1. Hakikat Psikologi
Secara epistimologi psikologi pada awalnya diterjemahkan menjadi ilmu jiwa. yakni
dari kata Psyche yang berarti: Jiwa, roh, nyawa atau alat untuk berfikir dan Logos yang
berarti: Ilmu. Jadi pada awal perkembagannya psikologi dapat diartikan sebagai ilmu jiwa.
Para ilmuwan psikologi selalu melakukan beberapa penelitian dan eksperimen bagi kemajuan
ilmu psikologi sehingga munculah beberapa pengertian tentang psikologi.
Manusia sebagai satu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. Manusia
sebagai individu, R.S. Woodworth memberi batasan tentang psikologi sebagai berikut:
“Psychology can be defined as the science of the activeties of the individual”.
Lain
La halnya dengan J. B. Watson (1878-1958) memandang psikologi sebagai ilmu
yang mempelajari perilaku, perilaku lebih mudah diamati dan diukur. Perilaku dapat
digolongkan dalam 2 macam:
1. Perilaku kasat mata atau perilaku tampak (melamun, gembira, memukul, agresif,
dan patuh);
2. Perilaku yang tidak kasat mata (fantasi, emosi, persepsi)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, maka dapat dikatakan bahwa
psikologi ialah ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental terjadinya perilaku
tersebut. Yang dimaksud dengan tingkahlaku di sini adalah segala kegiatan, tindakan,
perbuatan manusia yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadari mapun yang
tidak disadari.
1
Bahkan kita sering meramalkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang, kapan dan
bagaimana sesuatu terjadi?
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang ilmiah dalam perjalanan sejarah yang
cukup panjang sebagai mana tergambar di atas, psikologi didefinisikan dalam berbagai cara
sesuai dengan bidang kajian masing-masing ahli. Karena mempunyai sejarah yang
berkembang inilah psikologi dapat dikatakan ilmu yang ilmiah, sama dengan ilmu
pengetahuan lainnya. Karena salah satu sarat ilmu itu dikatakan ilmiah adalah punya sejarah.
Dari sejarah kita dapat melihat perkembangan suatu ilmu.
a. Punya objek yang jelas : Sebagai ilmu yang ilmiah psikologi mempunyai objek yaitu
perilaku dan proses mental mengapa terjadinya perilaku tersebut. (Perilaku manusia,
binatang, dll)
b. Punya metode/ penelitian tertentu: Untuk mendapatkan data dan melakukan
penelitian lainnya, psikologi menggunakan beberapa metode: Pengamatan Langsung
(direct Observation), Studi kasus (observasi, wawancara tes), Eksperimen
(eksperimen lapangan dan eksperimen laboratorium), Penelitian korelasional
c. Sistematik atau punya pendekatan yang jelas: Sama halnya dengan ilmu pengetahuan
ilmiah lainnya, dalam penelitiannya psikologi juga mempunyai sistematika yang jelas
yang sudah diatur mulai dari masalah yang diteliti, metode yang digunakan sampai
pada pengambilan kesimpulan dari hasil penelitian.
d. Mempunyai sejarah tetentu : Setiap ilmu punya sejarah, dan punya dasar yang jelas
kenapa ilmu itu berkembang sampai saat sekarang ini, begitu juga dengan psikologi.
Psikologi yang pertama kalinya dikatakan ilmu yang mempelajari jiwa pada awal
perkembangannya berdasarkan filsafat mental, kemudian terus berkembang dengan
pesat berkat penelitian dan eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuan psikologi,
sampai akhirnya pada awal abad ke XIX pengertian itu berkembang menjadi ilmu
perilaku dan proses mental yang terjadi pada perilaku tersebut.
Otak manusia, dengan 12 Milyar atau lebih sel khusus yang disebut neuron yang
merupakan unit dasar system saraf dan sejumlah penghubung yang hampir tidak terbatas
2
merupakan unsur yang paling rumit dalam diri makluk hidup. Pada dasarnya kejadian-
kejadian psikologis tergambar dalam kebiasaan yang digerakkan oleh otak dan sistim syaraf
merupakan kajian dari neurobiologis
Pendekatan ini dikembangkan oleh seorang psikolog Amerika yang bernama John B.
Watson (1878-1958). Watson merupakan salah seorang pencetus psikologi modern, karena
dalam perkembangan psikologi, Watson mengatakan bahwa psikologi itu bukan ilmu jiwa,
tetapi psikologi adalah ilmu perilaku, karena perilaku mudah diamati dan diukur.
Watson juga mengatakan setiap perilaku yang dilakukan baik yang tampak maupun
yang tidak tampak merupakan pengaruh dari lingkungan di mana individu itu berada.
Dengan kata lain pendekatan ini sangat menekankan sekali pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan dan kepribadian individu.
Ada ungkapan dari Watson yang sangat terkenal yaitu” Berikan saya 12 (dua belas)
orang bayi yang sehat dan tidak cacat. Berikan kesempatan pula pada saya untuk dunia saya
sendiri dimana saya akan merawat dan membesarkan anak-anak ini. Dari 12 anak ini, secara
acak saya akan mengambil seorang anak, dan akan melatih menjadi orang dengan tipe
apapun yang saya kehendaki. – dokter, ahli hukum, seniman, pedagang, dan bahkan
pengemis atau pencuri – tanpa memperdulikan aspek keturunan ataupun bakat anak itu.
(Historical Pictures Servise )
3
Yang dimaksud dengan proses yang tidak disadari seseorang (alam bawah sadar)
adalah: pemikiran, rasa takut, keinginan-keinginan yang tidak disadari seseorang tetapi
membawa pengaruh terhadap perilakunya. Selain alam bawah sadar, manusia dipengaruhi
juga oleh pengaruh Id, Ego, dan super Ego. Id berisikan keinginan-keinginan,insting dan
nafsu yang ingin segera dipuaskan, Ego merupakan jembatan yang menghubungkan antara id
dengan realita yang ada. Sedangkan Super ego berisikan norma, adat istiadat, dan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat yang digunakan untuk mengontrol id dan ego.
Dengan kata lain, pandangan ini memandang manusia itu bukan makhluk yang pasif
tetapi aktif mengolah informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk perilaku
berdasarkan proses mental yang terjadi dalam diri individu tersebut (stimulus yang sama akan
memberikan respon yang berbeda).
Kenneth Craik, salah seorang ahli psikologi mengemukakan bahwa otak manusia
seperti sebuah komputer yang mampu menyimpan informasi yang masuk dan menggolah
informasi itu sekaligus.
Pendekatan Kognitif
PSIKOLOGI
SebagaImana yang dikemukakan di atas, psikologi dilihat dari segi objeknya dapat
dibedakan dalam dua golongan yang besar yaitu:
Psikologi yang meneliti dan mempelajari perilaku manusia dan proses mental yang
menyertainya
Psikologi yang meneliti dan mempelajari hewan, atau sering disebut psikologi
hewan.
Dalam kesempatan ini kita tidak akan membahas psikologi hewan. Yang akan
dibicarakan dalam modul ini ialah psikologi yang berobjek manusia. (walaupun kadang-
kadang dikemukakan eksperimen-eksperimen dengan hewan). Pada kesempatan ini kita akan
membicarakan perkembangan psikologi terus-menerus sesuai dengan bidang peranan
psikologi dalam kehidupan sehari-hari.
5
b. Penginderaan, persepsi, belajar, dan berfikir yang membahas ini diantaranya
adalah:
1. Psikologi Eksperimen: yaitu cabang psikologi yang mengkhususkan kajiannya
pada proses penginderaan, belajar dan berfikir;
2. Psikologi Kognitif: yaitu cabang psikologi yang mengkhususkan kajiannya
pada proses berfikir yang lebih tinggi seperti; proses bahasa, memori,
penalaran, dan pengambilan keputusan
Kita telah mengatahui bahwa psikologi komunikasi berkaitan dengan bagaimana mencapai
komunikasi yang efektif dalam interaksi manusia. Sekali lagi faktor penting di sini adalah manusia.
Manusia dengan kemampuan nalar serta menciptakan lambang, memang sebuah misteri besar.
Manusia dapat diibaratkan seperti sebuah samudera. Kita tak akan pemah tahu apa yang
dikandung sampai kita menyelam dan mengarungi samudera tersebut. Mungkin, seperti itu jugalah
6
misteri setiap manusia. Oleh karenanya, sekali lagi pula, memahami manusia memang menjadi
suatu kemutlakan jika kita ingin berhasil (efektif) dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya.
Dengan kepentingan seperti itu, menjadi penting untuk mengetahui bagaimana psikologi
memandang manusia. Untuk menjawab hal tersebut, kita akan membahas empat teori psikologi tentang
manusia. Empat teori ini akan menunjukkan kepada kita bagaimana cara pandang yang berbeda
tentang manusia akan membawa kepada analisis yang berbeda tentang, misalnya mengapa suatu
perilaku bisa terjadi. Keempat teori psikologi itu ialah; psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif,
psikologi humanistik.
1. Psikoanalisis
Jika kita ingin menganalisis manusia berdasarkan perkembangan kepribadian atau proses
sosialisasi serta mengidentifikasi agresi kebudayaan dan perilaku, maka kita akan lebih tepat
memakai psikoanalisis. Selanjutnya jika kita membahas psikoanalisis, kita tidak bisa melupakan
nama Sigmund Freud. Karena Freudlah orang yang pertama memperkenalkan psikoanalisis.
Dalam pandangan psikoanalisis, kepribadian manusia rnerapakan interaksi antara Id, Ego
dan Superego. Dengan menyampaikan straktur dalam kepribadian manusia ini, psikoanalisis
menekankan kepada totalitas kepribadian manusia, bukan bagian yang terpisah-pisah. Kemudian,
apakah yang dimaksud dengan id, ego dan superego?
Jika sering dipandang sebagai nafsu yang membuat dorongan-dorongan biologis kita.
Id-lah yang mendorong kita untuk makan, minum, berhubungan seksual, kasih sayang serta
dorongan-dorongan bilogis lain yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Itu sebabnya
dikatakan bahwa Id bergerak atas dasar kesenangan {pleasure principle). Dengan Id kita tak
perduli dengan orang lain, lingkungan sekitar atau pada seluruh bentuk kenyataan hidup.
Pokoknya, nafsu biologis kita terpenuhi. Karena itu, Id juga sangat egois, tidak mengenal
moralitas dan karenanya membuat kita sama seperti hewan.
Dalam Id, terapat dua instink yang dominan yaitu: (d)_Libido atau eros dan (b)
thanatos. Libido adalah instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk melakukan
kegiatan agar tetap hidup (eros). Sedangkan thanatos adalah instink yang merusak kepada
kematian. Motif tindakan biologis kita merupakan perpaduan antara kedua jenis instink
tersebut.
Tentu saja, kita tak hidup sendirian dan lari dari realita sosial. Kita berinteraksi
dengan orang lainnya dan pada saat itu pula kita akan terikat dengan sejumlahIkesepakatan
dan aturan sosial. Kalau Anda seorang dosen, Anda tidak bisa begitu saja (meski "Anda sangat
ingin sekali”) memaki Ketua Jurusan atau Dekan Anda karena menganggap mereka sudah
memperlakukan Anda tidak adil. Pada saat seperti ini, Anda harus melihat realitas. Dalam
hubungan atasan-bawahan tersebut, ternyata Anda memang lebih lemah. Bahkan, dalam
banyak kejadian, ketika Anda memperjuangkan hak Anda, lingkungan teman sekerja Anda
(yang nota bene senasib) mungkin akan menasihati Anda untuk tidak usah berbuat macam-
macam. Mungkin mereka akan berkata, "Sudahlah, jangan diteruskan, nanti jadi makin rugi".
Kesadaran akan realitas seperti inilah yang dalam psikoanalisis disebut sebagai, ego.
Ego yang bergerak atas prinsip realitas (reality principle) adalah struktur kepribadian yang
7
membawa kita untuk menjejak pada kenyataan soaial. Oleh sebab itu ego pulalah yang
membuat keinginan-keinginan kita terpenuhi. Sebaliknya Id hanya, akan menghasilkan
sejumlah keinginan, bukan memenuhinya.
