Anda di halaman 1dari 20

Psikologi Umum

 Psyche : Jiwa
 Logos : Ilmu

ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu
maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya.

PSIKOLOGI = ILMU JIWA


dapatkah jiwa dipelajari secara Ilmiah?
 Sesuatu dapat dipelajari secara ilmiah jika keberadaannya dapat diobservasi.
 Yang dipelajari psikologi bukan jiwa manusia secara langsung tetapi manifestasi
dari keberadaan jiwa berupa perilaku dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
perilaku.

Woodworth & Marquis


 Psychology can be difined as the science of the activities of the individual.
 The word activity is used here in very broad sense. It includes not only motor
activities like walking and speaking, but also cognitive (knowledge getting)
activities like seeing, hearing, remembering, thinking, and emotional activities like
laughing and crying and feeling or sad.

Satu cabang penyiasatan saintifik untuk tingkah laku dan aktiviti. William (1960)
Psikologi adalah sains tingkah laku. Wittaker (1970)
Satu kajian yang sistematik terhadap tingkah laku dan mental seseorang. Henry
L.Roediger (1984)
Kajian sistematik tentang tingkah laku manusia dan pengalaman manusia. Kalat
(1999)

Perilaku?
Overt : senyum, tertawa, menangis
Covert : berfikir, motivasi, konsep diri, percaya diri

Perilaku ditemukan
 Nativisme keturunan
 Empirisme lingkungan
 Konvergensi gabungan

Islam?
“Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian
(fitrah)”

Sudut Pandang
 Neurologi
hubungan antaraperilaku dengan kejadian yang berlangsung dalam tubuh (otak
dan syaraf) karena perilaku diatur oleh kegiatan otak dan sistem syaraf
 Behaviouristik
perilaku yang nampak dan perilaku dapat dibentuk dengan pembiasaan dan
pengukuhan melalui pengkondisian stimulus
 Kognitif
individu tidak hanya menerima stimulus yang pasif tetapi mengolah stimulus
menjadi perilaku baru
 Psikoanalisis
perilaku individu didorong oleh insting bawaan dan sebagian besar perilaku itu
tidakdisadari
 Humanistik
individu mampu mengarahkan perilaku dan memberikan warna pada lingkungan.

Metode Ilmiah Psikologi


 Eksperimental
 Non eksperimental

Fungsi Psikologi
 Fungsi deskriptif :
fungsi psikologi dalam menggambarkan objek formalnya secara lengkap, benar,
dan jelas.
 Fungsi prediktif :
fungsi psikologi dalam membuat perkiraan yang dapat terjadi di kemudian hari
berkenaan dengan perilaku manusia.
 Fungsi pengendalian :
psikologi untuk mengarahkan perilaku-perilaku manusia pada hal-hal yang
diharapkan dan menghindari hal-hal yang tidak diharapkan

Pendekatan dalam Psikologi (Mazhab Psikologi)

Aliran Psikoanalisa (Sigmund Freud)


Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa
kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga
tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan,
impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup
dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

Perkembangan Psikoanalisa
Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu
kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang
sangat menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Sejak itu Freud dan doktor Josef
Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek penyelidikannya
adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidakruntutan keterangan
yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian Anna O.
Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis
manusia: Id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.

Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia,
antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang
tidak disadari. Dalamkeadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya.
Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu
mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.

Penyebab Perilaku
Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot)
maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental
sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun
bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar
(unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat
gunung es dari kepribadian kita.

ID : berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata


Ego : berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari
lingkungannya.
Superego : pengawas realitas.

Pengertian
 ID adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari
dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang
segera.
 EGO berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan
mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego
saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
 SUPEREGO merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas
tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego
dengan menimbulkan rasa salah.

