Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara sederhana, kebanyakan kita mendefinisikan uang sebagai alat tukar dan
kemudian definisi uang semakin berkembang seiring dengan berlalunya zaman. Sebutlah
beberapa ekonom telah memberikan definisi uang sebagai alat pembayaran, alat
pertukaran dan alat pelunasan hutang.
Namun sejatinya istilah uang tidak sesederhana itu. Apalagi jika konsep uang
dikaji melalui pendekatan sosiologis maka yang ada adalah uang tidak sekedar hanya
sebagai alat tukar dan sebagainya namun bisa lebih luas lagi bahkan uang bisa dimaknai
oleh para sosiolog seperti Marx, Simmel sampai David Harvey sebagai agen perubahan
sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sosiologi uang
2. Apa pendapt para ahli tentang sosiologi uang

C. Tujuan
Tujun dari disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
sosiologi uang dan mengetahui pendapat para ahli serta semua yang berhubungan dengan
sisiologi uang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi Uang


Uang merupakan penemuan yang terbesar yang pernah ditemui oleh manusia
dalam pertukaran ekonomi. Bangsa yang pertamakali menggunkan uang sebagai alat
pertukaran ekonomi alah bangsa Mesopotamia. Fungsi keseharian uang dalam
kehidupan, secara sederhana diartikan sebagai alat tukar.
Menurut Karl Polanyi, uang menjadi standar yang diberikan harga karena
fungsinya sebagai alat tukar yang penggunaannya tergantung pada eksistensi pasar.
Pengertian standar dari uang adalah menyeimbangkan sejumlah barang yang berbeda,
baik jenis dan nilai yang dikandung, untuk satu tujuan tertentu. Situasi uang adalah
bentuk pertukaran, seperti barter, penyimpanan, dan manajemen atas kebutuhan pokok.

Uang, Individu dan Masyarakat


Uang adalah instrument yang paling dekat dengan masyarakat. Uang tanpa
pernah direncanakan mempunyai kapasitas yang sangat besar dalam pertukaran. Uang
berharga karena potensinya yang tidak terbatas sebagai alat. Uang memerdekakan
individu karena kewajiban memakai uang hanya terkait dengan produk tenaga kerja, atau
antara penjual dan pembeli.
Proses intelektual mempertemukan antara tangan-tangan dengan kekuatan uang
yang menstransformasikan objek ke dalam komoditas yang dapat di pertukarkan. Prinsip
ini menemukan kesadaran yang sangat ekstrim dalam masyarakat metropolitan bahwa
hubungan manusia yang rasional di hitung oleh angka. Dalam moneterisasi budaya, uang
dan kecerdasan dapat ditukar, masyarakat dan budaya dapat dibeli. Melalui uang,
semuanya dapat di beli, semua saling terkait, dunia pun berfluktuasi.

Uang dan Pasar


Hubungan penggunaan uang dengan pasar sangatlah rumit dam memiliki sejarah
yang beragam. Contoh uang dan perhitungan tentang uang secara bertahap memasuki
kehidupan sehari-hari kita melaui proses komodifikasi. Karena itu pembayaran oleh uang
mengimplikasikan bahwa suatu kewajiban telah ditunaikan, dari sini hubungannya telah
di akhiri.

2
Arti dan Fungsi Sosial Uang
Uang tidak hanya dapat diartikan sebagai sebuah alat pembayaran, tapi bisa lebih
daripada itu, uang dapat diartikan sebagai symbol yang diberikan arti dan nilai. Agar
uang dapat diberikan arti secara nilai, uang dapat ditransformasikan ke dalam bentuk
lain, contohnya: mobil, emas, rumah dan lain-lain , maka dari itu uang harus di analisis
sebagai cara berkomunikasi.
Uang berkembang melampaui dirinya, tidak lagi menjadi medium pertukaran,
melainkan menjadi cara penyatuan sosial. Uang dipakai untuk produksi, distribusi,
konsumsi barang dan jasa. Lebih luas lagi, uang di pakai untuk membangun masyarakat.
Dengan uang, kemakmuran menjadi nyata dan bila masyarakat makmur, hal tersebut
merupakan indikasi kecintaan terhadap Tuhan.