Sintesis antara id dan ego melahirkan pertanyaan sebenarnya kenapa kita harus
memperhitungkan realitas?. Kenapa kita mesti tunduk pada aturan sosial tertentu? Kenapa
kita boleh begini dan tidak boleh begitu? Kenapa kita tidak boleh dengan leluasa
menyalurkan motif-motif biologis kita? Untuk menjawab pertanyaan itu, psikoanalisis
memperkenalkan superego. Superego dipandang sebagai polisi kepribadian, hati nurani yang
berupaya mewujudkan keinginan-keinginan ideal kita, yaitu norma-norma sosial dan kultural
masyarakat kita.
Id kita melahirkan keinginan untuk punya rumah mewah, mobil mutakhir, istri cantik
jelita dan atribut kemewahan lain. Karena posisi memungkinkan, keinginan itu tidak
diwujudkan dengan korupsi. Dorongan berkorupsi menjadi semakin kuat karena banyak
orang lain melakukannya. Ego melihat realitas ini dan memberi kemungkinan kepada id
untuk meralisasikan keinginannya. Tapi superego memperingatkan bahwa korupsi tak boleh
dilakukan. Karena nilai sosial dan kultural masih dipegang seperti itu, maka ego-pun
menjadi bingung dan frustasi. Boleh atau tidak korupsi dilakukan? Biasanya ego akan
melakukan distorsi realitas. Misalnya: Ah, si X yang terkenal itu, akhirnya korupsi juga kok!
Tentang distorsi realitas akan dibahas dalam modul selanjutnya. Begitulah, perilaku manusia
adalah hasil interaksi id, ego dan superego. Dalam pandangan psikoanalisis, manusia adalah
Homo Volens, manusia yang berkeinginan.
2. Behaviorisme
Behaviorisme juga sangat percaya bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari
proses belajar (learning process)". Manusia belajar dari lingkungannya dan dari hasil belajar
itulah, ia berperilaku. Oleh karenanya, manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Seperti peribahasa lama "Dekat tukang minyak wangi, niscaya berbau harum. Dekat tukang
sampah, niscaya berbau busuk".
8
memerlukan peneguhan (reinforcement), sedangkan kemampuan potensial untuk melakukan,
ditentukan oleh peniruan (imitation) dalam suatu proses belajar sosial (social learning).
Dengan pola pikir seperti ini, behaviorisme memandang manusia) sebagai Homo
Mechanicus, manusia mesin.
3. Psikologis/Kognitif
Bila membahas tentang psikologi kognitif kita tidak bisa meninggalkan pembahasan
tentang teori konsistensi kognitif dengan pakarnya Leon Festinger dan Fritsz Heider. Pada
dasarnya teori ini menyatakan bahwa manusia cenderung mengalami ketegangan (tension)
pada saat kebutuhan psikologisnya belum terpenuhi. Pada saat seperti ini, ia termotivasi
untuk mengurangi ketegangan tersebut. Agar tidak terjadi ketegangan ia berusaha
mengoptimalisasi dalam persepsi, perasaan, kognisi dan pengalamannya.
Si Ali perokok berat. Suatu hari ia terkecoh oleh suatu berita tentang berbahayanya
melanjutkan kebiasaan merokoknya itu. Ali ingin berhenti merokok, tapi merokok sudah jadi
kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Sudah tentu Ali menjadi bingung dan terjadilah
ketegangan (tension). Apa yang harus dilakukan? Ali tentu tidak mau lama-lama tegang, ia
segera mencari informasi lanjutan. Setelah informasi diterima, maka Ali punya empat
pilihan keputusan: 1) Berhenti merokok sama sekali; 2) Terus merokok dengan alasan
9
bahwa penelitian itu bisa saja salah/tidak valid; 3) Terus merokok, sambil menyatakan
pembenaran bahwa Pak Dokter Ahmad juga merokok; 4) Terus merokok dengan filter.
4. Psikologi Humanistik
Tiga teori psikologi sebelumnya, ternyata belum berhasil mengungkap manusia secara
keseluruhan. Kita memang seringkali dipengaruhi oleh lingkungan seperti kata behaviorisme, namun
kita juga mampu untuk bertindak berbeda dengan lingkungan. Kita juga seringkali menunjukkan
naluri primitif kita yang hewani seperti kata psikoanaiisis, namun dalam saat yang sama kita juga
punya rasa perduli, kasih sayang terhadap sesama manusia. Kita bisa saja terus sibuk berpikir sambil
seringkali salah pikir, seperti kata psikologi kognitf, namun pada saat yang sama kita juga ingin
mengetahui dan diakui eksistensi diri kita serta apa sebenarnya yang paling kita dambakan dalam
hidup ini.
Manusia bukan hanya sekedar wayang, yang sibuk mencari identitas, namun ia juga
berupaya mencari makna. Makna kehidupannya, makna kehadirannya di lingkungan, serta apa
yang dapat diberikannya kepada lingkungan. Maka, Carl Rogers-pun mengatakan, "Kecenderungan
batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan_diri. Dalam kondisi yang normal ia
berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi
diri”.
Pada akhimya kita bisa meiihat bahwa psikologi humanistik bertumpu pada tiga (3) dasar
pijakan yaitu:
1) Keunikan manusia
2) Pentingnya nilai dan makna
3) Kemampuan manusia untuk mengembangkan diri.
Id adalah adanya dorongan-dorongan bawah sadar. Oleh karena itu untuk mempelajari
jiwa seseorang kita harus menganalisis jiwanya sampai kita dapat melihat keadaan dalam alam
ketidaksadaran yang terletak jauh di dalam alam kesadaran. Sedang ketiga teori lain menekankan
pada faktor lingkungan dan perilaku yang tampil. Namun bagaimana ketiga teori ini menerangkan
perilaku menusia dalam menanggapi lingkungannya juga berbeda. Sesuai dengan asal
katanya 'behavior' yang berarti tingkah laku, teori behaviorisme berpendapat bahwa menganalisis
tingkah laku manusia hanya berdasarkan perilaku yang nyata, yang terbuka atau yang tampil.
Perilaku manusia merupakan hasil proses hasil belajar, dibentuk dan dipengaruhi oleh
lingkungannya. Teori kognitif berpendapat bahwa perilaku manusia bukan sekedar hasil dari
proses menanggapi stimulus yang diterimanya, namun juga hasil interaksi antara keseluruhan diri
seseorang (mencakup persepsi, perasaan, kognisi dan pengalamannya) dengan lingkungan
psikologisnya, manusia juga mampu untuk bertindak berbeda dengan lingkungannya. Teori
humanisme mengemukakan bahwa selain berpikir manusia mempunyai pengalaman yang unik,
yang berbeda antar satu orang dengan yang lain. Selain unik, manusia berupaya mencari makna
10
kehidupan dan kehadirannya di lingkungannya dan kemudian dapat mengembangkan diri atau
mengembangkan potensi diri.
Dalam psikologi dikenal empat teori tentang manusia, yaitu psikoanalisis, behaviorisme,
psikologi kognitif dan psikologi humanistik. Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan
interaksi antara komponen biologis (id) komponen psikologis (ego) dan komponen sosial (superego).
Id berisi dorongan-dorongan biologis yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Ego bergerak atas
prinsip realitas yang membawa kita ke kenyataan, superego berisi hati nurani yang berlaku sebagai
polisi kepribadian. Sementara itu behavorisme menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan
oleh peneguhan (reinforcement), tindakannya atas dasar ganjaran dan hukuman (reward and
punishment). Sementara kemampuan potensialnya untuk berperilaku didapatkannya melalui
peniruan (imitation) dalam proses belajar sosial (social learning).
Selanjutnya psikologi kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berpikir
karena ia berusaha memahami lingkungannya. Sedangkan psikologi humanistik mendasarkan
pandangannya atas dasar asumsi keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna serta kemampuan
manusia untuk mengem-bangkan dirinya.
11
BAB III
FAKTOR-FAKTOR PERSONAL DAN SITUASIONAL YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU MANUSIA
Secara umum, setelah mempelajari buku ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku manusia. Secara khusus, Anda dapat
menjelaskan tentang
A. Faktor-faktor Personal
Pembahasan sebelumnya membawa kita pada pemahaman bahwa memang ada sejumlah
kondisi di mana kita begitu dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita. Sementara ada pula sejumlah
kondisi yang memperlihatkan bahwa setiap manusia memiliki dorongan-dorongan individual yang
unik sifatnya yang datang dari dalam dirinya. Kita bisa makan saat rasa lapar menyerang, namun
kita juga bisa makan (meski masih kenyang) karena keinginan untuk menghormati yang mengajak
makan.
William McDougall, psikolog, menyebutkan bahwa faktor-faktor personal (yang datang dari
dalam diri individu) akan menentukan interaksi sosial dan masyarakat. Manusia memiliki sejumlah
naluri (instink) yang membuat dirinya melakukan berbagai tindakan dalam konteks interaksinya
dengan individu lain. Manusia berperang karena memperturutkan instink berkelahinya. Kita senang
berkelompok dan berorganisasi karena didorong instink berkelompok. Begitu seterusnya. Sementara
itu Edward J. Ross, sosiolog, menyatakan bahwa faktor situasional dan sosiallah yang paling
menentukan dalam membentuk perilaku individu. Pandangan Ross ini tentu sejajar dengan aliran
behaviorisme. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan dan mengalami sendiri
bagaimana situasi yang berbeda-beda akan mempengaruhi bentuk tindakan kita. Ketika mengikuti
pengajian di masjid, misalnya, kita begitu khusyuk dan bersemangat untuk menegakkan perintah
agama. Begitu keluar dari masjid, masuk dalam rutinitas kerja sehari-hari, seringkali kita lupa dan
melakukan hal-hal yang justru dilarang agama. Ini mungkin yang bisa menjelaskan, kenapa ada orang
yang rajin ke masjid namun rajin pula korupsi.
12
Dalam dua kubu yang bertentangan ini, tentu saja kita menjadi sulit untuk memutuskan
akan berpihak pada kubu yang mana. Kedua-duanya tampak penting dan berperan untuk menjelaskan
berbagai bentuk perilaku manusia. Untuk lebih jelasnya, kita akan membahas terlebih dahulu faktor-
faktor yang lebih bersifat personal.
E.O. Wilson, seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rakhrnat (Rakhmat, 1994: 34)
menyebutkan adanya aliran sosiobiologi. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-
aturan yang sudah diprogram. Ini disebut epigenetic rules yang mengatur perilaku manusia sejak
kecenderungan menghindari incest (perkawinan sedarah), kemampuan memahami ekspresi wajah
sampai kepada persaingan politik. Struktur biologis manusia genetika, sistem syaraf dan sistem
hormonal sangat mempengaruhi perilaku manusia. Struktur genetis, misalnya, akan mempengaruhi
kecerdasan, kemampuan sensasi dan emosi. Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan proses
pengolahan informasi dalam jiwa manusia. Sistem hormonal bukan saja mempengaruhi mekanisme
biologis, tetapi juga proses psikologis (ingat bagaimana para wanita biasanya lebih sensitif pada
masa haid mereka).
Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia bisa kita tandai atas dua hal, yaitu: (a) instink;
dan (b) motif biologis. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat adanya perilaku yang
merupakan bawaan manusia, bukan karena pengaruh lingkungan atau situasi. Inilah yang sering
disebut sebagai naluri (instink) atau ada juga yang menyebutnya sebagai species characteristic
behavior. Agresivitas, bercinta, merawat anak sering disebut sebagai naluri. Perilaku tertentu dalam
menarik lawan jenis, misal-nya, terayata universal sifatnya.
Selain faktor bawaan ada juga yang disebut motif biologis. Yang bisa dikatego-rikan dalam
motif biologis adalah: kebutuhan makan, minum dan beristirahat (visceral motives); kebutuhan
seksual dan kebutuhan mempertahankan diri dari sakit dan bahaya. Jika lapar, manusia bisa
menjadi lebih agresif dan menurun daya berpikir rasionalnya. Karena lapar orang bisa merampok
dan menjadi pembunuh. Karena kebutuhan seksual tak terpenuhi, seorang suami tega membunuh
istrinya atau seorang kakek memperkosa cucunya. Karena ingin aman dan selamat, seseorang bisa
mengkhianati bangsanya sendiri.
Tentu saja, kita bukanlah sekedar makhluk biologis yang hanya digerakkan oleh dorongan
kebutuhan biologis saja seperti layaknya hewan. Kalau cuma demikian, maka mestinya tidak ada
perubahan pada bentuk perilaku manusia dari masa ke masa. Nyatanya, perilaku kita dalam memilih
pasangan hidup berbeda dari ayah atau kakek kita dahulu. Ada faktor-faktor yang bersifat
sosiopsikologis yang juga mempengaruhi perilaku kita.
