Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut ahli-ahli psikologi behavioral, pembelajaran adalah perubahan
tingkah laku yang berlaku dalam diri seseorang individu yang disebabkan oleh
pengalaman. Proses pembelajaran ini dilalui oleh setiap insan sejak dia dilahirkan,
sehingga sukar bagi kita untuk membeda dan memisahkan antara pembelajaran
dengan tumbesaran, kerana kedua-duanya adalah saling berkaitan. Behaviorisme
menumpukan perhatian ke atas aspek tingkah laku manusia yang boleh
diperhatikan dan boleh diukur.
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini
lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-respon,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Ahli-ahli psikologi behavioris berpendapat sesuatu benda yang wujud
adalah benda yang boleh diperhatikan. Kita tidak dapat melihat pemikiran, tetapi
kita dapat membuat pemerhatian terhadap perlakuan manusia. Dari tingkah laku
ini kita dapat membuat kesimpulan tentang apa yang sedang difikirkan. Antara
tokoh-tokoh behaviorisme yang terkemuka ialah ahli-ahli perilaku operan Skinner
dan teori perilaku sosial Bandura.
Skinner bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu diurutkan
atau dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen tingkah
laku yang spesifik. Selanjutnya setiap tingkah laku yang dilakukan dengan baik
diberi penguatan supaya tingkah laku itu terus diulang-ulang dan agar termotivasi

1
untuk mencapai tingkah laku puncak yang diharapkan. Teori Belajar Sosial
umumnya menerima sebagian besar prinsip prinsip teori belajar tingkah laku,
namun teori ini lebih memusatkan pada pengaruh signal (cues) pada tingkah laku
dan pada proses mental internal, menekankan pengaruh pikiran pada tindakan dan
pengaruh tindakan terhadap pikiran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori belajar perilaku menurut Skinner ?
2. Bagaimana pengaplikasian teori belajar perilaku menurut Skinner ?
3. Bagaimana teori belajar sosial menurut Bandura ?
4. Bagaimana pengaplikasian teori belajar sosial menurut Bandura ?

C. Tujuan
1. Memahami teori belajar perilaku menurut Skinner
2. Mengetahui pengaplikasian teori belajar perilaku menurut Skinner
3. Memahami teori belajar sosial menurut Bandura
4. Mengetahui pengaplikasian teori belajar sosial menurut Bandura

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Teori Kondisioning Operan B.F Skinner


Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada
waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu
model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada
pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive
behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan)
dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau
memicu suatu respon tertentu.
Skinner merupakan salah satu ahli pendidikan yang mengembangkan teori
behaviorisme. Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang
individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek
mental seperti, kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam kegiatan
belajar. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus (S) dengan respon (R). Menurut teori ini, dalam belajar
yang paling penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa
respon.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex
bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak
mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan
tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi
dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan
perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap
organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon
nanti.

1. Kajian Umum Teori B.F Skinner


Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan.
Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-

3
konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu
akan diulangi. Ada enam asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning
operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai
berikut:
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya
perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di
tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di
definisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di
control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber
informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
e. Tingkah-laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok.
f. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis
mahkluk hidup.

Tabel 1. Perbandingan Respons Elisit dan Tingkah-Laku Operan


Respons Elisit ( Refleks ) Respons Emisi atau Operan
Ada korelasi yang dapat diamati Ada respons bertindak mengenai
antara stimulus dan respons; Respons lingkungan yang menimbulkan
yang terpancing keluar terutama konsekuensi yang berpengaruh pada
untuk menjaga kesejahteraan organisasi, dan dengan demikian mengubah
organisme. tingkah-laku yang akan datang; Tidak ada
korelasinya dengan stimulus sebelumnya.
Di kondisikan dengan substitusi Di kondisikan melalui konsekuensi respons
stimulus; Kondisioning Tipe S yang memperbesar peluang merespons;
Kondisioning Tipe R.

Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (J.W. Santrock, 272)


unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement )
dan hukuman (punishment). Penguatan dan Hukuman. Penguatan adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.

