WATSON
Desentisasi Sistematis
Dalam teori kepribadian Skinner menolak banyak ide inti yang sudah
dipertimbangkan sejauh ini. Skinner menggunakan pendekatan di psikologi
yang dikenal sebagai Behaviorisme radikal.
A. Asumsi Dasar
Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar ini (Alwisol, 2009: 320)
yaitu:
1. Behavior is lawful (Tingkah laku itu mengikuti hukum
tertentu). Ilmu adalah usaha untuk menunjukkan bahwa peristiwa
tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2. Behavior can be predicted (Perilaku dapat diramalkan). Perilaku
manusia (kepribadiannya) menurut Skinner ditentukan oleh
kejadian-kejadian di masa lalu dan sekarang. Dan memungkinkan
memprediksi suatu tingkah laku yang akan datang dan menguji
prediksi itu.
3. Behavior can be controlled (Perilaku manusia dapat dikontrol).
Perilaku dapat dijelaskan hanya berkaitan dengan kejadian atau
situas-situasi antaseden ( berada di lingkungannya) yang dapat
diamati. Bahwa kondisi sosial dan fisik di lingkungan sangat
penting dalam menentukan perilaku.
2. Pengondisian (conditioning)
Skinner mengemukakan dua jenis pengondisian dalam teorinya,
yaitu pengondisian klasik (classical conditioning) dan
pengondisian operan (operant conditioning).
a. Classical conditioning (Kondisioning Klasik)
Classical conditioning yaitu suatu stimulus netral
dipasangkan beberapa kali dengan suatu simulus yang tidak
dikondisikan hingga mampu membawa sebuah respon yang
sebelumnya tidak dikondisikan menjadi respon yang terkondisi.
Contohnya, seperti tingkah laku refleks, karena respon tidak
dipelajari, tidak bersifat sukarela, dan bersifat umum. Namun,
classical conditioning tidak hanya dapat dilakukan pada refleks
sederhana. Classical conditioning juga dapat bertanggungjawab
atas pembelajaran manusia yang lebih kompleks, seperti untuk
mengatasi fobia, ketakutan, dan kecemasan. Hal yang paling
penting dalam classical conditioning adalah dalam membuat
pasangan dari stimulus yang dikondisikan dengan stimulus yang
tidak dikondisikan hingga kehadiran stimulus yang dikondisikan
cukup untuk menimbulkan stimulus yang tidak dikondisikan.
b. Operant conditioning (Kondisioning Operan)
Operant conditioning, yaitu bentuk belajar yang menekankan
respon-rspon atau tingkah laku yang sukarela dikontrol oleh
konsekuen-konsekuennya. Proses operant conditioning
dijelaskan oleh Skinner melalui eksperimennya terhadap tikus
yang dikenal dengan Skinner Box. Tikus yang dimasukkan ke
dalam kotak tidak diberi makan untuk beberapa waktu, sehingga
tikus tersebut merasa lapar. Tikus tersebut bertingkah laku
secara spontan dan acak, dia menjadi aktif, mendengus,
mendorong, dan mengeksplorasi lingkungannya. Tingkah laku
ini bersifat sukarela (emitted) tidak dirangsang (elicited), dalam
arti respon tikus tersebut tidak dirangsang oleh stimulus tertentu
dari lingkungannya.
Setelah beberapa lama beraktivitas, tikus tersebut secara
kebetulan menekan pengungkit yang terletak pada salah satu sisi
kotak, yang menyebabkan makanan jatuh ke dalam kotak.
Makanan tersebut menjadi penguat (reinforcer) bagi tingkah
laku tikus menekan pengungkit. Tikus tersebut mulai menekan
pengungkit dalam frekuensi yang lebih sering karena menerime
lebih banyak makanan. Tingkah laku tikus sekarang berada di
bawah kontrol reinforcement. Kegiatannya sekarang tidak lagi
bersifat spontan atau acak, tetapi lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk menekan pengungkit dan kemudian makan.