Contoh dalam Kehidupan kita


 Anda adalah seorang bendahara yang diserahi mengelola uang sebesar 1 miliar
Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang itu sebagian, toh tak
ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata: ”Cek dulu, jangan-jangan nanti ada
yang tahu!”. Sementara superego menegur: ”Jangan lakukan!”.
 Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua
dan pada orang dewasa. Disini disebut sebagai tahap secondary process
thinking.

 Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk


memilih tidak jajan demi ingin menabung misalnya). Walau begitu kadangkala
pada orang dewasa muncul sikap seperti primary process thinking, yaitu mencari
pengganti pemuas keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel
akibat dimarahi bos di kantor misalnya).

Prinsip-prinsip psikoanalisis tentang hakekat manusia

1. Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak


2. Sebagaian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadar
3. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak
lahir, terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan
agresifitasnya
4. Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk
meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
5. Pengalaman tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman
seseorang. Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang adalah saling
berhubungan dalam satu kesatuan apa yang terjadi pada seseorang pada saat ini
dihubungkan pada sebab-sebab dimasa lampaunya dan memotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan dimasa yang akan datang.

Aliran Behavioristik (Ivan P Pavlov)

Asumsi Dasar
 Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
 Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan
perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
 Stimulans adalah lingkungan belajar anak yang menjadi penyebab belajar.
 Respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans.
 Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R
(stimulus-Respon).

Pemahaman Dasar Behavioristik

 Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning).
 Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive
behaviour atau perilaku menyimpang.
 Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor
anjing.
Eksperimen Behavioristik

“Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing
tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh
dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap
kali lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali
percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air
liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned
response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus”

Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan
dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka
dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget.
Begitu percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si
anak akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu
dia menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu
dan topeng Sinterklas.

Proses tersebut dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan
apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).

John B. Watson (1878-1958) – Bapak Behaviorisme

 Stimulus → Respons

 Menolak adanya pengaruh naluri (instinct).

 Makan → lapar

 Kegiatan makan bukan karena naluri tetapi karena adanya stimulus dan respon.

Skinner 1957 – Operant Conditioning

 Misalnya, jika seorang anak bayi kecil mengatakan minta susu dan orangtuanya
memberinya susu, maka operant dikuatkan.

 Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh


akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan.
Namun, bila akibatnya adalah hukuman, atau kurang adanya penguatan, perilaku
itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan.

 Ada seorang anak kecil menangis meminta es kepada ibunya. Tetapi, karena
ibunya yakin dan percaya bahwa es itu menggunakan pemanis buatan maka sang
ibu tidak meluluskan permintaan anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi,
sang ibu bersikukuh untuk tidak menuruti permintaan anaknya. Lama kelamaan
tangis ana tersebut reda dengan sendirinya dan dilain waktu tidak meminta es itu
lagi kepada ibunya, apalagi dengan menangis.
Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya oleh ibunya, apa yang akan
terjadi?

o Pada kesempatan lain anak tersebut akan meminta es lagi. Apabila ibunya
tidak meluluskannya, maka ia akan menangis dan terus menangis karena
dengan menangis ia akan mendapatkan es.
o Kalau ibunya memberikan es lagi, maka perbuatan menangis itu dikuatkan.
o Pada kesempatan lain, anak tersebut akan menangis manakala ia meminta
sesuatu pada ibunya.

Pavlov (1948 – 1936) Operant Conditioning


Teori Pembiasaan
 Pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari respons-respons yang
dibiasakan.
 Teori ini diperkuat oleh thorndike (1947 – 1919) yang terkenal dengan teori trial
and error.
 Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses
menghubung-hubungkan di dalam sistem saraf.
 Yang dihubungkan adalah peristiwa fisik dan mental.
 Fisik: segala rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons).
 Mental: segala yang dirasakan oleh pikiran (akal).

Temuan Thorndike: the law of exercise, the law of effect


Misalnya, ketika sedang belajar bersepeda atau belajar bahasa seperti pengucapan
kata-kata yang sulit. Kegagalan diulang terus menerus lama kelamaan akan
berhasil.

