Anda di halaman 1dari 14

Teori Thorndike : Koneksionisme atau Bond-Psychology

Berbeda dengan penelitian-penelitian laboratorium mengenai hal belajar itu yang telah
dilakukan oleh ahli-ahli yang lebih dahulu, dalam eksperimen ini Thorndike memasukkan
masalah baru di dalam belajar, yaitu masalah baru di dalam belajar, yaitu masalah dorongan
(motivation), hadiah (ganjaran, reward), dan hukuman (punishment). (Sumadi, 1995:266)

Baik belajar pada hewan, maupun belajar pada manusia itu berlangsung menurut tiga macam
hukum belajar pokok, yaitu:

a. Law of readines
Adalah prinsip tambahan yang menggambarkan taraf fisiologis bagi law of effect
Hukum ni menunjukkan keadaan dimana pelajar cenderung untuk mendapatkan kepuasaan
atau ketidakpuasan, menerima atau menolak sesuatu.
(Sumadi, 1995:267)
b. Law of exercise
Hukum ini mengandung dua hal yaitu:
1. Law of use: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat kalau
ada latihan, dan
2. Law of disuse: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah
atau terlupa kalau latihan-latihan atau penggunaan dihentikan.
(Sumadi, 1995:270)
c. Law of effect
Law of effect ini menunjukkan kepada makin kuat atau makin lemahnya hubugan sebagai
akibat dari pada hasil response yang dilakukan. Apabila suatu hubungan atau koneksi dibuat
dan disertai atau diikuti oleh keadaan yang memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan
bertambah, sebaliknya apabila suatu koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh keadaan
yang tidak memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan berkurang.
(Sumadi, 1995:271)
Pada pokoknya ada dua macam keberatan.yang diajukan terhadap law of effect:
1. Kepuasan dan ketidak puasan itu adalag istilah subjektif, jadi tidaklah tepat untuk
menggambarkan tingkah laku hewan. (Sumadi, 1995:271)
2. Pengaruh (effect) daripada apa yang dialami atau terjadi di masa lampau yang dirasakan
kini tidak dapat diterima, sebab apa yang lampau adalah sudah lampau, dan pengaruhnya
tidak dapat dirasakan kini. (Sumadi, 1995:272)

Lima hukum Subsider tersebut adalah:


1. Law of multiple response
2. Law of attitude (law os set, law of disposition)
3. Law of partialactivity (law of prepotency element)
4. Law of response by analogy (law of assimilation)
5. Law of associative shifting.
(Sumadi, 1995:273).

REFERENSI:
Sumadi SuryaBrata, B.A, Drs. M.A, Ed.S, Ph.D. 1995. Psikologi Pendidikan. Rajawali
Pers:Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandang psikologi belajar tertentu. Dengan
perkembangannya psikologi dalam pendidikan, maka dengan itu bermunculan berbagai teori
tentang belajar, justeru dapat dikatakan bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang
belajar. Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Didalam masa
perkembangan psikologi pendidikan dijaman mutakkhir ini muncullah secara beruntun
beberapa aliran psikologi pendidikan,
B. Rumusan masalah
Dari beberapa aliran psikologi, behavioristik adalah merupakan salah satu aliran yang
dimiliki oleh Edward Lee Thorndike sehingga dalam makalah ini akan mengangkat tentang :
1. Biografi Edward Lee Thorndike
2. Bagaimana teori-teori Edward L.T. ?
3. Apa saja hukum-hukum yang digunakan Edward L.T. ?
D. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan mahasiswa/mahasiswi
terhadap psikologi pendidikan terutama tentang pemikiran dan teori-teori Edward Lee
Thorndike sesuai dengan makalah yang tersusun ini.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Biografi singkat Adward Lee Thorndike (1874-1949)


