Anda di halaman 1dari 6

Aliran behaviorisme memiliki banyak tokoh yang terkenal.

Para Tokoh Behaviorisme ini


percaya pada perilaku yang dapat dilihat oleh mata, dan dapat diobservasi secara langsung.
Tokoh Behaviorisme berikut adalah beberapa tokoh yang ada di zamannya.

1. Edward Lee Thorndike

Edward Lee Thorndike

Pokok pemikiran tokoh behaviorisme Thorndike yaitu Thorndike menciptakan sebuah


teori pembelajaran mekanistik dan obyektif yang memfokuskan pada perilaku-tampak.
Menurut Thorndike (Budiningsih, 2005: 21) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti:
pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike dalam teori belajarnya mengungkapkan
bahwasanya setiap tingkah laku makhluk hidup itu merupakan hubungan antara stimulus dan
respon, adapun Thorndike ini disebut teori konesionisme. Belajar adalah pembentukan
hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dengan artian dengan adanya stimulus
itu maka diharapkan timbul respon yang maksimal. Teori ini sering juga disebut dengan teori
trial dan error, dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya, maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang yang berhasil dalam
belajar. Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus dan respon ini dilakukan dengan
ulangan-ulangan.
Dalam teori trial dan error ini berlaku bagi semua organisme, dan apabila organisme ini
dihadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru, maka secara otomatis organisme ini
memberikan respon atau tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba atau bisa juga berdasarkan
naluri karena pada dasarnya di setiap stimulus itu pasti ditemui respon. Apabila dalam
tindakan-tindakan yang dilakukan itu menimbulkan perbuatan atau tindakan yang cocok atau
memuaskan, maka tindakan ini akan disimpan dalam benak seseorang atau organisme lainnya
karena dirasa diantara tindakan-tindakan yang paling cocok adalah tindakan itu, selama yang
telah dilakukan dalam menanggapi stimulus adalah situasi baru. Jadi dalam teori ini
pengulangan-pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau stimulus baru
itu sangat penting, sehingga seseorang atau organisme mampu menemukan tindakan yang tepat
dan dilakukan secara terus-menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi kemunduran dalam
tindakan atau respon terhadap stimulus.

Dalam membuktikan teorinya Thorndike melakukan percobaan terhadap seekor kucing


yang lapar dan kucing itu disimpan di kandang, yang mana kandang tersebut terdapat celah-
celah yang kecil sehingga seekor kucing itu bisa melihat makanan yang berada di luar kandang,
dan kandang itu bisa terbuka dengan sendiri apabila seekor kucing tadi menyentuh salah satu
jeruji yang terdapat dalam kandang tersebut. Mula-mula kucing tersebut mengitari kandang
beberapa kali sampai ia menemukan jeruji yang dapat membuka pintu kandang, kucing ini
melakukan respon atau tindakan dengan cara coba-coba, ia tidak mengetahui jalan keluar dari
kandang tersebut, kucing tadi melakukan respon yang sebanyak-banyaknya sehingga
menemukan tindakan yang cocok dalam situasi baru atau stimulus yang ada.

Thorndike melakukan percobaan ini berkali-kali pada kucing yang sama dan situasi
yang sama pula. Memang pertama kali kucing tersebut dalam menemukan jalan keluar
memerlukan waktu yang lama dan pastinya mengitari kendang dengan jumlah yang banyak
pula, akan tetapi karena sifat dari setiap organisme itu selalu memegang tindakan yang cocok
dalam menghadapi situasi atau stimulus yang ada, maka kucing tadi dalam menemukan jeruji
yang menyebabkan kucing tadi bisa keluar dari kandang, ia pegang tindakan ini sehingga
kucing ini dapat keluar untuk mendapatkan makanan dan tidak perlu lagi mengitari kandang
karena tindakan ini dirasa tidak cocok. Akan tetapi kucing tadi langsung memegang jeruji yang
menyebabkannya bisa keluar untuk makan.

Gagasan inilah yang nantinya memunculkan law of effect. Setiap tindakan yang dalam
situasi tertentu menghasilkan kepuasan akan diasosiasikan dengan situasi tersebut, sehingga
ketika situasi tersebut muncul maka tindakan itu juga akan memiliki kemungkinan muncul
lebih besar daripada sebelumnya. Sebaliknya, sebuah tindakan yang dalam situasi tertentu
menghasilkan ketidakpuasan menjadi tidak diasosiasikan dengan situasi tersebut, sehingga
ketika situasi tersebut muncul tindakan itu akan memilki kemungkinan muncul lebih kecil
daripada sebelumnya. Kemudian dia juga memunculkan gagasan mengenai hukum
pelatihan, law of exercise/law of use and disuse, menyatakan bahwa respon yang ditunjukkan
pada situasi tertentu akan diasosiasikan situasi tersebut. Semakin sering sebuah respon yang
digunakan dalam situasi tersebut, semakin kuat asosiasinya. Sebaliknya, tidak digunakanya
respon dalam waktu yang lama akan memperlemah asosiasinya. Eksperimen yang dilakukan
Thorndike menjadi acuan bagi tokoh setelahnya, seperti Ivan Pavlov dan Watson.

