Anda di halaman 1dari 5

Teori belajar behavoristik adalah 

teori pembelajaran yang mengamati dan mempelajari


perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman di masa lalu. Teori ini
menekankan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan seseorang merupakan akibat dari interaksi
antara stimulus dengan respon. Teori ini berkembang dan cenderung mengikuti aliran
psikologi belajar lantas menjadi dasar pengembangan teori pendidikan dan pembelajaraan
saat ini.

Ciri dari implementasi sukses teori belajar behavioristik ini adalah adanya perubahan perilaku
yang ditunjukkan seseorang setelah mengalami kejadian di masa lampau. Perubahan adalah
tanda bahwa seseorang telah merespon suatu kejadian dan menjadikannya pembelajaran
untuk tidak menggunakan respon yang sama di masa depan, guna menghindari akibat yang
pernah dialaminya.

Teori ini masih banyak digunakan, baik dalam institusi pendidikan Indonesia maupun dalam
implementasi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh:

 Pendisiplinan murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan


mengurangi poin perilakunya yang menjadi pertimbangan pemberian nilai akhir atau
nilai rapor.
 Ketika terlambat datang kerja maka seorang pekerja kantoran bisa mendapatkan
sanksi, mulai dari teguran sampai surat peringatan. (baca: Antropologi)
 Polisi yang memberikan surat tilang pada pengendara kendaraan yang tidak mematuhi
rambu-rambu lalu lintas, seperti menyalip ketika marka jalan berupa garis lurus atau
ketika mengendarai motor tanpa menggunakan helm. (baca: Psikologi Islam)
 Sanksi sosial berupa pengucilan terhadap masyarakat yang dianggap telah bertindak
menyeleweng dari budaya dan norma sosial yang berlaku di suatu tempat tertentu.
(baca: Psikologi Keluarga)

Perlu ditekankan kembali bahwa teori belajar behavioristik ini tidak hanya mencakup dunia
pendidikan saja, tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita melakukan pembelajaran bukan
hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Maka dari itu teori ini
berhasil diimplementasikan pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, meski
sebagian besar implementasi ini tak jauh dari institusi pendidikan.

Prinsip Teori Behavioristik

Prinsip merupakan pernyataan fundamental yang kemudian dijadikan pedoman berpikir dan
bertindak. Contoh prinsip adalah seseorang Gubernur yang berintegritas adalah orang yang
secara jujur menjalankan fungsinya sebagai pemimpin daerah, bekerja untuk membenahi
kerusakan, menghindari perilaku tak jujur seperti korupsi dan kerja sama ilegal, sekaligus
sebagai pemimpin yang bisa memberikan contoh tersebut kepada bawahan maupun
masyarakat yang dipimpinnya secara nyata, bukan bualan belaka.

Prinsip tidak hanya dimiliki oleh manusia, tetapi juga teori ini. Pada teori behavioristik, ada
beberapa prinsip yang mencirikan teori kuno ini, di antaranya: 1) Reinforcement and
Punishment, 2) Primary and Secondary Reinforcement, 3) Schedules of Reinforcement, 4)
Contingency Management, 5) Stimulus Control in Operant Learning, dan 6) The Elimination
of Responses. (baca: Fobia Sosial)
Tokoh-tokoh Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik ini dianut dan dipelajari secara mendalam oleh beberapa ahli.
Terdapat beberapa ahli yang menjadi tokoh dalam teori ini. Setiap tokoh memiliki pendapat
berdasarkan pemahamannya masing-masing. Di samping itu, mereka memiliki penilaian yang
berbeda-beda. Penjelasan teori behavioristik menurut beberapa tokoh akan dijabarkan sebagai
berikut. (baca: Psikologi Diagnostik)

1. Edward Lee Thorndike
Edward Thorndike (31 Agustus 1874 sampai 9 Agustus 1949) merupakan seorang psikolog
berkebangsaan Amerika yang dikenal menghabiskan hampir seluruh karirnya di Columbia
University. Karya yang diciptakannya dalam bidang Psikologi Perbandingan dan proses
pembelajaran akhirnya berhasil membuahkan dasar ilmiah dalam psikologi pendidikan
modern. (baca: Psikologi Kognitif)

Thorndike memiliki pengertian dari teori belajar behavioristik yang dipahaminya sebagai
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah rangsangan, contohnya seperti
pikiran dan perasaan. Sedangkan respon adalah reaksi yang ditunjukkan akibat stimulus.
Perubahan tingkah laku akibat pembelajaran bagi Thorndike bisa berupa hal konkrit (bisa
diamati dengan kasat mata) maupun tak konkrit.

