau juga penilaian atau anggapanbahwa cara-cara yangtelah ada merupakan yang paling
baik dan benar.
Epistemologi Islam mengartikulasikan al-Quran sebagai sumber inspirasi bagi
akal dalam menemukan kebenaran, dan bahwa akal memiliki kedudukan penting baginya,
Al-Quran sebagai wahyu tidak dapat dipungkiri. Pemikiran filsafat Islam telah melewati
lima tahap perkembangan, yaitu;
1) Tahap diterimanya al-Quran oleh umat Islam sebagai satu-satunya jalan spiritual dan
pedoman kehidupan,
2) Tahap yang ditandai dengan bangkitnya pemikiran-pemikiran yurispridensi dan
teologi Islam yang secara khusus menunjuk pada munculnya empat mazhab/aliran
besar, yaitu Hanafi, Syafi’i, Hanbali, dan Maliki yang kemudian diikuti oleh aliran-
aliran kecil seperti Sunni dan Syiah,
3) Kelanjutan atau bahkan imitasi dari tahap kedua di atas yang memunculkan
pemikiran model tradisionalis dan konvensionalis di kalangan kaum Muslim,
4) Tahap yang ditandai dengan penolakan atas otoritas doktiner kaum yurisprudensial
(fuqaha) dan sufisme,
5) Tahap pemikiran kontemporer yang ditandai oleh berkembangnya gerakan
revivalisme keagamaan dan meluasnya ketertarikan pada ilmu dan teknologi.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah ibn Mas’ud disebutkan,
Artinya: “Dicertikana kepada kami `Amr bin Hafs as-Sudusi, menceritakan `Ashim in
Ali, menceritakan al-Mas`udy, dari `Ashim dari Abi Wail dari Abdilah bin Mas`ud ia
berkata: … Apa yang dipandang baik oleh orang-orang mukmin, maka ia di sisi Allah
pun baik, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang-orang mukmin, maka buruk pula
ia di sisi Allah” Hadis tersebut oleh kalangan ushuliyyindipahami (dijadikan dasar)
bahwa tradisi masyarakat yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’at Islam
dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan hukum Islam (fiqh).

Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al
Harrani, atau yang biasa disebut dengan nama Ibnu Taimiyah, adalah seorang pemikir
dan ulama Islam dari Harran, Turki. lahir 10 Rabiul Awwal 661 H (22 Januari 1263) –
wafat 22 Dzulqadah 728 H (26 September 1328)). Ibn Taimiyyah adalah pemikir Muslim
yang produktif. Ia menulis mengenai hampir setiap aspek dalam Islam.

Metode penulisan tafsir Ibn Taimiyyah adalah tahlili karena ia menyoroti ayat-
ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung di
dalamnya, sesuai urutan bacaan yang terdapat di dalam al-Qur’an Mushaf ‘Utsmani.
Dilihat dari bentuk tinjauan dan kandungan informasinya, tahlili menggunakan metode
al-tafsir bi al-ma’tsur. Tafsir dengan metode ini menggunakan prinsip penafsiran ayat al-
Qur’an dengan ayat al-Qur’an lain, penafsiran ayat al-Qur’an dengan pendapat Rasul,
penafsiran ayat al-Qur’an dengan pendapat sahabat, dan penafsiran ayat al-Qur’an
dengan pendapat Tabi’in.

2) Penelusuran Literature

Dalam agama Islam menyebut adab sebagai sopan santun, hormat, dan
kesesuaian, yang meliputi tindakan seperti memasuki atau meninggalkan kamar kecil,
dan membersihkan diri maupun adab dalam menuntut ilmu. Begitu pentingnya persolan
adab dalam menuntut ilmu tersebut maka dalam makalah ini, adab disini diartikan
sebagai etika akademis-meminjam istilah Prof. Hasan Asarimaka kita jumpai banyak
ulama-ulama terdahulu yang telah menulis kitab yang berkenaan persoalan etika
akademis tersebut. salah satu adab yang perlu diperhatikan adalah dalam mengambil
sumber atau pustaka. Islam sebagai pedoman dan arahan hidup manusia, termasuk
pedoman dalam mencari, mendalami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan

Ilmu adalah pengetahuan yang diterima secara sistematis, logis dengan


menggunakan metode tertentu untuk mendapatkannya, bersifat lebih spesifik akan sebuah
pengetahuan. agama islam berdasarkan pada dua sumber utama, yaitu Al-Qur’an dan
Sunnah atau Hadis Sejak masa awal Islam, umat Islam telah terbiasa menyimak,
menghapal,mengamalkan, meneruskan, dan melestarikan berbagai Riwayat terkait Nabi
Muhammad SAW

3) Bukti kesesuaian penelitian modern dan Al Quran

Alquran sebagai kitab suci dan petunjuk hidup umat Islam yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW pada 14 abad silam, secara mengagumkan,
mengungkapkan sederet fenomena ilmu pengetahuan yang telah terbukti akurasi dan
kebenarannya. Hal itu berbeda dengan Bible--ajaran Kristen yang justru memiliki banyak
perbedaan pandangan dengan ilmu pengetahuan.