Sebagai makhluk sosial, manusia mendapatkan beberapa karakter tertentu akibat proses
sosialnya yang nantinya akan mempengaruhi perilakunya. Karakter itu dapat kita kategorikan
dalam tiga komponen yaitu: (a) komponen afektif; (b) komponen kognitif dan (c) komponen
konatif.
a. Komponen Afektif
13
Komponen ini merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam
komponen afektif, kita akan membicarakan motif sosiogenis, sikap dan emosi.
Motif sosiogenis sering disebut motif sekunder, karena motif biologis dipandang sebagai
motif yang lebih utama (primer). Dari berbagai pakar kita dapat menemukan berbagai
istilah dan kategorisasi tentang motif sosiogenis ini. Jalaluddin menyebut 6 (enam) motif
yang bisa dijadikan gambaran motif sosiogenis ini, yaitu (Rakhmat, 1994: 38-39)
Setiap individu pasti tak pernah merasa nyaman. Jika sampai terlambat atau
tidak mengetahui tentang sesuatu yang dianggap menjadi keharusan. Surat kabar
Kompas "diberondong" ribuan telepon dari pembacanya, betulkah seniman H.
Benyamin Suaeb telah meninggal dunia? Rasa ingin tahu yang besar dan keinginan
untuk cepat memastikan ketidakpastian, justru sering menjadi sarana empuk untuk
menyebarkan gosip dan isu. Ketika saluran informasi formal dihambat, orang tetap
tidak bisa dibendung untuk memuaskan rasa ingin tahunya, maka saluran sumber dan
sumber informasi apapun akan tetap diperhatikan.
b) Motif Kompetensi
c) Motif Cinta
14
identitas diri akan menimbulkan perilaku yang tidak sehat seperti mudah tersinggung,
gelisah, gampang terpengaruh dan sebagainya.
Setelah hidup bisa kita pertahankan, kita tentu tak ingin "begini-begini saja".
Kita juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan. Mencoba mewujudkan berbagai
potensi yang kita miliki. Potensi untuk mencipta sesuatu, memperbanyak dan
memperluas pengalaman, memiliki hubungan personal yang hangat dan bermakna
serta menjadi manusia ideal yang kita cita-citakan sendiri.
a.2. Sikap
Konsep ini termasuk yang paling banyak dibahas dalam psikologi sosiai.
Peneiitian-penelitian dalam skripsi pun banyak menyertakan konsep ini dalam
analisisnya. Jalaludin menyebut sikap sebagai (Rakhmat: 1994: 39-40):
Sikap bukanlah gudang ingatan. Sikap akan menentukan apa yang kita
sukai, kita harapkan, kita inginkan dan kita setujui. Jika kita bersikap positif
terhadap kemajuan, maka kita akan menyukai orang yang berpandangan maju,
mengharapkan orang berpikir maju, menginginkan lingkungan sosial mendorong
orang berpikiran maju dan menyetujui pandangan maju seseorang meski
terdengar kontroversial dan berbeda dari arus besar zaman yang sedang
berlangsung.
15
3. Sikap lebih menetap
Sikap tidak kita bawa dari lahir. Meski ada kecenderungan menetap,
sikap bisa berubah sebagaimana juga bisa diperteguh teras-menerus.
Kesemuanya tergantung pada proses be!ajar sosiai (social learning process)
yang kita alarm.
a.3. Emosi
Dilihat dari muatannya ada emosi yang ringan, berat dan disintegratif. Emosi
yang ringan misalnya, jika kita menonton film melodrama. Meski kita terpengaruh
sedih, namun kita tetap mampu mengendalikan diri dan menghindari (untuk tidak ikut
menangis, misalnya) jika mati. Sedangkan emosi yang berat, biasanya disertai dengan
gejala fisiologis yang kuat, seperti detak jantung, tekanan darah, pernafasan, produksi
16
adrenalin dan sebagainya (mungkin ini bisa menjelaskan kenapa terdapat kasus pria
meninggal ketika berhubungan seksual dengan wanita tuna susila). Emosi yang
disintegratif terjadi dalam intensitas emosi yang memuncak. Rasa sakit dan penderitaan
yang berkepanjangan dan menghadapi maut sewaktu-waktu akan membawa pada
emosi yang disintegratif.
Dilihat dari jangka waktu berlangsungnya, ada emosi yang singkat dan ada
yang berlangsung lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjam-jam dan
mungkin berhari-hari. Mood atau suasana emosional jika berlangsung terus dan masuk
dalam struktur kepribadian, maka kita akan menyebutnya sebagai temperamen. "Oh dia
temperamennya penyedih, penyabar atau ceria". Mood bisa mempengaruhi persepsi kita
dan selanjutnya tentu mempengaruhi bentuk perilaku kita.
b. Komponen Kognitif
c. Komponen Konatif
17
dimilikinya untuk mencapai tujuan tersebut, serta kecerdasan dan energi yang
dimilikinya.
Komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual yaitu apa yang diketahui
manusia. Komponen kognitif terdiri dari faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan, yaitu
suatu keyakinan benar atau salah terhadap sesuatu atas dasar pengalaman intuisi atau
sugesti otoritas.
B. FAKTOR SITUASIONAL
a) Faktor-faktor Ekologis
Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika alat pendingin ruangan (air conditioner) di
kantor-kantor yang terdapat pada gedung-gedung bertingkat sepanjang jalur "segi tiga emas" Jakarta
tiba-tiba macet atau mati. Kegiatan cenderung berhenti, kalaupun diteruskan gerutu dan caci maki
akan mewarnai ruangan-ruangan tersebut. Gairah kerja pun menurun. Bahkan, bisa jadi, jika ini
berlangsung lebih lama, perilaku orang menjadi lebih emosional dan agresif. Udara yang pengap dan
panas (karena banyak gedung-gedung bertingkat tidak dilengkapi sistem ventilasi alami yang
18
memadai) telah menjadi faktor yang mempengaruhi suasana emosional dan perilaku orang-orang
dalam ruangan tersebut.
Kita juga sering mendengar analisis seseorang bahwa perilaku orang-orang yang berada di
daerah pantai berbeda dengan yang di daerah pedalaman. Orang-orang pantai cenderung bicara
lebih keras dan lebih emosional karena berada di udara yang lebih panas. Sementara orang-orang
pedalaman cenderung bicara lebih lembut serta lebih sabar karena berada di udara yang lebih sejuk.
Analisis ini sering dipakai jika orang ingin menjelaskan kenapa orang-orang yang berada di
daerah pantai cenderung lebih agresif dibanding orang-orang yang berada di pedalaman.
Kondisi alam (geografis) dan iklim (temperatur) seperti di atas adalah faktor ekologis
yang mempengaruhi perilaku manusia. Pada masa yang akan datang, bisa dipastikan akan banyak
lagi penelitian yang mencoba melihat masalah ini, khususnya berkaitan dengan kondisi lingkungan
ekologis kita yang cenderung berubah.
Pada suatu ketika, kita diundang dalam suatu pertemuan di mana pengaturan terapat
duduknya dirancang seperti bentuk kelas (classroom). Dengan pengaturan ruangan seperti ini,
umumnya kesan kita adalah bahwa orang-orang yang duduk di hadapan kita adalah orang yang lebih
berkuasa, lebih penting atau lebih pintar (kalau tidak begitu, kenapa kita harus menontonnya). Jika
pertemuan tersebut untuk mengambil keputusan, maka bisa dipastikan bahwa kelompok orang yang
berada di hadapan kelas tersebut lebih memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan.
Oleh karenanya, bila para peserta pertemuan pengambilan keputusan relatif memiliki posisi
yang sama, pengaturan tempat duduk disarankan melingkar {circle). Dengan cara seperti ini
menghindari kesan dominasi seseorang atas sebagian besar orang lainnya. Orang yang hadir dalam
pertemuan tersebut lebih merasa nyaman, karena mereka merasa sama posisinya dengan orang-
orang lainnya dalam ruangan tersebut.
Contoh pengaruh faktor rancangan dan arsitektural terhadap perilaku manusia juga kita bisa
lihat pada penataan rumah. Rumah-rumah dengan pagar rendah (bahkan, kini banyak pengembang
perumahan menawarkan model rumah tanpa pagar) akan lebih mencerminkan bahwa penghuninya
adalah aorang yang terbuka serta tidak curiga terhadap lingkungan. Oleh karenanya orang yang tinggal
dengan bentuk rumah seperti ini dianggap akan mau lebih berinteraksi dengan orang lain
dibandingkan dengan orang yang tinggal pada rumah berpagar tinggi, rapat dan dengan arsitektural
yang megah seperti istana.
c) Faktor Temporal
Sering kita mendengar istilah jetlag bila kita pindah dari suatu negara ke negara lain
yang sangat berbeda perbedaan waktunya. Tubuh kita harus menyesuaikan diri dengan perubahan
waktu tersebut. Alasan jetlag ini sering dipakai jika tim-tim olah raga kita (misalnya sepak bola)
kalau bertanding di luar negeri, karena waktu untuk menyesuaikan diri tidak cukup panjang.
Suasana emosional kita juga ternyata berbeda-beda bila dipandang dari segi waktu. Suasana
emosi pagi hari tentu berbeda dengan suasana emosi siang hari dan malam hari. Bentuk aktivitas
keseharian kita telah disesuaikan dengan waktunya. Itu sebabnya suasana emosi dan bentuk
19
perilaku kita juga dipengaruhi oleh faktor waktu (temporal). Pada banyak latihan kaderisasi
organisasi-organisasi massa, seperti organsiasi mahasiswa ekstra, sering dibuat pelatihan
teknik sidang tertentu yang dilakukan pada larut malam untuk 'menggolkan' suatu keputusan
karena pada saat itu konsentrasi orang sudah mulai lemah dan otak sudah mengirim
pesan untuk beristirahat.
d) Suasana Perilaku
Pembahasan public speaking atau retorika akan banyak sekali membahas bagaimana
suatu bentuk penyampaian pesan harus disesuaikan dengan suasana perilaku pesertanya. Cara
kita berpidato di tengah lapangan terbuka di mana perilaku peserta pertemuan bisa
dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal, tentu berbeda jika kita berpidato di ruangan
tertutup. Pada intinya, di setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku
para pesertanya.
Kita tentu akan bersikap lebih wajar jika melihat wanita berpakaian renang di kolam
renang dibandingkan jika orang yang sama berperilaku demikian di jalan raya. Di masjid
atau gereja kita cenderung melembutkan suara kita, begitu juga di perpustakaan atau ketika
film sedang diputar di bioskop. Sebaliknya kita akan lebih agresif, lebih ribut dan bersuara
keras ketika berada di pasar atau ketika nonton siaran langsung sepak bola di televisi di
rumah.
e) Teknologi
Teknologi juga adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku manusia. Banyak
analisis sosiologis yang menunjukkan bahwa jenis teknologi yang diadopsi oleh suatu
masyarakat akan mempengaruhi struktur masyarakat tersebut, baik pola pikir maupun pola
tindakannya. Pada masyarakat dengan teknologi sederhana, di mana teknologi dipakai untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, suasana kejiwaan masyarakatnya tentu berbeda dengan
masyarakat berteknologi tinggi, di mana teknologi dipakai untuk eksploitasi.
f) Faktor-faktor Sosial
Ada tiga hal yang bisa kita bahas pada faktor-faktor sosial yang mempengaruhi
perilaku manusia, yaitu: sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu.
Peranan yang kita duduki berbeda-beda pada setting sosial yang berbeda. Peran
sebagai suami, ayah, dosen, ketua masjid, anak, menantu, pengurus yayasan, atau anggota
klub eksekutif menghasilkan jenis perilaku yang berbeda-beda. Seorang tokoh feminis yang
berapi-api menuntut persamaan hak, jika ia berumah tangga belum tentu ia melakukan apa
yang dipidatokannya. Atau ada pria yang selalu ingin mengajak bersaing tetangga-
tetangganya atau ingin kelihatan menonjol di masyarakatnya, mungkin karena di rumah
perannya menjadi sub-ordinat istri. Dengan kata lain, bentuk perilaku kita akan tergantung
pada jenis peran apa yang kita sandang.