Thorndike dikenal akan percobaannya yang paling fenomenal yaitu meneliti perilaku
pembelajaran oleh kucing. Ia meletakkan kucing yang lapar pada sebuah tempat transparan
yang mengurung kucing tersebut dan makanan di luar tempat pengurungan itu. Kucing
tersebut diamati melakukan beberapa gerakan untuk mencapai makanan yang dilihatnya dan
inilah yang diamati Thorndike. (baca: Psikologi Sastra)

Pada awalnya, kucing berusaha untuk meloncat ke sana ke mari guna meraih makanan yang
dilihatnya. Sampai akhirnya kucing tersebut tidak sengaja menyetuh kenop yang
membukakan jalan dari tempat transparan tersebut dan memperbolehkan kucing meraih
makanan yang dilihatnya. Percobaan ini dilakukan beberapa kali hingga kucing, secara
otomatis, melakukan gerakan menyentuh kenop untuk membuka jalan agar ia bisa
mendapatkan makanan. (baca: Psikologi Agama)

Pemahaman dari tokoh Thorndike akhirnya melahirkan beberapa dalil belajar, antara lain:

 Hukum Sebab Akibat, yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antara stimulus
dengan respon tergantung pada akibat yang ditimbulkan. (baca: Teori Psikologi
Perkembangan)
 Hukum Pembiasaan, yang menunjukkan bahwa hubungan stimulus dengan respon
bisa menjadi kuat ketika dilatih atau diulang. (baca: Psikologi Komparatif)
 Hukum Kesiapan, yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dengan respon
akan mudah terbentuk jika ada kesiapan dari individu itu. (baca: Psikologi Abnormal)
 Hukum Reaksi Bervariasi, yaitu hukum yang menyatakan bahwa individu
melakukan trial and error lebih dulu untuk menunjukkan macam-macam respon
sebelum mendapat respon paling tepat.
 Hukum Sikap, yaitu hukum yang menyatakan bahwa perilaku seseorang juga
ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri individu seperti emosi dan psikomotor.
(baca: Psikologi Keperawatan)
 Hukum Aktivitas Berat Sebelah, yaitu individu memberikan respon pada stimulus
tertentu sesuai dengan persepsi terhadap keseluruhan situasi. (baca: Psikologi Remaja)
 Hukum Respon, yang merupakan pemahaman bahwa individu bisa menyatakan
respon tindakan bahkan pada situasi yang belum pernah dialaminya.
(baca: Kepribadian Ganda)
 Hukum Perpindahan Asosiasi, yaitu proses peralihan situasi lama ke situasi baru
dengan cara bertahap, mengurangi unsur situasi lama dan mengenalkan unsur situasi
baru.

2. Ivan Petrovich Pavlov
Tokoh selanjutnya adalah Ivan Pavlov (lebih dikenal dengan julukan Pavlov saja, 14
September 1849 sampai 27 Februari 1936), merupakan fisiolog sekaligus dokter asal Rusia.
Pavlov terkenal dalam pembahasan teori behavioristik karena percobaannya terhadap anjing.

Baca juga: Fakta Kepribadian Anak Bungsu

Percobaan ini dilakukan dengan memperlihatkan makanan pada anjing. Anjing tersebut
kemudian mengeluarkan air liur yang merupakan stimulus alami dan diasosiasikan dengan
keinginan akan makanan tersebut. Percobaan ini dilanjutkan dengan membunyikan lonceng
untuk memanggil anjing yang kemudian akan diperlihatkan makanan.

Pada akhirnya, anjing akan menangkap pembelajaran bahwa lonceng memiliki keterkaitan
dengan makanan, sehingga ketika Pavlov mencoba membunyikan lonceng yang awalnya
digunakan untuk memanggil anjing tersebut, secara otomatis anjing tersebut sudah
menanggapi dengan mengeluarkan air liur.

Hasil eksperimen Pavlov ini akhirnya melahirkan beberapa hukum pembelajaran, yaitu:

1. Hukum Pembiasaan yang Dituntut. Hukum ini menjelaskan bahwa jika ada dua
macam stimulus yang diberikan secara bersama-sama (dan salah satunya merupakan
reinforcer), maka gerakan reflek pada stimulus lainnya juga meningkat.
(baca: Psikologi Forensik)
2. Hukum Pemusnahan yang Dituntut. Hukum ini memaparkan jika reflek yang
diperkuat melalui respondent conditioning diberikan kembali tanpa adanya reinforcer,
maka kekuatannya akan melemah.

Baca juga:

 Teori Psikonalisis Klasik


 Kepribadian Ambivert

3. Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Skinner (20 Maret 1904 sampai 18 Agustus 1990) adalah seorang psikolog dari
Amerika yang terkenal akan aliran behaviorismenya. Skinner memiliki pendapat bahwa
hubungan antara stimulus dengan respon yang ditunjukkan individu atau subyek terjadi
melalui interaksi dengan lingkungan. Respon yang ditunjukkan pun tak seluruhnya
merupakan hasil dari rangsangan yang ada, tetapi karena interaksi antara stimulus yang
menghasilkan respon. Respon menghasilkan konsekuensi. Pada akhirnya konsekuensi akan
menghasilkan atau memunculkan perilaku.

