Anda di halaman 1dari 6

BAB. II.

AGAMA ISLAM

A. MANUSIA
1. Pengertian Manusia dalam Alqur’an

Istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia
menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.
Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran :47)
tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan
seksual dan lain-lain.
Kata al-insan, Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah
(QS Al-Ahzab :72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam diri
manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij :19-21) dan ketiga al-
insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri
(QS Al-Hijr :28-29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis
dan spiritual.
Kata an-nas dalam Al-Qur’an mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan
karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak (QS Al-
Baqarah :8)
Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah
mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak
maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku
(sunnatullah).

Menurut agama Islam itu sendiri ,manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia
diantara makhluk ciptaan-Nya yang lain, yang dipercaya untuk menjadi khalifah
dimukabumi.

2. Ciri – ciri Manusia

Manusia dibandingkan makhluk lain mempunyai ciri, antara lain, ciri utamanya adalah :

1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam berbentuk baik, ciptaan tuhan yang paling
sempurna. “Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.” (QS. At tin [95]:4)
2. Manusia diciptakan tuhan untuk menjadi khalifah nya di bumi. Hal itu dinyatakan Allah
dalam firman-nya. Di dalam surat al-baqarah [2]:30
3. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dalam firman-nya
yang kini dapat dibaca dalam Al-Quran surat At-Thur [52]:21 “Setiap manusia terikat (dalam
arti bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.”
4. Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan makhluk lainnya. Artinya,
manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan
yang buruk.
3. Tujuan Penciptaan Manusia

Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak
sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang dikandung oleh kata
memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan
kesukaan (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya

4. Kedudukan Manusia

Kedudukan manusia yang dimaksud di sini adalah konsep yang menunjukkan


hubungan manusia dengan Allah dan dengan lingkungannya. Ayat-ayat yang relevan dengan
masalah tersebut adalah antara lain :

1. Q.S.Fathir, 35/43:39

Ayat 39-41: Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengangkat manusia sebagai khalifah di


bumi dan penjelasan tentang keesaan Allah dan kekuasaan-Nya.
ُ‫ض فَ َم ْن َكفَ َر فَ َعلَ ْي ِه ُك ْف ُرهُ َوال َي ِزيد‬
ِ ‫األر‬
ْ ‫ف فِي‬ َ ِ‫ُه َو الَّذِي َج َعلَ ُك ْم خَالئ‬
‫ارا‬
ً ‫س‬َ ‫ْال َكافِ ِرينَ ُك ْف ُر ُه ْم ِع ْندَ َر ِبِّ ِه ْم ِإال َم ْقتًا َوال يَ ِزيدُ ْال َكافِ ِرينَ ُك ْف ُر ُه ْم ِإال َخ‬
)٣٩(
“Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barang siapa kafir, maka
(akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya
akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya
akan menambah kerugian mereka belaka.”

2. Q.S. Hud, 11/52:61

”Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata,
"Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada bagimu Tuhan yang berhak disembah
selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya]. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat dan memperkenankan (doa
hamba-Nya)."

3. Q.S Az-Zariyat, 51/67:56

1. Manusia Sebagai Khalifah

Kedudukannya manusia sebagai khalifah. Dijelaskan bahwa Allah yang menjadikan


manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Penegasan ini mengisyaratkan adanya hubungan
antara manusia dengan Tuhan. Selanjutnya ayat tersebut juga mengingatkan bahwa siapa yang
ingkar, khususnya mengingkari Tuhan yang telah menjadikan khalifah, maka ia sendiri yang
menanggung akibat pengingkarannya itu berupa kemurkaan Tuhan dan kerugian bagi dirinya
sendiri.

2. Manusia Sebagai Pembangun

Kedudukan manusia sebagai pembangun peradaban berdasarkan firman Tuhan yang


telah di kemukakan, yakni Huwaansya’akum min al-ardh wa’sta’marakumfiha, “Dia telah
menghidupkan kamu di bumi dan memberi kamu kesukaan memakmurkannya (menjadikan
kamu sebagai pembangun kemakuran).”

B. HAKIKAT MANUSIA

Hakikat manusia secara umum adalah sebagai berikut :


1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya.
3. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
4. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
5. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
6. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
7. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
8. Makhluk yang berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban, mencari
jwaban berarti mencari kebenaran.

Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an


Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan
sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa.
Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam
perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia
harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam
hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat
aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).

C. AGAMA
1. Pengertian Agama
Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a=tidak gama=kacau) dengan
kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan.
Didunia baratter dapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu: religi, religie,
religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian
, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis per ibadatan yang dilakukan secara berulang ulang.

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan nya.
Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti: hukum,
perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan pembalasan. Kesemuanya itu
memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari
seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai
manifestasi ketaat anter sebut (Moh.Syafaat,1965).
Dan secara umum, Agama adalah suatu system ajaran tentang Tuhan, dimana penganut-
penganut nya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral atau social atas dasar aturan-aturan-
Nya.

2. Syarat-Syarat Agama

a. Percaya dengan adanya Tuhan


b. Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup umat-umatnya
c. Mempunyai tempat suci
d. Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan
e. Mempunyai hari raya keagamaan
3. Unsur-Unsur Agama

Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agam.
4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

4. Fungsi Agama
• Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
• Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia.
• Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
• Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
• Pedoman perasaan keyakinan
• Pengungkapan estetika (keindahan)
• Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama

D. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan dan
sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan kehidupan beragama
tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari semua
perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa
ketergantungan manusia terhadap kekuatan ghaib yang mereka rasakan sebagai sumber
kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan
kepada kekuatan ghaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat dan
sejahtera. Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan ghaib yang mereka rasakan sebagai sumber
kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan memohon peeerlindungan dan
bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya kebutuhan akan bantuan
dan perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan desakan dari dalam diri mereka,
yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan. Dengan demikian rasa agama dan perilaku
keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia,
atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.
KESIMPULAN

➢ Sehingga dapat di simpulkan bahwa agama sangat di perlukan oleh


manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi
lebih bermakna.

➢ Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang


memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan
fungsinya didunia sebagai khalifah Allah), mengantur alam dan
mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri
dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah. Rasa
agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama)
merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain
merupakan “fitrah” manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Drs.Fathoni Ahmad Miftah, M.Ag, Pengantar Studi Islam, 2001, Semarang, Gunung Jati.

Supadie Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam, 2011 , Jakarta, Rajawali Pers.

Muhaiman dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, 1994, Surabaya,Karya Abditama

Syukur Amin Prof. Dr. H. M., MA, Pengantar Studi Islam, 2010, Semarang, Pustaka Nuun

Buku Pendidikan Agama Islam. Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H

Anda mungkin juga menyukai