Thorndike melakukan percobaan ini berkali-kali pada kucing yang sama dan situasi
yang sama pula. Memang pertama kali kucing tersebut dalam menemukan jalan keluar
memerlukan waktu yang lama dan pastinya mengitari kendang dengan jumlah yang banyak
pula, akan tetapi karena sifat dari setiap organisme itu selalu memegang tindakan yang cocok
dalam menghadapi situasi atau stimulus yang ada, maka kucing tadi dalam menemukan jeruji
yang menyebabkan kucing tadi bisa keluar dari kandang, ia pegang tindakan ini sehingga
kucing ini dapat keluar untuk mendapatkan makanan dan tidak perlu lagi mengitari kandang
karena tindakan ini dirasa tidak cocok. Akan tetapi kucing tadi langsung memegang jeruji yang
menyebabkannya bisa keluar untuk makan.
Gagasan inilah yang nantinya memunculkan law of effect. Setiap tindakan yang dalam
situasi tertentu menghasilkan kepuasan akan diasosiasikan dengan situasi tersebut, sehingga
ketika situasi tersebut muncul maka tindakan itu juga akan memiliki kemungkinan muncul
lebih besar daripada sebelumnya. Sebaliknya, sebuah tindakan yang dalam situasi tertentu
menghasilkan ketidakpuasan menjadi tidak diasosiasikan dengan situasi tersebut, sehingga
ketika situasi tersebut muncul tindakan itu akan memilki kemungkinan muncul lebih kecil
daripada sebelumnya. Kemudian dia juga memunculkan gagasan mengenai hukum
pelatihan, law of exercise/law of use and disuse, menyatakan bahwa respon yang ditunjukkan
pada situasi tertentu akan diasosiasikan situasi tersebut. Semakin sering sebuah respon yang
digunakan dalam situasi tersebut, semakin kuat asosiasinya. Sebaliknya, tidak digunakanya
respon dalam waktu yang lama akan memperlemah asosiasinya. Eksperimen yang dilakukan
Thorndike menjadi acuan bagi tokoh setelahnya, seperti Ivan Pavlov dan Watson.
Pokok pemikiran tokoh behaviorisme Pavlov yaitu penelitian Pavlov mengenai refleks
terkondisi seperti yang terjadi pada banyak ilmuwan, tak disengaja. Salah satu aspek dalam
penelitian ini berhubungan dengan fungsi air liur yang dikeluarkan anjing secara tidak sengaja
apabila makanan diletakkan di mulut mereka. Pavlov menyebutnya dengan refleks fisik.
Eksperimen Pavlov sederhana, dia memegang sepotong roti dan ditunjukkan kepada anjing-
anjingnya sebelum dia memberikan kepada mereka, sehingga pada waktu tertentu si anjing
mulai mengeluarkan air liurnya. Respon mengeluarkan liur inilah yang disebut respon alamiah
dari system digestif; tidak dibutuhkan pembelajaran untuk memunculkan respon ini.
Pada tahap berikutnya ia berusaha untuk mengembangkan dan mengeksplorasi
penemuannya dengan mengembangkan sebuah studi perilaku yang dikondisikan dan kemudian
dikenal dengan nama classical conditioning. Yang dimaksud dengan conditioning adalah suatu
bentuk belajar yang memungkinkan munculnya respons tertentu dari suatu organisme terhadap
suatu rangsangan yang sebelumnya tidak menimbulkan respons tersebut. Atau dengan kata lain
merupakan suatu proses untuk membuat berbagai refleks perilaku tertentu, menjadi sebuah
tingkah laku yang dimiliki oleh makhluk hidup tertentu. Dengan kata lain, mekanisme classical
conditioning merupakan suatu proses pembentukan perilaku yang dapat diterapkan pada
makhluk hidup agar mereka memiliki bentuk perilaku tertentu.
3. John B Watson
John B Watson
Pokok pemikiran tokoh behaviorisme Watson yaitu menurut Watson, psikologi harus
membatasi dirinya untuk fokus hanya pada ilmu-ilmu dan studi yang sifatnya obyektif. Bagi
Watson metode behaviorisme adalah, (1) Observasi dengan atau tanpa menggunakan alat, (2)
metode-metode pengujian, (3) metode laporan verbal, (4) metode refleks terkondisi.
Pokok kajian behaviorisme adalah unsur-unsur perilaku, yakni gerakan maskular tubuh dan
sekresi kelenjar. Menurut Watson, respon bersifat eksplisit dan implisit. Respon eskplisit
tampak nyata dan dapat diobservasi secara langsung. Respon implisit seperti gerakan-gerakan
didalam organ, sekresi kelenjar, dan impuls syaraf, terjadi didalam tubuh organisme. Sama
halnya dengan respon, stimuli juga dapat bersifat sederhana maupun kompleks. Gelombang
cahaya yang menyentuh pupil adalah sebuah stimuli sederhana.
Menurut teori behaviorisme yang dicetuskan oleh Watson, tujuan utama psikologi adalah
membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku, bukan kesadaran. Menurut teori ini,
hal-hal yang dapat dikaji oleh psikologi adalah benda-benda atau sesuatu yang dapat diamati
secara langsung, seperti rangsangan (stimulus) serta gerak balas (respons). Adapun hal-hal
yang terjadi pada otak tidak berkaitan dengan kajian psikologi. Atas dasar itulah Watson
menganggap tidak ada perbedaan proses pembelajaran antara manusia dan hewan. Jadi, teori
behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak pada diri seseorang, yakni dapat
diukur, dilukiskan, serta diramalkan.
4. William Mc Dougall
William Mc Dougall
Teori insting McDougall mengatakan bahwa, perilaku manusia berasal dari tendensi-
tendensi dari dalam diri membentuk pikiran dan tindakan. Watson menolak pemikiran ini, dan
keduanya berselisih bukan hanya dalam persoalan ini, tetapi juga dalam beberapa persoalan
lainya. Mcdougall setuju mengenai data perilaku yang diberikan Watson adalah fokus yang
benar untuk riset psikologis, tetapi menurut pendapatnya data tentang kesadaran juga tak dapat
dilepaskan.
Menurutnya, insting adalah kekuatan pendorong utama perilaku manusia, dan sebagai
akibatnya, "psikologi naluri" harus menjadi dasar teoretis dari semua disiplin sosial. Insting
dipahami sebagai "disposisi psikofisik bawaan, atau alami, yang menyebabkan seseorang
merasakan objek tertentu atau memperhatikannya dan mengalami kegembiraan emosional
tertentu, bertindak sehubungan dengan objek ini dengan cara tertentu, atau setidaknya
mengalami dorongan untuk tindakan seperti itu”.