Anda di halaman 1dari 10

9 .

Behaviorisme
9.A. Latar Belakang Behaviorisme

Sebelum memahami pengertian dan materi yang terkandung dalam behaviorisme


sangatlah penting untuk memahami lebih dahulu akar dari munculnya behaviorisme.
Behaviorisme berakar dari tiga filosofi yang sudah ada sebelumnya. Filosofi itu adalah:

1. Realisme

Realisme adalah aliran filosofi yang melihat bahwa kenyataan adalah

berkenaan dengan benda-benda yang beroperasi menurut hukum alam. Dengan berakar pada
realisme, behaviorisme memfokuskan pada hukum-hukum alam. Makhluk hidup dari
perspektif kaum behavioris merupakan bagian dari alam dan sebagai akibatnya beroperasi
menurut hukum-hukum alam. Tugas kaum behavioris adalah menyelidiki organisme yang
hidup, termasuk manusia, dalam usaha menemukan hukum-hukum tingkah laku. Setelah
hukum-hukum ini ditemukan mereka akan menetapkan dasar bagi teknologi behavior
(tingkah laku). Dalam hal ini manusia dipersamakan dengan makhluk hidup lain, terutama
hewan.

2. Positivisme

Dengan berakar pada filosofi positifis maka pembuktian empiris

merupakan pusat dari metodologi behavior. Dalam buku “Pengantar Riset Kuantitatif dan
Kualitatif” Bambang Subagyo menyatakan bahwa empirisme mengacu kepada seseorang
yang menjalankan sesuatu semata-mata berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman. Dari
konsep tersebut ilmu pengetahuan mendasarkan pengetahuannya ada pengamatan peristiwa-
peristiwa tertentu yang dilakukan secara cermat.

3. Materialisme

Materialisme adalah teori bahwa kenyataan dapat dijelaskan dengan

hukum-hukum dari masalah. Dengan berdasarkepada pada tiga filosofi diatas muncullah
berbagai tokoh yang melakukan pengamatan tingkah laku dengan cermat terhadap hewan
yang kemudian menghasilkan teori tingkah laku yang bernama behaviorisme.
9.B. Pengertian Behaviorisme

Behaviorisme adalah aliran psikologi yang kemudian sangat berpengaruh terhadap


bidang pendidikan yang menekankan pada tingkah laku/perilaku manusia (individu) sebagai
makhluk yang reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungan di sekitarnya.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.

Behaviorisme muncul awalnya melalui penelitian Psikolog Rusia bernama

Ivan Pavlov (1849-1936). Penelitian yang dilakukan Ivan Pavlov adalah penelitian yang
dilakukan terhadap beberapa anjing. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pavlov, anjing-
anjing yang ada di laboratoriumnya mulai mengeluarkan air liur pada saat mereka diberi
makan, bahkan sebelum mereka bisa melihat atau mencium aroma makanannya. Anehnya,
mereka mengeluarkan air liur ketika mereka melihat penjaganya atau pada saat mereka
mendengar langkah kaki penjaganya. Selanjutnya penelitian sederhana ini membimbing
Pavlov untuk melakukan serangkaian percobaan yang cukup terkenal; dia akan membunyikan
bel atau suara berdengung – yang dua-duanya tidak menyebabkan anjing berliur – dan
kemudian dengan Pavlov memberi makan anjing-anjingnya, sebuah stimulus yang mengarah
pada keluarnya liur. Dengan segera Pavlov menemukan bahwa apabila prosedur yang sama
diulang sesering mungkin, bunyi bel dan dengung saja sudah mengakibatkan keluarnya air
liur. Penelitian Pavlov ini kemudian menghasilkan teori stimulus-respon yang bernama
classical Condisioning.

John B. Watson (1878-1958), mengikuti petunjuk Pavlov, menegaskan

bahwa tingkah laku manusia adalah persoalan dari refleks-refleks yang dikondisikan. Watson
mendalilkan bahwa psikologi sebaiknya menghentikan studi tentang apa yang manusia pikir
dan rasakan, dan mulai mempelajari apa yang dilakukan orang-orang. Bagi Watson,
lingkungan adalah pembentuk tingkah laku utama. Ia berpendapat bahwa lingkungan anak
dapat dikendalikan, kemudian ia dapat mengatur anak ke dalam banyak tipe manusia yang
diinginkan.