4
Sebaliknya, hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku.
Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua bagian dalam Mudlofir (2016), yaitu :
a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen,
kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai
A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara
lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan
penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan
atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di
hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar
istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas
terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif,
negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).

Tabel 2. Konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman

5
Penguatan positif
Perilaku Konsekuensi Perilaku kedepan
Murid mengajukan Guru menguji murid Murid mengajukan lebih
pertanyaan yang bagus banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku Konsekuensi Perilaku kedepan
Murid mengerjakan tugas Guru tidak memeriksa Murid mengerjakan tugas
dengan mencontek tugas murid dengan tidak mencontek
Hukuman
Perilaku Konsekuensi Perilaku kedepan
Murid bicara keras Guru merengut pada Nada bicara murid menurun
dikelas murid
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk
itu, konsekuensi meningkatkan perilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Tidak seluruh situasi ditangani atau direspon peserta didik walaupun ada
peluang terjadinya pengkondisian operan, karena dalam diri peserta didik terjadi
generalisasi, diferensiasi, atau diskriminasi. Generalisasi adalah pola merespon
yang dilakukan individu terhadap lingkungan atau stimuli serupa, sedangan
diferensiasi adalah pola merespon individu dengan cara mengekang diri untuk
tidak merespon karena ada perbedaan antar dua situasi serupa meski tidak sama,
yang sebenarnya sesuai direspon. Menggeneralisasi berarti merespons situasi
serupa, sedangkan mendeferensiasi berarti merespon dengan cara membedakan
antara situasi saat dua respon identik yang tidak sesuai dimunculkan. Misalnya,
bayi belajar sejak awal bahwa jika ia menangis, ia diperhatikan ibu. Oleh sang
ibu, perilaku bayi ini segera digeneralisasi dari situasi spesifik ‘ketika
diperhatikan ibu’ ke situasi baru ‘waktu si bayi menginginkan’. Ibu bijak
mendorong belajar diskriminasi pada bayi dengan sekedar tidak memperhatikanya
pada situasi tertentu, misalnya ketika ibu sedang tidak mau diganggu. Waktu
menerima telpon, ibu mengabaikan bayi yang merajuk. Bayi segera belajar
mendiskriminasikan situasi di mana perilaku pemancing perhatian tidak
diperkukuh dengan situasi serupa yang cenderung diperkukuh (Lapono, 2008).
Dalam sebuah laboratoriun skinner memasukkan tikus yang telah
dilaparkan dalam kotak yang disebut Skinner box. Yang sudah dilengkapi dengan

6
berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan.
lampu yang dapat diatur nyalanya dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena
dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar. Secara terjadwal diberikan
makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus,
proses ini disebut membentuk (shaping).

Gambar 1. Percobaan Skinner

Berdasarkan hasil percobaannya pada tikus dan burung merpati. Skinner


menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya
adalah pengetahuan yang terbentuk melalui stimulus-respons akan semakin kuat
bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu
penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus dapat
meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku, sedangkan penguatan negatif
dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang
dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium
maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka
keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (S D)-(R)-(R
Reinsf
). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam
“kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko,
berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan.
Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku
binatang itu melalui urutan stimulus-respon-penguatan yang diatur secara
seksama.

7
Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu
contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga.
Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah
laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang
cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil
sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku
positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi
peran penguat berkondisi dan alami, penguatan positif dan negatif, dan penguat
umum. Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh
Skinner dalam Muldofir (2016) antara lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada peserta didik, jika salah
dibetulkan jika benar diberi penguatan
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan
perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman

f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah dan hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variabel rasio penguatan.
Dalam pembelajaran digunakan shaping (membentuk). Disamping itu pula
dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
2. Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.

8
b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan
dan jika benar diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
f. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
i. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
k. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan.
l. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
m. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
n. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
o. Melaksanakan mastery learning (belajar tuntas) yaitu mempelajari bahan
secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-
beda iramanya.