Setelah melakukan berbagai penelitian ilmiah, para saintis Barat telah


membuktikan kebenaran janji Allah SWT tentang isi Alquran. Dalam surah Albaqarah
ayat 2, Allah SWT berfirman, "Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk
bagi mereka yang bertakwa." Prof Keith L Moore, guru besar Departemen Anatomi dan
Biologi Sel Universitas Toronto, telah membuktikan kebenaran firman Allah SWT itu.
"Saya tak tahu apa-apa tentang agama, namun saya meyakini kebenaran fakta yang
terkandung dalam Alquran dan sunah," papar Moore yang terkagum-kagum dengan
kandungan Alquran yang secara akurat menjelaskan perkembangan embrio manusia.
Berikut ini sebagian kecil fakta penting tentang kandungan Alquran yang sejalan dengan
temuan dunia sains modern. Pembentukan awan
Para saintis telah mempelajari beragam jenis awan. Selain itu, kalangan ilmuwan
juga meneliti proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi. Secara ilmiah,
saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang didorong angin.
Awan Cumulonimbus terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil ke wilayah
awan itu bergabung hingga kemudian terjadi hujan. Tentang fenomena pembentukan
awan dan hujan itu, Alquran pun menjelaskannya secara akurat. Tidaklah kamu melihat
bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya,
kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari
celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-
butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."
(QS Annur: ayat 43).

Ilmu pengetahuan modern telah menemukan adanya batas di tempat pertemuan


antara dua lautan yang berbeda. Pembatas itu membagi dua lautan sehingga setiap laut
memiliki temperatur, berat jenis, dan kadar garam masing-masing. Misalnya, laut
Mediterania memiliki air yang hangat serta kadar garam dan berat jenisnya lebih rendah
dibandingkan Samudra Atlantik. Temuan sains modern itu sejalan dengan Alquran yang
telah mengungkapkannya sejak 14 abad lampau. Dalam surah Arrahman ayat 19-20,
Allah SWT berfirman, ''Dia membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya kemudian
bertemu. Antara keduanya, ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.''
Perbedaan kadar garam kedua lautan yang dipisahkan pembatas itu juga diungkapkan
dalam surah Alfurqan ayat 53, "Dan, Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." Kebenaran ayat Alquran itulah
yang membuat para saintis Barat berdecak kagum. 

Contoh dari kesesuaian penelitian modern dan Al Quran adalah pentingnya ASI
Dunia kesehatan modern beberapa tahun ini mulai menggaungkan pentingnya pemberian
Air Susu Ibu (ASI). Anjuran itu mulai digalakkan karena ASI memiliki banyak
keunggulan. Secara ilmiah, ASI merupakan makanan bagi bayi yang telah terbukti
memiliki keunggulan dibandingkan dengan susu sapi atau susu yang berasal dari sumber
lain. Alquran telah menyatakan pentingnya pemberian ASI bagi bayi dan batita sejak 14
abad lampau. Dalam surah Albaqarah ayat 233, Allah SWT berfirman, "Para ibu
hendaknya menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh. Yaitu, bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuannya. Dan, kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf." Serebrum (otak besar)
Pada surah Al 'Alaq ayat 15-16, Allah SWT berfirman, "Ketahuilah, sungguh jika dia
tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. (Yaitu) ubun-ubun
orang mendustakan lagi durhaka." Ubun-ubun inilah yang disebut para saintis sebagai
serebrum (otak besar). Lalu, apa hubungannya dengan kebohongan dan serebrum? Secara
psikologi, otak besar ini ternyata bertanggung jawab untuk merencanakan, memotivasi,
dan memprakarsai hal yang baik ataupun buruk. Otak besar juga bertanggung jawab atas
kebohongan dan kebenaran yang dikatakan seseorang.

Pembentukan embrio manusia Alquran secara gamblang telah menjelaskan proses


pembentukan embrio manusia.

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
(QS Almu'minun: 14).

Anda mungkin juga menyukai