Albert Bandura (Social Learning/Observational Learning)


 Perilaku individu tidak semata-mata karena refleks otomatis S-R, tetapi juga
karena reaksi yang timbul sebagai interaksi yang timbul sebagai interaksi antara
lingkungan dengan individu itu sendiri.
 Belajar menurutnya adalah yang dipelajari manusia terutama belajar sosial dan
moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling).
 Teori ini jugs masih memandang penting conditioning.
 Pemberian reward dan punishment akan membuat seorang berpikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Humanistik (Abraham Maslow)


Asumsi Dasar Humanistik
Psikologi humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang
dominan mekanistik, reduksionistik, atau ‘psikologi robot’ yang mereduksi manusia.
Aliran ini memandang setiap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi lebih
baik dan memiliki pandangan optimistic dan bisa maju (berkembang)
Hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan perbuatan manusia yang
kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang
disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu.
Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagai
peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan
nasibnya sendiri dan nasib orang lain.

Hal Utama Humanistik dalam Kepribadian


1. Holisme
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai
kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian/komponen yang berbeda.
Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan,
dan apa yang terjadi di bagian satu akan mempengaruhi bagian lain. Hukum
yang berlaku umum mengatur fungsi setiap bagian. Hukum inilah yang mestinya
ditemukan agar dapat dipahami berfungsinya tiap komponen.
2. Menolak Riset Binatang
Psikologi humanistik menekankan perbedaan tingkah laku manusia dengan
tingkah laku binatang. Riset binatang memandang manusia sebagai mesin dan
mata rantai reflekskondisioning, mengabaikan karakteristik manusia yang unik
seperti idea, nilai-nilai, keberanian, cinta, humor, cemburu, dan lain-lain.
3. Manusia Pada Dasarnya Baik
Manusia mempunyai struktur psikologis yang analog dengan struktur fisik:
mereka memiliki kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan yang sifat
dasarnya genetik. Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu secara
esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak sesuatu yang netral. Sifat setan
yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari frustasi atau kegagalan
memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari hereditas. Manusia
mempunyai struktur yang potensial untuk berkembang positif.
4. Potensi Kreatif
Kreativitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan. Ini adalah sifat
alami, sama dengan sifat biji yang menumbuhkan daun, burung yang terbang,
maka manusia mempunyai sifat alami untuk menjadi kreatif. Sayangnya,
umumnya orang justru kehilangan kreativitas ini karena proses pembudayaan
(enculturated). Hanya sedikit orang yang kemudian menemukan kembali potensi
kreatif yang segar, air, dan langsung, dalam memandang sesuatu.
5. Menekankan Kesehatan Psikologik
 Pendekatan humanistik mengarahkan perhatiannya kepada manusia sehat,
kreatif dan mampu mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya
memusatkan analisisnya kepada tema pokok kehidupan manusia, yakni
aktualisasi diri.
 Jadi pemahaman tentang manusia dalam psikologi humanistik berdasarkan
kepada keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya psikologi yang kuat
dan ia merupakan penentu atas kelakuan manusia.
 Keyakinan ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia
seperti pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk
menjadi lebih bebas. Psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah
sistem pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat dan tindak
tanduk yang dipercayai terbaik bagi manusia.
 Sehingga terwujudlah satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk
memahami sifat dan keadaan manusia secara holistik.
 Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia
sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk
berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah manusia.
 Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih
potensi maksimal mereka.
 Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup
dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.

Viktor Frankl
Salah satu bagian dari humanistik adalah logoterapi. Adalah Viktor Frankl yang
mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai logotheraphy
(logos=makna). Pandangan ini berprinsip:
 Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan
sekalipun.
 Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu
sendiri.
 Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang
kita alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.

