Anda di halaman 1dari 9

1. A.

Gambaran Teori Pavlov dan Skinner


Teori Pavlov
Ivan Pavlov. Ia terkenal dengan teori pengkondisian klasik (classical conditioning).
Teori tersebut ditemukan Pavlov secara kebetulan pada tahun 1980-an.
Pada saat itu, ia melakukan percobaan pada seekor anjing, yang kelak percobaan
tersebut diterapkan pada manusia. Sebagaian besar percobaan memang dilakukan
pada hewan, karena menurut Pavlov binatang dengan manusia memiliki beberapa
kesamaan. Diantara kesamaan itu menurut Thorndike ada pada proses belajar.
Ada empat tahapan dalam pengkondisian klasik (classical conditioning).
 Yang pertama adalah ketika seekor anjing diberi makan, maka respon yang
terjadi adalah anjing mengeluarkan air liur.
 Tahapan Kedua anjing tadi diperdengarkan bel di depannya, maka respon yang
terjadi adalah anjing hanya terdiam, tidak mengeluarkan liur.
 Tahapan ketiga, anjing diberikan makan dan diperdengarkan bel secara
bersamaan, maka respon yang didapat adalah anjing mengeluarkan air liur.
 Tahapan terakhir atau keempat, anjing hanya diperdengarkan bel di depannya,
dan respon yang didapat adalah anjing mengeluarkan liurnya.

 Gambar pertama menjelaskan tahapan Before Conditioning, Yaitu ketika


anjing diberi makan, seekor anjing akan dengan sendirinya mengeluarkan air
liur, walaupun tanpa ada pengkondisian sebelumnya.
 Gambar kedua juga masih pada tahapan Before Conditioning. Yakni ketika
seekor anjing dibunyikan sebuah bel. Maka anjing tidak merespon dan tidak
mengeluarkan air liur.
 Gambar ketiga yaitu tahapan During Conditioning.  Menggambarkan keadaan
bahwa ketika anjing dibunyikan sebuah bel disertai sebuah makanan, maka
anjing akan mengeluarkan liurnya.
 Gambar terakhir adalah tahapan After Conditioning, yaitu ketika tahapan
during conditioning dilakukan berulangkali  maka ketika dibunyikan sebuah
bel tanpa disertai sebuah makanan, anjing akan dengan sendirinya
mengeluarkan air liur.

Jika kita melihat atraksi dalam sebuah sirkus, seekor gajah atau singa atau lumba-
lumba, bisa berdiri atau berputar-putar hanya dengan ayunan tangan seorang pawang,
ketahuilah bahwa itu melalui proses during conditioning yang berulang-ulang.
Demikan halnya dengan manusia, manusia dapat dikondisikan sedimikan rupa.
Pengulangan dan latihan pada tahapan during conditioning digunakan agar perilaku
yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
belajar Pavlov adalah terbentuknya perilaku yang diinginkan sehingga menjadi
sebuah kebiasaan.
Secara umum, teori belajar Pavlov sangat cocok dipraktekkan pada pembelajaran
yang mengandung unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks dan daya tahan,
seperti percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer,
berenang dan olahraga. Juga dapat diterapkan untuk anak yang masih memerlukan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi, gemar meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti permen dan pujian.

Teori Skinner
Teori belajar Skinner didasarkan atas gagasan bahwa belajar adalah fungsi perubahan
perilaku individu secara jelas. Perubahan perilaku tersebut diperoleh sebagai hasil
respon individu terhadap kejadian (stimulus) dari lingkungan. Penelitian yang
dilakukan Skinner dipengaruhi oleh percobaan Pavlov dan ide-ide John Watson
(bapak behaviorisme). Salah satu hasil penelitiannya yang terkenal adalah kotak
Skinner (Skinner’s Box). Ketertarikan Skinner terhadap perilaku individu terletak
pada stimulus-respon (SR) yang dihasilkan.
Penguatan merupakan unsur terpenting dari teori SR Skinner. Penguatan stimulus
diberikan berulang-ulang agar dapat memperkuat respon yang dikehendaki. Sehingga
perilaku individu dikontrol oleh penguatan stimulus yang mengikutinya. Ukuran
perilaku individu yang terpenting adalah tingkatan atau kecepatan responnya. Perilaku
individu yang diamati Skinner agak berbeda dengan perilaku yang diamati dalam teori
behaviorisme sebelumnya (Pavlov, Thorndike, Hull).
Dalam teori behaviorisme Skinner, dikenal istilah responden dan operan. Responden
merupakan respon-respon individu yang secara otomatis diperoleh melalui stimulus
yang sudah dikenal dan relatif tetap. Sedangkan dalam pengkondisian operan,
stimulus awal tidak selalu dapat diketahui, individu hanya sekedar memunculkan
respon-respon yang dikontrol oleh penguatan stimulus yang mengikutinya. Menurut
Skinner, perilaku operan lebih berperan dalam kehidupan manusia disbanding
perilaku responden. Hal inilah yang mendasari teori Skinner tenang pengkondisian
operan (operant conditioning).