Adward lee thorndike lahir tnggal 31 Agustus 1874 di Williamsburg, dan Meninggal tanggal
10 Agustus 1949 di Montrose, New York.
Ia adalah seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers
College, Columbia University. Masa kanak-kanak dan Pendidikannya adalah sebagai anak
seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Thorndike lulus dari The Roxbury
Sekolah Latin (1891), di West Roxbury, Massachusetts, Wesleyan University (BS 1895),
Harvard University (MA 1897), dan Columbia University (PhD. 1898).
Beberapa buku yang pernah ditulis, antara lain :
Animal Intelligence : An Experimental Study of Asociation Process in Animal 1898 (saat
Thorndike berusia 24 tahun)
Buku ini berisi penelitian Thorndike terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan, yang
mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang ia anut yaitu asosiasi
Educational Psychology (1903)
Buku ini merupakan penerapan prinsip transfer of training di bidang pendidikan. Berkat buku
ini dan prestasinya yang lain, Thorndike diangkat menjadi guru besar di Teachers College
of Columbia.
Animal Intelligence 1911
Sebenarnya buku ini merupakan disertasi doktornya (1898) yang dikembangkan bersama
dengan penelitian-penelitiannya yang lain.
Thorndike dianggap sebagai pelopor di beberapa bidang, antara lain:
learning theory
educational practice
verbal behavior
comparative psychology
intelligence testing
nature-nurture problem
transfer of learning
application of quantitatives measures to sociopsychological problems

1. Pandangan Adward lee thorndike terhadap teori belajar.


Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu
perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme
untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Eksperimen thorndike ini menggunakan hewan-
hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dari eksperimen kucing lapar
yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan
antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat
serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error)
terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah trial and error learning atau selecting
and connecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu
teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi
sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah
satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.
Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dilaparkan dan
diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila
kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan
teori trial and error atau selecting and conecting, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan
cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut
cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap
respons menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan
respons lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
S R S1 R1 dst
Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha
untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja
kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera
lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10
sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila
di luar diletakkan makanan.
2. Teori belajar Edward lee Thordhike.
Psikologi aliran behaviristik mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori-teori
tentang belajar yang dipelopori oleh Edward lee thorndike dll. Mereka masing-masing telah
mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di dominasi oleh pengaruh dari
Thorndike (1874-1949), ia mengemukakan teorinya yang disebut sebagai teori belajar
Connectionism karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara
stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut Trial and error dlam rangkan menilai
respon yang terdapat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil
penelitiannya terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku
anak-anak dan orang dewasa. Ia mengatakan, bahwa belajar dengan Trial and error itu
dmulai dengan adanya beberapa motif yang mendorong keaktivan. Dengan demikian, untuk
mengaktifkan anak dalam belajar dibutuhkan motivasi.
Objek penelitian di hadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek
melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu, dalam hal ini objek mencoba
berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu
reaksi dengan stimulasinya.
Ciri-ciri belajar dengan trial and error :
1. Ada motif pendorong aktivitas
2. ada berbagai respon terhadap situasi
3. ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah
4. ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
Teori belajar koneksionisme ini ada juga keberatan-keberatannya antara lain:
a. belajar menurut teori ini bersifat mekanistis. Bila diberikan S dengan sendirinya atau
secara mekanis/otomatis timbul R. latihan-latihan ujian banyak berdasarkan pendirian ini.
b. Pelajaran bersifat teacher-centered. Yang terutama aktif adalah guru. Dialah yang melatih
anak-anak dan yang menentukan apa yang harus diketahui oleh anak-anak.
c. Anak-anak pasif artinya kurang didorong untuk aktif berfikir, tak turut menentukan bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
d. Teori ini membutuhkan pembentukan meteriil, yaknimenumpuk pengetahuan, dank arena
itu sering menjadi intelektualis. Knowledge is power. Pengetahuan dianggap berkuasa.