Frankl
 mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya lolos dari kamp
konsentrasi Nazi pada masa Perang Dunia II, dimana dia mengalami dan
menyaksikan penyiksaan-penyiksaan di kamp tersebut. Dia menyaksikan dua
hal yang berbeda, yaitu para tahanan yang putus asa dan para tahanan yang
memiliki kesabaran luar biasa serta daya hidup yang perkasa. Frankl menyebut
hal ini sebagai kebebasan seseorang memberi makna pada hidupnya.
 Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan
berdasarkan situasi-situasi berikut ini:
a. Ketika sesorang menemukan dirinya (self-discovery). Sa'di (seorang penyair
dari Iran) menggerutu karena kehilangan sepasang sepatunya di sebuah
masjid di Damaskus. Namun di tengah kejengkelannya itu ia melihat bahwa
ada seorang penceramah yang berbicara dengan senyum gembira. Kemudian
tampaklah olehnya bahwa penceramah tersebut tidak memiliki sepasang kaki.
Maka tiba-tiba ia disadarkan, bahwa mengapa ia sedih kehilangan sepatunya
sementara ada orang yang masih bisa tersenyum walau kehilangan kedua
kakinya.
b. Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan. Seseorang yang
mendapatkan tawaran kerja bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi,
namun ia harus pindah dari Yogyakarta menuju Singapura. Mendapatkan
kelimpahan materi namun di sisi lainnya ia kehilangan waktu untuk berkumpul
dengan anak-anak dan istrinya. Dia menginginkan pekerjaan itu namun
sekaligus punya waktu untuk keluarganya. Hingga akhirnya dia putuskan
untuk mundur dari pekerjaan itu dan memilih memiliki waktu luang bersama
keluarganya. Pada saat itulah ia merasakan kembali makna hidupnya.
c. Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya:
seorang rakyat jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya.
Ia merasakan suatu makna yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan
tergantikan oleh apapun. Demikian juga ketika kita menemukan seseorang
yang mampu mendengarkan kita dengan penuh perhatian, dengan begitu
hidup kita menjadi bermakna.
d. Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas,
seorang bendahara yang diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah
sangat besar dan berhasil menolak keinginannya sendiri untuk mamakai
sebagain uang itu untuk memuaskan keinginannya semata. Pada saat itu si
bendahara mengalami makna yang luar biasa dalam hidupnya.

Perilaku Manusia

Kompleksitas Perilaku Manusia


Aspek Biologis
Aspek Psikologis
Aspek Sosiologis
Aspek Spiritual

 Perilaku manusia bersifat kompleks.


 Perilaku manusia dapat terjadi karena berbagai sebab dan terarah pada berbagai
tujuan.
 Perilaku manusia tidak terlepas dari keberadaan dirinya sebagai makhluk biologis,
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk religius, dst.

Taksonomi Perilaku Manusia


 Perilaku manusia merupakan segala sesuatu yang diperbuat atau dikerjakan oleh
manusia, yang merupakan kompleks dari gejala-gejala jiwa.
 Gejala-gejala jiwa manusia :
o Kognisi → Perhatian
Pengamatan
Tanggapan
Imajinasi
Ingatan
Pikiran
Intusisi
o Afeksi → Perasaan
Emosi
o Konasi → Refleks
Instink
Otomatisme
Kemauan/Motif
Hasrat
Minat
Nafsu

Perilaku Manusia Ditinjau dari Asalnya


1. Native behavior
Native behavior merupakan perilaku bawaan, bukan merupakan hasil belajar.
Perilaku semacam ini sering juga disebut insting.
2. Acquired behavior
Acquired behavior adalah perilaku yang terbentuk sebagai hasil belajar. Perilaku
ini terbentuk karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik itu
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

Perilaku dibentuk oleh Budaya


Jarak personal
Nilai pendidikan
Lingkungan
Norma Sosial

Persepsi adalah Subjektif


Informasi internal Informasi eksternal
Pengalaman awal Actual Words/Actions
Kondisi mental sekarang Image Reflected from Objects
Pengalaman “Sound” Waves