Contoh aplikasi operant conditioning pada kehidupan sehari-hari


Memuji anak yang aktif adalah contoh operant conditioning dalam kelas
Operant conditioning bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk diri
sendiri, anak, maupun orang lain. Berikut ini contohnya.

 Memuji murid yang tenang di kelas di depan anak-anak lainnya, sehingga yang
lain ingin mendapatkan apresiasi yang sama. Cara ini biasanya efektif
dipraktikkan di kelas pendidikan anak usia dini (PAUD)
 Saat ada murid yang aktif di kelas dan guru mengatakan bahwa murid tersebut
tidak perlu mengerjakan PR karena ia sudah berpartisipasi aktif, maka murid akan
belajar konsekuensi positif dari menjadi murid yang aktif di kelas.
 Melatih hewan peliharaan dengan memberikannya makanan setiap ia menuruti
perintah yang diberikan
 Menghukum anak dengan mengambil gadgetnya karena ia tidak juga
membersihkan kamarnya yang kotor dan berantakan.
Apabila hukuman tersebut tidak berhasil membuat anak menjadi lebih tertib,
maka Anda bisa menggantinya dengan pendekatan yang lebih positif.Misalnya,
janjikan hadiah atau reward dengan menambah waktu main gadgetnya sesuai
dengan keberhasilannya dalam membersihkan kamar. Jadi jika ia bisa
membersihkan kamarnya selama 10 menit, maka Anda juga akan menambah
waktu main gadgetnya selama 10 menit juga.

Aplikasi Skinner Terhadap Pembelajaran


 Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit yang terkecil.
 Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan dan jika benar diperkuat.
 Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
 Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk
mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
 Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
 Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).

1. B. Perbandingan (persamaan dan perbedaan) Teori Pavlov dan Skinner

Nama Teori: 

a. Ivan Pavlov : Classical Conditioning


b. Skinner : Operant Conditioning

Pengembangan teori 

1. Pavlov : Mengembangkan teorinya dengan  menulis sebuah buku dengan judul :


Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
2. Skinner : Mengembangkan teori-teori awalnya melalui berbagai rangkaian
percobaan atau eksperimen melalui binatang dan alatnya yang terkenal ialah
skinner Box.

Penerapan teori-teori dikelas

1. Penerapan teori pavlov ,Yang terpenting dalam belajar di kelas menurut teori ini
adalah adanya latihan dan pengulangan materi belajar ataupun soal soal secara
terus menerus sehingga siswa yang ada di kelas menjadi terbiasa. Contoh situasi
percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu
istirahat atau waktu pulang.
2. Penerapan teori Skinner : dan dalam hal ini hukum teori skinner yang cocok
dipakai dalam semua kelas adalah : korelasi fisiologis dari perilaku. Dia percaya
bahwa kejadian behavioral harus dideskripsikan dalam term hal-hal yang
langsung memengaruhi perilaku.

Percobaan ketiga ahli dan kesesuaian terhadap proses pembelajaran

1. Pavlov: Ekperimennya ia menunjukkan makanan kepada anjing yang kemudian


memakan makanan itu. Setiap kali ditunjukkan makanan, anjing itu
mengeluarkan air liur. Tampak bahwa makanan yang di sini disebut
unconditional stimulus (UCS) menyebabkan respons (R), keluarnya air liur.
2. Skinner : percobaan binatang berawal dilakukan dalam ruangan tes kecil yang
kemudian terkenal dengan skinner box. Kotak ini adalah pengembangan dari
kotak teka teki thonrdike. Kotak skinner menggunakan lantai berkisi-kisi,
bercahaya, dan menggunakan tuas pengungkit dan sebuah cangkir makanan
dimana hewan menekan tuas tersebut mekanisme pemberian makan akan aktif
kemudian sedikit demi sedikit makanan akan terjatuh kecangkir makanan itu.

Persamaan konsep belajar menurut Skinner dan Pavlov


 Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
 Dilakukan pemberian reinforcement untuk meningkatkan perilaku.
 Dalam teknis penelitian menggunakan binatang.
 Semua konsep belajar digunakan untuk membentuk perilaku, apabila tidak terjadi
perubahan perilaku maka dianggap tidak mengalami proses belajar.
 Menghindari punihsment dalam pembentukkan perilaku

