Anda di halaman 1dari 34

Group 1

LEARNING THEORIES
OF PAVLOV, SKINNER,
THORNDIKE
OUR MEMBERS:

GINTA GALBI SALSABILA RAHMAWATI EVI PERMATA SARI ISMI AULIA RACHMANI
2113042002 2113042014 2113042028 2113042068
https://www.belajardanpembelajaran.co.id.

Pavlov's
Theory
Pavlov's Theoretical
Concept
Pada dasarnya classical conditioning merupakan sebuah mekanisme penciptaan
refleks baru menggunakan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya
refleks tersebut (Terrace, 1973). Pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini
termasuk pada Teori Behaviorisme, Behaviorisme adalah teori yang menyatakan
bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang harus diamati, bukan
dengan proses mental.Pembiasaan klasik adalah tipe pembelajaran dimana
suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam
pembiasaan klasik, stimulus netral (misalnya melihat seseorang) diasosiasikan
dengan stimulus yang bermakna (misalnya makanan) dan mengakibatkan
kapasitas untuk mengeluarkan kapasitas yang sama.
Pavlov's Experiment
Adapun langkah-langkah eksperimen yang dilakukan Pavlov sebagai berikut :
1.Anjing dioperasi kelenjar lidahnya sehingga memungkinkan penyelidik mengukur
dengan teliti air ludah yang keluar dengan menggunakan pipa sebagai respons
terhadap perangsang makanan (berupa serbuk daging) yang disodorkan ke
mulutnya.
Eksperimen ini diulang beberapa kali hingga akhirnya diketahui bahwa air liur
sudah keluar sebelum makanan sampai ke mulut. Artinya, air liur telah keluar saat
anjing melihat piring tempat makanan, melihat orang yang biasa memberi makan
bahkan saat mendengar suara langkah kaki orang yang biasa memberi makan.
Dengan demikian, keluarnya air liur karena ada perangsang makanan merupakan
suatu yang wajar.
Pavlov's Experiment
Melalui eksperimen ini, Pavlov ingin mengetahui proses terbentuknya refleks bersyarat melalui
penyelidikan mengenai fungsi otak secara tidak langsung.

2. Dalam usahanya memahami fungsi otak, Pavlov mengulangi eksperimen seperti di atas
dengan berbagai variasi. Adapun langkah-langkah eksperimennya adalah:
a.Anjing dibiarkan lapar, Pavlov membunyikan metronom dan anjing mendengarkannya
dengan sungguh-sungguh. Variasi lain adalah dengan menyalakan lampu dalam kamar
gelap dan anjing memperhatikan lampu menyala. Setelah metronom berbunyi atau lampu
menyala selama 30 detik, makanan (serbuk daging) diberikan dan terjadilah refleks
pengeluaran air liur.
b.Percobaan tersebut, baik dengan membunyikan metronom ataupun menyalakan lampu,
diulang berkali-kali dengan jarak 15 menit.
c.Setelah diulang 32 kali, bunyi metronom atau nyala lampu selama 30 detik dapat
menyebabkan keluarnya air liur dan semakin tambah deras jika makanan diberikan.
Pavlov's Experiment
3.Ekperimen-eksperimen Pavlov berikutnya ditujukan untuk mengetahui apakah refleks bersyarat
yang telah terbentuk dapat hilang atau dihilangkan. Melalui semua eksperimennya, Pavlov
menyimpulkan bahwa refleks yang telah terbentuk dapat hilang atau dihilangkan dengan jalan :
a.Refleks bersyarat yang telah terbentuk dapat hilang apabila perangsang atau signal yang
membentuknya telah hilang. Hal ini dapat disebabkan perangsang atau signal yang selama ini
dikenal telah dilupakan atau tidak pernah digunakan kembali
b.Refleks bersyarat bisa dihilangkan dengan melakukan persyaratan kembali (reconditioning).
Caranya seperti pada eksperimen kedua. Misalnya, bunyi metronom yang dipakai sebagai
signal telah berhasil menciptakan refleks bersyarat. Kemudian, bunyi metronom tidak digunakan
kembali dan diganti dengan nyala lampu. Dalam waktu yang cukup lama, jika metronom
dibunyikan kembali, tidak akan mengakibatkan refleks bersyarat karena sekarang refleks
bersyarat muncul jika ada nyala lampu.
4. Eksperimen lain Pavlov bertujuan mengetahui kemampuan hewanpada membedakan
beragam perangsang supaya menolong kemajuan studi ilmiah mengenai belajar.
Pavlov's Laws of Classical
Conditioning Learning Theory
Dalam eksperimen Pavlov menemukan dua macam hukum yang berbeda, yaitu law of
respondent conditioning (hukum pembiasaan yang dituntut) dan law of respondent
extinction (hukum pemusnahan yang dituntut).
Law of respondent conditioning adalah jika dua macam stimulus dihadirkan secara
simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforce) maka refleks ketiga yang
terbentuk dari respons atas penguatan refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
Kedua stimulus tersebut adalah CS dan US, sedangakan refleks ketiga adalah antara
CS dan CR. Sebaliknya, law of respondent extinction adalah jika refleks yang sudah
diperkuat melalu respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan penguat, maka kekuatannya akan menurun.
Para peneliti sering mwmbuat stimulus netral bersamaan dengan stimulus bersyarat
atau berbeda beberapa detik selisih waktu pemberiannya dan segera menghentikan
secara setempat. Prosedur ini akan menghasilkan respons bersyarat.
Principles of Classical
Conditioning in learning
Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan atau
mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan
perangsang yang lebih lemah.

Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan


lingkungan.

Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme atau


individu.

Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.

Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
Application of learning the
principles of classical
conditioning
Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
belajar, misalnya : mengadakan kegiatan membaca menyenangkan dengan
menciptakan ruang membaca yang nyaman dan enak serta menarik.

Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang


mencemaskan atau menekan, misalnya : jika siswa takut berbicara didepan
kelas, mintalah siswa untuk membacakan sebuah laporan di depan kelompok
kecil sambal duduk ditempat, berikutnya berdiri. Setelah dia terbiasa,
mintalah dia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di kelas.

Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap


situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan
secara tepat, misalnya : meyakinkan siswa yang cemas ketika ujian akhir
sekolah bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes akademik lain yang pernah
mereka lakukan.
The advantages of classical
conditioning theory

Pada saat individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya, akan memudahkan pendidik dalam melakukan
pembelajaran terhadap anak didik tersebut.
Weaknesses of classical
conditioning theory

Jika metode ini dilakukan secara terus-menerus maka dikhawatirkan murid akan
memiliki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Padahal seharusnya peserta didik memiliki stimulus dari dalam dirinya sendiri
dalam melakukan kegiatan belajar.
https://www.belajardanpembelajaran.co.id.

Skinner's
Theory
Concept of Operant
Conditioning Theory
Pada dasarnya classical conditioning merupakan sebuah mekanisme penciptaan
refleks baru menggunakan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya
refleks tersebut (Terrace, 1973). Pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini
termasuk pada Teori Behaviorisme, Behaviorisme adalah teori yang menyatakan
bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang harus diamati, bukan
dengan proses mental.Pembiasaan klasik adalah tipe pembelajaran dimana
suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam
pembiasaan klasik, stimulus netral (misalnya melihat seseorang) diasosiasikan
dengan stimulus yang bermakna (misalnya makanan) dan mengakibatkan
kapasitas untuk mengeluarkan kapasitas yang sama.
Learning Principles developed
by Skinner
a.Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberipenguat.

b.Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

c.Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

d.Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

e.Dalam prosespembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perludiubah,


untuk menghindari adanya hukuman.

f.Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah,dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengandigunakannya jadwal variablerasio reinforce.

g.Dalampembelajaran, digunakan shaping.


Experiments conducted by
Skinner
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah
peti yang disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu
manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan.
Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan
reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana
kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah
laku tikus yang demikian disebut dengan ‘’ emmited behavior ” (tingkah laku yang terpancar), yakni
tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa memedulikan stimulus tertentu. Kemudian salah satu
tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan
pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforce bagi tikus yang disebut dengan tingkah laku
operant yang akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa butiran-
butiran makanan kedalam wadah makanan.
The laws of learning from the
results of experiments
carried out
Dari eksperimen yang dilakukan Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpatimenghasilkan hukum-hukum belajar,diantaranya :

a.Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilakudiiringi dengan


stimulus penguat, maka kekuatan perilakutersebut akan meningkat.

b.Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Application of Skinner's
Theory in Learning
Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.

Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.

Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem
modul.

Tes lebih ditekankan untukkepentingan diagnostik.

Dalam proses pembelajaran lebihdipentingkan aktivitas sendiri.

Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.


Application of Skinner's
Theory in Learning
Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.

Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.

Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).

Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakinmeningkat mencapai tujuan.

Dalam pembelajaran sebaiknya digunakanpembentukan (shaping).

Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.

Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.

Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena
tiap anak berbeda-beda iramanya.Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas
guru berat, administrasi kompleks.
The advantages of Skinner's
Theory

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukungdengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehinggadimungkinkan akan
meminimalkan terjadinya kesalahan.
Weaknesses of Skinner's
Theory
1)Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap;analisa yang
berhasilbergantung pada keterampilan teknologis

2) Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai


ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang
sebuah kedisiplinan. Hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-
mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi
semakin berat. Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa.
Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi
dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan
merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik
seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada
siswa.
https://www.belajardanpembelajaran.co.id.

Thorndike's
Theory
Learning Concepts According
to Thorndike
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di dominasi oleh pengaruh dari
Thorndike (1874-1949) teori belajar Thorndike di sebut “ Connectionism” karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering
juga disebut “Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat bagi stimulus
tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku
beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.
Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edwar L. Thorndike
berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen ini menggunakan
hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike (1949), belajar dapat dilakukan dengan
mencoba-coba. (trial and error). Mencoba-coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu
bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu.Dalam mencoba-coba ini seseorang
mungkin akan menemukan respon yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.
Thorndike's experiments
Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang
dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa
sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar
tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (teka-teki) itu merupakan situasi
stimulus yang merangsang kecil untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang
ada di muka pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakardan berlari-larian, namun
gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada di depannya. Akhirnya, entah
bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu
sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian terkenal dengan nama instrumental
conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong)
untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.
Thorndike's experiments
Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan
antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond Theory”
dan “S-R Psycology of learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan “Trial and Error
Learning”. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam
mencapai suatu tujuan. Apabila kita perhatikan secara seksama dalam eksperimen Thorndike
tadi akan kita dapati 2 hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena belajar.
Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah tentu tidak akan
berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan tidur saja dalam puzzle box yang
mengurungnya. Dengan kata lain, kucing itu tidak akan menampakkan gejala belajar untuk
keluar. Sehubung dengan hal ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar)
merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.
Thorndike's experiments

Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box, merupakan efek positif atau
memuaskan yang dicapai oleh respon dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum belajar
yang disebutlaw of effect. Artinya, jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan,
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan
(mengganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respon
tersebut.
Percobaan yang dilakukan berulang-ulang maka akan terlihat beberapa perubahan yaitu :
1). Waktu yang diperlukan untuk menyentuh engsel bertambah singkat.
2). Kesalahan-kesalahan (reaksi yang tidak relevan) semakin berkurang dan malah akhirnya
kucing sama sekali tidak berbuat kesalahan lagi, begitu dimasukkan ke dalam kotak, kucing
langsung menyentuh engsel.
The Fundamental Laws of
Learning Discovered by
Thorndike
a. Hukum latihan (law of exercise). Jika seseorang mengulang-ulang respon yang sama
terhadap stimulus tertentu, maka akan memperkuat hubungan antara respon dengan stimulus.
Sebaliknya, jika respon tersebut tidak digunakan, maka hubungannya dengan stimulus
semakin lemah. Tetapi lemah dan kuatnya. hubunganantara R dengan S tersebut bergantung
kepada memuaskantidaknya respon yang diberikan. Implikasi hukum ini adalah, bahwa
dalam belajar dimulai dari tingkatan yang mudah ke sukar, dari yang sederhana ke kompleks.
Jika koneksi yang sudah terbentuk itu jarang atau tidak pernah lagi dipraktekkan, maka
koneksi itu akan melemah, dan akhirnya hilang.
b. Hukum kesiapan (law of readiness). Jika seseorang siap melakukan sesuatu, kemudian ia
melakukannya, maka ia puas. Sebaliknya, jika seseorang siap. melakukan, tetapi tidak
melakukannya, maka ia tidak puas. Implikasi dari hukum ini adalah bahwa: motivasi sangat
penting dalam belajar sebab pemuas yang antara lain berupa terpenuhinya motif-motif
seseorang menjadikan seseorang belajar berulang-ulang
The Fundamental Laws of
Learning Discovered by
Thorndike

