Anda di halaman 1dari 14

BEBY FEBRI KURNIA 110705054 KELAS A

TEORI PEMBELAJARAN ABAD KE-20 TEORI-TEORI HUBUNGAN RANGSANGAN-GERAK BALAS (TEORITEORI AS. S-R)
Pembelajaran ialah satu proses supaya pengalaman atau latihan yang dialami oleh seseorang atau seekor heiwan menghasilkan perubahan tingkah laku yang relative tetap (Mangantar Simanjuntak dalam Pengantar Psikolinguistik Modern, 1987). Maksudnya, pembelajaran merupakan suatu proses agar pengalaman atau latihan yang dialami oleh organisme menghasilkan suatu tingkah laku yang relative sama atau tetap atau bisa disebut menjadi kebiasaan atau tabiat. Pelaziman ialah pemerolehan satu pola tingkah laku yang baru selepas seseorang atau seekor hewan dilazimkan atau mengalami proses pelaziman, iaitu satu latihan melalui satu organisme yang dilatih memberi gerak balas terhadap rangsangan (Mangantar Simanjuntak dalam Pengantar Psikolinguistik Modern (1987) ). Maksudnya, pelaziman itu merupakan suatu produk tingkah laku baru yang di dapat oleh organisme setelah dibiasakan atau menjalani pelatihan memberi respon terhadap suatu rangsangan secara berulang-ulang.

1. Teori Pelaziman Klasik (Classical Conditioning) oleh Ivan P. Pavlov Teori Classical Conditioning atau yang biasa disebut teori pelaziman klasik ini merupakan teori pertama di dalam aliran teori-teori As. S-R. Teori ini ditemukan secara tidak sengaja oleh Ivan Petrovich Pavlov (1848-1936), seorang ahli fisiologi berkebangsaan Rusia ketika sedang mengkaji proses pencernaan hewan. Ivan Petrovich Pavlov lahir pada 14 September 1848 di Ryazan, Rusia Tengah dan meniggal dunia pada 27 Februari 1936 di Leningrad. Beliau mendapat pendidikan di Sekolah Seminari Teologi seterusnya melanjutkan pelajaran di Universiti St. Petersburg dalam bidang
1

kimia dan fisiologi. Pavlov mendapat gelar doktor pada tahun 1879. Beliau dianugerahkan hadiah Nobel dalam bidang Psysiology or Medicine kajian Proses Penghadaman pada tahun 1904. Kajian Pavlov berasaskan pada hukum perkaitan yang diutarakan oleh ahli falsafah Yunani awal, Aristotle, yang mengemukakan bahwa sesuatu organisme akan teringat pada sesuatu hal karena organisme tersebut telah mengalami hal tersebut sebelumnya. Pavlov mendapati bahwa air liur anjing selalu keliuar sebelum seekor anjing mulai memakan makanannya. Setiap kali anjing yang diamati melihat makanan, air liur anjing selalu keluar. Maka Pavlov ingin melatih anjing itu untuk mengeluarkan air liurnya sekalipun makanan tidak diberikan. Pavlov merancang sebuah eksperimen yaitu dengan membunyikan lonceng sebelum anjing diberi makan. Dengan membunyikan lonceng saja, tanpa diikuti pemberian makanan, tidak pernah membuat aning mengeluarkan air liurnya. Namun, dengan pemberian makanan segera setelah bunyi lonceng, membuat anjing itu mengeluarkan air liurnya. Anjing berarti telah mempelajari bahwa bunyi lonceng bermakna akan ada makanan, oleh karena itu, air luirnya pun keluar. Maka Pavlov mengambil kesimpulan bahwa anjing telah dilazimkan untuk bertindak terhadap rangsangan yang baru, yaitu lonceng yang sebelumnya tidak pernah menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Air liur yang keluar sekalipun hanya karena mendengar bunyi lonceng disebut respons yang dilazimkan. Sedangkan rangsangan atau stimulus yang menyebabkannya, yaitu bunyi lonceng disebut stimulus yang dilazimkan. Eksperimen Pavlov terdiri dari empat elemen, yaitu: a) Stimulus yang tidak dilazimkan (STD), seperti makanan yang selalu membangkitkan reaksi tertentu. b) Respons tidak dilazimkan (RTD), seperti mengeluarkan air liur ketika STD muncul. c) Stimulus yang dilazimkan (SD), seperti bunyi lonceng yang pada mulanya peristiwa yang belum dilazimkan tidak membangkitkan respons yang dikehendaki. d) Respons yang dilazimkan (RD), seperti mengeluarkan air liur meskipun hanya mendengar bunyi lonceng. Dari eksperimen itu Pavlov beranggapan bahwa pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari respons-respons yang dilazimkan atau dibiasakan. Menurut teori pembiasaan
2

