Classical Conditioning
Ivan Pavlov, seorang ahli fisiologi pertama kali mencetuskan tentang conditioning.
Dalam classical conditioning, respons manusia atau hewan terkait dengan stimulus baru.
Pavlov menemukan tipe baru dalam pembelajaran, yaitu classical conditioning secara
kebetulan. Penemuan ini terjadi saat ia sedang mempelajari sistem pencernaan. Ia
menemukan bahwa saat aroma makanan semakin dekat maka air liur anjing akan semakin
banyak.
Contoh lain dari extinction and spontaneous recovery dapat terjadi jika kita
terlibat dalam kecelakaan mobil. Setelah kecelakaan itu, mungkin pada awalnya kita
akan sulit untuk kembali mengemudi, atau bahkan kesulitan membuka pintu dan
masuk ke dalam mobil. Saat mendekati mobil, muncul reaksi seperti tangan dan lutut
gemetar, bahkan detak jantung yang meningkat. Setelah beberapa hari, hal tersebut
sudah tidak terlalu mengganggu. Beberapa bulan berlalu dan ketakutan akan mobil
dan kecelakaan itu telah sirna. Suatu hari, beberapa bulan kemudian, muncul reaksi
lagi seperti jantung yang berdetak cepat dan lutut serta tangan yang gemetar. Hal
inilah yang disebut spontaneous recovery d ari reaksi ketakutan.
● Taste Aversions
Operant Conditioning
❏ Reinforcement ( Penguatan)
Penguat primer memenuhi kebutuhan biologis seperti rasa lapar, haus, atau
tidur. Penguat sekunder telah dipasangkan dengan penguat primer dan, melalui
pengkondisian klasik, memperoleh nilai dan penguatan. Dengan pengkondisian,
hampir semua rangsangan dapat memperoleh nilai dan menjadi penguat sekunder.
Uang adalah contoh dari penguat sekunder dalam masyarakat. Uang dikaitkan
dengan membeli makanan atau barang-barang materi. Contoh lain dari penguat
sekunder termasuk pujian, status, dan prestise. Semua ini dikaitkan dengan penguat
utama dan memiliki nilai yang diperoleh, sehingga memperkuat jenis perilaku tertentu
saat digunakan.
● Jadwal Penguatan
Salah satu faktor penting dalam pengkondisian operan adalah waktu dan
frekuensi penguatan. Perilaku yang diperkuat setiap kali itu terjadi dikatakan sebagai
jadwal penguatan yang berkelanjutan. Mungkin banyak yang mengira bahwa perilaku
sebaiknya dipertahankan dengan memperkuat setiap respons. Namun, ketika
penguatan positif terjadi hanya sebentar-sebentar atau sebagian, respons umumnya
lebih stabil dan bertahan lebih lama setelah dipelajari. Seseorang atau hewan yang
terus menerus dikendalikan untuk suatu perilaku cenderung mempertahankan perilaku
itu hanya jika penguatan diberikan. Jika penguatan berhenti, perilaku cepat hilang.
1. Pada jadwal rasio tetap, penguatan bergantung pada jumlah respons tertentu,
seperti memberi penghargaan pada setiap respons keempat. Misalnya, siswa yang
menerima nilai bagus setelah menyelesaikan sejumlah pekerjaan tertentu dan
pegawai yang dibayar setiap 10 pizza yang dibuat. Hal ini membuktikan bahwa
orang cenderung bekerja keras pada jadwal rasio tetap.
2. Jadwal rasio variabel tidak mengharuskan sejumlah respons tetap atau set
dibuat untuk setiap penguatan, seperti dalam jadwal rasio tetap. Sebaliknya,
jumlah respons yang diperlukan untuk penguatan berubah dari satu waktu ke
waktu berikutnya. Contohnya, mesin slot diatur untuk membayar setelah berbagai
upaya menarik pegangan. Karena penguatan tidak dapat diprediksi, biasanya
tidak ada jeda setelah hadiah karena ada kemungkinan hadiah akan muncul pada
respons berikutnya.
