Anda di halaman 1dari 15

Mazhab-mazhab

psikologi

Anwar Fuadi, M.A


STRUKTURALISME

Pendekatan psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang


dipelopori di amerika oleh muridnya Edward Bradford Titchener. Perlu
ditekankan bahwa psikologi strukturalisme ditemukan oleh Wundt
sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian banyak murid yang dimiliki
oleh Wundt, tetapi Titchener-lah yang berupaya membawa psikologi
Wundt ke amerika dengan mempertahankan konsep aslinya.
Konsep dasar strukturalisme
– Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3
tujuan :
– 1. Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,
– 2. Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
– 3. Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf
– Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari
asosiasi. Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan
metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak
intergritasnya
– Aliran strukturalisme merupakan studi analisis tentang generalisasi pikiran manusia dewasa
melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten)
pikiran, sehingga system ini juga disebut dengan psikologi konten.
FUNGSIONALISME

– Aliran ini mempelajari fungsi dan proses mental, bukan hanya mempelajari strukturnya saja. Untuk
mempelajari fungsi dan tingkah laku ini, kaum fungsionalis mengembangkan metode eksperimen selain
dari metode introspeksi yang seringkali digunakan merkipun mendapat banyak kritik. Metode yang
dipakai oleh aliran fungsionalisme ini dikenal dengan nama metode observasi tingkah laku yang terdiri
dar dua bagian yaitu metode fisiologi dan metode variasi kondisi.
– Pelopor aliran Fungsionalisme ini bernama William James, yang sering disebut sebagai “Bapak Psikologi
Amerika” dan aliran ini lahir di Amerika Serikat.
– Menurut pandangan mereka pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah sebuah adaptasi
organisme biologis.
BEHAVIOURISME

– Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt.


– Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi,
dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
– Peletak dasar aliran ini adalah Ivan Pavlov (1849-1936) dan William Mc Dougall (1871-1938)
– Inti dari aliran ini adalah asumsi bahwa jiwa bukan materi sehingga tidak dapat diteliti secara langsung.
Penelitian difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku merupakan wujud dari kejiwaan
manusia maupun hewan lainnya.
– Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-
apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia
baik.
Konsep Dasar Behaviorisme

– Aliran behaviourisme memiliki 6 pandangan utama mengenai fundamentalnya perilaku sebagai berikut :
– 1. Tingkah laku manusia atau hewan merupakan realitas dari jiwa yang abstrak yang bermakna dan data diukur secara ilmiah dengan
pendekatan alamiah.
– 2. Psikologi adalah ilmu yang mengkaji sesuatu yang objektif, empiris, dan realistis. Oleh karena itu segala hal yang keluar dari
karakteristik ilmiah, tingkah laku yang metafisik tanpa bentuk dan wujud tidak dapat diteliti, seperti tentang kesadaran yang artinya
abstrak. Kesadaran dalam bentuk fisikal saja yang dapat dianalisis dan ditemukan unsure-unsur strukturnya.
– 3. Penelitian terhadap tingkah laku merupakan subject matter yang dikaji psikologi sebagaimana dianjurkan oleh John B. Watson,
yang pada awal tahun 1900 berpedapat bahwa tingkah laku merupakan satu-satunya hal yang dapat diteliti dalam psikologi.
– 4. Faktor-faktor eksternal dalam konteks behaviourisme merupakan rangsangan yang dapat diikutsertakan, tetapi bukan merupakan
tingkah laku yang sejatinya.
– 5. Jiwa dalam arti yang sesungguhnya adalah insting. Kesadaran substansial yang menjadi rumukan utama adanya tingkah laku yang
sebenarnya. Sebab, semua bentuk tingkah laku yang meskipun sudah dirangsang oleh pengaruh eksternal tetap harus dikembalikan pada
sifat bawaannya hang semua.
– 6. Melalui penelitian B.F. Skinner, berbagai stimulasi yang memuncuclkan adanya respons dalam bentuk tingkah laku dipelajari oleh
psikologi, sedangkan bentuk upaya dan modifikasi untuk mempertahankan tingkah laku bukan merupakan kajian psikologi karena
semuanya merupakan pengaruh eksternal terhadap tingkah laku yang sesungguhnya.
Experiment

– Eksperimen Watson yang paling terkenal adalah eksperimennya dengan anak yang bernama Albert, yaitu
anak yang berusia 11 bulan. Watson dan Rosali Rayner istrinya mengadakan eksperimen dengan Albert
dengan menggunakan tikus putih dan gong beserta pemukulnya. Pada permulaan eksperimen Albert tidak
takut pada tikus putih tersebut. Pada suatu waktu, pada saat Albert akan memegang tikus dibunyikan gong
dengan keras. Dengan suara keras tersebut Albert merasa takut. Keadaan tersebut diulangi beberapa kali,
hingga akhirnya terbentuklah rasa takut pada tikus putih pada diri Albert. Atas dasar dasar eksperimen
tersebut Watson berpendapat bahwa reaksi emosional dapat dibentuk dengan kondisioning. Rasa takut
tersebut dapat dikembalikan lagi ke keadaan semula dengan cara menghadirkan tikus tersebut dengan
setahap demi setahap pada situasi yang menyenangkan, misalnya pada waktu Albert makan, sehingga
terjadilah experimental extinction (keadaan semula).
PSIKOANALISIS

– Aliran psikoanalisis muncul pada tahun 1900 sebagai upaya memperdalam pandangan-pandangan psikologis
dan mengkaitkannya melalui berbagai kemajuan dalam bidang kedokteran
– Tokoh yang disebut sebagai bapak psikoanalisis adalah Sigmund Freud
– Freud berusaha meredksi psikologi menjadi kedalam neurologi karena pada dasarnya ia adalah seorang ahli
saraf
– Teori dasar dari Freud adalah ide tentang alam sadar (conscious mind) versus alam bawah sadar (unconscious
mind).
Struktur dasar psikoanalisis

– Ada 3 struktur kepribadian manusia menurut psikoanalisis:


a. Id : yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia merupakan pusat insting
yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak
bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan, id adalah tabiat hewani .contohnya: ketika seseorang yang
mengiginkan sesuatu pasti akan berusaha mendapatkannya apapun cara yang akan digunakan.
b. Ego : adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang
menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud rasional. Ia bergerak
berdasarkan prinsip realitas dan menyesuaikan diri dengan realita. Ego ini adalah bagian dari Id, namun sudah
mendekat dengan dunia luar untuk mencari dan menemukan objek yang dapat memenuhi kebutuhan.contohnya saat
kita lapar maka aka bertindak dan berfikir bagaimana rasa lapar itu hilang adalah ego sedang yang menimbulkan rasa
lapar itu sendiri adalah Id.
c. Super ego : yaitu unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal super ego
disebut juga sebagai hati nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma dan kultur masyarakat. Super ego
memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.
Psikoseksual menurut Freud

– Adalah Oedipus Complex, istilah yang sering digunakan untuk mereka yang kerap kali ingin mendapatkan kasih
sayang dari figur perempuan yang lebih tua dan matang dari segi usia.
– Istilah Oedipus Complex, kali pertama dilontarkan oleh Sigmund Freud dan istilah ini hampir hilang dari ranah
psikologi. Sigmund menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan seorang anak yang merasa berkompetisi
dengan ayahnya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari sang ibu. Sedangkan untuk anak
perempuan, istilah yang digunakan adalah Electra Complex. Electra complex adalah istilah psikoanalisis yang
digunakan untuk menggambarkan perasaan romantis seorang gadis terhadap ayahnya dan marah terhadap
ibunya.
– Sigmund menggambarkan bahwa proses ini biasanya hanya terjadi pada anak berusia 3—5 tahun.
HUMANISTIK

– Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala
behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa
Prinsip Dasar Humanisme

– 1. Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik
ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus
berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik,
misalnya nilai ataupun sikap.
– 2. Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan
individual.
– 3. Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang
hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi
dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia.
– 4. Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud
dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui
kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
– 5. Pandangan humanistic banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman
diri.
ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
• Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang
manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi
(dasar). Aliran nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan

Nativisme dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran
nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir,
jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan,
misalnya ; kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.

• Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri =

Empirisme
pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi yang dibawa lahir
manusia. Dengan kata lain bahwa manusia itu lahir dalam keadaan suci, tidak
membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta
didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
• Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran
ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun
lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi

Konvergensi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan
tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan
tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di
atas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi
REFERENSI

– Sarwono, S.W. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 2002.
– Sobur, A., Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia, 2009

Anda mungkin juga menyukai