Tokoh Behavioris yang paling berpengaruh adalah BF. Skinner. Teori

tingkah laku Skinner yang terkenal bernama Operant Conditioning. Teori ini berdasar dari
Eksperimen yang dilakukan oleh Skinner. Dalam Eksperimen tersebut, seekor tikus
diletakkan dalam kotak (Skinner Box). Lefrancois (2000.132) mengatakan untuk
eksperimennya, kotak tersebut berisi sebuah pengungkit, sebuah tali, sebuah jaring bermuatan
listrik yang terletak di lantai, dan sebuah baki makanan, semuanya diatur sedemikian rupa
sehingga apabila tikus menekan pengungkit, lampu akan menyala dan sebutir makanan akan
masuk ke dalam baki makanan. Pada kondisi seperti itu, kebanyakan tikus akan dengan
segera belajar menginjak pengungkit, lampu akan menyala dan sebutir makanan akan masuk
ke dalam baki makanan. Pada kondisi seperti itu, kebanyakan tikus akan dengan segera
belajar menginjak pengungkit, dan mereka akan melakukan hal serupa selama beberapa
waktu meskipun mereka tidak selalu memperoleh makanan setiap kali mereka menekan
pengungkit. Demikian pula tikus tersebut dapat dengan tiba-tiba diarahkan untuk menolak
pengungkit jika pada saat menekannya akan mengaktifkan arus listrik pada lantai jaring.
Tetapi, tikus-tikus tadi juga akan belajar menekan pengungkit untuk memadamkan arus
listrik.
Eksperimen ini menghasilkan teori tingkah laku yang menekankan bahwa tindakan-tindakan
seseorang dapat diarahkan melalui reinforcement/penguatan dan punishment/hukuman.

9.C.Tokoh-tokoh Behaviorisme

1.      John Watson (1878-1958)

Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani),
matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University of Chicago.
Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh
AngellDalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:

1. Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara dengan
ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya
2. Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural
science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran
sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang
lingkup psikologi.
3. Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.

1. Clark L. Hull (1884-1952)

Hull menamatkan Ph.D dalam bidang psikologi dari University of Wisconsin dan
mengajar di sana selama 10 tahun, kemudian mendapat gelar professor dari Yale dan menetap
di uni ini hingga masa pensiunnya. Sepanjang karirnya, Hull mengembangkan ide di berbagai
bidang psikologi, terutama psikologi belajar, hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling
sering digunakan adalah eksperimental lab.

Prinsip-prinsip utama teorinya :

 Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi
reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
 Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O (organisma). Faktor O
adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat
pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan
behaviorisme sejati.
 Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak
pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisma.
 Hypothetico-deductive theory

Adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif.
Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada teori dan tidak
semata-mata berdasarkan fenomena individual (induktif). Teori ini terdiri dari beberapa
postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi
potensial, dan lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-195).

Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan
hasil-hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh
para ahli behavioristik lainnya dan dikembangkan.

2. B.F. Skinner

Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:


 Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada perilaku
yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya induktif. Dalam hal ini
pengaruh Watson jelas terlihat.
 Empty organism, menolak adanya proses internal pada individu.
 Menolak menggunakan metode statistical, mendasarkan pengetahuannya pada subyek
tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan manipulasi eksperimental yang terkontrol
dan sistematis.

Konsep-konsep utama:

1. Proses operant conditioning:

 Memilah perilaku menjadi respondent behavior dan operant behavior. Respondent


terjadi pada kondisioning klasik, dimana reinforcement mendahului UCR/CR. Dalam
kondisi sehari-hari yang lebih sering terjadi adalah operant behavior dimana reinforcement
terjadi setelah response.
 Positive dan negative reinforcers [kehadirannya PR menguatkan perilaku yang
muncul, sedangkan justru ketidakhadiran NR yang akan menguatkan perilaku].
 Extinction: hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya reinforcers.
 Schedules of reinforcement, berbagai variasi dalam penjadwalan pemberian
reinforcement dapat meningkatkan perilaku namun dalam kadar peningkatan dan
intensitas yang berbeda-beda (lih Lundin, 1991 fig. 4.p.213)
 Discrimination : organisma dapat diajarkan untuk berespon hanya pada suatu stimulus
dan tidak pada stimulus lainnya.
 Secondary reinforcement, adalah stimulus yang sudah melalui proses
pemasangan/kondisioning dengan reinforcer asli sehingga akhirnya bisa mendapatkan
efek reinforcement sendiri.
 Aversive conditioning, proses kondisioning dengan melibatkan suasana tidak
menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan punishment. Reaksi organisme adalah escape
atau avoidance.

2. Behavior Modification

Adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior therapy.
Merupakan penerapan dari shaping (pembentukan TL bertahap),penggunaan positive
reinforcement secara selektif, dan extinction. Pendekatan ini banyak diterapkan untuk
mengatasi gangguan perilaku.