3. Hokum-hukum belajar Adward lee thorndike


Adward lee thorndike dengan = S-R. bond theory = tersebeut menyusun hukum-hukum
belajar sebagai berikut:
1. Hukum hukum primair, ditemukan sekitar tahun 1930-an yang terdiri dari:
a. law of readiness:, artinya bahwa kesiapan untuk bertindak itu timbul, karena penyesuaian
diri dengan alam sekitarnya, yang akan member kepuasan. Apabila tidak memenuhi kesiapan
bertindak, maka tidak akan member kepuasan.
b. law of exercise, artinya pengaruh-pengaruh dari latihan. Maksudx, bahwa suatu
hubungan menjadi kuat apabila sering berlatih dan hubungan menjadi lemah atau hilang,
apabila kurang atau tidak ada latihan.
c. law of effect artinya: bahwa kelakuhan yang dilakukan dengan pengalaman yang
memuaskan, cenderung ingin diulangi lagi, sedangkan yang tidak mendatangkan kepuasan
cenderung dilupakan.
2. Hukum-hukum secundair, terdiri dari:
a. law of multiple response, artinya: bermacam-macam usaha coba-coba dalam menghadapi
situasi yang kompleks (problematis), maka salah satu dari percobaan itu akan berhasil juga.
Maka, hukum ini disebut pula trial and error.
b. law of assimilation, artinya orang dapat menyesuaikan diri pada situasi baru, asal situasi
tersebut ada unsure-unsur yang bersamaan.
c. law of partial activity, artinya seorang dapat bereaksi secara selektif terhadap
kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Dari uraian d iatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Teori belajar yang dikemukakan Edward Lee Thorndike disebut dengan Teori
Connectionism atau dapat juga di sebut Trial and Error Learning.
2. Ciri-ciri Belajar dengan Trial and Error adalah :
a. Ada motif pendorong aktivitas
b. Ada berbagai respon terhadap situasi
c. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah
d. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
3. Hukum-hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike adalah hukum primeir dan hukum
skunder.
Menurut teori ini belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu
perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme
untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Jadi teori ini mengajarkan supaya bersikap aktif.

DAFTAR PUSTAKA

http://tokoh-ilmuwan-penemu.blogspot.com/2010/03/tokoh-psikologi-edward-lee-
thorndike.html
Tokoh Psikologi Pendidikan Edward Lee Thorndike a home of knowledge.htm

Mudzakir ahmad dan sutrisno joko, psikologi pendidikan, pustaka setia, Jakarta: 1997.

Tadjab, ilmu jiwa pendidikan, karya abditama. malang: 1992.

Soemanto wasty, psikologi pendidikan, rineka cipta. Jakarta :1998 .


Abror ranchman, psikologi pendidikan, tiara wacana. jogja: 1993.

Uman cholil, ikhtisar psikologi pendidikan, duta arkasa. Surabaya: 1995.