c. Hukum akibat (law of effect). Jika hubungan antara R dan S memuaskan maka tingkatan
penguatannya kian besar. Tetapi jika hubungan antara R dan S tidak memuaskan maka
tingkatan penguatannya kian lemah. Implikasinya adalah: Kebenaran bagi diadakannya
eksperimentasi dalam belajardan orang cenderung mengulang respon yang memuaskandan
menghindari responyang tidak memuaskan.
Thorndike's Learning
Principles

a.Pada saat seseorang berhadapan dengan sebuah situasi yang termasuk baru
berbagai ragam respon ia lakukan. Respon tersebut ada kalanya berbeda-beda
sampai yang bersangkutan memperoleh respon yang benar (adanya respon yang
dipelajari). Contoh: pertama kenal seseorang akan muncul berbagai respon:
sombong, pendiam, namun setelah kenal dekat akan muncul respon yang benar.

b.Apa yang ada pada diri seseorang baik itu berupa pengalaman, kepercayaan,
sikap dan hal lain yang ada pada dirinya turut menentukan tercapainya tujuan
yang ingin dicapai (adanya tujuan yang ingin dicapai). Contoh: pergi/memilih
dokter bergantung pada kepercayaan kita terhaadap dokter itu dan
pengalaman orang lain yang cocok dengan dokter tersebut.
Thorndike's Learning
Principles

c. Pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untuk mengadakan seleksi


terhadap unsur- unsur penting dari yang kurang/tidak penting hingga akhirnya
dapat menentukan respon yang tepat (seleksi respon).

d. Orang cenderung memberi respon yang sama terhadap situasi yang sama
(adanya respon yang sama).

e. Orang cenderung mengadakan assosiative shifting, ialah menghubungkan


respon yang ia kuasai dengan situasi tertentu tatkala menyadari bahwa respon
yang ia kuasai dengan situasi tersebut mempunyai hubungan(adanya hubungan
respon).
Thorndike's Learning
Principles
c. Pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untuk mengadakan seleksi terhadap
unsur- unsur penting dari yang kurang/tidak penting hingga akhirnya dapat menentukan
respon yang tepat (seleksi respon).

d. Orang cenderung memberi respon yang sama terhadap situasi yang sama (adanya
respon yang sama).

e. Orang cenderung mengadakan assosiative shifting, ialah menghubungkan respon yang


ia kuasai dengan situasi tertentu tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan
situasi tersebut mempunyai hubungan(adanya hubungan respon).

f. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya relatif lebih mudah untuk dipelajari
(adanya concept shifting).
Application of Thorndike's
Theory in Learning
Menurut Thorndike penerapan yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut:
1.Sebelum memulai proses belajar mengajar, pendidik harus memastikan siswanya siap mengikuti
pembelajaran tersebut. Jadi setidaknya ada aktivitas yang dapat menarik perhatian siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2.Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupa pembelajaran yang berulang terhadap penyampaian
materi dan latihan, hal ini dimaksudkan agar materi lampau dapat tetap diingat oleh siswa.
3.Dalam proses belajar, pendidik hendaknya menyampaikan materi dengan cara yang menyenangkan,
contoh dan soal latihan yang diberikan tingkat kesulitannya bertahap, dari yang mudah sampai yang
sulit. Hal ini agar siswa mampu menyerap materi yang diberikan.
4.Materi yang diberikan kepada peserta didik harus ada manfaatnya untuk kehidupan anakkelak setelah
dari sekolah.
5.Thorndike berpendapat, bahwa cara mengajar yang baik bukanlah mengharapkan murid tahu bahwa
apa yang telah diajarkan, tetapi guru harus tahu apa yang hendak diajarkan. Dengan ini guru harus tahu
materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan dan kapan harus memberi hadiah atau
membetulkan respon yang salah.
The advantages of
Thorndike's Theory
Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan,
anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan
adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadilebih memiliki
kemauandalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error dalam teori ini orang yang
bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya sehingga orang
akan terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya.

Teori ini mengarahkan anak untuk berfikir linier dan konvergen. Belajar merupakan
proses pembentukan atau shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai
target tertentu membantuguru dalam menyelesaikan indikator pembelajaran
Matematika.
Weaknesses of Thorndike's
Theory
Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadisekedar
hubungan antarastimulus dan respon.

Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubunganamtara stimulus dan respon
ini dan tidak dapat menjawabhal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang
diberikan denganresponnya.

Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan.
Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu
dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.

Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang
dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan – latihan, atau ulangan –
ulangan yang terus – menerus.

Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu yang
pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang pokok dalam belajar

Anda mungkin juga menyukai