3. Pembentukan (shaping)
Pembentukan (shaping) yaitu suatu prosedur yang terjadi ketika
peneliti atau lingkungan menilai respon secara kompleks dan
kemudian menilainya lebih dekat lagi hingga akhirnya dapat
memperkuat respon akhir yang diinginkan. Sebagai contoh, seorang
ayah yang melatih anaknya untuk mengendarai mobil. Ketika anak
tersebut sudah mampu mengendarai mobil dengan lurus, ayahnya
memberikan pujian, dan pujian tersebut terus diberikan jika
kemampuan anaknya mengendarai mobil terus meningkat hingga
akhirnya anak tersebut mahir mengendarai mobil. Dalam kasus ini,
pujian terus menerus diberikan agar hasil akhir yang diharapkan,
yaitu mampu mengendarai mobil, dapat tercapai.
4. Penguatan (reinforcement)
Menurut Skinner, penguatan (reinforcement) memiliki dua
tujuan, yaitu untuk memperkuat perilaku dan untuk memberikan
penghargaan pada individu. Setiap perilaku yang meningkatkan
kemungkinan untuk bertahan hidup cenderung akan diberi
penguatan, sama halnya dengan perilaku yang dapat mereduksi atau
menghindari setiap kondisi yang bersifat merusak kemampuan
spesies untuk bertahan hidup juga akan diberi penguatan. Maka dari
itu, Skinner mengemukakan dua jenis reinforcement, yaitu:
a. Positive reinforcement
Positive reinforcement yaitu setiap stimulus yang dapat
meningkatkan kemungkinan suatu perilaku untuk diulangi.
Positive reinforcement merupakan stimulus yang cenderung
disenangi, sehingga selalu diusahakan agar stimulus tersebut
muncul. Sebagai contoh, orang tua yang memberikan pujian
ataupun permen kepada anak-anaknya karena saling berbagi
mainan. Jika hal tersebut selalu dilakukan, maka akan
meningkatkan perilaku anak-anaknya untuk dapat tetap saling
berbagi di masa depan.
b. Negative reinforcement
Negative reinforcement yaitu setiap stimulus yang dapat
memungkinkan suatu perilaku terjadi direduksi atau
dihilangkan. Sebagai contoh, seorang gadis yang selalu diejek
gemuk oleh temannya, maka gadis tersebut berusaha agar ejekan
tersebut dapat dicegah atau dihentikan dengan melakukan diet.
Penjadwalan Reinforcement
Merupakan pola atau rasio pemberian atau penahan reinforcement.
Skinner menguji schedule of reinforcement yaitu pola atau rasio
pemberian atau penahanan reinforcement sebagai berikut.
- Penguat berkelanjutan (continuous reinforcement; setiap kali
muncul tingkah laku yang dikehendaki diberikan reinforsemen.
- Fixed interval (pemberian reinforcement diberikan berdasarkan
interval waktu tertentu dan teratur).
- Fixed ratio (mengatur pemberian reinforcement sesudah respon
yang ditentukan muncul yang kesekian kalinya).
- Variable interval (pemberian reinforcement dalam waktu yang
tidak tentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikan
sama dengan pengaturan tetap).
- Variabel ratio (pemberian reinforsemen secara acak, dengan rata-
ratasama dengan fixed ratio).
5. Penghukuman (punishment)
Skinner mengemukakan dua bentuk dari punishment, yaitu:
a. Positive punishment yaitu pemberian stimulus yang bersifat
tidak menyenangkan untuk menurunkan frekuensi atau
menghilangkan suatu respon.Positive punishment tidak sama
dengan negative reinforcement karena suatu perilaku melemah
bukan menguat. Sebagai contoh, orang tua yang menepis tangan
anaknya yang ingin meraih sebuah toples kaca akan
melemahkan perilaku anak untuk meraih toples tersebut.
b. Negative punishment yaitu pemberian hukuman yang
melibatkan penghapusan positive reinforcement. Sebagai
contoh, orang tua yang tidak memberikan uang jajan kepada
anaknya sebagai hukuman karena telah berbohong.
KELEBIHAN:
- Dengan memberikan penguatan maka orang-orang akan
bersemangat/termotivasi untuk mengikuti suatu proses pembelajaran
sehingga mempengaruhi keberhasilan.
- Operant conditioning dapat membantu banyak perilaku manusia dan
binatang.
- Melalui proses shaping yang dilakukan secara bertahap akan
menghasilkan penguasaan terhadap perilaku yang kompleks melalui
perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan
penguatan.
KEKURANGAN:
- Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk pendisiplinan.
Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri
konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami
sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan
hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru berakibat buruk.
DAFTAR PUSTAKA