AGAMA ISLAM
A. MANUSIA
1. Pengertian Manusia dalam Alqur’an
Istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia
menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.
Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran :47)
tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan
seksual dan lain-lain.
Kata al-insan, Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah
(QS Al-Ahzab :72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam diri
manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij :19-21) dan ketiga al-
insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri
(QS Al-Hijr :28-29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis
dan spiritual.
Kata an-nas dalam Al-Qur’an mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan
karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak (QS Al-
Baqarah :8)
Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah
mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak
maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku
(sunnatullah).
Menurut agama Islam itu sendiri ,manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia
diantara makhluk ciptaan-Nya yang lain, yang dipercaya untuk menjadi khalifah
dimukabumi.
Manusia dibandingkan makhluk lain mempunyai ciri, antara lain, ciri utamanya adalah :
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam berbentuk baik, ciptaan tuhan yang paling
sempurna. “Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.” (QS. At tin [95]:4)
2. Manusia diciptakan tuhan untuk menjadi khalifah nya di bumi. Hal itu dinyatakan Allah
dalam firman-nya. Di dalam surat al-baqarah [2]:30
3. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dalam firman-nya
yang kini dapat dibaca dalam Al-Quran surat At-Thur [52]:21 “Setiap manusia terikat (dalam
arti bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.”
4. Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan makhluk lainnya. Artinya,
manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan
yang buruk.
3. Tujuan Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak
sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang dikandung oleh kata
memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan
kesukaan (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya
4. Kedudukan Manusia
1. Q.S.Fathir, 35/43:39
”Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata,
"Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada bagimu Tuhan yang berhak disembah
selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya]. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat dan memperkenankan (doa
hamba-Nya)."
B. HAKIKAT MANUSIA
C. AGAMA
1. Pengertian Agama
Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a=tidak gama=kacau) dengan
kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan.
Didunia baratter dapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu: religi, religie,
religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian
, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis per ibadatan yang dilakukan secara berulang ulang.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan nya.
Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti: hukum,
perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan pembalasan. Kesemuanya itu
memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari
seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai
manifestasi ketaat anter sebut (Moh.Syafaat,1965).
Dan secara umum, Agama adalah suatu system ajaran tentang Tuhan, dimana penganut-
penganut nya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral atau social atas dasar aturan-aturan-
Nya.
2. Syarat-Syarat Agama
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agam.
4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
4. Fungsi Agama
• Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
• Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia.
• Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
• Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
• Pedoman perasaan keyakinan
• Pengungkapan estetika (keindahan)
• Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan dan
sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan kehidupan beragama
tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua
perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa
ketergantungan manusia terhadap kekuatan ghaib yang mereka rasakan sebagai sumber
kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan
kepada kekuatan ghaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat dan
sejahtera. Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan ghaib yang mereka rasakan sebagai sumber
kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan memohon peeerlindungan dan
bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya kebutuhan akan bantuan
dan perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan desakan dari dalam diri mereka,
yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan. Dengan demikian rasa agama dan perilaku
keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia,
atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Fathoni Ahmad Miftah, M.Ag, Pengantar Studi Islam, 2001, Semarang, Gunung Jati.
Supadie Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam, 2011 , Jakarta, Rajawali Pers.
Syukur Amin Prof. Dr. H. M., MA, Pengantar Studi Islam, 2010, Semarang, Pustaka Nuun