Both Determine
Our Experience
of the World
Penentu Perilaku Manusia
Baron & Byrne
• Tindakan & karakteristik orang lain
• Proses kognitif
• Variabel ekologis
• Konteks budaya
• Faktor biologis

Brigham
1. Genetic/Biological vs Social factors
2. Egoistic vs Altruistic motives
3. Personality vs situasional forces

Teori Umum Perilaku Sosial Manusia


1. Determinisme
Perilaku ditentukan secara genetis
Tokoh : Thomas Hobbes, J.J. Rousseau, Freud
Diteruskan oleh kelompok teori Sosiobiologi dan Ethology
Beberapa bukti pendukung :
- pengaruh bawaan pada tes intelegensi, psikopatologi (schizoprenia, affective
disorder, alcoholism, kepribadian antisosial
2. Empirisme
Perilaku manusia ditentukan oleh lingkungan
Tokoh : John Locke (tabula rasa)
Diteruskan oleh kelompok teori Behaviorisme atau teori belajar (Watson, Skinner)
3. Interaksionisme
Perilaku manusia dibentuk dari interaksi antara lingkungan dengan bawaan

Teori yang menonjol adalah Social Psychophysiological Approach


Ada beberapa prinsip :
1. Perilaku manusia ditentukan oleh banyak faktor
2. Tidak bisa ditentukan karena faktor-faktor tersebut saling berpengaruh
3. Perubahan pada satu faktor menyebabkan faktor lain ikut berubah

Perilaku Manusia dalam Hubungannya dengan Lingkungan


1. Individu menggunakan lingkungan
2. Individu menentang lingkungan
3. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan, mencakup :
a. mengubah dirinya (autoplastis)
b. mengubah lingkungan (alloplastis)

Menyesuaikan Diri
o Alloplastis
o Autoplastis
o Kompromi

Teori Tentang Determinan Perilaku


1. Teori Lawrence Green

B = f (PF, EF, RF)


B : behavior
f : function
PF : predisposing factors
EF : enabling factors
RF : reinforcing factors

 Behavior : perilaku
 Predisposing Factors : faktor-fkator predisposisi yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dst.
 Enabling Factors : faktor-faktor yang memungkinkan yang terwujud dalam,
fasililitas, lingkungan, dst.
 Reinforcing Factors : faktor-faktor pendorong terjadinya perilaku.

2. Teori Snehandu B. Kar


B = f (BI, SS, AI, PA, AS)

B : behavior
)
f : function
BI : behavior intention
SS : social support
AI : accessibiliy of information
PA : personal autonomy
AS : action situation

 Behavior : perilaku
 Behavior Intention : niat / motif untuk berperilaku
 Social Support : dorongan dari orang-orang tertentu.
 Accesebility of Information : informasi yg dapat diperoleh
 Personal Autonomy : otonomi / kemandirian pribadi
 Action Situation : situasi yang memungkinkan tindakan dilakukan

3. Teori WHO
B = f (TF, PR, R, C)
)
B : behavior
f : function
TF : thought and feeling
PR : personal reference
R : resource
C : culture

 Behavior : perilaku
 Thought and Feeling : apa yang dipikirkan dan dirasakan
 Personal Reference : orang-orang tertentu yang dijadikan panutan
 Resources : sumber dana yg dibutuhkan
 Culture : kebudayaan masyarakat sekitar

Teori Tentang Perubahan Perilaku


1. Teori Stimulus Organisme
Perilaku terbentuk sebagai respon terhadap perangsang tertentu oleh karena itu
perilaku dapat berubah jika terdapat perangsang yang intensitasnya melebihi
perangsang sebelumnya.
2. Teori Festinger (Dissonance Theory)
 Perilaku seseorang dapat berubah jika pada dirinya terjadi
ketidakseimbangan psikologis
 Ketidakseimbangan mendorong yang bersangkutan untuk kembali ke
keadaan seimbang atau tenang secara psikologis. Dan hal ini bisa dicapai
dengan melakukan perubahan perilaku.
3. Teori Fungsi
 Perilaku manusia berhubungan dengan kebutuhannya.
 Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan.
 Perilaku berfungsi sbg pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan.
 Perilaku berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap apa yang terjadi.
 Perilaku merupakan perwujudan/ekspresi diri.