klasik, kemampuan seorang untuk membentuk respons-respons yang dibiasakan berhubungan erat dengan jenis system yang digunakan. Teori ini percaya adanya perbedaan-perbedaan yang dibawa sejak lahir dalam kemampuan belajar dan respon atau gerak balas yang dilazimkan (RD) dapat diperkuat dengan latihan yang teratur dan intensif. Pavlov tidak tertarik dengan pemahaman yang disebut insight (kecepatan melihat hubungan-hubungan di dalam pikiran). Dalam teori pelaziman klasik yang dipelopori oleh Ivan Pavlov ini, terdapat beberapa konsep penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Konsep tersebut ialah: 1. Generalisasi Generalisasi adalah rangsangan yang sama akan memberikan tindak balas yang sama. Sebagai contoh, Anjing akan mengeluarkan air liur setiap kali ada makanan dan Anjing juga akan mengeluarkan air liurnya ketika mendengar bunyi lonceng yang diikuti pemberian makanan. Maka Anjing akan mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi lonceng meskipun tidak ada makana karena hal ini berkaitan. Jadi, bunyi lonceng telah digeneralisasikan sebagai makanan. 2. Diskriminasi Diskriminasi berlaku apabila individu memberikan gerak balas balas terhadap sesuatu rangsangan yang tertentu dan tidak pada rangsangan yang lain. Dalam kajian terhadap anjing, didapati anjing tersebut hanya memberikan tindak balas apabila mendengar bunyi loceng saja, tetapi tidak pada bunyi selain bunyi loceng. 3. Penghapusan Penghapusan terjadi apabila rangsangan yang dilazimkan tidak disertai dengan rangsangan yang tidak dilazimkan. Dalam kajian Pavlov, jika bunyi loceng tidak disertakan dengan rangsangan tidak dilazimkan (daging). Dalam hal ini, lama-kelamaan bunyi loceng tadi tidak akan merangsang anjing tersebut untuk mengeluarkan air liur. Tindak balas akhir akan terhapus. 4. Penguasaan atau Pembelajaran Awal

Penguasaan atau bagaimana sesuatu organisme belajar sesuatu gerak balas atau respon baru berlaku secara bertahap-tahap. Semakin sering organisme itu mencoba, semakin meningkat penguasaan terhadap gerak balas tersebut. Sebagai contoh dari teori ini, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu atau organisme tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

2. Teori Penghubungan (Connectionism) oleh Edward Lee Thorndike Teori penghubungan merupakan teori kedua di dalam keluarga teori-teori As. S-R. teori ini diperkenalkan oleh Thorndike. Edward Lee Thorndike lahir pada 31 Agustus 1874 Williamsburg, Massachusetts, Amerika Serikat meninggal 9 Agustus 1949 Montrose, New York, Amerika Serikat. Ia adalah seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Dalam suatu eksperimennyya, Thorndike menempatkan seekor kucing di dalam sebuah sangkar. Sangkar tersebut dapat dibuka dari dalam dengan menekan sebuah engsel. Dalam usahanya untuk keluar, kucing itu mencakar kesana kemari. Lalu secara kebetulan kakinya menginjak engsel sehingga pintu sangkar terbuka dan dia bisa keluar. Eksperimen itu diulangi oleh Thorndike dan kucing itu berperangai yang sama. Setelah eksperimen itu beberapa kali dilakukan berturut-turut jumlah waktu yang diperlukan kucing untuk membuka pintu semakin sedikit dan pada akhirnya kucing dapat membuka pintu dengan segera. Percobaan tersebut menghasilkan teori trial and error atau selecting and conecting, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat kesalahan. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap respons

menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan respons lagi, demikian selanjutnya. Dari eksperimen tersebut Thorndike juga berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses menghubung-hubungkan system saraf dan tidak ada hubungannya dengan insight. Maka teori pembelajarannya disebut connectionism atau SR bond theory. Yang dihubung-hubungkan dalam system saraf adalah peristiwa fisik dan mental dalam pembelajaran. Thorndike merumuskan dua kaidah hukum pembelajaran yang utama, yaitu: a) The law of exercise (hukum latihan), merupakan hukum pembentukan kebiasaan atau tabiat. The law of use (hukum kegunaan) The law of disuse (hukum jarang digunakan)

