Anda di halaman 1dari 3

Tugas Resume VTR 27 November 2020

Nama : Siti Badriah


NPM : 2006467715
Prodi : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Kelas : MPK Agama L

VTR 1 - Penafsiran al-Qur’an


Pemikiran dalam Islam pondasinya adalah al-Qur’an dan hadist yang menjadi
rujukan umat Islam. Al-Qur’an tidak menjelaskan suatu hal secara rinci. Oleh sebab
itu harus dijelaskan lebih rinci di dalam hadis. Hadis berfungsi sebagai tafsir al-
Qur’an dan menjelaskan al-Quran (mubayyin). Setelah Rasulullah wafat, al-Qur’an
bergerak sendirian tanpa didampingi oleh Rasulullah sebagai mufasir resminya.
Oleh karena itu, muncullah tafsir sahabat disebut tafsir para tabi’in. Karena
jaraknya sudah semakin jauh dengan Rasulullah, sekarang kita membutuhkan
adanya metodologi untuk menafsirkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Al- Qur’an jika dipecah terdiri dari empat kategori:
1. Tarikh, sejarah atau kisah mencakup kisah umat sebelum Rasulullah, dan
kisah kehidupan pada zaman nabi yang juga terjadi di masa sekarang.
2. Akidah dan akhlak, para ulama menafsirkan ayat-ayat tersebut dan
melahirkan ilmu kalam.
3. Ayat-ayat hukum, ulama menafsirkan ayat-ayat ini dan melahirkan ilmu
fiqih. metodologi untuk memahami dan menafsirkan ayat hukum disebut
ushul fiqih.
4. Etika dalam kehidupan
5. Tasawuf (menyucikan jiwa) berasal dari perilaku para sahabat Rasulullah.

Dari tafsir para ulama terhadap ayat-ayat hukum di al-Qur’an melahirkan yang
disebut mazhab. Mazhab fiqih:
1. Mazhab Hanafi: didirikan oleh Imam Abu Hanifah. Berkembang di
Pakistan, Afganistan,
2. Mazhab Maliki: didirikan oleh Imam Malik. Berkembang di Maroko, Al-
Jazair, dan negara-negara Afrika Utara lainnya.
3. Mazhab Syafi’i: didirikan oleh Imam Syafi’i. berkembang di Indonesia,
Malaysia, Brunei Darussalam
4. Mazhab Hambali: didirikan oleh Imam Ahmad bin Hambal. Berkembang di
Arab Saudi

Walaupun terdapat perbedaan tafsir dari para ulama, ahli fiqih, ahli kalam karena
adanya perbedaan dalam penggunaan metode dalil dan perbedaan dalam
memahami dalil, yang terpenting adalah perbedaan pendapat itu didasarkan pada
al-Qur’an dan hadist dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tafsir melahirkan produk dan corak pemikiran yang berbeda. Corak tafsir:
1. Tafsir Ilmi: tafsir terhadap al-Qur’an didasarkan ilmu pengetahuan yang
modern. Contoh: bumi itu bulat atau datar
2. Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i: menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan konteks-
konteks sosial, bagaimana ayat itu diturunkan dan diterapkan.
3. Tafsir Fiqih: menafsirkan ayat-ayat hukum di dalam al-Qur’an, menjadikan
ayat tersebut bercorak legal formalistik.
4. Tafsir Balagi: menafsirkan al-Qur’an dari sudut sastra, yaitu keindahan
diksinya.

Dalam perkembangan modern, sebagian ulama mengembangkan sebuah jenis


penafsiran yang memperhatikan aspek kesetaraan kemanusiaan, laki-laki dan
perempuan, relasi anak dan orang tua, suami dan istri. Menurut Ibnu Qayyim Al-
Jauziyyah, isi dari al-Qur’an adalah keadilan, kebijaksanaan, hikmah
kebiajaksanaan, kemaslahatan. Menurut Izzudin bin Abdissalam, seluruh isi
kandungan al-Qur’an itu adalah kemaslahatan, baik di dunia maupun di akhirat.
Capaian pemikiran dari masa Nabi, tabi’in hingga sekarang (modern) terus
mengalami pengayaan dan merupakan suatu keniscayaan. Setiap 100 tahun akan
muncul orang yang melakukan pembaharuan terhadap Islam untuk melakukan
kontekstualisasi terhadap pikiran Islam sehingga Islam dapat menjangkau seluruh
manusia di setiap zaman dan lokasi.

VTR 2 - Agama dan Sains


Kita berada di era milenial dengan infromsi yang berlimpah. Oleh karena itu kita
perlu memiliki kemampuan untuk menyaring informasi yang kita dapatkan. Dengan
dimikian kita perlu pola pikir atau paradigma untuk menyaringnya supaya dapat
bermanfaat.