Kritik terhadap Skinner:

 Pendekatannya yang lebih bersifat deskriptif dan kurang analitis dianggap kurang
valid sebagai sebuah teori.
 Validitas dari kesimpulan yang diambilnya yang merupakan generalisasi berlebihan
dari satu konteks perilaku kepada hampir seluruh perilaku umum.
 Pandangan ‘empty organism’ mengundang kritik dari pendukung aspek biologis dan
psikologi kognitif yang percaya pada kondisi internal mansuia, entah itu berupa proses
biologis atau proses mental.

4. Albert Bandura

Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan
kemudian mengajar di Stanford University. Sebagai seorang behaviorist, Bandura
menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenanya
teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan
hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya,
Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.

Teori utama :

 Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses belajar
manusia.
 Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah vicarious
reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku
individu. Self-reinforcement, individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya
sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
 Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement, self-
control, dan lain sebagainya.
 Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang lebih
tinggi di masa depan.

9.D. Prinsip-Prinsip Belajar Behaviorisme

Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu yang


lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk mencegah perilaku yang tidak
diinginkan.

 Stimulus dan Respons

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat
peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Sedangkan
respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru
tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.

 Reinforcement (penguatan)

Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut


penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan
memperlemah perilaku disebut dengan hukuman (punishment).

 Penguatan positif dan negatif

Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut penguatan positif.


Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuat perilaku
disebut penguatan negatif.

 Penguatan primer dan sekunder


Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
fisik. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan non fisik.

 Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)

Penguatan hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul karena akan


menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik dari pada pemberian penguatan
yang diulur-ulur waktunya.

 Pembentukan perilaku (Shapping)

Menurut Skinner untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan langkah-


langkah berikut :
1. Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-tahapan yang lebih
rinci;
2. Menentukan penguatan yang akan digunakan;
3. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang semakin dekat
dengan perilaku yang akan dibentuk.

 Kepunahan (Extinction)

Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk tidak


mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu.

9.E. Implikasi Bagi Pendidikan

Terhadap bidang pendidikan behavorisme memberi pengaruh sangat besar, terutama


pada abad pertengahan. Berikut ini prinsip-prinsip pendidikan behaviorisme:
a. Manusia adalah binatang yang berkembang lebih dari lainnya dan ia belajar dalam cara
yang sama yang dipelajari oleh binatang-binatang lain
Manusia tidak memiliki banyak martabat atau kebebasan yang khusus. Benar bahwa manusia
adalah organism alam yang kompleks, tetapi terutama ia masih merupakan bagian dari
kerajaan binatang. Tugas dari behavioris adalah mempelajari hukum-hukum tingkah laku.
Hukum-hukum ini sama bagi semua binatang. Termasuk manusia.
b. Pendidikan adalah proses pengaturan tingkah laku

Dari perspektif behavioris orang deprogram untuk bertindak dengan cara-cara tertentu
melalui lingkungan mereka. Mereka diberi penghargaan karena tindakan dari beberapa cara
dan dihukum karena tindakan dengan cara lain. Aktivitas-aktivitas yang menerima
penghargaan positif tersebut cenderung diulang, sementara penghargaan negatif cenderung
dimatikan. Tugas pendidikan adalah menciptakan lingkungan belajar yang mengarahkan pada
tingkah laku yang diinginkan. Pendidikan di sekolah dan institusi pendidikan lainnya
kemudian dipandang sebagai lembaga pendesainan budaya.

c. Peran guru menciptakan lingkungan belajar yang efektif

Skinner menyatakan bahwa murid-murid itu belajar dalam kehidupan sehari-hari


melalui konsekuensi dari tindakan mereka. Tugas guru itu mengatur lingkungan belajar yang
akan menyediakan penguatan untuk tindakan murid yang diinginkan . Berikut ini contoh
lingkungan belajar yang harus dikondisikan guru :
Efisiensi, ekonomi, ketelitian, dan obyektifitas adalah pusat perhatian nilai dalam pendidikan.

Teknik-teknik tingkah laku dalam behaviorisme telah diaplikasikan untuk praktek-


praktek bisnis, seperti managemen sistem, periklanan, dan promosi penjualan dengan banyak
sukses. Hal ini mengarahkan sektor besar dari komunitas untuk bekerjasama dengan kaum
behavioris psikologis untuk menjadikan sekolah-sekolah dan pendidik-pendidik itu
“bertanggungjawab” (bisa melakukan pengkondisian). Gerakan bertanggungjawab ini telah
berusaha memperbaiki tanggungjawab hasil pendidikan – apa yang dipelajari anak – pada
mereka yang melaksanakan pengajaran. Hal ini telah menstimulasikan perhatian dalam
pengaplikasian teknik, obyektif, dan pelaksanaan managemen usaha yang berdasarkan
pengukuran dalam konteks sekolah.

Anda mungkin juga menyukai