3. Kelebihan dan Kelemahan Teori Skinner


a. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya.
hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung
dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan
meminimalkan terjadinya kesalahan.

b. Kelemahan
Adapun kelemahan teori skinner ini adalah: Pertama, proses belajar itu
dipandang dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan
mental yang tidak dapat disaksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya. Kedua,

9
proses belajar ini dipandang bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti
mesin dan robot, padahal setiap siswa memiliki self-regulation (kemampuan
mengatur diri sendiri) dan self control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif,
dan karenanya ia bisa menolak merespons jika ia tidak menghendaki, misalnya
karena lelah atau berlawanan dengan kata hati. Ketiga, proses belajar manusia
dianalogikan dengan prilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat amat
mencoloknya perbedaan antara karakter fisik dan psikis manusia dengan karakter
fisik dan psikis hewan. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang
sebuah kedisiplinan. Hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-
mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning (belajar tuntas), tugas guru
akan menjadi semakin berat.
Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan
hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner
hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari
perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan
akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-
kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

B. Teori Meniru dalam Psikologi dari Albert Bandura


Albert Bandura lahir di Mundare Northern Alberta Kanada yang
mendapatkan gelar master bidang psikologi yang kemudian terjun dalam bidang
teori dalam psikologi klinis. Bandura meneliti mengenai tingkah laku manusia dan
tertarik dengan nilai eksperimen yang kemudian juga mendapat American
Psychological Association di tahun 1980. Dalam penelitian berikutnya, Bandura
bertemu dengan Robert Sears yang kemudian belajar tentang pengaruh keluarga
pada tingkah laku sosial dan juga proses identifikasi. Mulai saat itu, Bandura
meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengangkat murid pertamanya
yakni Richard Walters untuk mendapatkan gelar doktor sebagai asistennya.
Bandura mengungkapkan pendapatnya jika meski prinsip belajar sudah cukup
menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, akan tetapi prinsip harus

10
memperhatikan tentang dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak
paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori
pembelajaran sosial yakni , manusia belajar tentang sesuatu dengan cara meniru
orang lain dan salah satu konsep dalam aliran behaviorisme menekankan pada
komponen kognitif serta pemikiran, pemahaman dan juga evaluasi.

1. Definisi Teori Meniru


Teori belajar sosial yang merupakan salah satu dari cabang psikologi
menurut Bandura adalah manusia yang belajar akan sesuatu dengan cara meniru
perilaku dari orang lain yang artinya jika seseorang akan belajar dengan cara
mengamati orang lain. Bandura menyatakan jika teori belajar sosial tidak
diciptakan untuk mengganti classical dan operant namun sebagai penyempurna
kedua teori yang sudah ada karena classical dan operant conditioning bisa terjadi
selama proses meniru tersebut sedang terjadi. Teori belajar sosial ini juga disebut
dengan pengondisian operan yang memiliki arti sama.

2. Perkembangan Teori Belajar Sosial


Bandura sebagai seorang behavioristik ini percaya jika perkembangan
teori belajar kognitif tidak cukup menjelaskan perilaku pada anak. Ia meyakini
jika proses meniru juga bisa berpengaruh terhadap perkembangan dari anak. Akan
tetapi Bandura juga merasa jika kemampuan kognitif juga berpengaruh terhadap
proses belajar khususnya ketika ia melihat eksperimen boneka bobo dimana
seorang anak memperlihatkan perilaku berbeda ketika diperlihatkan sebuah
tayangan.
Psikologi behavioristik atau belajar dengan cara meniru ini memiliki
empat batasan, yakni:
a. Mengabaikan teori-teori motivasi dan juga proses kognitif.
b. Berdasarkan penelitian terhadap hewan.
c. Mengabaikan dimensi sosial.
d. Beranggapan jika manusia merupakan organisme pasif yang tidak bisa
memilih.

