Behaviorisme
9.A. Latar Belakang Behaviorisme
1. Realisme
berkenaan dengan benda-benda yang beroperasi menurut hukum alam. Dengan berakar pada
realisme, behaviorisme memfokuskan pada hukum-hukum alam. Makhluk hidup dari
perspektif kaum behavioris merupakan bagian dari alam dan sebagai akibatnya beroperasi
menurut hukum-hukum alam. Tugas kaum behavioris adalah menyelidiki organisme yang
hidup, termasuk manusia, dalam usaha menemukan hukum-hukum tingkah laku. Setelah
hukum-hukum ini ditemukan mereka akan menetapkan dasar bagi teknologi behavior
(tingkah laku). Dalam hal ini manusia dipersamakan dengan makhluk hidup lain, terutama
hewan.
2. Positivisme
merupakan pusat dari metodologi behavior. Dalam buku “Pengantar Riset Kuantitatif dan
Kualitatif” Bambang Subagyo menyatakan bahwa empirisme mengacu kepada seseorang
yang menjalankan sesuatu semata-mata berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman. Dari
konsep tersebut ilmu pengetahuan mendasarkan pengetahuannya ada pengamatan peristiwa-
peristiwa tertentu yang dilakukan secara cermat.
3. Materialisme
hukum-hukum dari masalah. Dengan berdasarkepada pada tiga filosofi diatas muncullah
berbagai tokoh yang melakukan pengamatan tingkah laku dengan cermat terhadap hewan
yang kemudian menghasilkan teori tingkah laku yang bernama behaviorisme.
9.B. Pengertian Behaviorisme
Ivan Pavlov (1849-1936). Penelitian yang dilakukan Ivan Pavlov adalah penelitian yang
dilakukan terhadap beberapa anjing. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pavlov, anjing-
anjing yang ada di laboratoriumnya mulai mengeluarkan air liur pada saat mereka diberi
makan, bahkan sebelum mereka bisa melihat atau mencium aroma makanannya. Anehnya,
mereka mengeluarkan air liur ketika mereka melihat penjaganya atau pada saat mereka
mendengar langkah kaki penjaganya. Selanjutnya penelitian sederhana ini membimbing
Pavlov untuk melakukan serangkaian percobaan yang cukup terkenal; dia akan membunyikan
bel atau suara berdengung – yang dua-duanya tidak menyebabkan anjing berliur – dan
kemudian dengan Pavlov memberi makan anjing-anjingnya, sebuah stimulus yang mengarah
pada keluarnya liur. Dengan segera Pavlov menemukan bahwa apabila prosedur yang sama
diulang sesering mungkin, bunyi bel dan dengung saja sudah mengakibatkan keluarnya air
liur. Penelitian Pavlov ini kemudian menghasilkan teori stimulus-respon yang bernama
classical Condisioning.
bahwa tingkah laku manusia adalah persoalan dari refleks-refleks yang dikondisikan. Watson
mendalilkan bahwa psikologi sebaiknya menghentikan studi tentang apa yang manusia pikir
dan rasakan, dan mulai mempelajari apa yang dilakukan orang-orang. Bagi Watson,
lingkungan adalah pembentuk tingkah laku utama. Ia berpendapat bahwa lingkungan anak
dapat dikendalikan, kemudian ia dapat mengatur anak ke dalam banyak tipe manusia yang
diinginkan.
tingkah laku Skinner yang terkenal bernama Operant Conditioning. Teori ini berdasar dari
Eksperimen yang dilakukan oleh Skinner. Dalam Eksperimen tersebut, seekor tikus
diletakkan dalam kotak (Skinner Box). Lefrancois (2000.132) mengatakan untuk
eksperimennya, kotak tersebut berisi sebuah pengungkit, sebuah tali, sebuah jaring bermuatan
listrik yang terletak di lantai, dan sebuah baki makanan, semuanya diatur sedemikian rupa
sehingga apabila tikus menekan pengungkit, lampu akan menyala dan sebutir makanan akan
masuk ke dalam baki makanan. Pada kondisi seperti itu, kebanyakan tikus akan dengan
segera belajar menginjak pengungkit, lampu akan menyala dan sebutir makanan akan masuk
ke dalam baki makanan. Pada kondisi seperti itu, kebanyakan tikus akan dengan segera
belajar menginjak pengungkit, dan mereka akan melakukan hal serupa selama beberapa
waktu meskipun mereka tidak selalu memperoleh makanan setiap kali mereka menekan
pengungkit. Demikian pula tikus tersebut dapat dengan tiba-tiba diarahkan untuk menolak
pengungkit jika pada saat menekannya akan mengaktifkan arus listrik pada lantai jaring.
Tetapi, tikus-tikus tadi juga akan belajar menekan pengungkit untuk memadamkan arus
listrik.
Eksperimen ini menghasilkan teori tingkah laku yang menekankan bahwa tindakan-tindakan
seseorang dapat diarahkan melalui reinforcement/penguatan dan punishment/hukuman.
9.C.Tokoh-tokoh Behaviorisme
Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani),
matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University of Chicago.
Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh
AngellDalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
1. Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara dengan
ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya
2. Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural
science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran
sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang
lingkup psikologi.
3. Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
Hull menamatkan Ph.D dalam bidang psikologi dari University of Wisconsin dan
mengajar di sana selama 10 tahun, kemudian mendapat gelar professor dari Yale dan menetap
di uni ini hingga masa pensiunnya. Sepanjang karirnya, Hull mengembangkan ide di berbagai
bidang psikologi, terutama psikologi belajar, hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling
sering digunakan adalah eksperimental lab.
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi
reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O (organisma). Faktor O
adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat
pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan
behaviorisme sejati.
Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak
pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisma.
Hypothetico-deductive theory
Adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif.
Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada teori dan tidak
semata-mata berdasarkan fenomena individual (induktif). Teori ini terdiri dari beberapa
postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi
potensial, dan lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-195).
Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan
hasil-hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh
para ahli behavioristik lainnya dan dikembangkan.
2. B.F. Skinner
Konsep-konsep utama:
2. Behavior Modification
Adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior therapy.
Merupakan penerapan dari shaping (pembentukan TL bertahap),penggunaan positive
reinforcement secara selektif, dan extinction. Pendekatan ini banyak diterapkan untuk
mengatasi gangguan perilaku.
Pendekatannya yang lebih bersifat deskriptif dan kurang analitis dianggap kurang
valid sebagai sebuah teori.
Validitas dari kesimpulan yang diambilnya yang merupakan generalisasi berlebihan
dari satu konteks perilaku kepada hampir seluruh perilaku umum.
Pandangan ‘empty organism’ mengundang kritik dari pendukung aspek biologis dan
psikologi kognitif yang percaya pada kondisi internal mansuia, entah itu berupa proses
biologis atau proses mental.
4. Albert Bandura
Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan
kemudian mengajar di Stanford University. Sebagai seorang behaviorist, Bandura
menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenanya
teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan
hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya,
Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.
Teori utama :
Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses belajar
manusia.
Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah vicarious
reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku
individu. Self-reinforcement, individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya
sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement, self-
control, dan lain sebagainya.
Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang lebih
tinggi di masa depan.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat
peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Sedangkan
respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru
tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.
Reinforcement (penguatan)
Kepunahan (Extinction)
Dari perspektif behavioris orang deprogram untuk bertindak dengan cara-cara tertentu
melalui lingkungan mereka. Mereka diberi penghargaan karena tindakan dari beberapa cara
dan dihukum karena tindakan dengan cara lain. Aktivitas-aktivitas yang menerima
penghargaan positif tersebut cenderung diulang, sementara penghargaan negatif cenderung
dimatikan. Tugas pendidikan adalah menciptakan lingkungan belajar yang mengarahkan pada
tingkah laku yang diinginkan. Pendidikan di sekolah dan institusi pendidikan lainnya
kemudian dipandang sebagai lembaga pendesainan budaya.