Paradigma beragama dan paradigma sains untuk dapat memahami informasi


mengenai agama dan sains hingga bermanfaat. Paradigma adalah pola atau
kerangka berpikir dalam memahami sesautu agar dapat menyimpulkan dengan
baik. Paradigma agama terdiri dari:
- Agama harus merujuk kepada kitab suci Al-Quran. Apapun ajaran islam
harus berdasrkan Al-Quran. Hal ini sesuai dengan Surat An-Nisa ayat 174
yang menunjukkan bukti kebenaran Al-Quran dan juga surat Al-Hijr ayat 9
mengenai jaminan penjagaan kebenaran Al-Quran.
- Agama Merujuk ke sumber yang otoritatif. Berdasarkan surat An-Nisa ayat
59 tentang menaati Allah, Rasul, dan Ulil Amri atau pakar, dan apabila
terdapat perbedaan pendapat maka kembali kepada Allah dan Rasulnya.
- Memahami ayat-ayat Al-Quran secara komprehensif dan holistik.
Komprehensif adalah harus melihat dari seluruh sudut pandang dan holistik
adalah menyeluruh. Surat Ali Imran ayat 7 mengenai adanya ayat-ayat
mukamat dan ayat mutasyabihat dalam Al-Quran. Mukamat merupakan
ayat yang jelas hukumnya dan sering disebut pokok-pokok isi Al-Quran,
contohnya tentang ibadah shalat, berzakat, dan berpuasa. Sementara itu,
ayat mutasyabihat adalah ayat yang harus kaji dalam secara komperhensif
dan holistic untuk dapat dipahami. Oleh karena itu, diperlukan akal untuk
dapat memahami ayat Al-Quran.
- Perlunya akal untuk dapat memahami ayat Al-Quran. Sesuai dengan Surat
Ali Imran ayat 7 dan ditekankan kembali melalui Surat Yunus ayat 100
mengenai kemarahan Allah kepada orang yang tidak menggunakan
Akalnya.
- Seorang muslim harus memberlakukan mekanisme keilmuan untuk
memahami Al-Quran. Hal ini sesuai dengan Surat An-Nahl ayat 125
mengenai anjuran untuk berdakwah dengan mengikuti 3 hal yaitu,
 Belajar dengan penuh hikmah
 Belajar dengan cara dan Teknik pembelajaran yang baik
 Beragumentasilah dalam mempelajari agama

Terdapat 5 perbedaan untuk membandingkan paradigma agama dan sains:


1. Paradigma agama mempelajari kitab suci, sedangkan paradigma sains
mempelajari alam semesta.
2. Agama bersumber dari Allah, Rasul, dan Ulil Amri (pakar di
bidangnya/ilmuwan), sedangkan di sains hanya bersumber dari Ulil Amri
(ilmuwan).
3. Agama menyarankan untuk melakukan kajian secara komprehensif dan
holistik yang mengarah kepada ayat Muhkamat dan Mutasyabihat,
sedangkan sains merujuk kepada kesepakatan para ilmuwan berdasarkan
asumsi (dugaan), hipotesis (rumusan sementara), teori (uji coba), dan
hukum (teori yang telah terbukti).
4. Agama menggunakan akal sehat, sedangkan sains harus mengikuti logis,
rasional, analitik, dan empirik.
5. Agama tidak boleh mengklaim kebenaran karena hanya Allah yang tahu
kebenarannya, sedangkan di sains juga tidak boleh klaim kebenaran karena
sebuah teori akan terus dievalusi.

Al-Qur’an juga mengakui keberadaan realitas alam semesta yang menjadi objek
kajian sains.
1. Ada ayat kauniyah yang jumlahnya sangat banyak, lebih dari 800 ayat yang
bercerita tentang jagat raya dengan segala peristiwa di dalamnya. Lebih
banyak dari jumlah ayat fiqih yang hanya sekitar 150 ayat.
2. Al-Qur’an juga mendorong untuk melakukan penelitian terhadap realitas
alam, misalnya di surat Al-Ghasiyah ayat 17 sampai 20 yang berisi perintah
untuk mengamati, mengobservasi, dan meneliti bagaimana suatu hal yang
ada di dunia ini bisa diciptakan dan terjadi yang jawabannya tidak ada di
Al-Qur’an, melainkan harus melakukan penelitian saintifik.

Dengan begitu, sebenarnya Al-Qur’an tidak saling bertentangan dengan sains,


tetapi malah mendorong umat manusia untuk melakukan kajian yang saintifik. Di
sejarah keemasan islam terdapat banyak ilmuwan, misalnya Ibnu Sina (kedokteran)
yang merupakan seorang ulama dan sangat memahami Al-Qur’an dan menerapkan
dorongan Al-Qur’an untuk meneliti, ada juga Al-Khawarizmi yang menemukan
Matematika dan ada lagi yang bernama Al-Biruni.

Al-Qur’an dan sains bukan dua hal yang harus dipisahkan, tetapi sains itu
menjadi ilmu alat untuk menjelaskan Al-Qur’an karena Al-Qur’an tidak
menjelaskan secara detail tentang makhluk dan ciptaan Allah. Sudut pandang Islam
juga mengatakan bahwa Islam dan sains berada di dalam satu kesatuan serta ilmu
pengetahuan sains merupakan bagian dari agama. Agama dan sains memiliki
paradigmanya masing-masing, tetapi dua kajian ini bukan sesuatu yang terpisah
melainkan harus dipersatukan.

Anda mungkin juga menyukai