Pada kajian tentang penyebaran inovasi, banyak disebut bahwa struktur sosial
masyarakat mempengaruhi bentuk tindakan masyarakat tersebut dalam mengantisipasi pesan
20
yang disampaikan. Itu sebabnya, perilaku komunikasi orang-orang yang berada dalam suatu
masyarakat bisa kita kategorikan dalam klasifikasi:
A. opinion leader : pemuka/pemimpin pendapat
B. gatekeeper : penyaring pendapat
C. liaison : penghubung
D. isolate : terlupakan, terisolasi
E. follower : pengikut
Selain itu karakteristik individual seperti usia, kecerdasan, serta karakter biologis
juga berpengaruh terhadap perilaku.
g) Lingkungan Psikososial
Lingkungan psikososial kita artikan sebagai persepsi kita terhadap lingkungan kita.
Maksudnya adalah bentuk persepsi kita terhadap lingkungan kita akan mempengaruhi perilaku
kita dalam lingkungan tersebut. Jika kita mempersepsi bahwa lingkungan kita menyenangkan,
maka kita pun akan berperilaku menyenangkan atau positif dalam lingkungan kita. Begitu
sebaliknya.
Pada dasarnya ada sejumlah situasi yang memberi kita keleluasaan untuk bertindak
dan sejumlah lain membatasinya. Jika kita menganggap bahwa pada situasi tertentu kita
diperbolehkan/dianggap wajar melakukan perilaku tertentu, maka kita akan terdorong untuk
melakukannya. Dalam jangka waktu lama, jika kebolehan ini dibiarkan, maka perilaku kita
akan diperteguh hingga menjadi suatu kebiasaan.
Saat ini, bagi seorang pria tidak malu lagi memakai busana berbunga-bunga besar
dengan warna-wama mencolok karena sudah dianggap wajar. Tentu saja ini berbeda dengan
waktu sebelumnya. Begitu pula pandangan remaja kita tentang hubungan seksual pra-nikah
yang semakin bergeser sesuai dengan kadar kebolehan (permisiveness) masyarakat kita yang
juga bergeser. Jika orang sudah tidak malu lagi melakukan perbuatan kriminal, maka orang
pun cenderung mudah melakukan perbuatan kriminal.
21
BAB IV
PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI PADA WANITA SETIAP TAHAP
PERKEMBANGAN
Sebelum kita masuk lebih jauh masalah adaptasi pada setiap tahap perkembangan
pada wanita, alangkah lebih baiknya kita membahas terlebih dahulu istilah perkembangan itu
sendiri. Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van Daele (114)
perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Ini berarti perkembangan bukan sekedar
penambahan beberapa senti meter pada tinggi badan, tumbuhnya gigi pertama kali pada anak,
melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Perkembangan bukan merupakan suatu proses yang terputus dan terpisah-pisah melainkan
satu proses dinamika yang berlangsung terus menerus (kontinum).
22
Perbedaan Perkembangan dan Pertumbuhan
NO Perkembangan Pertumbuhan
1. Sifatnya Kualitatif Sifatnya Kuantitatif
2. Tidak bisa diamati dan diukur Bisa diamati dan diukur
3. Perkembangan mencapai kematangan Pertumbuhan mencapai
kemasakan
4. Perkembangan lebih pada perubahan Pertumbuhan lebih pada
mental, cara berfikir dan cara adanya perubahan pada
menyelesaikan dan menyikapi suatu fisik
masalah
5. Perkembangan bisa mengalami Pertumbuhan tidak bisa
pengulangan atau kemunduran bila terjadi mengalami pengulangan
fiksasi dan regresi
Perkembangan dan pertumbuhan adalah dua hal yang saling berhubungan, dalam
proses ini banyak terjadi perubahan-perubahan pada diri individu yang terkadang tidak
disadari. Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan individu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia berada atau sering juga sering disebut
dengan adaptasi.
23
4.3 Tugas-Tugas Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan
24
Mulai membina keluarga
Mengasuh anak
Mengelola rumah tangga
Mengambil tanggung jawab sebagi warganegara
Mencari kelompok sosial yang menyenangkan
25
4.5 Adaptasi dan Tahap-tahap Proses Adaptasi
Adaptasi adalah suatu proses penyesuaian diri yang dilakukan individu dalam setiap
tahap perkembangan dan pertumbuhannya agar mencapai suatu keseimbangan yang nantinya
akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan pada tahap berikutnya. Jika
proses adaptasi tidak segera dilakukan akan membuat perkembangan terhenti atau bahkan
mundur ketahap perkembangan yang lebih rendah. Sebagai contoh, seorang bayi yang baru
dilahirkan ke muka bumi mengalami adaptasi yang sangat luar biasa selama 15-30 menit
pertama dengan lingkungan barunya yang sangat berbeda. Itu membutuhkan campur tangan
orang dewasa lainnya terutama keluarga agar sibayi yang baru lahir bisa perlahan-lahan
mandri dan terlepas dari ketergantungan dengan si ibu.
Sepanjang rentang kehidupan manusia tidak lepas dari proses adaptasi. Proses
adaptasi ini dapat membantu kita untuk bisa membantu kita dalam penyesuaikan diri dan
menyeimbangkan semua unsur yang ada pada diri kita. Adapun tahap-tahap proses adaptasi
pada manusia adalah:
a) Adaptasi pada masa pranatal. Pada masa ini banyak proses adaptasi yang
dilakukan oleh cabang bayi agar dapat bertahan didalam tubuh ibunya dan dapat
berkembang dengan baik mulai dari masa zigot, embrional dan masa janin. Pada
masa pranatal ini proses adaptasi sangat dipengaruhi oleh banyak hal termasuk
kesehatan ibu, faktor psikologis ibu maupun faktor lain.
b) Pada masa neonatal atau masa bayi, bentuk adaptasi yang dilakukan adalah:
bayi yang beru lahir harus beradaptasi dengan lingkungan barunya terutama suhu.
Suhu dalam kandungan sangat berbeda dengan suhu di luar, selain itu bayi yang
dulunya dalam kandungan mendapat makanan dari tali pusar sekarang harus
membiasakan diri untuk memperoleh makanan dari air susu ibunya.
c) Pada masa kanak-kanak banyak kemanjuan yang diperlihatkan oleh mereka,
mulai dari kemajuan fisik, maupun kemampuan berbicara, dan motorik lainnya. Pada
masa ini anak-anak melakukan banyak adaptasi terutama dalam lingkungan keluarga
dan kemampuan yang dia punya.
26
BAB V
PROSES ADAPTASI PADA MASA PRANATAL, NEONATAL, BAYI DAN MASA
KANAK-KANAK
27
Meskipun relatif singkat, periode pranatal mempunyai enam ciri penting. Masing-
masing ciri mempunyai akibat baik fisiologis maupun psikologis yang nantinya berefek pada
perkembangan pada tahap berikutnya. Adapun ciri-ciri tahap pranatal ini adalah:
a) Pada saat ini sifat-sifat bauran (perpaduan gen ibu dan ayah) Pengalihan ciri-ciri
genetik dari kedua orang tua, berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
selanjutnya.
b) Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat
bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya
bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan datang.
c) Jenis kelamin individu sudah terbentuk pada masa pembuahan dalam periode
pranatal dan tidak dapat berubah lagi. Hal ini tidak akan mempengaruhi kondisi
dalam tubuh ibu, sama dengan faktor bawaan.
d) Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih baik terjadi selama periode
pranatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
Selama 9 bulan sebelum kelahiran individu, individu tumbuh dari sel kecil menjadi
bayi yang panjangnya rata-rata 7 pon. Diperkirakan selama masa itu berat badan
bertambah sebelas juta kali. Demikian pula halnya dengan perkembangan yang
kelihatannya berlangsung begitu cepat, dari sebuah sel berbentuk bulat pada masa itu
berkembang setiap anggota tubuh manusia. Baik eksternal maupun internal.
e) Periode pranatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik
maupun psikologis. Meskipun setiap tahap punya kesulitan masing, masing, tetapi
pada masa ini harus mendapatkan perhatian lebih lanjut dari si ibu dan orang dewasa
lainnya agar memberikan motifasi kepada ibu untuk lebih agar memperhatikan
kesehatannya dan tidak stres.
f) Periode pranatal merupakan saat dimana keluarga terutama seorang Bapak harus
membentuk sikap positif pada diri cabang bayi yang baru diciptakan. Sikap ini
nantinya akan mempengaruhi cara bagaimana individu itu diperlakukan, terutama
pada tahun-tahun pertama pembentukan kepribadiannya. Suatu contoh. Ketika
seorang ibu lagi hamil, tentunya emosional meningkat dan terkadang ibu mengalami
stres. Jika keluarga tidak memberikan motivasi dan dukungan kepada si ibu, maka
stres yang dialami oleh ibu ini akan mempengaruhi bayi yang ada didalam
kandungannya. Apa yang dirasakan oleh ibu tersebut juga akan berefek terhadap bayi
yang ada dalam kandungannya.
Kehidupan baru mulai dengan bersatunya sel seks pria dan sel seks wanita. Masing-
masing sel ini dikembangkan dalam alat reproduksi. Sel seks pria disebut dengan
spermatozoa yang diproduksi oleh testis, sedangkan sel seks wanita disebut dengan ovum
atau sel telur diproduksi dalam indung telur atau ovarium.
Sel seks wanita maupun pria mengandung kromosom. Setiap sel seks yang matang
masing masing mengandung dua puluh tiga kromosom, dan tiap kromosom mengandung
28
gen, yaitu pembawa keturunan. Gen ini menyerupai benang yang terdapat dalam kromosom.
Diperkirakan terdapat sekitar 3.000 gen didalam setiap kromosom yang ada.
Pada kenyataannya sel seks pria dan wanita berbeda dalam dua hal penting. (1) di
dalam sel telur yang matang terdapat dua puluh tiga kromosom yang berpasangan, sedangkan
di dalam spermatozoa terdapat dua puluh dua sel yang berpasangan dan satu kromosom yang
tidak berpasangan. (2) yang membedakan sel seks wanita dan pria adalah tahap yang dilalui
sebelum sel itu siap memproduksi. Adapun perbedaannya adalah: sel seks pria melalui dua
tahap permulaan yaitu: pematangan dan pembuahan, sedangkan sel seks wanita melalui tiga
tahap permulaan yaitu: pematangan, ovulasi dan pembuahan
Ovulasi hanya terjadi pada sel seks wanita. Ovulasi adalah proses lepasnya satu
telur matang selama siklus haid. Indung telur yang ada secara bergantian memproduksi telur
yang matang sepanjang siklus haid. Dalam kelahiran bayi kembar yang tidak identik, dua
atau lebih sel telur yang matang dilepaskan dari indung telur.
Pembuahan (fertilization), yang terjadi pada masa kehamilan merupakan tahap ketiga
dari permulaan perkembangan perkembangan sejak mulainya kehidupan baru. Selama
pembuahan terjadi biasanya ovum masih berada dalam tuba fallopi. Umumnya pembuahan
terjadi berkisar antara 12-36 jam dan biasanya terjadi pada 24 jam pertama setelah seltelur
memasuki tuba fallopi. Selama senggama (coitus) spermatozoa disimpan didalam mulut
uterus. Melalui daya tarik hormonal yang kuat spermatozoa masuk kedalam tuba dibantu
mencari jalan dengan kontraksi otot
29
5. Pada akhir bulan kedua pranatal berat emrio satu kilo
seperempat dan panjang satu setengah inci.
Setiap fase dalam masa pranatal mengalami proses adaptasi yang berbeda dan tingkat
kesulitan yang juga berbeda. Mampu atau tidaknya bayi beradaptasi pada setiap tahap
perkembngan sangat ditentukan oleh bayak faktor diantaranya: Faktor lingkungan, faktor
kesehatan ibu selama kehamilan, kondisi psikologis ibu dan faktor lainnya. Diantara
faktor di atas yang paling banyak mempengaruhi adaptasi adalah reaksi antara faktor
lingkungan dan keturunan. Adapun Reaksi adaptasi terus menerus antara keturunan dengan
lingkungan ketika janin telah terbentuk adalah:
faktor keturunan atau genetik kedua orang tua telah menyatu dengan si anak, pada
waktu yang bersamaan, faktor lingkungan juga turut mempengaruhi janin.