Teknik-teknik Mengungkap Perilaku Manusia


1. Observasi
2. Wawancara
3. Kuesioner
4. Analisis Karya
5. Biografi
6. Tes

Pengantar Sikap & Perilaku Manusia

Definisi Sikap
 Bentuk evaluasi atau reaksi perasaan (Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert,
dan Charles Osgood)
 Perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak (Berkowitz)
Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland Mengenai Sikap

Respon syaraf simpatik


AFEK
Pernyataan lisan
tentang afek
STIMULI
(Individu,
situasim isyu Respon perceptual
sosial,
SIKAP KOGNISI Pernyataan lisan
kelompok
sosial, dan tentang keyakinan
obyek sikap
lainnya
sikap lainnya Tindakan yang tampak
PERILAKU Pernyataan lisan
mengenai perilaku

Definsi Perilaku

 Merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (Skiner) → Teori


SOR (Stimulus Organisme Respons)
 Suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo)
 Tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari (Robert Kwick)
 Perilaku manusia merupakan proses interaksi individu dengan lingkungannya
sebagai manifestasi bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmiyati)

Pembagian Perilaku (Skiner)


1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
 Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung.
 Ex: seorang ibu hamil, tahu pentingnya memeriksakan kehamilan
2. Perilaku Terbuka
 Respons seseorang thd stimulus dalam tindakan nyata atau terbuka.
 Ex: seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya

Ciri Ciri Perilaku Manusia


1. Kepekaan Sosial
 Kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai
pandangan orang lain
 Ex: perilaku orang yang sedang membesuk orang sakit beda dengan pada saat
menghadiri pesta
2. Kelangsungan Perilaku
 Perilaku sekarang merupakan kelanjutan perilaku yang dulu
 Ex: mahasiswa lulus, kemudian bekerja
3. Orientasi Pada Tugas
 Setiap perilaku manusia selalu memilki orientasi pada tugas tertentu
 Ex: mahasiswa → belajar giat
4. Usaha dan perjuangan
 Manusia memilki cita-cita yang ingin diperjuangkan.
 Ex: seorang mahasiswa ingin pergi kuliah naik bus. Bus jurusan kampus padat
penumpang. Mahasiswa tersebut tetap berusaha naik bus jurusan kampus,
tidak naik bus jurusan lain walaupaun tidak padat penumpang.

Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak

Pengertian
 Perkembangan adalah perubahan yang dialami individu menuju kedewasaan
(maturity) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan
baik fisik maupun psikis
 Pertumbuhan adalah perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi
jasmani/fisik, misalnya bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular.

Prinsip/ Hukum Perkembangan


1. Merupakan hasil dari proses pematangan:
 Nature vs nurture
 Mengikuti hukum chepalocaudal dan proximodistal
2. Mengikuti pola yang teratur dan dapat diramalkan
 Mengarah ke kesempurnaanmenuju deferensiasi dan integrasi
 Kecepatan dan percepatannya berbeda
3. Saling keterkaitan antar aspek perkembangan
 Aspek emosi, bahasa, kognitif, sosial, motorik
4. Keberhasilan/ kegagalan tahap sebelumnya dapatmempengaruhi tahap
berikutnya
5. Adanya masa peka dan masa kritis
6. Hasil dari proses perkembangan: sangat individual menuju “individual differences”

Perkembangan Optimal
terjadi apabila potensi yang ada pada diri anak dapat dikembangkan dan dibina
sehingga tercapai suatu kemampuan tertinggi yang dapat dicapai sesuai dengan
taraf, ragampotensi, dan usia masing-masing individu.