TEORI - TEORI PSIKOLOGI BELAJAR A. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar
behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal
yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan
perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori Behavioristik: 1. Mementingkan faktor lingkungan 2.
Menekankan pada faktor bagian 3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan
mempergunakan metode obyektif. 4. Sifatnya mekanis 5. Mementingkan masa lalu Beberapa
tokoh penting dalam teori belajar behavioristik antara lain adalah: a. Edward L. Thorndike
Psikologi aliran behavioristik mulai mengalami perkembangan melalui lahirnya teori-teori
tentang belajar yang dipelopori oleh Edward L. Thorndike (1874-1949) pertama kalinya
tentang kecerdasan hewan (animal inteligent) pada 1998. Prinsip teori Thorndike adalah
belajar asosiasi antara kesan panca indra (sense impression)dengan impuls untuk bertindak
(impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lenih lemah dalam
terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itulah, teori Thorndike disebut
connectionism atau bond psychology. Pada awal eksperimennya dilakukan dengan
mempegunakan kucing. Setelah eksperimen terhadap kucing tersebut berhasil, diteruskan
dengan subjek lainnya mulai anjing, ikan, dank era. Awalnya dipilih kucing yang masih muda
dibiarkan lapar kemudian dimasukkan ke dalam kotak (puzzle box)bentuk pintu kurungan
dibuat sedemikian rupa sehingga jika kucing menyentuk tombol tertentu pintu kotak akan
terbuka dan kucign dapat keluar dan mencapai daging yang ditempatkan diluar kotak sebagai
penarik bagi kucing yang lapar itu. Pada usaha pertama kucing belum terbiasa memecahkan
problemnya, sampai kemudian menyentuh tombol dan pintu terbuka. Waktu yang dibutuhkan
dalam usaha pertama agak lama. Percobaan yang sama dilakukan berulang-ulang. Dengan
terlatihnya proses belajar dari kesalahan (trial and error), maka waktu yang dibutuhkan untuk
memecahkan problem itu makin singkat. Hal ini ditafsirkan Thorndike sebenarnya ia tidak
mengerti cara membebaskan diri dari kotak itu, tetapi belajar mencamkan dan
mempertaruhkan untuk siap berfikir (think trough) mempertahankan respon yang benar dan
menghilangkan respon yang salah. Eksperimen di atas diharapkan kepada situasi yang belum
dikenal dan membiarkan subjek melakukan berbagai aktivitas untuk merespon situasi dan
mencoba untuk bersaksi sehingga dapat menemukan keberhasilan dan membuat koreksi
sesuatu dengan stimulusnya. Teori koneksionisme disebut juga S.R. Bond Theory dan S.R.
Psyochology atau terkenal dengan sebutan trial and error learning. Teori ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut : 1) Adanya motif yang mendorong altivitas. 2) Adanya berbagai
respon terhadap situasi. 3) Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau salah. 4) Adanya
kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan. Menurut Thorndike, dasar proses belajar
pada hewan maupun pada manusia adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun pada
manusia, mengacu pada tiga hokum belajar pokok, yaitu: a) Law of readiness ialah reaksi
terhadap stimulus yang didukung oleh kesiapan untuk bertindak dan bereaksi itu-reaksi itu
menjadi memuaskan. b) Law of exercise ialah hunungan stimulus respon apabila sering
digunakan akan makin kuat melalui repetition (pengulangan). - Law of use Hubungan
stimulus respon bertambah kuat jika ada latihan. - Law of disuse Hubungan stimulus respon
bertambah lemah jika latihannya dihentikan. c) Law of effect ialah menunjukkan kepada
makin kuat atau lemahnya hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang dilakukan.
Hasil dari semua perbandingan dari berbagai cara itu sama saja, yaitu teori koneksisme.
Koneksi (hubungan) yang membawa hadiah selalu bertambah kuat, sedangkan koneksi yang
membawa hukumannya hanya sedikit saja bertambah lemah. Teori Thorndike member
pengaruh yang besar sekali dalam masalah belajar. b. Ivan Petrovitch Pavlov Pavlov adalah
seorang psikolog asal rusia. Pada tahun 1920 Pavlov melakukan percobaan terhadap anjing
yang diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Dari hasil
percobaannya, sinyal (pertanda) memainkan peran yang sangat penting dalam adaptasi hewan
terhadap sekitarnya. Makanan disebut perangsang tak bersyarat (unconditioned stimulus,
disingkat US), sedangkan keluarnya air liur karena makanan disebut reflex tak bersyarat
(unconditiones relex, di singkat CR). Pertanda atau sinyal itu disebut dengan pertangsang
bersyarat (conditioned stimulus, di singkat CS). Teori classical conditioning yang ditemukan
Pavlov didasarkan pada tiga proses, yaitu: pertama, penyamarataan (generalization)sebab
respon dikondisikan dengan kehadiran stimulus yang sama melalui keluarnnya air liur.
Kedua, perbedaan (descimination) untuk merespon apabila ada perangsang makanan ke
mulutnya. Ketiga, pemadaman (extintion) terjadi ketika stimulus disajikan berulang-ulang
tanpa adanya stimulus berupa makanan. Kesimpulan dari percobaan Pavlov ialah apabila
stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi
(CS), sepat atau lambat, akan menimbulan respon atau perubahan yang kita kehendaki dalam
CR. Skinner berpendapat bahwa percobaan Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hokum
yang berbeda, yakni: law of respondent conditioning atau hokum pembiasaan dan law of
respondent extinction atau hokum pemusnahan yang dituntut. Law of respondent
conditioning ialah jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks ketiga yang terbentuk dari respon penguatan
refleks dan stimulus tadi adalah CS dan CR. Sebaliknya, law of respondent extinction ialah
jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali
tanpa menghadirkan kekuatan, maka kekuatannya akan menurun. c. Burrhus Frederic Skinner
Teori operant conditioning oleh B.F. Skinner tahun 1930, melalui eksperimen seekor tikus
yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama Skinner Box.
Eksperimen skinner mempunyai kemiripan dengan teori trial and error learning oleh
Thorndike.tingkah laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan kepuasan, sedangkan
menurut Skinner fenomena tersebut melibatkan reinforcement/penguatan. Kedua teori ini
secara langsung atau tidak mengakui arti penting law of effect. Dalam eksperimen terhadap
tikus-tikus dalam kotak, digunakan suatu tanda untuk memperkuat respon (disciminative
stimulus) berupa tombol lampu dan pemindah makanan.Reinforcement stimulus tersebut
berupa makanan.Teori semacam ini mengacu pada dua hukum yang berbeda,yakni law
operant conditioning jika timbulanya tingkah laku operant diinringi dengan stimulus
penguat,maka kekuatan tingkah laku tersebut akan meningkat.Sebaliknya,menurut law of
operan extinction, jika timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut
akan menurun atau padam.Hukum-hukum ini pada dasarnya sama dengan hukum yang
melekat dalam proses belajar teori classical conditioning.Karena mempunyai kesamaan,
oarang sering merasa kebingunganb membedakan keduanya. d. Robert Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenaldengan
penemuannya berupa condition of learning. Menurut pemahaman Robert Gagne dalam
(http://moshimoshi.netne.net/materi/psikologi pendidikan/bab7.htm Diunduh pada tanggal 29
maret 2012 pukul 14.00) pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam
training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori
instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi
media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional. Gagne disebut
sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal
pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah
menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan
intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai
dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian
SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih
tinggi(belajar aturan danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap
mengacu pada asosiasi stimulus respon. e. Albert Bandura (1925-masih hidup) Bandura lahir
pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang
psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri.
Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak
meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Faktor-faktor yang
berproses dalam belajar observasi adalah: 1. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan
karakteristik pengamat. 2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean
simbolik. 3. Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru,
keakuratan umpan balik. 4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan
terhadap diri sendiri. Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan
mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut: 1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan
diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara
simbolik kemudian melakukannya. 2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika
sesuai dengan nilai yang dimilikinya. 3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika
model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang
bermanfaat. Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam
kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya
perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori
Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan
secara massal. Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang
mendasarinya yaitu: a. Mementingkan pengaruh lingkungan b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
melalui prosedur stimulus respon e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah
terbentuk sebelumnya f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi
ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada
yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat
diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari
penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Kritik
terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat
mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat
tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai
dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini,
sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan
kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan
sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau
pujian. Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari
luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh
para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa. B. Teori belajar kognitif Aliran kognitif berupaya mendeskripsikan apa yang terjadi
dalam diri seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatian pada peristiwa-
peristiwa internal. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru dengan jalan
mengaitkannya dengan struktur informasi yang telah dimiliki. Belajar terjadi lebih banyak
ditentukan karena adanya karsa individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab
terjadinya belajar, tetapi sekedar memudahkan belajar. Keaktifan mahasiswa menjadi unsur
yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Kini teori ini diakui memiliki
kekuatan yang dapat melengkapi kelemahan dari teori behavioristik bila diterapkan dalam
pembelajaran. Munculnya Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), keterampilan proses, dan