Sebagai periode yang relatif singkat, masa pranatal juga banyak bahaya yang serius
yang harus disikapi oleh ibu maupun keluarga pada masa kehamilan ini. Bahaya ini bisa
berupa bahaya fisik, maupun bahaya psikologis. Bahaya fisik lebih banyak mendapatkan
perhatian ilmiah karena lebih mudah dikenali. Tapi terkadang bahaya psikologis sama
bahayanya dengan bahaya fisik, karena dapat mempengaruhi sikap dari orang-orang yang
berarti terhadap anak yang sedang berkembang, di satu sisi bahaya psikologis bisa berefek
pada fisik. Adapun bahaya fisik dan psikologi yang sering dihadapi pada masa pranatal
adalah:
30
a. Pada periode zigot : Zigot akan mati kalau hanya sedikit sekali kuning telur
yang dapat mempertahankan kehidupanya. Atau zigot terlalu lama tinggal
di dalam tuba.
b. Kurangnya persiapan uterin, implantasi tidak dapat terjadi bila pada
waktunya dinding uterin belum siap menerima zigot karena terjadi ketidak
seimbangan kelenjer
c. Periode Emrio, bahaya terjadi ketika terjadi kekurangan gizi,
gangguan kelenjer, kekurangan vitamin, dan penyakit berbahaya lainnya.
5.1.4 Faktor yang tidak Bisa Berubah oleh lingkungan pada manusia
1. Faktor psikologis atau Psikis : IQ, bakat, temperamen, merupakan faktor bawaan
yang sudah ada sebelumnya.
31
5.2 Proses Adaptasi Pada Bayi sesuai dengan Tahap perkembangannya.
Menurut Kamus Baku Bahasa Indonesia, masa bayi (masa neonatal) merupakan
permulaan atau periode awal keberadaan sebagai individu dan bukan sebagai parasit di dalam
tubuh ibunya. Menurut hukum yang berlaku, bayi yang baru lahir merupakan individu yang
belum bisa bertanggung jawab penuh terhadap dirinya dan tidak bisa dikenai sangsi atau
hukuman sebagai mana orang dewasa.
Banyak ahli psikologi yang menggunakan kata bayi sebagaimana disebut oleh para
medis, merupakan rentang kehidupan yang tidak jelas batasannya, akibatnya rentang
kehidupan bayi menjadi kabur. Kata bayi memberikan kesan ketidak berdayaan dan masih
tergantung penuh pada orang dewasa lainnya terutama orang tua.
Masa bayi (Neonatal) merupakan periode yang tersingkat dari semua periode
perkembangan. Masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang dua
minggu. Preode ini sangat membutuhkan penyesuaian diri dan proses adaptasi
perkembangan yang sangat luar biasa dimana bayi harus menyesuaikan dengan kehidupan
di luar rahim ibu dimana dia sudah hidup selama sembilan bulan. Menurut kriteria medis,
penyesuaian diri ini akan berakhir pada saat tali pusar lepas dari pusarnya. Sedangkan
menurut kriteria psikologis, penyesuaian diri yang radikal akan berakhir pada saat bayi mulai
menunjukan tanda-tanda kemajuan perilaku.
Walaupun singkat, masa bayi ini pada umumnya dibagi menjadi dua periode:
a. Periode Partunatal : mulai saat kelahiran sampai antara 15-30 menit sesudah
kelahiran. Periode ini bermula dari keluarnya janin dari rahim ibu dan berakhir
setelah tali pusar dipotong dan diikat. Pada masa ini bayi masih merasa seratus
persen masih tergantung kepada orang tua, bayi tidak berusaha menyesuaikan diri
dengan lingkunga
32
b. Periode Neonate : periode ini dimulai dari pemotongan dan pengikatan tali pusar
sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pascamatur). Mulai masa ini bayi
adalah individu yang terpisah, Selama periode ini bayi harus mengadakan
penyesuaian pada lingkungan baru di luar tubuh ibu.
Masa bayi neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian diri yang radikal. Pada
masa neonatal ini terjadi perubahan yang sangat luar biasa dan menyeluruh pada bayi, karena
berbagai hal berbeda antara alam rahim dengan lingkungan barunya.
33
Banyak kondisi yang mempengaruhi keberhasilan bayi pada periode neonatal alam
beradaptasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Adapun kondisi yang
mempengaruhi adaptasi pada periode neonatal adalah:
4. Lamanya periode kehamilan, Jumlah bayi yang lahir 280 hari atau tepatnya
sembilan bulan. Bayi ya ng lahir terlambat sekarang ini jarang sekali terjadi,
karena biasanya medis memberikan obat perangsang agar bayi lahir, tetapi yang
banyak terjadi sekarang adalah bayi yang lahir prematur. Menurut beberapa
penelitian, bayi prematur mengalami komplikasi dan kesulitan dalam adaptasi.
5. Sikap Orang Tua, kalau sikap orang tua kurang menyenangkan, hal ini tercermin
dalam perlakuan terhadap bayi yang akan menghalangi proses penyesuaian diri
pada anak, sedangkan orang tua yang sikapnya menyenangkan dan
memperlakukan bayi sedemikian rupa sehingga mendorong proses adaptasi yang
baik. Interaksi antara orang tua dengan baik tidak ditandai oleh ketegangan
emosional, atau kegelisahan yang biasanya terdapat pada orang tua yang kurang
menyenangkan. Seorang ibu yang tenang dan tidak mengalami ketegangan secara
emosional akan menghasilkan air susu yang banyak. Dan ini membantu dalam
adaptasi terhadap makanan.
(1) Banyaknya perhatian yang diperoleh bayi, pada masa bayi ketergantungan
pada orang tua sangat luar biasa. Karena bayi tidak bisa mengatakan apa ya
ng dia inginkan.
34
(2) Jenis dan banyaknya rang sangan yang diberikan kepada bayi, (belaian,
diayun-ayun, dirangkul, di cium, dan dirawat dengan kasih sayang). Jika bayi
seri ng dirangsang akan bisa mempermudah proses adaptasi pada hari-hari
pertama kelahiran
(3) Derajat kepercayaan orang tua, terutama para ibu. Banyak orang tua yang
kurang yakin pada kemampuan mereka untuk merawat bayinya
5.5 Kondisi yang Menpengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap masa Neonatal
a. Persalinan sebagai tugas orang tua, orang tua yang sudah pengalaman dalam merawat
anak-anaknya. Orang tua ini biasanya lebih mampu menjalankan perannannya
sebagai orang tua dibandingkan orang tua yang tidak berpengalaman
c. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan, semakin cepat pulih kondisifisik ibu sesudah
melahirkan, semakin positif sikapnya terhadap bayi, dan semakin mampu ia
melaksanakan peranannya sebagai seorang ibu.
d. Cemas tentang biaya, kalau terjadi komplikasi pada persalinan, seperti operasi caesar,
kelahiran belum cukup umur, yang memerlukan perawatan khusus dan harus lebih
lama tinggal dirumah sakit, atau adanya cacat bawaan, maka sikap orang tua akan
dibayangi kecemasan tentang biaya yang tidak terduga.
e. Cacat, Kalau ternyata bahwa bayi menderita cacat, tidak normal sikap orang tua akan
diwarnai oleh kekecewaan, kegelisahan, selain itu masalah biaya perawatan sangat
membuat ketakutan pada orang tua.
f. Tangisan bayi, Bayi yang terus menerus menangis, tanpa sebab yang jelas akan
mendorong berkembangnya sikap negatif pada orang tua terhadap bayinya.
a. Penglihatan, Pada masa neonatal, mata bayi baru berkembang. Hal ini terbukti dari
penglihatan bayi yang belum sempurna karena otot mata masih lemah.
c. Penciuman, Sel-sel untuk penciuman yang terletak dibagian atas hidung telah
berkembang pada waktu lahir
35
d. Pengecapan, pengecapan bayi sudah berkembang, Karena pengecapan sangat
dipengaruhi oleh penciuman, sel pengecapan ini terletak dipermukaan lidah dan
didaerah pipi. Pada umumnya bayi memberikan reaksi yang positif pada rangsanag
yang manis, dan memberikan reaksi yang negatif dengan rasa asin.
Terdapat sejumlah pola emosional tertentu yang umum pada bayi, seperti kemarahan,
ketakutan, dan kegembiraan yang biasanya dibangkitkan oleh rangsangan dan pembiasaan
yang dilakukan oleh orang tua dan keluarga lainnya.selain itu reasi emosi pada bayi sangat
tergantung dari pengalaman sebelumnya. Sebagai contoh: bayi yang jarang berhadapan
dengan orang di luar rumah dan dirawat hampir secara terpisah dari anggota keluarga yang
lain, cenderung akan menjadi anak yang tertutup dan pendiam.
Selain itu, bayi yang biasanya banyak megekspresiakn rasa tidak senang dan
takutnya dengan cara menanggis biasanya jauh lebih emosional dan merasa tidak nyaman
dibandingkan dengan bayi yang selalu mendapat ketenangan dan kehangatan dari anggota
keluarganya
Bahaya Emosi Pada Bayi :
2. Tekanan,
36
Tekanan adalah keadaan emosi kurang baik yang berlangsung lama seperti takut dan
marah, dapat menyebabkan perubahan endokrin yang mengganggu keseimbangan
tubuh, dan ini akan tercermin dalam kesulitan makan, tidur, dan banyak menagis.
1. Pengaruh pada perilaku, Anak yang hidup dengan disiplin yang otoriter akan
menjadikan anak-anak yang pembangkang dan pemberontak, hanya didepan
orang tua saja yang kelihatan menurut dan patuh
3. Orang tua yang memberikan aturan dan disiplin yang tidak konsisten akan
membuat anak binggung dan orang tua akan kurang dihargai anak.
Pada usia kanak-kanak ini banyak mengalami proses adaptasi pada perubahan fisik
dan psikologi. Adaptasi secara psikologis yang dilakukan dari segi psikologis adalah
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial lainnya. Sedangkan perubahan fisik
yang terjadi adalah pertumbuhan yang sangat pesat
37
BAB VI
PROSES ADAPTASI PADA WANITA REMAJA DAN ANAK GADIS
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut “Adolenscence” berasal dari bahasa latin
Adolescenre yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut Hurluck istilah
Adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental,
emosional, social dan fisik. Dan pernyataan ini didukung oleh Piaget (Hurluck, 1991) yang
menyatakan bahwa secara Psikologis remaja adalah: “Suatu usia dimana individu menjadi
terinteraksi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya
berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak
sejajar”.
Masa puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh perubahan–peru
Bahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap–tahap lain dalam rentang
kehidupan.
38
Ciri – ciri masa puber
a. Periode ini merupakan suatu periode yang tumpang tindih (overlapping) antara masa
kanak-kanak dengan masa remaja.
1. Tahap prapubertas
Tahap ini bertumpang tindih dengan satu atau dua tahun terakhir masa kanak-
kanak, pada saat anak dianggap sebagai “prapuber” yaitu bukan lagi seorang
anak tetapi belum juga seorang remaja. Dalam tahap prapuber cirri-ciri seks
sekunder mulai tampak tetapi organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang.
2. Tahap pubertas
Tahap ini terjadi pada garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa remaja,
saat dimana criteria kematangan seksual muncul haid pada anak perempuan dan
pengalaman akan basah pertama kali di malam hari pada anak laki-laki. Selama
tahap remaja cirri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam
organ-organ seks.
3. Tahap Pascapubertas
Tahap ini bertumpang tindih dengan tahun pertama atau kedua masa remaja.
Selama tahap ini seks sekunder telah berkembang baik dan organ-organ seks
mulai berfungsi secara matang.
39
A. Ciri-ciri seks sekunder pada perempuan:
1. Pinggul bertambah besar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul
dan berkembangnya lemak bawah kulit.
2. Payudara juga berkembang, putting susu membesar dan menonjol, dan dengan
berkembangnya kelenjer susu payudara menjadi besar dan bulat.
3. Rambut kemaluan timbul, bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak
setelah haid.
4. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lobang pori-pori bertambah
besar.
5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar
lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan
banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan sesudah haid.
6. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang
akhir masa puber, sehingga menerikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai
kaki.
7. Suara menjadi lebih merdu dan penuh. Suara serak dan suara pecah jarang terjai
pada laki-laki.
1. Rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testes dan penis mulai
membesar. Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul kalau pertumbuhan
rambut kemaluan hampir selesai, demikian pula rambut tubuh.
2. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
3. Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar
dan menjadi lebih aktif, sehingga menimbulkan jerawat.
4. Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga membari bentuk pada lengan,
tungkai kaki dan bahu.
5. Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul, mula-mulanya serak dan
kemudian tinggi suara menurun, volumenya meningkat dan mencapai pada yang
lebih enak.
6. Benjolan kecil di dada di sekitas kelenjar susu pria timbul sekitar usia 12 dan 14
tahun. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik
jumlahnya maupun besarnya.
Lazimnya masa remaja dianggap mulai saat anak secara seksual menjadi matang dan
berakhir ketika dia matang secara hukum, namun beberapa penelitian yang dilakukan tentang
perubahan prilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukan
bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat, pada awal masa remaja dari pada tahap akhir
masa remaja.
Biasanya rata-rata laki-laki lebih lambat matangnya daripada anak perempuan, maka
laki-laki mengalami periode remaja yang lebih singkat dibandingkan remaja putri. Meskipun
pada usia delapan belas tahun dia sudah dianggap dewasa seperti anak perempuan. Akibatnya
sering kalin anak laki-laki dianggap kurang dewasa dibandingkan anak perempuan, meskipun
40
pembagian fase tidak sama antara satu ahli dengan lainnya, namun bisa dilihat secara garis
besar bahwa fase bayi dapat dilihat sebagai berikut:
Menurut FJ. Monks, masa remaja dari segi usia dapat dibagi atas 3, yaitu:
1. 12 – 15 tahun masa fase remaja awal.
2. 15 – 18 tahun, masa fase remaja madya
3. 18 – 21 tahun, masa fase remaja akhir
c. Masa remaja adalah periode perubahan, Pada masa remaja perubahan fisik dan
perilaku sangat pesat terjadi, adapun perubahan itu antara lain: perubahan sikap,
perubahan fisik, minat dan peran.
e. Masa Remaja adalah masa pencarian identitas (pencarian jati diri), Pada
awal-awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok sangat penting.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi sama
dengan teman temannya dalam segala hal. Identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat.
41
untuk dapat lebih dewasa dan bisa menjalankan tugasnya seperti: berperan sebagai orang
dewasa. Pada usia ini juga remaja sudah mempunyai kebebasan emosional sendiri, tidak
tergantung lagi pada orang tua. Untuk mencapai kematangan emosional pada masa remaja
harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi
emosional dengan cara remaja bisa menceritakan atau sering terhadap masalahnya pada orang
lain yang dia percaya.
Pada masa ini teman sebaya punya arti yang teramat penting
Membentuk kelompok-kelompok kecil
Sangat konfrom dengan teman sebaya
Nilai-nilai kolektif sangat mempengaruhi perilaku serta nilai individu yang menjadi
anggotanya
Cenderung bertentangan dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan
perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku secara dewasa.
42
Anak gadis pada masa adolescence
1. cinta diri
2. fantasi seksual
3. multi personality/psedoaktivitas
43
BAB VII
PROSES ADAPTASI PADA WANITA DEWASA
Dengan berakhirnya masa adolesensi, tibalah saatnya anak mulai memasuki usia
dewasa. Ciri utama dari usia dewasa adalah Mau mengaitkan realita dengan objektif dengan
egonya sendiri, dan mampu mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam untuk diarahkan
pada tujuan yang berarti dimasa yang akan datang. Dengan kata lain kedewasaan bisa
diartikan sebagai suatu pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukan sendiri.
Tanggung jawab ini bisa diartikan sebagai memahami nilai dari pada norma-norma susila dan
nilai-nilai etis tertentu, dan berusaha mencapai dan berprilaku sesuai dengan norma tersebut.
Istilah adult atau adoscere yang berarti tumbuh menjadi kedewasan. Definisi masa
dewasa. Dalam bahasa belanda disebut dengan Volwassen Vol yaitu : penuh dan Wassen:
Tumbuh. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa dimana seseorang dianggap sudah
mencapai perkembangan yan penuh serta sudah mendapat hak dan kewajibanya sebagai
anggota masyarakat dan juga warganegara
Setiap kebudayaan membuat perbedaan usia kapan seseorang mencapai satus dewasa
secara resmi. Pada sebagian budaya kuno, status dewasa dicapai setelah masa puber sudah
selesai seluruhnya, organ kelamin sudah berkembang dan mampu berproduksi. Secara hukum
seseorang dikatakan dewasa dilihat dari usianya dimulai dari usia 21 tahun.
1. Sudah bisa dijadikan panutan dan menjadi pedoman bagi lingkungan sekitar
2. Sudah menanamkan norma, dan nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari
3. Sudah mulai teratur
4. Pada usia ini unsur-unsur kemauan dan hati nurani sudah berperan penting
1. Masa dewasa dini, dimulai pada usia 18 tahun sampai usia 40 tahun, saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampaun
reproduktiif.
2. Masa dewasa madya, Masa dewasa madya dimulai usia 40 tahun-60 tahun.
Pada masa ini menurunnya kemampaun fisik dan psikologis yang jelas nampak pada
setiap orang.
3. Masa dewasa lanjut (usia lanjut),
Pada usia ini sudah lebih menurun secara fisik kemampau fisik, dari cara berpakaian
dan berdandan, berpenampilan, bertindak dan berperasaan tidak lagi seperti waktu
muda dulu.
Bahwa sesunguhnya ada perbedaan esensial dalam karakter wanita dewasa dan laki-
laki dewasa. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
44
A. Betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita, tetapi wanita hampir-hampir
tidak pernah mempunyai interes yang menyeluruh pada soal-soal teoris seperi kaum
laki-laki, dengan kata lain wanita lebih tertarik pada hal-hal praktis dibandingkan
laki-laki.
B. Kaum wanita lebih praktis, lebih berminat pada kehidupan yang kongkrit, misalnya
ia sangat tertarik pada masalah rumah tangga dan kehidupan sehari-hari sedangkan
laki-laki lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat absrak
C. Wanita pada umumnya sangat bergairah, dan penuh vitalitas hidup. Karena itu wanita
tanpak bersifat spontan dan infulsif, sedangkan laki-laki lebih lambat dan kurang
lincah.
D. Wanita lebih bersifat hetero –sentris dan lebih bersifat sosial, sedangkan laki-laki
lebih bersifat ego-sentris
E. Wanita punya kecenderungan ber aktifitas keluar untuk menarik perhatian subjek lain
seperti berhiyas, kesalon dan mempercantik diri, sedangkan laki-laki lebih cenderung
berperan sebagai pengambil inisiatif atau pendorong kearah kemajuan.
F. Menurut Prof. Heymans, perbedaan laki-laki perempuan terletak pada sifat-sifat
sekundaritas, emosional dan aktifitas dari fungsi-fungsi kejiwaan. Pada kaum wanita,
fungsi sekundaritas tidak terletak pada intelek, akan tetapi terletak pada perasaan,
Oleh karena itu nilai perasaan dan pengalaman lebih mempengaruhi struktur
keperibadian wanita dari pada kaum laki-laki.
Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa, peristiwa yang teramat penting
bagi puber anak gadis adalah haid atau menstruasi. Hai ini menjadi tanda biologis dan
kematangan seksual. Pada masa ini timbulah perasaan hetero seksual (mulai tertarik dengan
lawan jenis). Pada masa ini juga mereka mulai mempercantik diri dan mulai menarik
perhatian orang lain lewat penampilan fisiknya. Dorongan ini disebut dengan jiwa feminin.
Makin lanjut gadis tersebut mencapai kematangan biologis dan psikisnya, semakin
serius hubungan yang dijalin dengan laewan jenisnya. Dengan katalain mulailah kini mereka
bersungguh-sungguh menjalani hubungan dengan seseorang. Proses memilih pasangan ini
adalah suatu fenomena yang wajar.
Proses pemilihan jodoh ini selain disetujui oleh kedua belah pihak keluarga laki-laki
dan perempuan. Karena dalam pemilihan jodoh ini didaerah timur masih di dominasi oleh
orang tua. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan jodoh. Kalau di daerah
jawa disebut dengan bibit, bebet, dan bobot pasangan.
45
Faktor bibit disini adalah memilih pasangan harus melihat benih atau asal keturunan,
atau keluarga yang sehat jasmani dan rohaninya, yaitu tidak mendapat kasus penyakit
keturunan. Sebab bibit yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik. Bebet, berarti
keluarga, famili, keturunan dari keluarga yang cerdik pandai yang mempunyai martabat baik,
atau yang punya intelektual tinggi. Bobot disini diharapkan calon suami atau istri mempunyai
kekayaan, kekuasaan atau status sosial yang cukup mantap.
Dalam kebudayaan tradisional masalah Bibit, Bebet, dan Bobot sangat diutamakan
dan dijunjung tinggi, dimana dalam pencarian jodoh anak-anak mereka lebih didominasi oleh
keputusan orang tua dibandingkan keputusan anak sendiri. Pada kebudayaan tradisional di
daerah-daerah tertentu proses perjodohan masih berlangsung. Dalam hal ini keluarga dua
belah pihak mempertemukan laki-laki dan perempun untuk dijodohkan, terkadang ada yang
bertemu setelah mereka menikah tanpa ada perkenalan lebih lanjut terlebih dahulu.
Pada zaman moderen sekarang ini proses perjodohan sudah mulai ditinggalkan, pada
saat ini orang memutuskan untuk memilih pasangan atau menikah setelah melalui proses
perkenalan terlebih dahulu dan tumbuh rasa cinta antara satu dengan yang lain.
Dari sudut pandang Agama Islam dalam pemilihan jodoh harus berdasarkan empat
hal:
Pernikahan adalah suatu peristiwa dimana sepasang mempelai atau sepasang laki-laki
dan perempuan dipertemukan secara formil didepan penghulu atau kepala agama tertentu,
para saksi dan para hadirin untuk kemudian disyahkan secara resmi sebagai suami istri
dengan upacara atau ritual-ritual tertentu. Peristiwa perkawinan ini merupakan bentuk
proklamasi, dimana secara resmi sepasang pria dan wanita diumumkan untuk ”Saling
memiliki satu sama lain” dimana pribadi yang lain jenis itu dipatrikan menjadi satu
kesatuan DWITUNGGAL
46
7.6.2 Alasan Untuk Menikah
Semua alasan yang dikemukakan di atas bisa dikatakan alasan minor atau skunder,
sedangkan alasan primer seseorang menikah adalah: hasrat yang besar untuk berdampingan
dan hidup bersama dengan seorang pribadi yang dicintai. Khususnya dengan perkawinan
tersebut seseorang mengharapkan akan memperoleh pengalaman hidup baru, bersama
seseorang yang seutuhnya sudah menjadi miliknya.
Dalam struktur masyarakat moderen yang materialistis pada zaman sekarang ini
perbedaan mencolok sangat kelihatan antara sikaya dan simiskin. Dalam stuktur sosial
semacam ini, motif-motif ekonomis sangat besar peranannya dalam menentukan proses
perkawinan. Akhir-akhir ini perkawinan sering dikormesilkan atau diekonomiskan.
47
5. Ada unsur motif ke agamaan, sehingga menyebabkan
pribadi tersebut tidak bersedia untuk kawin karena ingin mengabdikan diri bagi
kepentingan agamanya.
Dengan adanya alasan di atas dapat memperkuat banyaknya wanita yang sudah
berusia dewasa tidak mau menikah dan lebih senang hidup sendiri tanpa ditemani oleh
pasangan hidup. Dan ada pula diantar mereka yang merasa takut terbebani oleh legalitas
pernikahan dan terhantui untuk menjadi terikat oleh status sebagai seorang istri.
48
BAB VIII
PSIKOLOGI WANITA HAMIL DAN KELAHIRAN
Kesuburan wanita merupakan suatu unit fisikhosomatis yang selalu dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor psikhis dan faktor organik (fisik). Dengan kata lain, fungsi daripada
hormon-hormon seks dalam tubuh wanita selaku “kurir-kurir” itu selalu dipengaruhi oleh
faktor-faktor psikis.
Ketakutan-ketakutan yang tidak disadari (yang berada di bawah sadar), dalam hal ini
dapat dilihat dari beberapa type wanita:
49
Type wanita ini pada umumnya wanita-wanita yang berprestasi dalam berbagai
bidang, wanita type ini bukan tidak mau punya anak, tapi secara sadar atau tidak
mereka menghindari konflik antara profesinya dengan fungsi keibuan
8.1.2 Pada awal kehamilan, terdapat tanda dan gejala-gejala dini yang terjadi,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Gejala dan keluhan kehamilan ini bervariasi. Tidak semua wanita mengalami hal
yang sama. Ada yang mengeluh luar biasa, ada pula yang tidak mempunyai keluhan. Bila
gejala-gejala diatas belum terdapat pada anda, maka anda dapat memastikan dengan test
lainnya, karena setiap ibu hamil mempunyai keluhan dan gejala yang berlainan.
