Anda di halaman 1dari 14

Teori B.F.

Skinner
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada
awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap
para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya
dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal
dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah
laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F
Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku
yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positiI dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penghargaan negatiI. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang
diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak
ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitiI dengan asumsi dasar bahwa
kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitiI menjadi basis bagi pendekatan untuk
pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun
mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitiI dan teori belajar lainnya sangat penting
untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan eIektiI, karena pada dasarnya tidak
ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang pas dan eIektiI.
A. Tujuan
Penyusunan makalah bertujuan agar penulis mampu memahami :
1. Konsep Teori Behaviorisme dala pembelajaran
2. Tokoh-tokoh teori behaviorisme
3. Sejarah munculnya teori kondisioning operan B.F Skinner.
4. Kajian umum teori B.F Skinner.
. Aplikasi teori skinner terhadap pembelajaran.
6. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
7. Kelebihan dan kekurangan teori skinner
BAB II
TIN1AUAN TEORI
A. Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran
DeIinisi
Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktiI yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman
danpemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersiIat
mekanistis,menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon,menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkanperanan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya
perilaku yangdiinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa
tingkah lakumanusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinIorcement
darilingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat
antarareaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan
iniberpandapat bahwatingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dantingkahl laku
adalah hasil belajar.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia
adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh Iaktor-Iaktor
lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktiI yang memberirespon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka
Prinsip-prinsip teori behaviorisme adalah :
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reIlek
3. Mementingkan pembentukan kebiasaan
Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti
sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John Locke(1632-1704), salah
satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai 'warna mental. Warna ini
didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea
dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia,
kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran
dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.
Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa
yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia sebagai
makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan
menghindari penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku anusia tunduk pada prinsip ganjaran
dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah
yang disebut dengan behaviorisme.
Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan
betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan
yang relevan
Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa siIat-siIat
sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi
oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran
behavioristik yang lebih bersiIat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang
pasiI, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia
dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus
yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah belajar dalam pandangan
behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain: teori onnectionism, lassical
onditioning, ontiguous onditioning, serta Descriptive Behaviorisme atau yang lebih dikenal
dengan nama Operant onditioning.
Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar behavioristik,dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa
yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori 'connectionism. Eksperimen
yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila
pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut
menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya
aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon
yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum,
yaitu :
a. Hukum kesiapan (aw of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka
pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung
diperkuat.
b. Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
c. Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
1. Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)
Teori pelaziman klasik Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi
dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah
pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.
Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri
stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut
pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses
penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan
antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan
melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus
dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah
adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara
otomatis keaktiIan dan penentuan pribadi dihiraukan.
1. Albert Bandura (1925-sekarang)
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan
konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman
dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula
tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman
klasik).
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitiI social serta eIikasi diri yang
menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik
yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-Iaktor yang
berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu,
sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran
orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi 'mentalistik.
1. arlk L. Hull
ReinIorcement adalah Iaktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun Iungsi reinIorcement
bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisIied Iactor. Dalam mempelajari hubungan
S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai
unsur O (organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inIerred),
eIeknya dapat dilihat pada Iaktor R yang berupa output
1. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus
yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan
respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang
dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersiIat sementara,
oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersiIat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
6. Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensiI.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Untuk lebih lengkapnya penulis akan membahas
teori kondisioning operan pada bagian berikut ini.
B. Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner.
1. Sejarah teori Kondisioning Operan menurut B.F. Skinner
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori
S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov
telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reIlex bersyarat dimana
stimulus terus memiliki siIat-siIat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan
S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana
organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan
perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme
dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson.
Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan Iokus
penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning
instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon
itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya
respons atau tingkah laku operan.
2. Kajian Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Inti dari teori
behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-
asumsi itu adalah sebagai berikut:
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara Iungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam
kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
siIat-siIat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut Iisiknya dan di
observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber inIormasi yang
dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan
(reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan
terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Penguatan positiI adalah penguatan berdasarkan prinsiI bahwa Irekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positiI
adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala
untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1
dsb).
b. Penguatan negatiI, adalah penguatan berdasarkan prinsiI bahwa Irekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-
bentuk penguatan negatiI antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positiI dan penguatan negatiI adalah
dalam penguatan positiI ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatiI,
ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatiI
dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatiI meningkatkan
probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya
perilaku.
Contoh dari konsep penguatan positiI, negatiI, dan hukuman (J.W Santrock, 274).
A.Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru menguji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
B.Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
.Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postiI dan negatiI. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi
meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan
tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin
tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai Iungsi urutan ketiga unsure (S
D
)-(R)-(R