b) The law of effect (hukum akibat), merupakan istilah dari reinforcement atau penguatan. Jika suatu peristiwa memberi hasil yang memuaskan maka hubungan antara situasi dengan perilaku akan diperkuat, dan perilaku akan cenderung diulang. Sebaliknya jika hasil tidak memuaskan maka perilaku jarang atau tidak diulang lagi. Jadi teori ini pada dasarnya menerangkan tiga prinsip yang dapat dirumuskan sebagai berikut: a) Jika suatu organisme bersedia melakukan tindakan, maka menyelesaikan suatu tindakan itu akan menimbulkan kepuasan hati. b) Jika satu urutan rangsangan (stimulus)gerak balas (respons) diikuti oleh satu keadaan yang memuasakan hati, maka hubungan SR itu akan diperkuat, sementara pengganggu akan menghentikan pengulangan hubungan itu. c) Hubungan-hubungan SR dapat diperkuat melalui latihan-latihan. Contoh teori Thorndike Apabila seseorang melihat bunga yang indah misalnya, dapat menjadi suatu stimulus yang dapat mengakibatkan respon untuk memetiknya. Conectionism pada dasarnya adalah teori yang mengatakan bahwa perilaku hanya terbentuk jika stimulus (S) dan respon (R) terhubung dengan motif internal individu. Sebagai contoh, stimulus berupa sebuah buku, tidak akan menimbulkan respon yang diharapkan dari individu yang merasa lapar. Individu yang lapar akan merespon jika stimulus yang hadir
5

berupa makanan. Individu yang dalam kondisi kelaparan lebih membutuhkan makanan, daripada buku.

3. Teori Behaviorisme oleh John B. Watson Teori behaviorisme merupakan lanjutan dari teori pembiasaan klasik Pavlov tetapi dalam bentuk baru dan yang lebih terperinci serta didukung oleh eksperimen baru yaitu binatang (tikus) dan anak kecil (bayi). Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadinya respons-respons melalui stimulus pengganti. John B. Watson (18781958) merupakan seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958. Ia mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudul Animal Education. Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang. Menurut Watson tujuan utama psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku, dan tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Yang dapat dikaji oleh psikologi menurut teori ini adalah benda-benda yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons). Sedangkan hal-hal yang terjadi di dalam otak tidak ada kaitannya dengan kajian psikologi. Maka menurut Watson, tidak ada perbedaan antara menusia dan hewan.Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi, semua perilaku dipelajari menurut hubungan stimulusrespons.

Watson melakukan penelitian terhadap Albert seorang bayi berumur 11 bulan. Pada mulanya Albert adalah bayi yang gembira yang tidak takut terhadap tikus putih berbulu halus. Albert sangat senang bermain dengan tikus putih itu. Dalam eksperimen ini, Watson memulai proses pembiasaan ini dengan memukul sebatang besi dengan palu setiap kali Albert mendekat dan ingin memegang tikus putih itu. Akibatnya Albert menjadi takut terhadap tikus putih dan juga kelinci putih. Bahkan terhadap semua benda berbulu putih, termasuk jaket dan topeng sinterklas berjanggut putih. Dengan eksperimen itu Watson menyatakan bahwa dia telah berhasil membuktikan bahwa pelaziman dapat mengubah perilaku seseorang secara mendasar.
6

Dalam pembelajaran yang didasarkan pada hubungan stimulus respons ini, Watson mengemukakan dua prinsip penting, yaitu:

a) Recency principle (prinsip kebaruan)

Jika suatu stimulus langsung menimbulkan respons, maka kemungkinan stimulus itu untuk menimbulkan respos yang sama bila diulang lagi akan lebih besar. Dan demikian pula sebaliknya jika stimulus tidak langsung menimbulkan respon, maka kemungkinan stimulus itu untuk menimbulkan respon yang sama lagi akan lebih kecil.
b) Frequency principle (prinsip frekuensi)

Bila suatu stimulus diberikan lebih sering menimbulkan suatu respons, maka kemungkinan stimulus itu akan menimbulkan respons yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar. Kajian Watson tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. Dalam hal ini, stimulus dan respons yang dimaksud dibentuk dari tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Watson mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar dan ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.