Ciri-ciri Proses Tumbuh Kembang Anak yang Saling Berkaitan


1. Perkembangan menimbulkan perubahan.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
6. Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing individu berbeda

Apa yang menyebabkan Perkembangan dan Pertumbuhan setiap individu


berbeda?
 perbedaan kondisi lingkungan,
 perbedaan herediter,
 perbedaan aktivitas, perbedaan kondisi fisologis,
 perbedaan usia,
 dan perbedaan jenis kelamin

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


 Navitisme
perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi
perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasar/pembawaan.
Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Schopenhauer
 Empirisme
perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor
lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh
sama sekali. Aliran Empirisme ini menjadikan faktor lingkungan/pendidikan maha
kuasa dalam menentukan perkembangan seorang individu. Tokoh aliran ini
adalah John Locke
 Konvergensi
perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut,
baik faktor dasar atau pembawaan maupun faktor lingkungan atau pendidikan
kedua-duanya secara convergent akan menentukan perkembangan individu.
Sejalan dengan pendapat aliran ini Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan kita
juga mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan
individu yaitu faktor dasar atau pembawaan (faktor internal) dan faktor ajar atau
lingkungan (faktor eksternal)

Faktor yang Mempengaruhi :


Eksternal :
 Teman Sebaya, Budaya, Media Massa, Pendidikan

Internal :
 Kondisi Individu
Individu berkembang sangat dipengaruhi kondisi kesehatan fisik dan
psikisnya. Kondisi fisik yang kurang baik, misalnya anak mengalami cacat
tubuh akan mempengaruhi tempo perkembangannya. Begitu juga, jika anak
mengalami kondisi psikis kurang baik, misalnya emosi yang kurang stabil
akan mempengaruhi kualitas perkembangannya juga. Termasuk juga dalam
factor ini factor herediter, yaitu factor keturunan dari mana individu itu berasal
sangat menentukan perkembangannya.
 Kemampuan Penyesuaian Pribadi Dan Sosial Individu
Kemampuan penyesuaian diri berkaitan dengan bagaimana individu itu
menempatkan diri dalam lingkungannya. Jika individu itu dapat diterima di
lingkungannya, akan membuat perkembangannya optimal.Begitu juga jika
anak di tolak oleh lingkungannya akan menjadikan anak bermasalah
sehingga menghambat perkembangannya

Kesimpulan
Tiga aspek yang mempengaruhi perkembangan
1. faktor pembawaan/heredity yang bersifat alamiah,
2. faktor lingkungan dan
3. faktor waktu yaitu munculnya masa peka atau kematangan.

Baik faktor internal maupun faktor eksternal akan dapat mempengaruhi tempo atau
kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan individu. Tetapi sejauh mana
pengaruh kedua faktor tersebut sulit untuk ditentukan, lebih-lebih lagi untuk
dibedakan mana yang penting dan kurang penting.

Tahap Perkembangan Manusia


1. Masa prakelahiran (prenatal period)
2. Masa bayi (infacy)
3. Masa awal anak anak (early chidhood)
4. Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood)
5. Masa remaja (adolescence)
6. Masa awal dewasa (early adulthood)
7. Masa pertengahan dewasa (middle adulthood)
8. Masa akhir dewasa (late adulthood)

Tahap Perkembangan Menurut Ahli


Perkembangan kognitif anak menurut Piaget

Sensori Motor (usia 0-2 tahun)



Pra-operasional (usia 2-7 tahun)

Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)

OperasionalFormal (usia 11 tahun ke atas)
Perkembangan psycho-sosial menurut Erick Erickson
A. Trust vs Mistrust - Bayi (Lahir – 12 Bulan)
 Indikator positif : belajar percaya pada orang lain
 Indikator negatif : tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat,
pengasingan.
 Pemenuhan kepuasan untuk makan dan mengisap, rasa hangat dan nyaman,
cinta dan rasa aman ---- menghasilkan kepercayaan.
 Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat --- bayi menjadi
curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku
makan, tidur dan eliminasi yang buruk.