11
Social learning theory atau teori belajar sosial merupakan pengembangan
dari karya Cornell Montgomery dimana ia mengajukan pemikiran jika belajar
sosial terjadi lewat empat tahap, yakni:
a. Kontak dekat
b. Perilaku model peran
c. Imitasi terhadap pihak yang superior
d. Memahami konsep perilaku yang akan ditiru.
Dalam teori belajar sosial dan psikologi klinis yang merupakan salah satu
macam-macam psikologi khusus ini, Julian Rotter menyatakan jika efek sebuah
perilaku bisa mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan hal yang sama.
Individu akan cenderung menghindari sesuatu yang berdampak negatif sekaligus
juga menginginkan hasil yang positif. Apabila seseorang mengharapkan keluaran
positif dari sebuah perilaku atau berpikir jika ada kemungkinan untuk
mendapatkan imbalan positif, maka kemungkinan juga akan mau melakukan
perilaku tersebut.
Bandura mengemukakan model determinisme timbal balik yang
mengandungi tiga faktor utama, yaitu perlakuan, individu (kognisi) dan
persekitaran. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi
pembelajaran. Bandura berpendapat bahwa perlakuan seseorang adalah hasil
interaksi antara faktor dalam diri (kognisi) dan persekitaran.

Gambar 2. Model determinisme timbal balik

Bandura merumuskan perilaku ditentukan konsekuensi hasil tindakan


individu sendiri serta konsekuensi tindakan orang-orang lain pada diri individu
itu. Penguatan diri sama pentingnya dengan penguatan dari orang lain. Oleh sebab

12
itu, perilaku peserta didik perlu dipahami melalui analisis interaksi timbal-balik
antara perilaku dengan kondisi pengendali perilaku itu. Perilaku peserta didik
sebagian membentuk lingkungan dan lingkungan yang terbentuk itu selanjutnya
membentuk perilaku. Kegiatan belajar ditempuh melalui pemajanan (exposure)
model kompeten yang mendemostrasikan cara pemecahan masalah. Belajar
dilakukan dengan mengamati perilaku orangtua, teman sebaya, guru dan orang
lain dalam wujud belajar sosial melalui meniru atau modeling. Model belajar
semacam ini sering pula disebut vicarious learning (belajar pengganti) dengan
misal guru mendemostrasikan senyuman manis pada peserta didik yang
menyerahkan tugas sekolah tepat waktu. Peserta didik lain melihat ekspresi lega
peserta didik model dan mereka termotivasi untuk meniru dengan segera
menyerahkan tugasnya pula (Lapono, 2008).
Macam macam tingkah laku dalam psikologi tersebut di beri penguatan
dengan keluaran positif sehingga membuat individu cenderung mengulang
perilaku untuk mendapatkan imbalan kembali. Teori Albert Bandura lalu
melengkapi pemikiran Rotter dan juga melengkapi karya Miller dan Dollard.
Bandura berpendapat jika manusia bukan makhluk yang hanya meniru apapun
yang dilihat akan tetapi manusia juga bisa memilih perilaku yang mana yang akan
diambil dan juga yang dibuang.
Bandura (1977) berkata bahwa manusia sesungguhnya adalah prosesor
aktif. Manusia tidak sekedar meniru, ia memikirkan konsekuensi dari perilaku
yang akan ia tiru. Apabila sebuah perilaku tidak memberikan manfaat buat
dirinya, dia tidak akan meniru. Tapi kalau perilaku ternyata memberi dampak,
maka akan ditiru. Maka, individu tidak sembarang melihat dan meniru perilaku.
Ada proses Pertimbangan yang terjadi. Ini terjadi antara proses observasi dan
proses meniru.
Bandura (dalam Slavin 1994) mengkritik Skinner, karena Skinner
mengabaikan modeling, yaitu peniruan tingkah laku orang lain dan pengalaman
vicarius yaitu belajar dari kegagalan atau sukses orang lain secara tidak langsung.
Bandura merasa bahwa yang dipelajari seseorang bukan dibentuk oleh
konsekwensinya, tetapi karena dipelajari langsung dari model. Contoh guru olah

