Jika kita melihat atraksi dalam sebuah sirkus, seekor gajah atau singa atau lumba-
lumba, bisa berdiri atau berputar-putar hanya dengan ayunan tangan seorang pawang,
ketahuilah bahwa itu melalui proses during conditioning yang berulang-ulang.
Demikan halnya dengan manusia, manusia dapat dikondisikan sedimikan rupa.
Pengulangan dan latihan pada tahapan during conditioning digunakan agar perilaku
yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
belajar Pavlov adalah terbentuknya perilaku yang diinginkan sehingga menjadi
sebuah kebiasaan.
Secara umum, teori belajar Pavlov sangat cocok dipraktekkan pada pembelajaran
yang mengandung unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks dan daya tahan,
seperti percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer,
berenang dan olahraga. Juga dapat diterapkan untuk anak yang masih memerlukan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi, gemar meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti permen dan pujian.
Teori Skinner
Teori belajar Skinner didasarkan atas gagasan bahwa belajar adalah fungsi perubahan
perilaku individu secara jelas. Perubahan perilaku tersebut diperoleh sebagai hasil
respon individu terhadap kejadian (stimulus) dari lingkungan. Penelitian yang
dilakukan Skinner dipengaruhi oleh percobaan Pavlov dan ide-ide John Watson
(bapak behaviorisme). Salah satu hasil penelitiannya yang terkenal adalah kotak
Skinner (Skinner’s Box). Ketertarikan Skinner terhadap perilaku individu terletak
pada stimulus-respon (SR) yang dihasilkan.
Penguatan merupakan unsur terpenting dari teori SR Skinner. Penguatan stimulus
diberikan berulang-ulang agar dapat memperkuat respon yang dikehendaki. Sehingga
perilaku individu dikontrol oleh penguatan stimulus yang mengikutinya. Ukuran
perilaku individu yang terpenting adalah tingkatan atau kecepatan responnya. Perilaku
individu yang diamati Skinner agak berbeda dengan perilaku yang diamati dalam teori
behaviorisme sebelumnya (Pavlov, Thorndike, Hull).
Dalam teori behaviorisme Skinner, dikenal istilah responden dan operan. Responden
merupakan respon-respon individu yang secara otomatis diperoleh melalui stimulus
yang sudah dikenal dan relatif tetap. Sedangkan dalam pengkondisian operan,
stimulus awal tidak selalu dapat diketahui, individu hanya sekedar memunculkan
respon-respon yang dikontrol oleh penguatan stimulus yang mengikutinya. Menurut
Skinner, perilaku operan lebih berperan dalam kehidupan manusia disbanding
perilaku responden. Hal inilah yang mendasari teori Skinner tenang pengkondisian
operan (operant conditioning).
Memuji murid yang tenang di kelas di depan anak-anak lainnya, sehingga yang
lain ingin mendapatkan apresiasi yang sama. Cara ini biasanya efektif
dipraktikkan di kelas pendidikan anak usia dini (PAUD)
Saat ada murid yang aktif di kelas dan guru mengatakan bahwa murid tersebut
tidak perlu mengerjakan PR karena ia sudah berpartisipasi aktif, maka murid akan
belajar konsekuensi positif dari menjadi murid yang aktif di kelas.
Melatih hewan peliharaan dengan memberikannya makanan setiap ia menuruti
perintah yang diberikan
Menghukum anak dengan mengambil gadgetnya karena ia tidak juga
membersihkan kamarnya yang kotor dan berantakan.
Apabila hukuman tersebut tidak berhasil membuat anak menjadi lebih tertib,
maka Anda bisa menggantinya dengan pendekatan yang lebih positif.Misalnya,
janjikan hadiah atau reward dengan menambah waktu main gadgetnya sesuai
dengan keberhasilannya dalam membersihkan kamar. Jadi jika ia bisa
membersihkan kamarnya selama 10 menit, maka Anda juga akan menambah
waktu main gadgetnya selama 10 menit juga.
