Dari tafsir para ulama terhadap ayat-ayat hukum di al-Qur’an melahirkan yang
disebut mazhab. Mazhab fiqih:
1. Mazhab Hanafi: didirikan oleh Imam Abu Hanifah. Berkembang di
Pakistan, Afganistan,
2. Mazhab Maliki: didirikan oleh Imam Malik. Berkembang di Maroko, Al-
Jazair, dan negara-negara Afrika Utara lainnya.
3. Mazhab Syafi’i: didirikan oleh Imam Syafi’i. berkembang di Indonesia,
Malaysia, Brunei Darussalam
4. Mazhab Hambali: didirikan oleh Imam Ahmad bin Hambal. Berkembang di
Arab Saudi
Walaupun terdapat perbedaan tafsir dari para ulama, ahli fiqih, ahli kalam karena
adanya perbedaan dalam penggunaan metode dalil dan perbedaan dalam
memahami dalil, yang terpenting adalah perbedaan pendapat itu didasarkan pada
al-Qur’an dan hadist dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tafsir melahirkan produk dan corak pemikiran yang berbeda. Corak tafsir:
1. Tafsir Ilmi: tafsir terhadap al-Qur’an didasarkan ilmu pengetahuan yang
modern. Contoh: bumi itu bulat atau datar
2. Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i: menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan konteks-
konteks sosial, bagaimana ayat itu diturunkan dan diterapkan.
3. Tafsir Fiqih: menafsirkan ayat-ayat hukum di dalam al-Qur’an, menjadikan
ayat tersebut bercorak legal formalistik.
4. Tafsir Balagi: menafsirkan al-Qur’an dari sudut sastra, yaitu keindahan
diksinya.
Al-Qur’an juga mengakui keberadaan realitas alam semesta yang menjadi objek
kajian sains.
1. Ada ayat kauniyah yang jumlahnya sangat banyak, lebih dari 800 ayat yang
bercerita tentang jagat raya dengan segala peristiwa di dalamnya. Lebih
banyak dari jumlah ayat fiqih yang hanya sekitar 150 ayat.
2. Al-Qur’an juga mendorong untuk melakukan penelitian terhadap realitas
alam, misalnya di surat Al-Ghasiyah ayat 17 sampai 20 yang berisi perintah
untuk mengamati, mengobservasi, dan meneliti bagaimana suatu hal yang
ada di dunia ini bisa diciptakan dan terjadi yang jawabannya tidak ada di
Al-Qur’an, melainkan harus melakukan penelitian saintifik.
Al-Qur’an dan sains bukan dua hal yang harus dipisahkan, tetapi sains itu
menjadi ilmu alat untuk menjelaskan Al-Qur’an karena Al-Qur’an tidak
menjelaskan secara detail tentang makhluk dan ciptaan Allah. Sudut pandang Islam
juga mengatakan bahwa Islam dan sains berada di dalam satu kesatuan serta ilmu
pengetahuan sains merupakan bagian dari agama. Agama dan sains memiliki
paradigmanya masing-masing, tetapi dua kajian ini bukan sesuatu yang terpisah
melainkan harus dipersatukan.