13
raga mendemonstrasikan melompat jangkit dan siswa menirukannya. Bandura
mengemukakan bahwa belajar observasional baik langsung maupun tidak
langsung melalui empat phase, yaitu menaruh perhatian, mengingat tingkah laku
model, memproduksi tingkah laku, dan akhirnya termotivasi untuk mengulangi
tingkah laku itu (Abimanyu, 2008).
Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang
paling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang
mempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan, sehingga
dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.
Melalui perencanaan yang matang tentang apa yang harus disajikan, guru dapat
mengajarkan para siswanya tidak hanya informasi rutin dan keterampilan, tetapi
juga strategi-strategi pemecahan masalah, kode moral, standar penampilan, aturan
dan prinsip-prinsip umum, dan juga kreativitas. Guru bisa memberi contoh
tentang tindak-tanduk atau tingkah laku yang baik, yang kemudian akan
diinternalisasi oleh siswa dan kemudian menjadi standar penilaian dirinya sendiri.
Dengan kata lain, standar-standar yang diserap tadi akan menjadi dasar untuk
menilai dan menghargai dirinya sendiri. Ketika siswa bertindak sesuai dengan
standar dirinya, maka pengalaman tersebut akan memberinya penguatan. Tetapi
jika sebaliknya, pengalaman itu akan memberinya semacam hukuman (Mahendra,
2007).
Menurut Bandura, ada tiga model yang ditiru dalam observational/belajar
sosial. Tiga model itu adalah:
a. Model langsung, seorang yang nyata, berada di dekat peniru, melakukan suatu
perilaku.
b. Model instruksi verbal, seseorang menyebutkan perilaku dan ciri-cirinya secara
detil.
c. Model simbolik, karakter (nyata/fiktif) yang menampakkan perilaku melalui
media. Bisa berupa buku, video, atau film.
Menurut Bandura, ada empat tahap proses mediasi dalam teori belajar
sosial.
a. Attention atau Perhatian.

14
Kamu bisa meniru perilaku seseorang kalau sudah memerhatikan perilaku
itu terlebih dahulu. Proses peniruan dapat terjadi sempurna ketika kamu, sebagai
pengamat, memerhatikan pola-pola yang ada dengan seksama. Syarat utama untuk
meniru suatu perilaku adalah: Perilaku itu harus menarik perhatian. Kita
mengobservasi banyak perilaku, tapi tidak semua layak kita perhatikan. Bila ingin
meniru sebuah perilaku, perhatian sangat penting. Misalnya seorang guru, kalau
lagi ngajar di depan kelas. Kalau kita tidak memperhatikan, apakah kita bisa
mengerti?

b. Retention atau Pengingat.


Seberapa baik perilaku ini diingat. Kita mungkin tahu sebuah perilaku, tapi
kita tidak bisa serta merta menirunya. Ada kalanya kita lupa. Kelupaan ini bisa
mencegah proses meniru. Makanya, penting untuk mengingat perilaku sebelum
mencoba menirunya. Mengapa mengingat ini penting? Karena, tidak semua proses
belajar sosial langsung ditiru saat itu juga. Ada juga proses meniru yang tertunda,
baru terjadi beberapa saat setelahnya. Proses peniruan tidak bisa berhasil kalau
kita tidak ingat perilakunya.

c. Reproduction atau Pengulangan.


Sudah memperhatikan, sudah ingat, maka waktunya praktek! Kita
mencoba melakukan apa yang sudah kita lihat dan simpan dalam otak. Beberapa
pengulangan bisa langsung berhasil dalam sekali percobaan, ada juga yang butuh
usaha. Kita tidak akan mungkin langsung jago main basket hanya karena nonton
berkali-kali. Perlu ada pengulangan meniru supaya hasilnya bisa sesuai dengan
ingatanmu. Termasuk dalam proses pengulangan adalah pertimbangan kita
sebelum meniru perilaku. Kita bisa saja memiliki keterbatasan fisik, sehingga
walaupun kita mau meniru perilaku, kita tidak bisa.
Di sini proses pengulangan sudah terjadi. Ketika kita berpikir: “apa iya
aku bisa meniru perilaku itu?” kita sudah melakukan proses pengulangan. Namun,
yang ini baru sebatas pikiran. Di sini, kita mempertimbangkan apakah kita bisa
meniru atau tidak. Kalau ternyata kita bisa menirukan, berarti kita bisa

15
melanjutkan proses teori belajar sosial ini. Kalau tidak maka proses belajar sosial
berakhir.

d. Motivation atau Motivasi.