Nama Teori:
Pengembangan teori
1. Penerapan teori pavlov ,Yang terpenting dalam belajar di kelas menurut teori ini
adalah adanya latihan dan pengulangan materi belajar ataupun soal soal secara
terus menerus sehingga siswa yang ada di kelas menjadi terbiasa. Contoh situasi
percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu
istirahat atau waktu pulang.
2. Penerapan teori Skinner : dan dalam hal ini hukum teori skinner yang cocok
dipakai dalam semua kelas adalah : korelasi fisiologis dari perilaku. Dia percaya
bahwa kejadian behavioral harus dideskripsikan dalam term hal-hal yang
langsung memengaruhi perilaku.
FASE MOTIVASI
“HARAPAN”
FASE PENGENALAN
“PERHATIAN : Persepsi Selektif”
FASE PEROLEHAN
“KODING, MULAI PENYIMPANAN”
FASE RETENSI
“PENYIMPANAN MEMORI”
FASE PEMANGGILAN
“PEMANGGILAN”
FASE GENERALISASI
“TRANSFER”
FASE PENAMPILAN
“PEMBERIAN RESPON”
1. Fase Motivasi
Siswa yang belajarharus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan bahwa belajar
akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa
informasi akan tentang suatu pokok bahasan, akan memenuhi keingintahuan mereka
dan kan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh nilai
yang lebih baik.
2. Fase Pengenalan
Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu
kejadian instruksional jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan
aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru atau tentanggagasan-gasan
utama buku teks. Guru dapat memfokuskan perhatian terhadap informasi yang
penting dengan berkata, misalnya: “Dengarkan kedua kata yang Ibu katakan,
apakahada perbedaannya?”. Bahan-bahan tertulis dapat juga diperlakukan demikian
dengan menggaris-bawahi kata atau kalimat tertentu atau memberikan garis besarnya
untuk setiap bab.
3. Fase Perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, ia telah siap menerima pelajaran.
Informasi tersebut diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan
informasi yang telah ada dalam memori siswa. Siswa dapat membentuk gambaran
mental informasi itu atau membentuk asosiasi antara informasi baru dan informasi
lama. Menurut Ausubel, guru dapat memperlancar proses ini dengan penggunaan
pengaturan-pengaturan awal dengan membiarkan para siswa melihat atau
memanpulasi benda-benda dengan menunjukkan hubungan-hubungan antara
informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.
4. Fase Retensi
Informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali, praktik,
elaborasi,atau lain-lainnya.
5. Fase Pemanggilan
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori
jangka panjang. Jadi bagian penting dalam belajarialah belajar memperoleh hubungan
dengan apa yang telah kita pelajari, untuk memanggil informasi yang telah dipelajari
sebelumnya. Hubungan dengan informasi ditolong oleh organisasi:materi yang diatur
dengan baik dengan mengelompokkan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep,
lebih mudah dipanggil daripada materi yang disajikan tidak teratur. Pemanggilan juga
dapat ditolongdengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, khususnya
antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks
dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada situasi-
situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan
meminta para siswa menggunakaninformasi dalam keadaan baik, misalnya meminta
para siswa menggunakanketerampilan-keterampilan berhitung baru untuk
memecahkan masalah-masalah nyata.
7. Fase Penampilan
Para siswa harus memperlihatkan, bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui
penampilan yang tampak. Misalnya, setelah mempelajari bagaimana menggunakan
busur derajat dalam pelajaran matematika, para siswa dapat mengukur besar sudut.
Setelah mempelajari penjumlahan bilangan bulat, siswa dapat menjumlahkandua
bilangan yang disebutkan oleh temannya.
8. Fase Umpan Balik
Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, yang
menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Umpan balik ini dapat memberikan reinforsemen pada mereka untuk penampilan
yang berhasil.