B. Otonomi vs Ragu-Ragu dan Malu (Autonomy vs Shame & Doubt) - Todler (1-3
Tahun)
 Indikator positif : kontrol diri tanpa kehilangan harga diri
 Indikator negatif : terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah
 Anak mulai mengembangkan kemandirian membuka dan memakai baju,
berjalan, mengambil, makan sendiri, dan ke toilet. Mulai terbentuk kontrol diri.
 Jika kemandirian todler tidak didukung oleh orang tua, mungkin anak memiliki
kepribadian yang ragu-ragu
 Jika anak dibuat merasa buruk pada saat melakukan kegagalan, anak akan
menjadi pemalu.

C. Inisiatif vs Merasa Bersalah (Initiative vs Guilt) -Pra Sekolah (3-6 Tahun)


 Indikator positif : mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi
lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri sendiri.
 Indikator negatif : kurang percaya diri, pesimis, takut salah. Pembatasan dan
kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi
 Inisiatif, mencoba hal-hal baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrusif,
perkembangan perasaan bersalah dan identifikasi dengan orang tua yang
berjenis kelamin sama.
 Pembatasan --- mencegah anak dari perkembangan inisiatif.
 Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang
berlawanan dengan orang tua.
 Anak perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain.

D. Industri vs Inferior (Industry vs Inferiority) -- Usia Sekolah (6-12 Tahun)


 Indikator positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa
bersaing dan ketekunan.
 Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah
dan teman sebaya.
 Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan
produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian
 Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah.
 Perasaan inferior --- terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak
untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu
yang bodoh atau merupakan masalah.
 Perasaaan inferior --- ketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam
perkembangan ketrampilan fisik dan mencari teman.

E. Identitas vs Bingung Peran (Identity vs Role Confusion) -- Remaja (12 - 18 Tahun)


 Indikator positif : menghubungkan sesuatu dengan perasaan diri,
merencanakan aktualisasi diri
 Indikator negatif : kebingungan, ragu-ragu, dan tidak mampu menemukan
identitas diri
 Individu mengembangkan penyatuan rasa “ diri sendiri”.
 Teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku.
 Kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas --- kebingungan peran, yang
sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan.

F. Intimasi vs Isolasi (Intimacy vs Isolation) – Dewasa Muda (18-25 Sampai 45


Tahun)
 Indikator positif : berhubungan intim dengan orang lain. Mempunyai komitmen
dalam bekerja dan berhubungan dengan orang lain.
 Indikator negatif : menghindari suatu hubungan, komitmen gaya hidup atau
karir
 Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang
lain yang mungkin termasuk pasangan seksual.
 Ketidakpastian individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan
mengembangkan keintiman.
 Seseorang tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri,
akan merasa sendiri.

G. Generativitas vs Stagnasi atau Absorpsi Diri – Dewasa Tengah (45 – 65 Tahun)


 indikator positif : kreatifitas, produktivitas dan perhatian dengan orang lain
 Indikator negatif : perhatian terhadap diri sendiri, kurang merasa nyaman
 Orang dewasa --- bimbingan untuk generasi selanjutnya, mengekspresikan
kepedulian pada dunia di masa yang akan datang
 Absorpsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan pribadi
dan peningkatan materi
 Perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan.

H. Integritas Ego vs Putus Asa -- Dewasa Akhir (65 Tahun Keatas)


 indikator positif : penerimaan kehidupan pribadi sebagai sesuatu yang
berharga dan unik. Siap menerima kematian
 indikator negatif : perasaan kehilangan, jijik terhadap orang lain.
 Masa lansia dapat melihat ke belakang dengan rasa puas dan penerimaan
hidup dan kematian
 Resolusi (pencapaian) yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan
perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari
ketidakberuntungan, kekecewaan dan kegagalan.

Anda mungkin juga menyukai