Ketika seeseorang sudah memperhatikan perilaku. Apakah orang tersebut
akan mengingat langkah-langkahnya dan apakah bisa menirukan perilaku itu.
Lalu, apakah proses belajar ini pasti terjadi? Belum tentu. Sebuah perilaku tidak
bisa ditiru, bila kita tidak ingin melakukannya. Dalam hal ini, motivasi mengambil
peran. Seseorang cenderung akan melakukan pengulangan ketika ada sesuatu
yang memotivasinya. Pengulangan akan terjadi apabila:
1) memberi manfaat bagi si peniru
2) peniru merasakan hal positif setelah meniru
3) ada imbalan eksternal
Jika imbalan yang didapat lebih banyak daripada usaha yang dilakukan,
maka perilaku akan ditiru oleh individu. Tapi, jika imbalan yang didapat tidak
seimbang sama usahanya, maka perilaku tidak akan ditiru.
Selain keempat aspek di atas, Bandura (1986) juga menambahkan kalau
proses peniruan lebih mudah terjadi ketika di dalam dirinya ada self efficacy dan
self regulatory yang baik. Self efficacy (efikasi diri) adalah keyakinan dalam diri
seseorang bahwa dia yakin bisa melakukan suatu kerjaan. Sementara, self
regulatory (regulasi diri) adalah kemampuan seseorang dalam mengukur dan
mengevaluasi pencapaiannya.
Bandura kemudian menyempurnakan macam-macam metode
pembelajaran sosial dengan cara menambahkan aspek perilaku dan kognitif.
Behavioral learning atau belajar perilaku mengartikan jika lingkungan membuat
seseorang akan melakukan perlikau tertentu. Belajar kognitif mengartikan jika
faktor psikologi juga memiliki andil dalam mempengaruhi seseorang berperilaku.
Manusia bisa meniru perilaku akan tetapi juga bisa memilih dan memilah perilaku
apa yang mau dipelajari. Kecakapan memilah dan memilih inilah aspek kognitif
yang dimaksud. Kesimpulannya, Bandura menyatakan jika teori belajar sosial
merupakan kombinasi lingkungan dan faktor kognitif.

16
3. Konsep Dasar Teori Belajar Sosial Bandura
Teori belajar sosial sudah menjelaskan jika manusia belajar dari observasi
orang lain. Dengan kata lain, apa yang manusia ketahui didasarkan dari penjelasan
yang diberikan orang lain pada diri sendiri. Manusia memang akan selalu belajar
menggunakan cara belajar efektif menurut psikologi seperti salah satunya belajar
dari orang lain. Beberapa cara manusia memahami suatu hal menggunakan teori
belajar sosial diantaranya adalah:
a. Harapan
Harapan merupakan konsep pertama dalam jenis-jenis metode
pembelajaran sosial. Harapan atau ekspektasi mengartikan jika pengetahuan
seseorang harus bisa mewujudkan apa yang diinginkan dari lingkungan dan
kepercayaan terhadap sesuatu harus sesuai dengan kepercayaan dari lingkungan.
Sebagai contoh, jika kita mengacungkan ibu jari untuk masyarakat Indonesia,
Korea atau Jepang, maka ini menjadi pertanda. Akan tetapi jika mengacungkan
ibu jari di Brazil, maka ini menandakan pelecehan pada orang lain secara seksual.
Ini disebabkan karena mengacungkan ibu jari di Brazil berbeda dengan Indonesia
dan tidak digunakan sebagai tanda setuju.

b. Belajar Obsevasional
Belajar observasional mengartikan seseorang mendasari pengetahuannya
dengan cara mengobservasi orang lain pada lingkungan sehingga akan ada
hubungan perilaku dengan sikap. Seseorang akan mengenali perilaku orang lain,
menyesuaikan dengan diri sendiri dan kemudian meniru perilaku tersebut di
masyarakat. Semua yang sudah diketahui tersebut juga berasal dari perilaku orang
yang ada disekitarnya. Sebagai contoh kata “pantek” di beberapa kota
mengartikan pengeboran manual untuk menggali sumur. Sedangkan di beberapa
kota Sumatera mengartikan makian. Untuk itu orang yang berasal dari Sumatera
akan terkejut ketika mendengar kata tersebut. Akan tetapi jika diobservasi dengan
baik, maka ia akan sadar jika kata tersebut memiliki arti yang berbeda.
c. Kapabilitas Behavioral
Kapasitas behavioral merujuk pada fakta jika pengetahuan seseorang
sangat dibutuhkan agar bisa mempengaruhi perilaku. Meski perilaku orang lain