Komodifikasi Uang
Dalam masyarakat modern yang kompleks dan rumit, uang telah membentuk
pasar-pasar yang tidak memperjualbelikan barang-barang, tapi juga memperdagangkan
nilai dari uang itu sendiri. Uang di transformasikan sebagai komoditas yang
diperjualbelikan, tergantung pada tinggi atau rendahnya tingkat penawaran dan
permintaan.
Tindakan mencari dan membelanjakan uang merupakan suatu bentuk pelayanan
dan pemuasan komunitas. Contohnya adalah penggunaan telepon seluler pada hari ini
akan digantikan oleh telpon seluler yang lebih canggih pada masa yang akan datang.
Selain itu, sistem kredit juga merupakan factor individu untuk membelanjakan uangnya.
Berdasarkan paparan di atas, tampak bahwa apa yang membuat uang bernilai
adalah idealisasi kita terhadap uang, dan sosialitas uang memberikan kontribusi terhadap
pemaknaan uang itu sendiri.

B. Uang Menurut Para Tokoh Sosiolog


1. Georg Simmel (Philosophie des Geldes)
Sebenarnya inti pemikiran Simmel dalam Philosophie des Geldes adalah
bahwa uang mempunyai keterkaitan dengan fenomena sosial. Singkatnya Simmel
berpendapat bahwa uang, individu dan masyarakat modern memiliki keterkaitan yang
rumit (inextricable)
Uang adalah instrumen yang paling dekat dalam memasuki semua interaksi
sosial masyarakat. Uang tanpa pernah direncanakan dalam dirinya mempunyai

3
kapasitas yang sangat besar dalam pertukaran, bahkan dalam waktu yang sama ia
menjadi tujuan dari pertukaran. Uang berharga karena potensinya yang tidak terbatas
sebagai alat. Jumlah uang menjadikan kualitas bermakna. Kesadaran ekonomi,
kebutuhan untuk mendapatkan dan ketamakan terhadap uang muncul secara
mendasar dalam pemaknaan nilai uang, tidak tebatas pada pasar, tapi juga dalam
setiap ruang kehidupan sosial. Oleh Simmel proses ini digambarkan
sebagai komodifikasi interaksi.
Jadi, dari pemikiran Simmel yang penulis pahami adalah bahwa uang sangat
berpengaruh terhadap sosialitas masyarakat. Dengan memiliki uang, individu dapat
mengkatrol status sosialnya di masyarakat. seperti apa yang Simmel pikirkan
mengenai Uang dan determinime budaya ‘‘… kehidupan  modern adalah proses
intelektual yang rasional yang tidak mengakui adanya pertimbangan-pertimbangan
emosional dalam perhitungan. Budaya benda menggantikan budaya orang, dan
kreativitas berpikir merupakan subyek terhadap proses reifikasi berdasarkan ukuran
yang dihitung.”

2. Karl Marx (Economic and Philosopical Manuscript)


“… Marx berargumentasi bahwa uang merepresentasikan hubungan abstrak dari
kepemilikan pribadi, yang mana fungsinya telah terpisah dari hubungan pertukaran.
Uang menjadi intisari keterasingan manusia… Marx Dalam kertas kerjanya
“Grundrisse”… menurut Marx, uang dipertimbangkan berkaitan dengan hubungan
tenaga kerja, yang terfokus pada upah dan akumulasi modal daripada uang itu
sendiri. Akumulasi alat-alat produksi dan transformasi uang ke dalam modal
menyebabkan uang menjadi kekuatan yang mendeterminasi pola produksi (mode of
production)…”
Jadi, Marx mengkaitkan analisisnya mengenai Uang dengan inti-inti teorinya
seperti determinisme ekonomi dan alienasi. Dalam determinisme ekonomi uang
dikaitkan sebagai instrumen yang dapat mendeterminasi pola mode of production,
sedangkan kaitan uang dengan konsep alienasi Marx adalah karena uang, ikatan
manusia menjadi ternominalkan, sehingga ini akan memunculkan keterasingan.