8.2. Masa Persalinan
Banyak dokter, psikolog, dan ahli lain yang berpendapat bahwa proses kelahiran
adalah suatu proses keluarnya janin dalam kehangatan kandungan ibunya baik menggunakan
alat maupu secara alami yang disertai dengan perubahan-perubahan kondisi fisik maupun
psikologis yang dialami oleh bayi. Semenjak keluar dari rahim sang ibu, bayi harus
beradaptasi dengan lingkungan luar dan belajar dengan kemampuan sendiri untuk hidup,
untuk menghirup udara dan menghisap air susu ibu, dengan katalain bayi harus melatih
semua kemampuan fisik dan psikologisnya agar dapat mandiri dan beradaptasi dengan
lingkungan barunya.
Teori megenai peristiwa kelahiran ini untuk selama-lamanya akan merupakan teka-
teki yang tidak mungkin bisa dijawab secara memuaskan. Namun yang jelas ialah anak bayi
yang baru dilahirkan itu sangat tidak sempurna dan banyak memiliki kekurangan. Misalnya,
50
pusat otak, system syaraf dan kemampuan-kemampuan psikis lain hampir semuanya belum
berkembang secara penuh. Oleh karena itu kelahiran itu merupakan satu bagian dari pada
proses yang lebih lama dan lebih panjang dari eksistennsi manusia, yang akan dilanjutkan
dengan pertumbuhan serta perkembangan daripada macam-macam fungsi fisik dan psikis
yang berlangsung sepanjang hayat.
Sang bayi yang baru lahir itu terlentang dalam tempat tidurnya, dilingkupi oleh
berbagai perasaan, fikiran, sikap hidup, harapan-harapan dan dambaan dari ayah ibunya serta
anggota keluarganya yang lain. Dalam masa ini lingkungan sangat mempengaruhi kondisi
sang bayi.
Jika lingkungan tersebut positif sifatnya, maka semua kombinasi pikiran dan
perasaan dan perbuatan dari lingkungannya akan menyajikan pada bayi tadi bermacam-
macam kenyamanan dan kesenangan. Sebaliknya jika lingkungan tadi tidak menguntungkan,
beriklim suasana yang negative dan kehadiran sang bayi tidak dikehendaki ditengah keluarga
itu, maka semua efek dari emosi-emosi yang kurang menyenangkan dan sentiment-sentimen
itu akan segera dirasakan oleh sang bayi.
Selain itu kondisi sang ibu juga mempengaruhi bayi, apabila ibunya mengalami
ketakutan, ketegangan batin, kebingungan, kecemasan, maka interaksi antara ibu dan anak
juga terganggu, ini ditandai dengan tangis bayi yang berelangsung lama. Hal ini disebabkan
karena adanya hubungan batin yang sangat kuat antara bayi dan sang ibu.Keadaan emosi
bayi yang kurang stabil Ini bisa meengganggu berlangsungnya fungsi-fungsi yang norma
pada sang bayi. Bahkan bayi yang mengalami colik (kesakitan dan kekejangan usus perut)
sehingga terus menerus menagis, dan sering kali menjerit-jerit kesakitan, pada
umumnya merasakan bahwa ibunya kurang suka menerima peranannya sebagai ibu,
sehingga sang ibu juga tidak menyukai kehadiran sang bayi. Biasanya ibu yang seperti
ini akan mengekspresikan sikap yang ragu-ragu erhadap diri sendiri dan mempunyai relasi
yang kurang harmonis dengan orang lain. Maka pada umumnya tangis bayi yang luar biasa
dan berlangsung terus-menerus merupakan akibat dari kurang harmonisnya hubungan
ibu dengan bayinya.
Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses fisiologis saja tetapi banyak pula
diwarnai dengan komponen-komponen psikologis. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kenyataan selama ini proses kelahiran yang lancar juga sangat didukung oleh proses
psikilogis sang ibu. Ibu yang menghadapi proses persalinan dengan tenang maka sang ibu
cenderung bisa melalui proses persalinan dengan lancar.
Ada beberapa faktor penyebab dari mudah atau sulitnya proses melahirkan
diantaranya adalah:
51
a. Perbedaan iklim dan lingkungan sosial, yang mempengaruhi fungsi-fungsi
kelenjer endokrin. Dan kelenjer endokrin sangat penting fungsinya pada saat
melahirkan
b. Cara hidup yang baik, atau cara hidup yang ceroboh dari wanita yang
bersangkutan. Sebab cara hidup tersebut (cara hidup seksual) mempengaruhi
kondisi rahim dan organ genital (alat kelamin)
Biasanya proses kelahiran itu banyak dipengaruhi oleh proses identifikasi wanita
yang bersangkutan dengan ibunya. Jika ibunya mudah melahirkan anak-anaknya, maka pada
umumnya anak-anak gadisnya kelak juga mudah melahirkan bayinya. Dengan demikian
pengaruh-pengaruh psikologis itu ikut memainkan perannan dalam fungsi reproduksi. Dan
sebaliknya, jika ibunya banyak mengalami kesulitan sewaktu melahirkan anaknya, maka
anak gadisnya biasanya juga mengembangkan mekanisme “sulit melahirkan bayinya”.
Fakta menunjukkan bahwa baik dikalangan wanita primitive maupun wanita dari
kalangan modern dikota-kota besar, sering kali kita jumpai peristiwa-peristiwa sebagai
berikut: kaum wanita itu dihadapkan pada gangguan yang cukup serius dan macam-macam
kesulitan sewaktu mereka melahirkan anak-anak mereka. Kesulitas tersebut adakalanya
mengakibatkan wanita tadi menjadi invalid ataupun meninggal dunia. Proses persalinan
inilah yang mendorong orang untuk lebih mengembangkan ilmu kebidanan dan ilmu
kedokteran.
Lancar tidaknya proses kelahiran itu banyak bergantung pada kondisi biologis yang
khusus dari wanita yang bersangkutan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa hampir tidak
ada tingkah laku manusia dan proses biologisnya yang tidak dipengruhi oleh psikisnya. Maka
dapatlah dimengerti bahwa membesarnya janin dalam kendungan itu mengakibatkan calon
ibunya mudah lelah, tidak enak badan, tidak biasa tidur nyenyak, sering mendapatkan sesak
nafas, dan beban jasmaniah dllnya.
52
Semua pengalaman ini pastilah mengakibatkan timbulnya rasa-rasa tegang,
kecemasan, konflik-konflik batin dan materil psikisnya.
Kelahiran sang bayi biasanya didahului oleh beberapa tanda-tanda sebelum adanya
kontarksi yang lebih serius. Beberapa minggu sebelum kelahiran bayi, uterus atau rahim ibu
itu menurun. Pada setiap luapan emosi yang disebabkan oleh rangsangan kuat dari luar,
timbullah kontraksi-kontraksi dalam kandungan yang mirib dengan kontraksi mau
melahirkan. Dalam keadaan ini ibu merasakan kondisi yang tidak menyenangkan, tidur tidak
nyenyak, makan tidak enak, duduk salah, berdiri juga salah. Letih dan lesu, dan perasan
lainnya. Bayi yang semula sangat diharapkan dan mulai dicintai kini dirasakan sebagai
beban. Penderitaan fisik dan beban jasmani selama berminggu-minggu terakhir masa
kehamilan itu banyak menimbulkan banyak gangguan psikologis. Perubahan-perubahan
fisik selama minggu-minggu terakhir ini menimbulkan perasaan yang tidak nyama. Maka
beban fisik ini menjadi pemicu timbulnya gangguan psikologis
Pada proses kelahiran spontan terdapat reaksi psikologis yang sangat luar biasa yang
dirasakan oleh ibu, adapun reaksi psikis yang dialami adalah: kebahagiaan karena
mendapatkan pengalaman selama proses kelahiran berlangsung dimana sang ibu mengalami
rasa sakit yang memuncak, tetapi setelah bayinya lahir maka semua sakit yang dirasakan
hilang dengan sendirinya karena melihat keadaan sang bayi.
Hal ini berbeda keadaanya dengan bayi yang dilahirkan prematur. Pada bayi yang
prematur sang ibu merasakan kondisi fisik dan psikologis yang luar biasa. Ada bebrapa
kondisi psikologis yang dialami oleh sang ibu dari bayi prematur: (1) ibu merasa belum
mampu memikul tanggungjawab sebagai seorang ibu. (2) Ada kecemasan dalam diri ibu
kalau bayinya tidak mendapatkan jaminan keamanan jika sudah berada di luar rahim ibunya.
(3) Ketakutan kalau-kalau sianak tidak sehat atau mengalami gangguan.
Pada setiap wanita, baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia, pasti akan
dihinggapi campuran perasaan. Yang menjadi sebab segala ketakutan dan kegelisahan dalam
proses persalinan adalah:
2. Berkaitan dengan perasaan takut mati para wanita pada saat melahirkan bayinya
adalah ketakutan lahir pada anak bayi yang dikenal dengan “trauma kelahiran”.
Ketakutan ini berupa ketakutan akan terpisahnya diri sang bayi dari rahim ibunya.
Yaitu ketakutan hypothesis untuk dilahirkan kedunia ini, takut terpisah dengan
ibunya.
53
3. Perasaan berdosa dan bersalah terhadap ibuya. Pada setiap fase perkembangan
menuju pada fase perkembangan menuju feminitas yang sejati yaitu sejak masa
kanak-kanak, masa gadis cilik, periode pubertas sampai pada usia adolescence selalu
saja diliputi oleh emosi-emosi cinta pada ibunya.
4. Pada setiap wanita yang hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu bias
diperkuat oleh sebab-sebab konkrit lainnya. Misalnya takut bayinya itu akan lahir
tidak normal baik fisik maupun psikisnya.
Proses persalinan bayi tidak saja melibatkan proses fisik, tetapi juga proses
psikologis. Banyak elemen-elemen psikis mempengaruhi kelancaran ataupun hambatan-
hambatan proses persalinan tersebut disebabkan oleh faktor psikologis diantaranya ketakutan,
keteganggan, kecemasan dan emosi-emosi penting lainnya. puncak rasa sakit terjadi ketika
tanda-tanda kelahiran sudah mulai mendekat. Rasa sakit pada fisik sangat luar biasa terutama
pada bagian perut, maka sakit yang luar biasa ini memuncak semua konflik batin dan
keresahan hati itu semakin terasa. Hal ini akan berefek bisa memperlambat proses kelahiran
maupun mempercepat proses kelahiran. Dengan kata lain fungsi biologis dari reproduksi itu
amat dipengaruhi kehidupan psikologis dan keadaan emosional dari wanita yang
bersangkutan.
Dengan kata lain sejak pertama sikap wanita sangat ditentukan oleh kesiapan dan
kesediaan dalam mempersiapkan diri sendiri baik secara fisik maupun secara psikologis yaitu
antara lain dengan antisipasi kebahagiaan dan harapan ataupun ketidaksabaran untuk cepat-
cepat untuk melahirkan. Ada beberapa peristiwa periode terakhir masa kehamilan dapat
digambarkan sebagai berikut:
c. Proses Post-Natal (sudah lahir), Periode ini biasanya ber-langsung diantara 15-
30 menit sesudah kelahiran bayi. Pada fase ini, semua sisa-sisa flasenta dan darah
dikelurkan.
54
Kelahiran bayi itu biasanya dianggap sebagai peristiwa klimaks yang didahului oleh
peristiwa unitas–sel (bersatunya sperma dengan sel telur) yang kemudian dilanjutkan dengan
proses perkembangan janin dalam rahim ibu dan akhirnya terjadinya proses kelahiran. Proses
ini tidak hanya melibatkan fisiologis belaka, tatapi juga melibatkan pengalaman-pengalaman
psikis dan pengalaman emosional. Jika semua kesulitan pada proses kelahiran itu bisa diatasi
seperti: rasa sakit, kecemasan, ketakutan, kelainan lainnya, maka melahirkan bayi merupakan
pengalaman yang paling besar dan paling mengesankan bagi seorang wanita.