2. Ivan Petrovic Pavlov

Ivan Petrovic Pavlov

Pokok pemikiran tokoh behaviorisme Pavlov yaitu penelitian Pavlov mengenai refleks
terkondisi seperti yang terjadi pada banyak ilmuwan, tak disengaja. Salah satu aspek dalam
penelitian ini berhubungan dengan fungsi air liur yang dikeluarkan anjing secara tidak sengaja
apabila makanan diletakkan di mulut mereka. Pavlov menyebutnya dengan refleks fisik.
Eksperimen Pavlov sederhana, dia memegang sepotong roti dan ditunjukkan kepada anjing-
anjingnya sebelum dia memberikan kepada mereka, sehingga pada waktu tertentu si anjing
mulai mengeluarkan air liurnya. Respon mengeluarkan liur inilah yang disebut respon alamiah
dari system digestif; tidak dibutuhkan pembelajaran untuk memunculkan respon ini.
Pada tahap berikutnya ia berusaha untuk mengembangkan dan mengeksplorasi
penemuannya dengan mengembangkan sebuah studi perilaku yang dikondisikan dan kemudian
dikenal dengan nama classical conditioning. Yang dimaksud dengan conditioning adalah suatu
bentuk belajar yang memungkinkan munculnya respons tertentu dari suatu organisme terhadap
suatu rangsangan yang sebelumnya tidak menimbulkan respons tersebut. Atau dengan kata lain
merupakan suatu proses untuk membuat berbagai refleks perilaku tertentu, menjadi sebuah
tingkah laku yang dimiliki oleh makhluk hidup tertentu. Dengan kata lain, mekanisme classical
conditioning merupakan suatu proses pembentukan perilaku yang dapat diterapkan pada
makhluk hidup agar mereka memiliki bentuk perilaku tertentu.

3. John B Watson

John B Watson

Pokok pemikiran tokoh behaviorisme Watson yaitu menurut Watson, psikologi harus
membatasi dirinya untuk fokus hanya pada ilmu-ilmu dan studi yang sifatnya obyektif. Bagi
Watson metode behaviorisme adalah, (1) Observasi dengan atau tanpa menggunakan alat, (2)
metode-metode pengujian, (3) metode laporan verbal, (4) metode refleks terkondisi.

Pokok kajian behaviorisme adalah unsur-unsur perilaku, yakni gerakan maskular tubuh dan
sekresi kelenjar. Menurut Watson, respon bersifat eksplisit dan implisit. Respon eskplisit
tampak nyata dan dapat diobservasi secara langsung. Respon implisit seperti gerakan-gerakan
didalam organ, sekresi kelenjar, dan impuls syaraf, terjadi didalam tubuh organisme. Sama
halnya dengan respon, stimuli juga dapat bersifat sederhana maupun kompleks. Gelombang
cahaya yang menyentuh pupil adalah sebuah stimuli sederhana.
Menurut teori behaviorisme yang dicetuskan oleh Watson, tujuan utama psikologi adalah
membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku, bukan kesadaran. Menurut teori ini,
hal-hal yang dapat dikaji oleh psikologi adalah benda-benda atau sesuatu yang dapat diamati
secara langsung, seperti rangsangan (stimulus) serta gerak balas (respons). Adapun hal-hal
yang terjadi pada otak tidak berkaitan dengan kajian psikologi. Atas dasar itulah Watson
menganggap tidak ada perbedaan proses pembelajaran antara manusia dan hewan. Jadi, teori
behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak pada diri seseorang, yakni dapat
diukur, dilukiskan, serta diramalkan.

4. William Mc Dougall

William Mc Dougall

Teori insting McDougall mengatakan bahwa, perilaku manusia berasal dari tendensi-
tendensi dari dalam diri membentuk pikiran dan tindakan. Watson menolak pemikiran ini, dan
keduanya berselisih bukan hanya dalam persoalan ini, tetapi juga dalam beberapa persoalan
lainya. Mcdougall setuju mengenai data perilaku yang diberikan Watson adalah fokus yang
benar untuk riset psikologis, tetapi menurut pendapatnya data tentang kesadaran juga tak dapat
dilepaskan.

Menurutnya, insting adalah kekuatan pendorong utama perilaku manusia, dan sebagai
akibatnya, "psikologi naluri" harus menjadi dasar teoretis dari semua disiplin sosial. Insting
dipahami sebagai "disposisi psikofisik bawaan, atau alami, yang menyebabkan seseorang
merasakan objek tertentu atau memperhatikannya dan mengalami kegembiraan emosional
tertentu, bertindak sehubungan dengan objek ini dengan cara tertentu, atau setidaknya
mengalami dorongan untuk tindakan seperti itu”.

Anda mungkin juga menyukai