Baca juga:

 Tahap Perkembangan Emosi Anak


 Faktor Penyebab Kenakalan Anak

Skinner dalam teori behaviorisitk melahirkan buah pemikirannya yang dikenal dengan istilah
Teori Operant Condiitioning. Teori ini mengungkapakan bahwa tingkah laku yang dilihatkan
subyek tak semata-mata merupakan respon terhadap stimulus tetapi juga tindakan yang
disengaja. Skinner menyatakan pendapatnya bahwa pribadi seseorang merupakan hasil dari
respon terhadap lingkungannya. Dua macam respon tersebut adalah:

1. Respondent Response yaitu respon akibat rangsangan tertentu. Contoh: anjing yang


mengeluarkan air liurnya ketika majikannya membawakan makanan untuknya.
(baca: Teori Cinta Sternberg)
2. Operant Response yaitu respon yang muncul dan semakin berkembang oleh
rangsangan tertentu. Contoh: seorang anak yang mendapatkan reward ketika ia
menjadi juara kelas, maka ia akan semakin giat belajar untuk mempertahankan
bahkan menaikkan prestasinya dengan harapan diberikan reward kembali (dengan
nilai yang sama atau lebih tinggi). ( baca: Psikologi Konseling)

4. Robert Gagne
Robert Gagne dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan. Gagne memiliki
pendapatnya sendiri mengenai istilah belajar, yaitu sebagai proses suatu organisasi atau siswa
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman yang pernah dialaminya. Belajar adalah
proses yang memerlukan waktu untuk dapat melihat perubahannya (dari kurang baik menjadi
lebih baik). Gagne juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah periode terjadinya
penerimaan informasi yang kemudian diolah dan dihasilkan output dalam bentuk hasil
belajar.

Baca juga:

 Tipe Kepribadian Melankolis


 Tipe Kepribadian MBTI
 Karakter Phlegmatis

Tahapan proses pembelajaran menurun Gagne dijelaskan dalam beberapa tingkatan, yaitu: 1)
motivasi, 2) pemahaman, 3) perolehan, 4) penyimpanan, 5) ingatan kembali, 6) generalisasi,
7) perlakuan, dan 8) umpan balik. Gagne juga menyatakan adanya beberapa kategori belajar,
di antaranya:
1. Verbal Information. Informasi verbal bisa berwujud uraian kata-kata, ulasan,
maupun penjelasan yang bisa dikomunikasikan menggunakan bahasa baik secara lisan
maupun tulisan.
2. Intellectual Skill. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan
dalam aktivitas mental seperti berpikir, menggunakan logika, dan memecahkan
masalah. (baca: Teori Psikososial Erikson)
3. Attitude atau perilaku. (baca: Psikologi Olahraga)
4. Cognitive Strategy. Strategi kognitif merupakan kemampuan internal atau dalam diri
seseorang dalam berpikir, memecahkan masalah, hingga mengambil keputusan terkait
suatu kejadian.

5. Albert Bandura
Albert Bandura merupakan ahli dalam teori belajar behavioristik yang paling muda. Ia adalah
seorang psikolog lulusan University of British of Columbia yang kemudian melanjutkan
pendidikannya di Universitas Iowa dan Universitas Stanford. Hingga saat ini, Bandura
tercatat sebagai dosen di Universitas Stanford.

Albert Bandura cukup terkenal dalam dunia psikologi pendidikan, terutama dengan Teori
Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory), yaitu konsep dalam teori behavioristik yang
menekankan komponen kognitif, pikiran, pemahaman, dan evaluasi. Teori Pembelajaran
Sosial ini memiliki konsep utama pembelajaran dengan metode pengamatan. Menurut teori
ini, perilaku individu bisa timbul karena proses modeling, atau tindakan peniruan.

Baca juga: Cara Menjadi Pribadi yang Menyenangkan

Modeling juga dikenal sebagai pembelajaran melalui proses observasi. Pembelajaran ini tidak
sekadar melakukan fotokopi pada tindakan yang dilihatnya tetapi juga menyesuaikan, baik itu
mengurangi, menambahi, atau menggeneralisasi dari satu observasi ke observasi lainnya. Ada
beberapa faktor yang memengaruhi dan menentukan apakah seseorang akan belajar dari suatu
situasi, faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Karakteristik model. Faktor ini menjelaskan kalau manusia lebih mungkin


melakukan modeling pada individu contoh dengan status (sosial, ekonomi, pekerjaan)
yang lebih tinggi.
2. Karakteristik orang yang mempelajari tersebut, biasanya adalah mereka yang
tidak memiliki status, kemampuan, atau pun kekuatan. Misalnya anak yang mengikuti
atau modeling perilaku orang tuanya.
3. Konsekuensi dari tindakan yang ditiru. Konsekuensi yang semakin besar juga akan
semakin menekan orang untuk melakukan modeling. Misalkan, pegawai kantoran
berusaha sedisiplin mungkin seperti rekan kerjanya untuk menyabet gelar karyawan
terbaik tahun ini.

Anda mungkin juga menyukai