3. Max Weber (Ethic Protestan & Spirit Capitalism)


“Pembahasan Max Weber mengenai uang berkisar tentang peran uang dalam proses
rasionalisasi masyarakat industri. Dalam etika protestan menurut Max Weber,

4
terkandung kelebihan dalam “mengumpulkan banyak uang dengan menekan segala
keinginan terhadap kenikmatan duniawi”. Memperoleh kesejahteraan adalah tujuan
yang dipikirkan Protestan dengan mencari uang meskipun dengan cara yang
asketis… Satu hal yang fundamental dalam pemikiran Weber adalah ia selalu
mengaitkan uang dengan kekuatan sosial lainnya” 

4. Emile Durkheim (Division of Labour)


“… Dalam disertasi doktoralnya tentang pembagian kerja (division of labour), dapat
dilihat sedikit konstruksi pemikiran Durkheim tentang uang. Ia menggarisbawahi
model evolusioner pergeseran solidaritas mekanis kepada solidaritas organis…
Selain itu, Ia juga menjelaskan bahwa kukuhnya hubungan sosial terbangun melalui
proses pertukaran uang… Analisa Durkeheim tentang fenomena bunuh diri
berdasarkan transisi ekonomi dan anomi negara yang kronis dalam dunia
perdagangan dan industri. Krisis ekonomi… Masuk dalam kategori keinginan
tersebut adalah kebutuhan untuk memperoleh uang yang berlipat-lipat jumlahnya
dan pengertian krisis ekonomi merujuk kepada kehilangan uang atau pendapatan…”
Dalam pemikiran Durkheim ini yang penulis pahami adalah kebutuhan akan uang
dapat menyebabkan fenomena bunuh diri terjadi dan dengan uang juga dapat
memperkokoh hubungan ikatan sosial dan hal ini akan menciptakan kondisi
keteraturan. Seperti apa yang dikatakan Durkheim “bawalah uang ke dalam negeri
sebanyak-banyaknya, maka akan muncul kesejahteraan umum.”

5. Bruce G. Carruthers (The Sociology of Money and Credit)


“I define money as generalized, immediate, and transferable legitimate claims on
value. Money is important because it commands resources. It functons as a medium
of exchange, and as store and measure of value… Credit consists of nongeneralized,
deffered, and variably transferable legitimate claims on spesific value. The
nongenerality of credit derives from its dependence on the party’s obligation to
another…”
Pemikiran Bruce ini sepemahaman penulis merupakan sebuah terobosan
dalam sosiologi uang, karena menganalisis kredit sebagai sebuah fenomena dalam
masyarakat modern. Secara sederhana yang penulis pahami dari tulisan Bruce ini
adalah usaha Bruce untuk mencoba membedakan uang dan kredit. Sederhananya
uang itu adalah sistem alat tukar yang formal dan umum sedangkan kredit itu adalah

5
sistem alat tukar yang informal dan tidak general karena membutuhkan hubungan
antara debitor dan kreditor.

C. Makna Uang Secara Sosial


Sebelumnya telah dituliskan pemikiran-pemikiran bebrapa Sosiolog mengenai
apa itu uang bagi mereka. Uang secara sosial bagi mereka bukan hanya sebagai alat
tukar, alat pembayaran dan fungsi-fungsi uang lainnya. Namun bagi mereka uang dapat
sangat jauh dari hanya sebatas itu mereka bahkan dapat melihat uang sebagai agent of
social change.
Menurut Simmel dan Burke (Duncan, Sosiologi Uang: 1997, hal. 3) agar uang
dapat diberikan arti secara sosial, uang harus ditransformasikan ke dalam bentuk yang
lain. Dengan memiliki memiliki sebuah mobil mewah yang diproduksi oleh industri
otomotif ternama seperti BMW, sesungguhnya seseorang sedang mengkomunikasikan
uang yang diinvestasikan ke dalam bentuk mobil. Dengan demikian, uang harus
dianalisis sebagai cara komunikasi.[10] Penetapan nilai atas uang bukanlah dikarenakan
nilai yang ada pada diri uang… Namun penilaian atas materi uang, sesungguhnya,
berasal dari konsensus sosial dan politik yang disepakati dalam suatu negara, masyarakat
atau individu. Kesepakatan atas nilai uang tidaklah seragam. Nilai uang yang disepakati
dalam satu negara tidak serta merta dapat diberlakukan sama di negara yang lain.
Diferensiasi nilai uang dalam satu negara dengan negara lain yang terjadi karena
beberapa faktor: Sumber Daya Alam yang dimiliki, aktivitas ekdpr-impor yang berjalan,
inovasi teknologi yang dikuasai, serta cadangan devisa (Reserve) yang didepositkan
merupakan posisi tawar nilai tukar uang di satu negara lebih kuat atau lebih lemah dari
negara lain.
Uang juga menurut penulis seperti dikutip dari buku Pheni Chalid merupakan
simbol yang merepresentasikan kekuatan dan kedaulatan,  simbol kesetaraan dan
ketidaksetaraan, simbol prestise… Jadi, “uang berkembang melampaui dirinya, tidak
lagi hanya menjadi medium pertukaran, melainkan menjadi cara penyatuan sosial…”