4. Teori Kesegeraan atau Kedekatan (Contiguity Theory) oleh Guthrie Teori Kesegeraan atau Kedekatan (Contiguity Theory) merupakan teori ke empat dalam keluarga teori-teori As. S-R yang diperkenalkan oleh Edwin Ray Guthrie, lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959. Dia adalah professor psikologi di University of Washington (1994-1956). Karya pertamanya The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Menurut Guthrie, kesegeraan hubungan antara stimulus dengan respon akan memperbesar kemungkinan pasangan stimulus-respon itu terulang lagi. Kalau diperhatikan kembali konsep ini serupa dengan recency principle atau prinsip kebaruannya Watson. Tetapi

disini Guthrie mengatakan bahwa kesegeraan merupakan kunci pembelajaran. Sedangkan Watson tidak mengatakan demikian. Menurut Guthrie, kesegeraan merupakan kunci pembelajaran dalam teori ini dan penguatan tidaklah begitu penting karena penguatan hanya berfungsi sebagai salah satu faktor yang mencegah organisme mencoba respons yang lain. Guthrie juga berpendapat bahwa pembelajaran tidak dapat berlangsung secara perlahan-lahan tetapi secara percobaan tunggal (single trial) atau hanya terdiri dari satu rangsangan baru dan satu gerak balas yang dikehedaki. Oleh karena itu, diperrlukan latihan dan pengulangan untuk membentuk tabiat atau membiasakan stimulus baru menimbulkan respons apa yang dikehendaki. Jika respons yang dikehendaki terjadi berulang-ulang, maka organisme akan cenderung tidak memberikan respons lain. Pembelajaran coba tunggal (single trial learning) yang dianjurkan oleh Guthrie ini memerlukan pengaturan keadaan sedemikian rupa sehingga stimulus stimulus yang diberikan haruslah menimbulkan respons respons yang benar. Oleh karena itu, kesalahan kesalahan haruslah dihilangkan dengan cara mengkaji stimulus dengan seksama agar menimbulkan respons yang betul bersama sama dengan stimulusnya.

5. Teori Pelaziman Operan (Operant Conditioning) oleh B.F Skinner

Teori pembiasaan operan atau yang sering disebut dengan pembiasaan instrumental diperkenalkan oleh Burrhus Frederic Skinner, (seorang ahli psikologi Amerika) yang dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania, pada tahun 1904 dan wafat pada tahun 1990 setelah terserang penyakit leukemia. Skinner percaya bahwa proses pembelajaran didasarkan pada penguatan. Teori tentang pembiasaan operan dijelaskan Skinner melalui percobaannya dengan seekor tikus. Di dalam sebuah kotak yang disebut kotak Skinner terdapat sebuah kaleng kotak makanan, dan di luar terdapat alat untuk menjatuhkan biji-bijian ke dalam kaleng tersebut. Setiap kali makanan jatuk ke dalam kaleng maka terdengar bunyi ting. Seekor tikus dimasukkan ke dalam kotak Skinner tersebut. Biji makanan akan jatuh jika sebatang besi yang disisipkan ke dalam kotak itu dipijak oleh tikus. Pada waktu tikus itu lapar, secara kebetulan tikus itu memijak batang besi, dan biji-bijian akan jatuh ke kaleng makanan.