3. Pada jadwal interval tetap, tanggapan benar pertama setelah jangka waktu
tertentu diperkuat. Interval waktunya selalu sama. Karena tidak ada penguatan
yang terjadi selama jangka waktu tertentu, apa pun perilakunya, mereka belajar
untuk berhenti merespons segera setelah penguatan diberikan dan kemudian
mulai merespons lagi menjelang akhir interval. Hasilnya adalah periode
ketidakaktifan yang teratur dan berulang diikuti dengan respons singkat.
Misalnya ketika dosen memberikan tes kecil dengan jadwal interval tetap,
kemungkinan besar kita akan tergesa-gesa belajar sehari sebelum ujian tetapi
setelah itu kita belajar lebih sedikit.
4. Pada jadwal interval variabel, waktu di mana penguatan diberikan berubah.
Ketika kita mencoba menelepon teman tetapi salurannya sibuk, kita akan terus
mencoba. Penguat akan diperoleh saat pertama kali kita menelepon dan setelah
teman kita menutup telepon, tetapi kita tidak tahu kapan itu akan terjadi.
● Shaping
❏ Aversive Control
Penguatan mengacu pada apa pun yang meningkatkan frekuensi perilaku
sebelumnya. Konsekuensi yang merugikan, atau tidak menyenangkan, memengaruhi
banyak perilaku kita sehari-hari. Kontrol aversif mengacu pada jenis pengondisian
atau pembelajaran ini. Ada dua cara di mana peristiwa yang tidak menyenangkan
dapat memengaruhi perilaku kita, yaitu negative reinforcement ( penguat negatif) dan
punishment (penghukum).
1. Negative Reinforcement
Dua penggunaan penguatan negatif yang telah dipelajari para psikolog secara
rinci adalah escape conditioning ( pengondisian pelarian) dan avoidance conditioning
(pengondisian penghindaran). Escape conditioning merupakan suatu usaha untuk
menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan. Avoidance conditioning adalah
Contohnya, ketika seorang ibu memasak makanan yang tidak disukai oleh anaknya,
kemudian anaknya menangis. Kondisi anak yang menangis karena ibu memasak
makanan yang tidak disukainya bisa dinamakan dengan avoidance conditioning.
2. Punishment
Social Learning
❏ Behavior Modification
Mengacu pada penerapan sistematis dari prinsip-prinsip pembelajaran untuk
mengubah tindakan dan perasaan seseorang. Modifikasi perilaku melibatkan
serangkaian tahap yang didefinisikan dengan baik untuk mengubah perilaku.
Keberhasilan setiap tahap dievaluasi dengan cermat untuk menemukan solusi yang
terbaik. Biasanya dimulai dengan mendefinisikan masalah secara konkret.
Prinsip-prinsip pemodelan, pengkondisian operan, dan pengkondisian klasik juga
telah digunakan dalam hal modifikasi perilaku. Pemodelan sering digunakan dalam
mengajarkan perilaku yang diinginkan. Pengkondisian operan diterapkan pada
masalah sehari-hari. Pengkondisian klasik berguna untuk mengatasi rasa takut dan
menangani gangguan psikologis.
● Computer-Assisted Instruction
● Token Economies
● Self Control
Self control ialah mengatur sistem penghargaan dan hukuman bagi seseorang
untuk membentuk diri mereka sendiri dari segi pikiran dan tindakan. Langkah
pertama dalam pengendalian diri adalah menentukan masalahnya. Para peneliti
mengatakan bahwa hanya dengan menggunakan langkah ini sering kali sudah bisa
membuat seseorang mengubah dirinya. Langkah selanjutnya yaitu membuat kontrak
perilaku. Kontrak perilaku melibatkan pilihan penguat dan membuatnya bergantung
pada tindakan yang kurang diinginkan tetapi perlu, seperti berangkat kerja tepat waktu
ataupun membersihkan dapur. Contoh lain yaitu misalnya saja seorang pencinta soda
yang kesulitan belajar memutuskan bahwa dia akan mengizinkan dirinya minum soda
hanya setelah dia belajar selama setengah jam. Akibatnya, kecanduan sodanya tetap
kuat, tetapi waktu belajarnya meningkat secara drastis di bawah sistem ini.
● Learned Helplessness
Psikolog telah menunjukkan bahwa strategi pembelajaran umum dapat
mempengaruhi hubungan seseorang dengan lingkungan. Misalnya, jika seseorang
memiliki banyak pengalaman di mana tindakannya tidak berpengaruh, dia mungkin
mempelajari strategi umum ketidakberdayaan atau kemalasan.
Untuk dapat berusaha keras, orang harus belajar bahwa tindakan mereka
berpengaruh. Jika imbalan datang tanpa usaha, seseorang tidak akan pernah belajar
bekerja (belajar kemalasan).
Martin Seligman percaya bahwa ketidakberdayaan yang dipelajari adalah
salah satu penyebab utama depresi. Dia beralasan bahwa ketika orang tidak dapat
mengontrol peristiwa dalam hidup mereka, mereka umumnya merespons dengan salah
satu cara berikut: (1) mereka mungkin kurang termotivasi untuk bertindak dan dengan
demikian berhenti mencoba; (2) mereka mungkin mengalami rasa harga diri yang
rendah dan berpikir negatif tentang diri mereka sendiri; atau (3) mereka mungkin
merasa tertekan..
Seligman mengidentifikasi tiga elemen penting dari learned helplesness:
stabilitas, globalitas, dan internalitas.
❏ Modeling ( Pemodelan)
Jenis pembelajaran sosial yang kedua adalah pemodelan. Saat pertama kali
menonton konser, Anda mungkin ragu-ragu ke mana harus pergi, kapan harus masuk
(terutama jika terlambat), kapan harus bertepuk tangan, bagaimana cara mendapatkan
kursi yang lebih baik setelah istirahat pertama, dan seterusnya. . Jadi Anda mengamati
orang lain, mengikuti mereka. Ini menggambarkan jenis pembelajaran ketiga —
observasi dan peniruan.
Istilah umum untuk pembelajaran semacam ini adalah modeling. Ini mencakup
tiga jenis efek. Dalam kasus yang paling sederhana — jenis pemodelan pertama —
perilaku orang lain hanya meningkatkan kemungkinan kita akan melakukan hal yang
sama.
Jenis pemodelan kedua biasanya disebut pembelajaran observasi, atau imitasi.
Dalam pembelajaran semacam ini, seorang pengamat mengamati seseorang
melakukan suatu perilaku dan kemudian dapat mereproduksinya dengan cermat,
meskipun pengamat tidak dapat melakukan ini sebelum mengamati model tersebut.
Jenis pemodelan ketiga melibatkan disinhibition (ketidakmampuan orang
dalam mengendalikan perilaku). Ketika seorang pengamat melihat orang lain terlibat
dalam aktivitas yang mengancam tanpa dihukum, pengamat mungkin akan lebih
mudah untuk terlibat dalam perilaku itu nanti. Misalnya, seseorang dengan fobia ular
mungkin melihat orang lain memegang ular. Pengamatan semacam itu dapat
membantu meringankan fobia. Prosedur ini digunakan dalam pekerjaan klinis.
Biological and Cultural Factors in Learning
❏ Biological Factors
● Instinctive Drift
Beberapa orang belajar dengan mudah dalam satu situasi tetapi mengalami
kesulitan belajar dalam keadaan yang sedikit berbeda. Kesulitan mungkin diakibatkan
bukan dari beberapa aspek situasi pembelajaran kecenderungan. Kesiapsiagaan
biologis adalah spesies-spesifik kecenderungan untuk belajar dengan cara tertentu
tetapi tidak dengan cara lain.
❏ Cultural Factors