1. Uang dalam Lambang Kehidupan Komunal


Dalam keseharian, uang juga dapat diartikan secara komunal. Tradisi Arisan
yang dikenal dalam masyarakat adalah aktualisasi dari pemaknaan komunalitas atas
uang. Dalam masyarakat modern yang telah termatrealisasi, uang tidak lagi
diperlakukan sebagai cara melakukan aktivitas. Mereka justru menjadikannya

6
sebagai tujuan ekonomi. Tenaga yang didistribusikan ke dalam saluran-saluran
ekonomi sesungguhnya ditujukan untuk mendapatkan uang. Karena itu, dalam
masyarakat Amerika menurut Duncan diajarkan bahwa uang tidaklah semata-mata
adalah cara, melainkan sebuah tujuan.  Jadi terjadi perubahan uang dalam lambang
kehidupan, jika di masyarakat komunal uang merupakan cara untuk mengumpulkan
anggota komunal seperti tradisi arisan yang sering tujuan utamanya adalah
mempererat tali silaturahmi dan bukan untuk mendapatkan hadiah uang semata.
Berbeda dengan masyarakat modern yang dikontekskan oleh Duncan sebagai
masyarakat Amerika yang melihat uang adalah tujuan dan bukan semata-mata cara.

2. Uang dalam Kehidupan Transenden


Uang dalam kehidupan transenden seperti di kutipan awal dari Columbus
tadi. “...and even helps souls to paradise.” Ini membuktikan bahwa dengan uang
seseorang dapat mencapai syurga. Ini juga yang dilihat Weber pada
etika Calvinisme yang di dalamnya terdapat spirit kapitalisme. Dalam sekte
Calvinisme itu memperoleh kesejahteraan adalah tujuan yang dipikirkan oleh sekte
ini dan cara mendapatkannya adalah dengan mencari uang meskipun dengan cara
yang asketis.
Uang dipakai untuk produksi, distribusi, konsumsi barang dan jasa. Lebih
luas lagi, uang dipakai untuk membangun masyarakat. pembelanjaan uang adalah hak
setiap individu,  melampaui batas-batas ras, umur dan ideologi. Dengan uang,
kemakmuran menjadi nyata dan bila masyarakat makmur, hal tersebut merupakan
indikasi kecintaan tuhan.

D. Sisi Sosiologis Dari Uang


Baru-baru ini pemerintah mewacanakan untuk menyederhanakan nilai mata uang
Rupaih. Redenominasi ini dimaksudkan agar nominal nilai uang menjadi lebih
sederhana, tanpa mengubah nilai tukarnya. 100 Rupaih menjadi 10 Sen, 1000 Rupiah
menjadi 1 Rupiah dan seterusnya. Meski demikian apakah menjadi solusi terhadap
kondisi ekonomi bangsa ini? Ataukah hanya sekedar usaha penyederhanaan semata,
kiranya perlu pembacaan lebih lanjut. Agar kekhawatiran, seperti inflasi, kontradiksi
penggunaannya dapat dihindari. Berangkat dari sini, tulisan berikut bukan ingin
membahas lebih lanjut mengenai Redenominasi, tetapi sekedar ingin melihat sisi
sosiologis dari uang dalam kehidupan. Dimana uang sedemikian lekat dengan keseharian