Biji makanan adalah penguat (reinforce), peristiwa penekanan batang besi disebut peristiwa penguatan (reinforcing event), munculnya makanan disebut rangsangan penguat (reinforcing stimulus), sedangkan perilaku tikus merupakan perilaku yang dibiasakan (conditioned response). Perilaku yang dibiasakan bersifat operan/instrumental menyebabkan munculnya biji makanan. Tingkah laku operan berpengaruh terhadap lingkungan, dan lingkungan yang dipengaruhi memberikan hadiah sebagai penguatan kepada pelaku kegiatan (dalam hal ini tikus). Hadiah yang menjadi penguat ini meyebabkan tikus akan menekan batang besi ketika lapar. Yang dimaksud dengan operan adalah prilaku atau gerak balas yang dilakukan oleh organisme untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan atau hadiah. Misalnya ketika tikus menekan alat untuk menjatuhkan biji-biji makanan, prilaku untuk menjatuhkan biji-biji makanan itu lah yang disebut sebagai gerak balas yang dilazimkan yang bersifat operan atau instrumental, dengan kata lain gerak balas itu digunakan sebagai alat untuk menjatuhkan bijibiji makanan tersebut. Menurut Skinner, yang harus diperhatikan adalah hubungan antara stimulus dan respons yang langsung dapat diamati, jangan memikirkan hubungan antara keduanya karena hubunganhubungan yang ada tidak dapat diamati. Skinner memaparkan bahwa perilaku berbahasa lebih banyak dipengaruhi oleh rangsangan (stimulus) dari luar serta penguatan (reinforcement). Skinner tidak menerima adanya pendapat yang menyebutkan bahwa kepandaian belajar bahasa seseorang dibawa sejak lahir, karena bagi Skinner pembelajaran bahasa diperoleh sebagai hasil belajar. Mengenai pemerolehan bahasa Ibu oleh anakanak, Skinner berpendapat bahwa pemerolehan tersebut berlangsung secara berangsur angsur dan melalui peristiwa peristiwa tertentu.

6. Teori Pengurangan Dorongan atau Ketegangan (Drive Reduction) oleh Hull Teori keenam yang termasuk ke dalam keluarga teori-teori As. S-R ini adalah Teori Pengurangan Dorongan yang telah diperkenalkan oleh Clark Hull. Teori ini didasarkan pada teori Pavlov.

Leonard Clark Hull dilahirkan di Akron, New York pada 24 Mei 1884. Ia dibesarkan di Michigan, dan mendiami satu kelas selama bertahun-tahun. Hull mempunyai masalah kesehatan di mata, mempunyai orang tua yang miskin, dan pernah menderita polio. Teori ini memiliki tujuan utama untuk memprediksi dan mendeskripsikan sebuah perilaku. Untuk mencapai tujuan ini, suatu sistem hukum yang pasti harus dibuat berdasarkan kesimpulan yang dapat diuji dengan eksperimen. Menurut Hull, pembelajaran bergantung pada penguatan utama dan penguatan kedua, meskipun kekuatan suatu respons tergantung pada peringkat dorongan pada saat tertentu. Yang terpenting dari teori ini adalah peningkatannya yang sedikit ke arah penerimaan adanya sesuatu yang menengahi diantara rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons), yaitu dorongan atau ketegangan yang muncul karena tercapainya suatu tujuan tertentu. Karena adanya tujuan dari organ untuk mencapai sesuatu, maka harapan untuk mencapaui tujuan tersebut telah mendorong organ untuk bereaksi. Teori ini mempunyai tiga peringkat pembelajaran, yaitu: 1. Peringkat 1, merupakan variabel bebas yang dapat berdiri sendiri, misalnya pengalaman-pengalaman lama, ganjaran-ganjaran, dan sejumlah rangsangan. 2. Peringkat 2 merupakan variabel penengah, misalnya dorongan atau ketegangan, motivasi yang berupa ganjaran, kekuatan yang mengikat rangsangan respons, dan kecenderungan organ tubuh memberikan respons jika terjadi rangsangan. 3. Peringkat 3 merupakan variabel tidak bebas, misalnya frekuensi atau terjadinya respons, kecepatan respons, dan ketahanan respons. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang mungkin akan muncul dapat bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya. Hingga saat ini, teori Hull masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.

10

7. Teori Mediasi atau Penengah (Mediation Theory) oleh Osgood Teori meditasi atau penengah (mediation theory), yang termasuk kelompok teori S-R diperkenalkan oleh Osgood (1953, 1962). Terori meditasi ini merintis lahirnya teoriteori kognitif, karena mengakui adanya faktor meditasi atau penengah di antara rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons). Teori-teori yang termasuk kelompok neobehaviorisme seperti ini sangat tertarik pada proses-proses yang berlaku sebagai penengah atau mediasi antara stimulus dan respons. Osgood juga telah menjelaskan proses pemerolehan sematik (makna) berdasarkan teori mediasi atau penengah ini.

Teori

mediasi

menerangkan

pembelajaran

menurut

rumus:

S-rm-sm-R

Keterangan: S = Stimulus, rm = Respons penengah, sm = Stimulus penengah, R = Respons.