penekanan pada berpikir produktif merupakan bukti bahwa teori kognitif telah merambah
praktek pembelajaran. Namun operasionalisasi dari teori ini nampak tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan teori bahavioristik. Bahasan singkat ini berupaya mendeskripsikan
bagaimana pemanfaatan teori-teori ini dalam mengembangkan strategi pembelajaran di
Perguruan Tinggi, terutama dalam menata lingkungan belajar agar muncul prakarsa belajar
dalam diri mahasiswa. Juga tentang unsur apa yang terpenting yang perlu ada dalam
lingkungan belajar mahasiswa. Semuanya diarahkan agar mahasiswa dapat belajar dengan
caranya yang terbaik sehingga mereka dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan
potensinya. Teori Modifikasi Perilaku Kognitif Meichenbaum menyatakan bahwa individu
dapat diajarkan untuk memantau dan mengatur perilakunya sendiri. Cara yang digunakan
yaitu melatih individu yang terganggu emosionalnya untuk membuat dan menjawab
pertanyaannya sendiri. Ada 5 tahap kegiatan belajar mandiri yang dikembangkan
Meichenbaum, yaitu: 1. Model orang dewasa melakukan tugas tertentu sambil berbicara
dengan keras (Modeling kognitif). 2. Anak melakukan tugas yang sama di bawah arahan
pembelajaran dari model (Bimbingan eksternal). 3. Anak melakukan tugas sambil
membelajarkan diri sendiri. 4. Anak membelajarkan dirinya sendiri dengan cara berbicara
pelan pada saat melanjutkan tugas. 5. Anak melakukan tugas untuk mencari kinerja tertentu
dengan melakukan percakapan diri sendiri. a. Pemahaman pencerahan (insight) Menurut
aliran Gesalt, kegiatan belajar menggunakan insight adalah pemahaman terhadap hubungan-
hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dari apa
yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang dari pada
hukuman dan ganjaran. Orang yang dipandang didapatkan pemecahan problem yang
merupakan inti belajar. Jadi, yang penting bukanlah mengulang-ulang hal yang harus
dipelajari, melainkan mengertinya, mendapatkan insight. Ada enam macam sifat khas belajar
dengan insight sebagai berikut: 1) Insight tergantung atas kemampuan dasar. Perbedaan
individual dalam hal kemampuan dasar antara individu yang satu dan individu yang lain,
masa kanak-kanak pada umumnya masih sangat sukar untuk belajar. 2) Insight didahului
melalui periode mencoba-coba. Sebelum dapat memperoleh insight, orang harus sudah
meninjau problemnya di berbagai arah dan mencoba-coba memecahkannya. 3) Pengalaman
masa lampau seseorang yang relafan mempengaruhi insight seseorang. 4) Belajar dengan
insight dapat dilakukan berulang-ulang (refetition). 5) Insight dapat digunakan untuk
menghadapi situasi-situasi baru. 6) Insight terjadi apabila situasi belajar dikondisikan
sedemikian rupa melalui pengaturan secara eksprimental b. Teori belajar dari Kurt Lewin
Menurut teori Lewin, adanya asosiasi tidak memberikan motor penggerak bagi aktivitas
mental. Menurutnya, akan selalu ada tegangan yang perlu pada tiap aktivitas. Belajar
berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur
kognitif hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi dan lainnya dari
kebutuhan dan motifasi internal individu. Motivasi mempunyai peran penting dalam belajar
dari hadiah dan hukuman. Perubahan struktur kognitif (pengetahuan) dapat terjadi karena
pengulangan situasi perlu diulang-ulang dalam strukturnya berubah. Hal yang terpenting
bukanlah ulangan itu terjadi, melainkan struktur kognitif yang berubah. Terbukti, daya
eksperimen mengenai insight bahwa terlalu banyak ulangan tidak menambah belajar,
sebaiknya mungkin menyebabkan kejenuhan psikologi yang menyebabkan kekaburan dalam
struktur kognitif. Pengalaman dalam belajar merupakan ciri perubahan struktur
kognitif.struktur kognitif itu juga berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan yang ada pada
individu. Kekuatan psikologis yang bersangkutan dengan suatu kebutuhan dapat berakibat
salah satu diantara dua keadaan berikut : 1) Hal itu mengakibatkan locomotion dalam arah
kekuatan itu, artinya kebutuhan itu dipuaskan dengan jalan biasa, belajar yang baru tak perlu
lagi, dan struktur kognitif tetap baik. 2) Kekuatan itu dapat mengakibatkan perubahan dalam
struktur kognitif. Locomotion dimungkinkan artinya hubungan-hubungan dalam situasi
dilihat dengan pandangan (cara) baru sehingga kebutuhan dapat dipuaskan. Teori belajar
modifikasi perilaku koginitif ini menekankan pada modeling percakapan diri sendiri secara
meningkat berpindah dari perilaku yang dikendalikan oleh orang lain kepada perilaku yang
dikendalikan oleh diri sendiri, di mana individu menggunakan percakapan diri sendiri pada
waktu melaksanakan tugas. C. Teori Belajar Humanistik Menurut Teori humanistik, tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses
belajar, ialah : 1. Proses pemerolehan informasi baru. 2. Personalia informasi ini pada
individu. Menurut Tokoh-tokoh penting teori belajar humanistik dalam
http://www.slideshare.net/jayamartha/teori-belajar-dan-pembelajaran-6-teori-
belajarhumanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan
Carl Rogers. a. Arthur Combs (1912-1999) Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967)
mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka
harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk
itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa
tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari
yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. Combs memberikan
lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik
pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar
(2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin
berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan. b. Maslow Teori Maslow didasarkan
pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal : 1) Suatu usaha yang positif untuk
berkembang 2) Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia
dapat menerima diri sendiri(self). Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia
menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut
Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada
waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi. c. Carl Rogers Carl
Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam
bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang
psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D
pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk
mencegah kekerasan pada anak. Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun
1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap
mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe belajar,
yaitu: 1) Kognitif (kebermaknaan) 2) Experiential ( pengalaman atau signifikansi) Guru
menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari
mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup
keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek
yang membekas pada siswa. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu: 1)
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang
bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa 3) Pengorganisasian bahan pengajaran
berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4)
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses. Dari
bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang
penting diantaranya ialah : 1) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami. 2)
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi
dengan maksud-maksud sendiri. 3) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya. 4) Tugas-
tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila
ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil. 5) Apabila ancaman terhadap diri siswa
rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah
proses belajar. 6) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya. 7) Belajar
diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab
terhadap proses belajar itu. 8) Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa
seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari. 9) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih
mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri
dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting. 10) Belajar yang paling
berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu
keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri
sendiri mengenai proses perubahan itu. Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo
konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan
Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif
adalah : 1) Merespon perasaan siswa 2) Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan
interaksi yang sudah dirancang 3) Berdialog dan berdiskusi dengan siswa 4) Menghargai
siswa 5) Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan 6) Menyesuaikan isi kerangka berpikir
siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa) 7) Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Implikasi Teori
Belajar Humanistik: a. Guru Sebagai Fasilitator Psikologi humanistik memberi perhatian atas
guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan
belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari
beberapa guidenes(petunjuk): 1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan
suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas. 2. Fasilitator membantu untuk
memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-
tujuan kelompok yang bersifat umum. 3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-
masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi. 4. Dia mencoba
mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah
dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka. 5. Dia menempatkan
dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan
cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok. 7. Bilamana cuaca penerima
kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang
turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai
seorang individu, seperti siswa yang lain. 8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam
kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak
memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak
oleh siswa. 9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar 10. Di dalam berperan sebagai seorang
fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa Aplikasi
teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik
adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi
dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang
umumnya dilalui adalah : 1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas 2. Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif. 3.
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri. 4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri. 5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan. 6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya. 7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai
dengan kecepatannya. 8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
siswa. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku
dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang
berlaku. DAFTAR PUSTAKA Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi
Pendidikan. Semarang: Unnes Press Bahruddin.2009.pendidikan dan psikologi
perkembangan. Jogjakarta : Ar-ruzz media Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Anda mungkin juga menyukai