TEORI BELAJAR
Oleh :
Kelompok 8
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
BAB I
PENGANTAR
Istilah teori belajar mencakup dua kata yang bermakna, yaitu teori dan
belajar. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu secara sadar
untuk mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang awalnya tidak tahu menjadi
tahu, dari yang tidak memiliki sikap menjadi bersikap sesuai dengan norma,
maupun dari yang tidak terampil menjadi terampil dalam melakukan sesuatu.
Proses belajar tidak hanya sekedar memetakan dan memperluas pengetahuan atau
informasi yang telah didapatkannya, tetapi juga berfokus pada bagaimana proses
ini dapat melibatkan individu secara aktif untuk menciptakan hasil proses belajar
yang diterimanya menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat terutama bagi masa
depan individu tersebut. Dengan kata lain, proses belajar atau dapat disebut juga
sebagai pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu untuk
belajar, berinteraksi, dan berkesinambung dengan sumber belajar yang turut
dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu tersebut tinggal.
Menurut Nahar (2016), ia menyinggung bahwa Thorndike mengemukakan
versinya sendiri terkait belajar, yaitu proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus merupakan suatu hal yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Sementara itu, respons adalah reaksi yang dimunculkan individu ketika
proses belajar dapat berupa pikiran, perasaan, dan gerakan atau tindakan. Dari
definisi teori belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori belajar adalah suatu
teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar
antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan
di kelas maupun di luar kelas.
Terdapat beberapa pandangan mengenai teori belajar yang berpendapat
bahwa perilaku terbentuk dari lingkungan atau stimulus dari luar, di antaranya
adalah classical conditioning milik Pavlov, operant conditioning milik Skinner,
serta observational learning milik Bandura. Dalam upaya kami untuk
mengimplementasikan salah satu teori belajar tersebut, kami melakukan
psikoedukasi terkait classical conditioning milik Pavlov melalui video penerapan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
● Extinction
Stimulus yang sudah terkondisi tidak akan bertahan lama jika CS tidak
diikuti oleh US selama masih diberikan US dan dipasangkan dengan CS respons
akan tetap ada . Pavlov menemukan meskipun dia bisa membuat lampu menjadi
stimulus untuk memunculkan air liur pada anjing. Namun jika dia menyalakan
lampu dalam beberapa percobaan tanpa memberikan makanan lagi maka akan
mulai kehilangan efeknya. Air liur yang dihasilkan semakin sedikit, bahkan
sampai tidak ada sama sekali di titik ini terjadi Extinction (kepunahan).
● Stimulus generalization
Meskipun sebuah refleks sudah dikondisikan CS hanya untuk satu
stimulus, namun bukan hanya stimulus itu saja yang bisa memunculkan Suatu
respons. Respons juga bisa bangkit karena sejumlah stimulus serupa tanpa ada
pengkondisian lebih jauh. Sebagai contoh , seekor anjing yang telah dikondisikan
CS untuk mengeluarkan air liur terhadap bunyi lonceng nada tertentu. Namun
ketika dibunyikan lonceng dengan nada yang berbeda anjing akan tetap merespon
mengeluarkan air liur. Kemampuan mengenali stimulus untuk menghasilkan
respons beragam menurut derajat kemiripan dengan stimulus awal yang
dikondisikan (CS orisinil). Pavlov percaya bahwa kita dapat mengenali stimulus
karena proses fisiologis yang dinamai dengan pemancaran (irradiation). Stimulus
dikondisikan akan merangsang bagian tertentu di otak yang kemudian memancar
dan menyebar ke wilayah otak yang lain. Suatu makhluk mengadakan
generalisasi, maka akan melakukan pemilahan.
● Discrimination
Pemilahan Ditimbulkan melalui penguatan dan pelemahan yang selektif.
Discrimination berlaku jika individu dapat membedakan antara rangsangan yang
dikondisikan dan memilih untuk bertindak atau bergerak balas. Generalisasi
stimulus secara bertahap membuka jalan bagi proses pembedaan.
Jika anjing dibiarkan mendengar suara bel berbeda nada tanpa menyajikan
makanan di hadapannya, maka anjing akan mulai merespons dengan lebih selektif,
membatasi respon nya hanya kepada nada yang paling mirip dengan CS orisinil.
● Higher order conditioning
Pavlov menunjukkan bahwa memungkinkan untuk mengkondisikan
organisme secara solid kepada CS tertentu, maka ia bisa menggunakan CS tersebut
untuk menciptakan hubungan dengan stimulus lain yang masih netral.
Dalam sebuah eksperimen Pavlov melatih anjing mengeluarkan air liur
terhadap bunyi bel yang disertai makanan, kemudian memasangkan bel dengan
sebuah papan hitam. Setelah beberapa percobaan , dengan melihat papan hitam
saja anjing bisa mengeluarkan air liurnya. Ini disebut pengkondisian tingkat dua.
Pavlov menemukan bahwa dalam beberapa kasus bisa menciptakan pengkondisian
pengkondisian sampai tingkat-tiga.
● Feelings
Skinner percaya bahwa emosi atau perasaan dapat dipahami jika
melihatnya sebagai hasil dari pengendalian lingkungan. Tidak ada gunanya
jika kita terus menganggap emosi dan perasaan sebagai penyebab
munculnya tindakan atau perilaku. Karena jika kita ingin memahami
penyebab perilaku seseorang, maka kita harus melihat konsekuensi masa
lalu dari perilakunya.
● Drives
Menurut Skinner, dorongan seperti rasa lapar atau haus, tampaknya
merujuk pada peristiwa-peristiwa atau tindakan internal yang memotivasi
sebuah perilaku. Skinner berpendapat, bahwa kita tidak perlu menganggap
drive sebagai bagian dari kondisi atau keadaan internal, baik secara mental
maupun fisiologis.