Menurut Osgood makna merupakan hasil proses pembelajaran dan pengalaman seseorang dan merupakan satu proses mediasi untuk melambangkan sesuatu. Makna sebagai proses mediasi pelambang merupakan satu bagian yang distingtif dari keseluruhan respon terhadap satu obyek yang telah dibiasakan pada kata untuk objek tersebut. Atau dapat dikatakan arti adalah stimulus penengah untuk merangsang organisme memberikan gerak balas dengan cara-cara tertentu. Osgood (1953) juga memperkenalkan konsep sign (tanda atau isyarat) bersamaan dengan makna ini. Yang dimaksud dengan sign adalah satu pola rangsangan yang memunculkan satu respon penengah dalam diri organism (manusia). Respon penengah atau gerak balas penengah ini dapat membangkitkan rangsangan penengah yang dapat menimbulkan Respon utama. Menurut Osgoood, kata-kata merupakan signs yang telah dilazimkan pada bagian tertentu dari keseluruhan gerak balas objek asli dan berfungsi dalam perilaku sebagai proses penengah pelambang. Jadi, menurut teori perilaku arti Osgood ini, arti semua signs pada linguistics atau bukan, bergantung pada proses-proses penengah pelambang yang berkembang melalui hubungan yang terjadi di antara signs (yaitu kata-kata dan bayangan-bayangan pengamatan) dengan objek-objek (benda-benda) dan peristiwa-peristiwa yaitu cara manusia berinteraksi.

8. Teori Dua Faktor Disempurnakan (Revised Two-Factor Theory) oleh Mowrer

11

Teori ini yang masih termasuk golongan teori S-R diperkenalkan oleh D. Hobart Mouwer (1960). Orval Hobart Mowrer lahir pada 23 januari 1907 20 juni 1982 adalah seorang ahli psikologi America dan seorang professor psikologi di Universitas Illinois dari tahun 1948-1975 terkenal dengan penelitiannya pada terapi behaviorisme. Teori ini disebut teori dua faktor yang disempurnakan karena menurut Mouwer ada dua jenis penguatan, kedua jenis penguatan itu, menurut Mouwer adalah : a) Penguatan bertambah (incremental reinforcement) b) Penguatan berkurang (decremental reinforcement) Penguatan bertambah lazim juga disebut sebagai hukuman ke dua atau tambahan, karena perasaan takut atau perasaan kecewa telah dibangkitkan atau ditambah dengan pengukuhan ini. Menurut Mouwer hanya perasaan (emosi) saja yang dapat dibiasakan, sedangkan perilaku tidak. Jadi setiap respons yang dilazimkan merupakan satu respons emosi yang bertindak sebagai suatu dorongan yang merangsang seseorang untuk bertindak. Jadi menurut Mouwer perasaan takut, mengharap sesuatu, lega, dan kecewa merupakan reaksi penengah atau mediasi yang telah dilazimkan terhadap rangsangan yang berhubungan dengan respons yang menyebabkan hukuman. Penguatan berkurang merupakan ganjaran karena dengan berkurangnya penguatan ketegangan yang disebabkan oleh perasaan takut menjadi berkurang dan dengan demikian pengharapan atau perasaan lega telah dibangkitkan. Teori Mouwer ini sebenarnya masih lebih cenderung kepada behaviorisme karena emosi-emosi itu harus terlebih dahulu dibiasakan terhadap rangsangan lingkungan sebelum mendapat kekuatan sendiri untuk membangkitkan reaksi. Teori ini diterapkan juga oleh Mouwer dalam pengkajian pemerolehan bahasa. Teori pemerolehan bahasa ibu yang diperkenalkan oleh Mouwer disebut self satisfaction theory (teori pemuasan diri). Bayi mendengarkan kata-kata pertama dari ibunya yang juga memberikan perasaan kasih sayang. Maka bayi menirukan kata-kata ibunya untuk merasakan kehadiran ibu yang dicintainya. Jadi emosi kasih sayang terhadap ibu menjadi penguatan tambahan.

12

13

Referensi

1. Simanjuntak,Mangantar.1987.Pengantar Psikolinguistik Modern.Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementrian Pelajaran Malaysia : Kuala Lumpur
2. http://kammilabieber.blogspot.com/2012/04/makalah-psikolinguistik.html

3. http://teoripembelajaranbehavioris.blogspot.com 4. http://earthrenewal.org/second language.htmLanguage Acquisition. 5. http://en.wikipedia.org/wiki/LanguageacquisitionMangantar Simanjuntak (1982).

14

Anda mungkin juga menyukai