2. Teori psikologi belajar/pendidikan gagne


A. TEORI GAGNE
Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh
siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara
lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap
positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan
objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan. Fakta adalah
objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang bilangan sudut,
dan notasi-notasi matematika lainnya. Keterampilan berupa kemampuan
memberikan jawaban dengan tepat dan cepat, misalnya melakukan pembagian
bilangan yang cukup besar dengan bagi kurung, menjumlahkan pecahan, melukis
sumbu sebuah ruas garis. Konsep ide abstrak yang memungkinkan kita dapat
mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh. Misalkan, konsep
bujursangkar, bilangan prima, himpunan, dan vektor. Aturan ialah objek paling
abstrak yang berupa sifat atau teorema. Menurut Gagne, belajar dapat
dikelompokkan menjadi 8 tipe, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian
gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan
aturan, dan pemecahan masalah. Kedelapan tipe belajar itu terurut menurut
kesukarannya dari belajar isyarat sampai ke belajar pemecahan masalah. Belajar
isyarat ialah belajar yang tingkatnya paling rendah, karena tidak ada niat atau
spontanitas. Contohnya menyenangi atau menghindari pelajaran karena akibat
perilaku gurunya. Stimulus-respon merupakan kondisi belajar yang ada niat
diniati dan responnya jasmaniah. Misalnya siswa meniru tulisan guru di papan
tulis. Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah, terurut dari dua kegiatan atau
lebih dalam rangka stimulus-respon. Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan
terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respon. Contohnya
adalah mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan guru secara lisan. Belajar
membedakan adalah belajar memisahmisah rangkaian yang bervariasi.
Pembentukan konsep disebut juga tipe belajar pengelompokkan, yaitu belajar
melihat sifat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan suatu
kelompok. Dalam hal tertentu tipe belajar yang mengharapkan siswa untuk
mampu memeberikan respon terhadap stimulus dengan segala macam perbuatan.
Kemampuan disini terutama adalah kemampuan menggunakannya. Misalnya
pemahaman terhadap rumus kuadratis dan menggunakannya dalam
menyelesaikan persamaan kuadrat. Belajar pemecahan masalah adalah tipe
belajar yang paling tinggi karena lebih kompleks dalam pembentukan aturan.
B. Desain penerapan teori Gagne

FASE MOTIVASI
“HARAPAN”

FASE PENGENALAN
“PERHATIAN : Persepsi Selektif”

FASE PEROLEHAN
“KODING, MULAI PENYIMPANAN”

FASE RETENSI
“PENYIMPANAN MEMORI”

FASE PEMANGGILAN
“PEMANGGILAN”

FASE GENERALISASI
“TRANSFER”

FASE PENAMPILAN
“PEMBERIAN RESPON”

FASE UMPAN BALIK


“REINFORCEMENT”

1. Fase Motivasi
Siswa yang belajarharus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan bahwa belajar
akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa
informasi akan tentang suatu pokok bahasan, akan memenuhi keingintahuan mereka
dan kan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh nilai
yang lebih baik.
2. Fase Pengenalan
Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu
kejadian instruksional jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan
aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru atau tentanggagasan-gasan
utama buku teks. Guru dapat memfokuskan perhatian terhadap informasi yang
penting dengan berkata, misalnya: “Dengarkan kedua kata yang Ibu katakan,
apakahada perbedaannya?”. Bahan-bahan tertulis dapat juga diperlakukan demikian
dengan menggaris-bawahi kata atau kalimat tertentu atau memberikan garis besarnya
untuk setiap bab.
3. Fase Perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, ia telah siap menerima pelajaran.
Informasi tersebut diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan
informasi yang telah ada dalam memori siswa. Siswa dapat membentuk gambaran
mental informasi itu atau membentuk asosiasi antara informasi baru dan informasi
lama. Menurut Ausubel, guru dapat memperlancar proses ini dengan penggunaan
pengaturan-pengaturan awal dengan membiarkan para siswa melihat atau
memanpulasi benda-benda dengan menunjukkan hubungan-hubungan antara
informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.
4. Fase Retensi
Informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali, praktik,
elaborasi,atau lain-lainnya.
5. Fase Pemanggilan
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori
jangka panjang. Jadi bagian penting dalam belajarialah belajar memperoleh hubungan
dengan apa yang telah kita pelajari, untuk memanggil informasi yang telah dipelajari
sebelumnya. Hubungan dengan informasi ditolong oleh organisasi:materi yang diatur
dengan baik dengan mengelompokkan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep,
lebih mudah dipanggil daripada materi yang disajikan tidak teratur. Pemanggilan juga
dapat ditolongdengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, khususnya
antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks
dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada situasi-
situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan
meminta para siswa menggunakaninformasi dalam keadaan baik, misalnya meminta
para siswa menggunakanketerampilan-keterampilan berhitung baru untuk
memecahkan masalah-masalah nyata.
7. Fase Penampilan
Para siswa harus memperlihatkan, bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui
penampilan yang tampak. Misalnya, setelah mempelajari bagaimana menggunakan
busur derajat dalam pelajaran matematika, para siswa dapat mengukur besar sudut.
Setelah mempelajari penjumlahan bilangan bulat, siswa dapat menjumlahkandua
bilangan yang disebutkan oleh temannya.
8. Fase Umpan Balik
Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, yang
menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Umpan balik ini dapat memberikan reinforsemen pada mereka untuk penampilan
yang berhasil.

Anda mungkin juga menyukai