7
dan semakin menjadi tanpa keberadaan ditengah arus yang memungkinkan dapat
dimaterialkan oleh yang namanya uang.
Secara umum uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh
masyarakat sebagai alat perantara dalam transaksi perdagangan. Agar benda-benda itu
diterima dan disetujui oleh masyarakat haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai uang.
Syaratnya adalah nilainya tidak mengalami perubahan, mudah dibawa, mudah disimpan
tanpa mengurangi nilainya, tahan lama, jumlahnya terbatas dan bendanya mempunyai
mutu yang sama.
Fungsi asli uang sedari awalnya adalah sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung
dan sebagai penyimpan nilai. Sedangkan fungsi turunannya adalah sebagai alat
pembayaran, sebagai alat pembayaran utang, sebagai alat penimbun atau pemindah
kekayaan dan alat untuk meningkatkan status sosial. Dalam memposisikan uang,
terutama dalam mainstream ekonomi, hanya sebatas sebagai alat. Sedangkan uang tidak
hanya digunakan dalam wilayah ekonomi semata, tetapi juga digunakan dalam aktifitas
kehidupan masyarakat, baik pada wilayah sosial, budaya maupun keagamaan. Hal ini
menunjukkan adanya proses perubahan pada tipe dan penggunaan uang di masyarakat
saat ini.
Sisi sosiologis dari uang adalah usaha untuk melihat bagaimana peranan dan
fungsi uang. Sehingga menjadi peranan dan fungsi uang dari sudut pandang sosiologi
adalah sebuah analisis deskpritif untuk mengetahui bagaimana uang dan masyarakat
saling mempengaruhi secara timbal balik. Dalam kehidupan masyarakat muslim
Indonesia ditengah proses modernisasi, uang merupakan bentuk rasionalisasi yang paling
murni. Dimana segala sesuatu dapat dinilai dengan uang. Kondisi tersebut merupakan
rasionalisasi yang menjadi ciri dari masyarakat modern. Dengan adanya keterlibatan
uang, rasionalisasi semakin nampak dalam tindakan dan hubungan sosial. Pada akhirnya,
peranan dan fungsi uang mendorong modernisasi dalam kehidupan masyarakat muslim
di Indonesia.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dewasa ini, uang yang pada awalnya diprakarsai oleh manusia sebagai alat
pertukaran dalam ekonomi. Namun pada kenyataannya uang berkembang melampaui
dirinya, tidak lagi hanya menjadi alat pertukaran. Uang juga bisa dikatakan sebagai agent
of social change, cara penyatuan sosial, uang juga dapat menjadi simbol yang
merepresentasikan kekuatan dan kedaulatan,  simbol kesetaraan dan ketidaksetaraan,
simbol prestise dan sebagainya, uang juga bisa terjadi pemicu konflik antar individu dan
jatuhnya seorang pimpinan negara, selain itu juga uang dapat mengakibatkan orang
bunuh diri, dan munculnya tindak kejahatan.
Penetapan nilai atas uang bukanlah dikarenakan nilai yang ada pada diri uang,
karena angka yang tercetak pada uang sebenarnya tidak dapat mempengaruhi apa-apa.
Namun penilaian atas materi uang, sesungguhnya, berasal dari konsensus sosial dan
politik yang disepakati dalam suatu negara, masyarakat atau individu.

B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfat bagi kita semua, bisa untuk dijadikan bahan
belajar tambahan. Sudah selayaknya kita sebagai mahasiswa penberus bangsa untuk
selalu terus meningkatkan semangat dalam belajar sebagai bekal menghadapi persaingan
globl dimsa depan yang semakin ketat

9
DAFTAR PUSTAKA

http://bentukdanisi.blogspot.com/2012/11/sosiologi-uang.html
https://khalilnoverri.wordpress.com/2014/04/22/sosiologi-uang/
http://ellyjhuitha.blogspot.com/2015/04/sosiologi-uang.html

10

Anda mungkin juga menyukai