ReinsI
). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam 'kontigensi
terminal. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam
mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena
ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang
diatur secara seksama.
Skinner menggambarkan praktek 'tugas dan ujian sebagai suatu contoh menempatkan pelajar
yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara
pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan
melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya
hasil sampingan yang bersiIat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positiI yang
diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi
dan alami, penguat positiI dan negative, dan penguat umum.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah,
untuk menghindari adanya hukuman.
I. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinIorce
g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. aw of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. aw of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut
akan menurun bahkan musnah.
3. Aplikasi Skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem
modul.
d. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
e. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
I. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
g. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
h. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
i. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
j. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
k. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
l. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
m. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
n. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah
dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
4. Analisa Perilaku terapan dalam pendidikan
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah
perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan
yaitu
1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang
diharapkan yaitu:
a. Memilih Penguatan yang efektif
%idak semua penguatan akan sama eIeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan
agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan
penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang eIektiI bagi seorang anak,
disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi
tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manIaat dan nilai penguatan. Penguatan
alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen,
mainan dan uang.
b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
gar penguatan dapat eIektiI, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku
tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan
'jika.maka. penguatan akan lebih eIektiI jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera
mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat
hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku
sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu
bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
c. Memilih jadwal penguatan terbaik
enyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal
penguatan utama adalah
). Jadwal rasio tetap. suatu perilaku diperkuat setelah sefumlah
respon.
). Jadwal rasio variabel . suatu perilaku diperkuat setelah terjadi
sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
3). Jadwal interval - tetap . respons tepat pertama setelah beberapa
waktu akan diperkuat.
4). Jadwal interval - variabel . suatu respons diperkuat setelah
sejumlah variabel waktu berlalu.
d. Menggunakan Perjanjian. Perjanjian (contracting)
adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak
bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati.
Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan
murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan 'jika. maka dan di tandatangani oleh guru dan
murid, dan kemudian diberi tanggal.
e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatiI, Irekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan
stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakanPepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu
dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran ini berarti seorang guru
menggunakan penguatan negatiI.
2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum
respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. $happing (pembentukan)
adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu
diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
a. Menggunakan Penguatan DiIerensial.
b. Menghentikan penguatan (pelenyapan)
c. Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
d. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)
5. Kelebihan dan kekurangan Menurut B.F. Skinner
a. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan
dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
b. Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994)
adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang
berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada
tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya
sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti
tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar.
Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah
satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak
merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun Iisik
seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan setelah mengkaji teori belajar B.F Skinner adalah
sebagai berikut:
1. Beberapa unsur dasar dalam teori operan kondisioning Skinner dijelaskan pada tabel
berikut:
&nsur Dasar Definisi
Asumsi Perubahan tingkah laku ialah Iungsi dari kondisi dari
lingkungan dan peristiwa
Belajar Perubahan tingkah laku ditunjukkan oleh meningkatnya
keseringan respon.
Hasil belajar Respons yang baru (tingkah laku)
Komponen Belajar (S
D
)-(R)-(R
ReinsI
)
Perancangan pembelajaran untuk
belajar yang kompleks
Merancang urutan stimulus - respon - penguatan untuk
mengembangkan himpunan respons kompleks.
Isi pokok dalam merancang
pembelajaran
Pemindahan kendali stimulus, waktu penguatan;
menghindarkan hukuman.
1. Teori belajar operan kondisioning Skinner memberi banyak kontribusi untuk praktik
pengajaran. Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah bagian dari kehidupan dan
murid. Jika dipakai secara eIektiI, pandangan teori ini akan mendapat membantu para
guru dalam pengelolaan kelas. Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar
yang tertuang dalam teori ini akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan
pengajaran yang cocok untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang
positiI bagi anak didik.
2. Kritik terhadap teori pengkondisian operan Skinner adalah seluruh pendekatan itu terlalu
banyak menekankan pada control eksternal atas perilaku murid. Teori ini berpandangan
bahwa strategi yang lebih baik adalah membantu murid belajar mengontrol perilaku
mereka sendiri dan menjadi termotivasi secara internal. Beberapa kritikus mengatakan
bahwa bukan ganjaran dan hukuman yang akan mengubah perilaku, namun keyakinan
atau ekspektasi bahwa perbuatan tertentu akan diberi ganjaran atau hukuman. atau
dengan kata lain teori behaviorisme tidak memberi cukup perhatian pada proses kognitiI
dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belafar dan embelafarkan. Jakarta: CV. Rajawali
Moll, L. C. (Ed.). 1994. Jygotsky and Education. Instructional Implications and pplication of
Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengafaran %aksonomi Jariable. Jakarta: Depdikbud
Gagne, E.D., (198). %he ognitive Psychology of School earning. Boston, Toronto: Little,
Brown and Company
Light, G. and Cox, R. 2001. earning and %eac%eori Belafar Behavioristik
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology. %heory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn
and Bacon
John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.
Prasetya Irawan, dkk, 1997. %eori belafar. Dirjen Dikti: Jakarta
Arie Asnaldi, 200. %eori -%eori belafar.
B.F. Skinner and radical behaviorism, Ali, Muh. 1978. Guru Dalam Proses Belafar engafar.
Bandung: Sinar Baru.
Davies, WCR. 1971. %he anagement of earning. London: Mc Graw Hill Book Company.
GhaIur, Abdul. 1980. Disain Instruksional. Suatu angkah Sistematis
Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Balafar dan engafar. Solo: TigaSerangkai.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengafaran Berdasarkan PendekatanSistem. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mukminan. 1997. %eori Belafar dan Pembelafaran. Yogyakarta: P3G IKIP.
Pereivel & Ellington. 1984. Handbook of Educational %echnology. London:
Koga Page Ltd.
Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Antar Universitas.
Wuryani Djiwandono, Sri Esti. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
http://www.scribd.com/doc/2121076/TEORI-BEHAVIORISME
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/teori-behaviorisme.htm:01Febr. 2011, 13.00
http://id.wikipedia.org/wiki/TeoriBelajarBehavioristik hing ini Higher Education. ondon.
Paul hapman Publising
http://asnaldi.multiply.com/journal/item/
http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one
http://made82math.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai