Anda di halaman 1dari 5

TEORI BELAJAR GUTHRIE

Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959. Dia adalah professor psikologi di University
of Washington dari 1994 dan pensiun pada 1956. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of
Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952.

A.      Teori Contiguous Conditioning dari Guthrie

Menurut teori contiguous conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respons). Guthrie
mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai
deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan
reaksi dari stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus untuk tingkah
laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga membentuk deretan-deretan tingkah
laku yang terus menerus. Jadi pada proses conditioning ini terjadi asosiasi antara unit-unit
tingkah laku secara berurutan.Guthrie menegaskan dengan hukumnya yaitu “The Law of
Association”, yang berbunyi : “A combination of stimuli which has accompanied a
movement will on its recurrence tend to be followed by that movement” (Guthrie, 1952 :13).
Secara sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu kelas stimuli yang
menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada kecenderungan bahwa gerakan itu
akan diulangi lagi pada situasi/stimuli yang sama. Teori behaviorisme yang menekankan adanya
hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti
yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan
stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif
apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan
terhadap respons yang telah ditunjukkan).

Pandangan Guthrie tentang Motivasi, Lupa, Hukuman, Niat, Transfer Training sebagai berikut:

1.       Lupa
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus.
Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan
cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses
belajar baru. Contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar
tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B,
dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat
tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B)
telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Pendapatnya adalah
bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang
lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak
akan terjadi.

2.      Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan
yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena rasa
sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu
merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap
stimuli yang sama.Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman
menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan
gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum.
Misalnya, seorang guru yang melihat siswanya ramai, siswa tersebut diingatkan, jika masih tetap
ramai, guru menghukum siswa untuk menyanyi di depan kelas.

3.      Motivasi

Motivasi fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimuli (stimuli


yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya,
rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika
makan diperoleh, maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi
telah berubah. Misalnya, seorang siswa yang mendapat nilai jelek saat ulangan, guru tidak boleh
memarahinya. Menurut Guthrie, guru seharusnya memberi dorongan agar siswa tersebut lebih
rajin belajar.

4.      Niat
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Respons tersebut
dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung selama periode
waktu tertentu (sampai dorongan berkurang).Gambarannya, ketika seorang siswa sudah paham
dengan materi yang disampaikan oleh guru maka dia akan langsung mengerjakan soal yang
diberikan. Tetapi jika dia belum paham maka dia akan mengacungkan tangan untuk bertanya
kepada guru mengenai materi yang belum dipahaminya. Perilaku yang dipicu oleh maintaining
stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan).

5.      Transfer Training

Guthrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan
menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama. Guthrie selalu
mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin mendapat manfaat terbesar dari
studi anda, anda harus berlatih dalam situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana
anda akan diuji. Jika anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang
diperoleh disitu akan ditransfer ke kelas.Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku
yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus melatihnya dalam
kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan mengenai pemahaman,
wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya
hukum belajar adalah hukum kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi
bersamaan, keduanya akan dipelajari.

                                                                                                     

B.       Beberapa metode dipergunakan Guthrie dalam mengubah tingkah laku, ialah:

a)         Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)

Metode ini menganggap manusia adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada stimulus-
stimulus tertentu. Jika suatu reaksi terhadap stimulus tertentu telah menjadi kebiasaan, maka cara
untuk mengubahnya adalah dengan cara menghubungkan stimulus dengan reaksi yang
berlawanan dengan reaksi yang hendak dihilangkan.

Misalnya seorang murid yang merasa ketakutan saat disuruh gurunya maju untuk mengerjakan
soal di papan tulis, untuk menghilangkan perasaan takut siswa tersebut, guru bisa menyuruh
siswa maju terus menerus tiap ada soal yang hendak dikerjakan di papan tulis.

b)        Metode Membosankan (Exhaustion Method)


Hubungan antara stimulus dan reaksi yang buruk itu dibiarkan saja sampai pelakunya merasa
bosan.

Sebagai contoh, misalnya seorang siswa yang suka membuat catatan kecil untuk mencontek,
maka untuk menghentikan perilaku buruk itu, seorang guru bisa menyuruh siswa tersebut
membuat catatan berlembar-lembar secara terus menerus sehingga ia akan bosan dengan
sendirinya. Contoh lain, seorang siswa yang suka mengobrol dengan temannya ketika pelajaran
berlangsung, guru dapat memberi efek jera pada siswa tersebut dengan menyuruh siswa tersebut
berbicara selama 1 jam pelajaran sehingga siswa tersebut akan bosan dan berhenti dengan
sendirinya.

c)         Metode Mengubah Lingkungan (Change of EnvironmentMethod)

Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara
Stimulus (S) dan Reaksi (R) yang buruk yang akan dihilangkan, yakni dengan mengubah
stimulusnya.

Sebagai contoh, misalnya kita akan mengubah tingkah laku/ kebiasaan-kebiasaan buruk yang
dilakukan seorang anak di sekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah lain. Contoh
lain, seorang siswa yang suka ramai di belakang kelas, untuk menghentikan kebiasaan ramai
siswa tersebut, guru dapat memindahkan tempat duduknya ke baris depan.

C.      Pendapat Guthrie Tentang Pendidikan

Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan
tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia menyarankan
lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya
stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang
diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.Latihan
(praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan
perilaku yang diinginkan.karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus “belajar ulang”
berkali-kali. Guthtrie mengatakan bahwa belajar 2 ditambah 2 di papan tulis tidak menjamin
siswa bisa 2 ditambah 2 ketika dibangku. Karena memungkinkan siswa akan belajar meletakkan
respons pada setiap stimuli (di dalam atau di luar kelas).

Anda mungkin juga menyukai