17
bisa berpengaruh, namun selama perilaku diri sendiri tidak terpengaruh sampai
sadar, maka barulah perilaku agar bisa diterima masyarakat bisa diubah. Seorang
anak mungkin saja tidak sadar ketika teriak di dekat orang tidaklah sopan hingga
seseorang menegur anak tersebut. Jika anak tersebut tidak mendapat respon
negatif, maka tentunya ia akan terus melakukan hal tersebut karena ia tidak sadar.
Namun ketika sudah diberikan respon negatif atau hukuman, maka barulah anak
tersebut bisa berhenti sebab sudah mengetahui macam-macam gaya belajar
perilaku. Ketika seseorang mendapatkan respon negatif, maka ia akan mengetahui
jika perilaku yang ia lakukan tidaklah baik dan disinilah kapasitas behavioral
bermain.

d. Self Efficacy (Efikasi Diri)


Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang terhadap diri sendiri. Apabila
seseorang yakni dengan pengetahuan yang dimiliki, maka ia akan bertindak atas
dasar pengetahuannya tersebut dan akan dilakukan dengan percaya diri. Sebagai
contoh ketika mengacungkan ibu jari dan ada orang Brazil yang marah karena
perilaku tersebut, maka tentunya akan membuat pelaku heran dan mulai ragu-ragu
dengan pengetahuan yang dimiliki. Semakin banyak orang yang marah, maka
seseorang semakin paham jika mengacungkan ibu jari tersebut adalah hal yang
salah dan tidak melakukannya kembali sekaligus mengembangkan manfaat
berpikir positif.

e. Determinisme Resiprokal
Determinisme resiprokal merupakan orang yang saling meniru perilaku
ketika sedang berinteraksi. Pada saat seseorang ada dalam sebuah lingkungan,
maka ia akan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Sebagai contoh ketika
bertemu dengan guru atau dosen dan mungkin berbicara tentang tugas, maka
seseorang akan memakai kata saya dan nada bicara yang juga rendah. Namun
ketika berbicara dengan teman, maka kemungkinan akan berbicara lebih santai
baik nada dan juga bahasa berdasarkan macam-macam sifat manusia.

f. Penguatan

18
Penguatan merupakan respon yang berasal dari orang lain yang bisa
memperkuat atau bahkan melemahkan sebuah perilaku. Sebagai contoh jika
seorang wanita memakai pensil alis dengan baik dan mendapat pujian, maka ia
akan terus memakai pensil alis tersebut. Namun ketika ada orang yang menghina,
maka kemungkinan besar ia juga akan berhenti memakai pensil alis tersebut.

g. Proses Mediasi Teori Belajar Sosial


Bandura mengatakan jika manusia sebenarnya merupakan prosesor aktif.
Manusia tidak hanya meniru namun juga memikirkan konsekuensi dari perilaku
yang akan ditiru tersebut seperti dalam psikologi sosial. jika perilaku tidak bisa
memberikan manfaat untuk diri sendiri, maka ia tidak akan meniru hal tersebut.
Namun ketika perilaku tersebut memberi dampak positif, maka ia akan meniru
perilaku tersebut. Seseorang nantinya juga tidak akan sembarang melihat serta
meniru perilaku dan ada proses pertimbangan yang dilakukan di antara proses
observasi dan juga proses meniru.

4. Penerapan Teori Belajar Sosial


Eggen dan Kauchak (1997) mengemukakan penerapan teori belajar
kognitif sosial dalam kelas sebagai berikut:
a. Bertindaklah sebagai model peran bagi kelas anda. Suatu komite sekolah
mengadakan perubahan dengan mengembangkan kualitas pengajaran di
sekolah. Mereka membuat pedoman untuk guru agar menjadi model peran
yang baik.
1) Perlakukan siswa dengan penuh hormat dan sopan santun. Hindari kritik dan
segala bentuk sindiran tajam.
2) Tuntut agar siswa menghormati guru dan temannya satu sama lain.
Laksanakan aturan ini secara konsisten.
3) Komunikasikan minat anda dalam membaca dan belajar.
4) Lakukan topik yang anda ajarkan dengan antusias, penuh energi dan usaha.
b. Begitu anda memodelkan keterampilan yang anda ajarkan, diskripsikan secara
verbal dengan jelas:

19
1) Seorang guru TK membantu siswa membuat huruf b dan berkata: “Saya mulai
dengan pensil disini dan membuat garis lurus ke bawah”.
2) Guru fisika memecahkan masalah akselerasi dengan melibatkan pergeseran F
= m.a di papan tulis dan berkata: “Pertama, saya memikirkan tentang
penemuan kekuatan jaringan pada objek, lihat masalah apa yang terjadi!”
c. Jika siswa mulai menghasilkan kembali keterampilan, beri latihan secara
kelompok dengan memberi contoh sebelum menyuruh mereka
mempraktekkan sendiri.
d. Gunakan penguatan Vicarious (keberhasilan orang lain) untuk meningkatkan
efektivitas modelling. Contoh: Begitu kelompok membaca kembali ke tempat
duduk mereka, guru kelas satu berkomentar cukup keras ke seluruh kelas:
“Saya suka cara kelompok ini kembali ketempat duduknya. Karno, Viki, Ali
dan David masing masing memperoleh “bintang” karena mereka kembali
dengan cepat dan tenang”.
e. Beri kesempatan melakukan regulasi sendiri pada siswa anda.
1) Guru Geografi membantu siswanya menetapkan tujuannya sendiri untuk
mempelajari isi dari setiap unit.
2) Guru kelas lima menyuruh siswa mendesain suatu daftar cek untuk
memonitor keterampilan sosial yang dikehendaki dalam kelompok belajar
kooperatif. Mereka menandai pada daftar cek itu manakala mereka
menggunakan satu dari keterampilan itu.

5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Sosial Bandura


a. Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya
karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan
melalui sistem kognitiforang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia
bukan semata–mata reflex atasstimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi
yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu
sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya pembiasan
merespon dan peniruan. Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan

20
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak. Penelitian
ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak, faktor sosial dan
kognitif.

b. Kekurangan
Teori pembelajaran sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan
dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah
mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut
memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga,
jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui
peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan
teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif ,termasuk
perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

21
Teori belajar menurut B.F Skinner yaitu operan conditioning merupakan
suatu bentuk belajar, dimana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan oleh
konsekuensinya, individu cenderung mengulang-ulang respon yang diikuti oleh
konsekuensi yang menyenangkan. Adanya hukuman dan hadiah yang diberikan
akan membuat individu lebih mudah untuk belajar. Menurut Skinner unsur yang
terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman
(punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman
(punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu
perilaku.
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini
menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip dan teori-teori belajar perilaku,
tetapi memberi lebih banyak penekanan pada kesan dari isyarat pada perilaku, dan
pada proses mental internal. Menurut Bandura, bahwa sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain.
Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan
ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

22
Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran 3 SKS. Jakarta: Direktora Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Agus Mahendra. 2007. Modul Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK
UPI

Lapono, Nabisi. 2008. Belajar Dan Pembelajaran SD 2 SKS. Jakarta: Direktora


Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Maress, Bernadeth. dosenpsikologi.com. (2018, 25 Agustus). Teori Meniru Dalam


Psikologi Dari Albert Bandura. Diakses pada 4 Oktober 2019.
https://dosenpsikologi.com/teori-meniru-dalam-psikologi
Maulana, Robi. psikologihore.com (2017, 4 April). Teori Albert Bandura: Social
Learning. Diakses pada 4 Oktober 2019.
https://psikologihore.com/teori-albert-bandura-social
learning/2/#penelitian
Mudlofir, Ali., dan Rusydiyah, Evi Fatimatur. 2016. Desain Pembelajaran
Inovatif Dari Teori ke Praktek. Rajagrafido Persada : Jakarta.

Nuryadi. made82math.wordpresss.com. (2009, 6 Mei). Teori Belajar B.F Skinner


dan Aplikasinya. Diakses pada 4 Oktober 2019.
https://made82math.wordpress.com/2009/06/05/teori-belajar-b-f-
skinner-dan-aplikasinya/

23

Anda mungkin juga menyukai