1. Rasa bangga seorang wanita karena ia merasa bisa mengatasi semua kesulitan ,
kesakitan, dan penderitaan dengan usaha dan tenaga sendiri.
2. Relasi dan hubungan yang sangat membahagiakan antara ibu dan bayinya. Tidak
ada kebahagiaan wanita yang lebih besar yang bisa menyamai kebahagiaannya
ketika ia mengandung untuk pertama kali.
Wanita hipermaskulin termasuk tipe wanita yang dengan kesadaran penuh menolak
sama sekali feminitasnya sekalipun siifat-sifat kewanitaannya sempurna. Oleh karena itu
mereka secara ppsikis menjadi mandul dan lambat laun secara jasmaniah mereka juga jadi
steril dan mandul. Dengan sadar mereka akhirnya memang tidak menghendaki seorang anak.
Akan tetapi ada kalanya bahwa oleh sifat-sifat yang agresif aktif itu wanita tersebut justru
melampiaskan agresiviitasnya dengan melahirkan anak banyak-banyak setiap tahun berturut-
turut.
Wanita yang memiliki kompleks maskulinitas yang sangat kuat akan melakukan
reaksi yang khas yaitu: ia menganggap kehamilan dan kelahiran bayi itu sebagai satu tugas
penghinaan yang dipaksakan oleh alam kepada dirinya atau kepada kaum wanita. Hal ini
dianggapnya sebagai satu ketidakadilan yang harus dituntut dan diperjuangkan
pembalasannya. Dengan sendirinya mereka itu biasanya bersikap menolak untuk menolak
menanggung penderitaan/kesakitan sewaktu melahirkan dan menolak memberikan partisipasi
terhadap kelahiran bayinya.
Wanita yang bersifat total pasif ini sejak mula sudah mempunyai pra anggapan
bahwa mereka tidak perlu takut dan cemas sebab tidak akan banyak menderita (sesuai dengan
sugesti dan nasehat dari bidan dan dokter). Namun setelah merasakan kesakitan yang
semakin bertubi-tubi dan semakin menghebat mereka menjadi sangat marah dan tidak sabar.
Lalu mereka menuntut hadirnya dokter, menuntut diberikan obat-obat penenang dan sama
sekali menolak kooperasi aktif pada proses kelahiran bayinya.
55
BAB IX
PERIODE MENYUSUI (RELASI PERTAMA IBU DENGAN BAYI)
Secara biologis kelahiran bayi merupakan suatu periode yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup bayi dan kondisi psikologisnya. Ketika sang bayi meyusu pada ibunya
akan terbentuk relasi dan kedekatan yang luar biasa antara ibu dan bayinya. Relasi antara ibu
dan bayinya ini selalu dilandasi oleh kesadaran-kesadaran emosional yang akan berefek pada
rasa aman pada bayi dan kehangatan serta kasih sayang yang dirasakan oleh bayi.
Pada umumnya saat pertama kali ibu menyusui buah hatinya, sikap ibu terhadap
bayinya masih ”Aku Sentris” yang disertai sifat narsis yang cukup kuat. Hal ini
disebabkan karena ibu tersebut masih melihat bahwa dirinya sebagai pusat aktifitas,
sedangkan bayi masih dianggap sebagai hasil prestasinya. Secara perlahan perasaan itu akan
hilang dengan sendirinya bertukar dengan berkembangnya rasa kasih sayang sang ibu
terhadap bayinya. Kasih sayang ini akan terus berkembang seiring dengan bertambah
besarnya bayi.
Beberapa penelitian yang dilakukan beberapa ahli psikologi menemukan, bahwa ibu-
ibu muda yang kehilangan bayinya (bayi meninggal) dalam proses persalinan maupun dalam
kandungan atau beberapa saat setelah dilahirkan, menunjukan bahwa, mereka tidak
menunjukkan reaksi-reaksi kepedihan yang sangat luar biasa, jika dibandingkan jika mereka
kehilangan anak pada usia yang lebih tua. Hal ini disebabkan karena ibu muda yang
kehilangan anak pada saat hamil, proses persalinan keinginan untuk punya anak masih besar
dan kasih sayang belum begitu tercurah sama bayi tersebut, sedangkan pada usia kanak-
kanak atau usia yang lebih tua akan menyebabkan kehilangan yang luar biasa karena kasih
ayang dan perhatian sudah tercurah, dan kesediaan untuk jadi hamil lagi akan berlangsung
lama dan pada sebagian ibu ada tarauma yang cukup berbekas.
56
a. Altruisme, Semenjak tali pusar diputus, dan si bayi sudah hidup sebagai
manusia yang mandiri tampa mendapat makanan lagi dari makanan yang dimakan
ibu seperti masa kandungan. Pada saat ini bayi sangat tergantung pada orang tua
terutama ibu. Pada saat itu secara psikis dan emosional punya keterikatan antara
ibu dan bayinya, si ibu rela menyusui berjam-jam, bangun tengah malam menyusui
anaknya. Semua itu dilakukan tanpa pamrih dan keinginan untuk dibalas. Semua
murni karena kasih sayang yang tulus pada bayinya. Berkembangnya rasa altruis
pada sang ibu yang berlebihan akan menghambat cinta diri (self love) yang nantinya
akan menyebabkan konflik batin dalam diri ibu. Hal ini akan menjadikan ibu tidak
bisa merawat dirinya sendiri dan terkadang sering mencemaskan keadaan anaknya,
sampai pada kecemasan neorotis terhadap anaknya
b. Kelembutan, Pada usia bayi ini, anak masih lemah dan tidak berdaya, hal ini
membuat ibu memperlakukan anaknya dengan sangat hati-hati, karena kondisi
bayinya yang masih lemah. Pada sebahagian ibu yang cinta diri dan narsis yang
berlebihan, akan menjadikan siibu tidak mampu menghayati kebahagiaan sebagai
seorang ibu yang ada hanya perasaan kosong, hampa dan pemiskinan sifat
kewanitaan.
c. Cinta kasih. Cinta kasih yang diberikan ibu pada bayinya merupakan
sesuatu yang tulus dan adanya ikatan emosional yang dalam.
d. Aktivitas, pada periode melahirkan kondisi ibu akan lemas dan kalau tidak
bisa melakukan keseimbangan fisik dan psikologi akan terjadi masalah ketika
persalinan. Untuk menjaga ini si ibu tidak diperbolehkan melakukan kegiatan fisik
yang berlebihan agar kondisi tetap terjaga dan ibu dan bayinya sehat. Pada sebagian
ibu yang
Jika kelahiran bayi itu tidak dihayati sebagai pengalaman yang membahagiakan
dirinya, dan tidak dianggap sebagai kompensasi yang positif, tetapi sebagi trauma yang
genital yang baru, maka kompleks-kopleks maskulinitas semakin menonjol sangat kuat,
sehingga wanita tersebut mengabaikan tugasnya sebagai ibu, dan mencari pemuas pada
kesibukan sosial di luar rumah. Di sisi lain ada sebagian wanita tidak menghendaki menjadi
seorang ibu, karena menjadi seorang ibu akan menyebabkan payudaranya kendor dan tidak
kencang lagi.
57
BAB X
MASA LANSIA (LANJUT USIA)
Menjadi tua pada umumnya dipandang sebagai proses penurunan total dari segi fisik,
dan psikis, untuk itu para pakar gerontologist memandang pentingnya penelitian
tentang kesehatan mental pada masa lanjut usia.
Proses menjadi tua sangat dipengaruhi oleh pengalaman, adaptasi, dan perubahan
personal.
Dalam ilmu psikologi lansia dikenal dengan Ilmu Gerontologi: Yaitu ilmu yang
mempelajari segala aspek dan masalah lansia, yang meliputi aspek psikologis,
fisiologis, sosial, kultural, dan ekonomi.
Ronald Comer dalam Abnormal Psychology 1992 membagi masa lansia menjadi
tiga:
1. Lansia muda (Young-Old) = usai 65-74
2. Lansia tua (Old-old)= Usia 75-84
3. Lansia tertua ( Oldest–old)= Usia di atas 85
1. Biological age: Kondisi atau keadaan seseorang berdasarkan usianya, dalam hal ini
adalah kondisi atau keadaan fisik, system organ tubuh yang menurun
2. Social age: menunjuk pada peran individu, kebiasaan, prilaku, dalam bermasyarakat:
seperti sikap dalam berbahasa, dan berpakaian
Kronological age yaitu: usia terhitung semenjak seseorang lahir sampai saat
penghitungan usia itu berlangsung
58
Perubahan sikap hidup seorang menjadi tua disebabkan oleh beberapa hal:
Penuaan otak diantaranya: kehilangan beberapa neuron lebih kurang 57% dalam
proses penuaan, sehingga daya ingat berkurang yang menyebabkan penyakit
Alzheimer
59
MASA LANSIA ( Masa Lanjut Usia)
Menurunnya fungsi fisik pada wanita, akan membuat wanita menjadi kurang
kepercayaan diri dan merasa tidak dihargai oleh pasangan. Hal ini membuat para lansia tidak
merasa damai dan nyaman untuk menjalani masa tuanya dengan senang hati dan lebih
terfokus pada ketenangan hati dan jiwanya.
Tipe kepribadian konstruktif: Mudah menyesuaikan diri dengan baik, tipe ini adalah
tipe yang jarang mendapatkan masalah dengan lingkungan
Tipe Kepribadian mandiri: senang menolong,namun sering menolak pertolongan, dan
mempunyai prinsip tidak mau menyusahkan orang lain
Tipe kepribadian tergantung: Perilaku pasif, tidak berambisi, kurang punya inisiatif
sendiri dan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan
Tipe kepribadian bermusuhan: cenderung keras, sewenang-wenang, dan bertentangan
dengan banyak orang
3. MASA MANAPOUSE
60
basah. Masa subur laki-laki tersebut tak pernah berhenti sampai masa tuanya, hanya saja ia
mengalami penurunan dalam kuantitas produksi spermanya jika dibandingkan dengan masa
mudanya.
Persoalan menopause pada dua dekade lalu belum banyak dibicarakan. Bahkan
sampai saat ini pun bagi sebagian orang “isu“ menopause dianggap terlalu mengada-ada.
Menopause dianggap sebagai hal yang alami, termasuk gangguan fisik yang menyertai.
Perilaku wanita menopause banyak disoroti dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai
para wanita lansia (Aries Tina, 1999:1). Tapi masih jarang yang mengkaji dalam kaitannya
dengan nilai-nilai atau steorotip yang berlaku dalam masyarakat. Kajian-kajian tentang
menopause selama ini tersita pada disiplin ilmu kedokteran saja. Kajian dengan
menggunakan perspektif disiplin ilmu yang lain, seperti psikologi, masih jarang dilakukan.
Persoalan menopause berkaitan dengan dua aspek sekaligus, fisik dan psikologis.
Karenanya, sangat diperlukan studi-studi multifaktor yang bertujuan mendapatkan
pendekatan multifaktoral dalam menangani problema wanita menopause. Sejauh pengamatan
penulis, studi yang secara khusus mengamati fenomena menopause dengan pendekatan ilmu
psikologi masih jarang dilakukan––untuk tidak menyebutnya tidak ada. Termasuk studi yang
menggunakan pendekatan konsep bimbingan dan konseling Islam. Tulisan ini mencoba
menelaah konsep bimbingan dan konseling Islam dalam kaitannya dengan persoalan
psikologis wanita menopause. Dengan demikian diharapkan bisa melihat problematika
menopause pada sisi yang lain.
Menopause adalah proses fisiologis normal yang akan dialami setiap wanita. Dalam
masa ini terjadi perubahan pada organ tubuh dan kejiwaan (psikis). Secara fisik sistem organ
(alat) berangsur-angsur mengalami kemunduran (degradasi) secara struktural dan fungsional.
Hal ini membawa perubahan anatomis, fisiologis dan biokimiawi pada organ. Sedangkan
secara psikologis, perubahan pada wanita menopause terjadi karena produksi hormon
estrogen di indung telur tiba-tiba berhenti. Biasanya peristiwa ini ditandai dengan terjadinya
rasa panas dalam tubuh (hot flushes), perasaan mudah cemas dan mudah berkeringat. Secara
medis, pengertian menopause menunjuk pada suatu keadaan berhentinya menstruasi. (Roitz,
1993: 16). Sebelum seorang wanita memasuki masa menopause, ia mengalami perubahan-
perubahan fisik pada tubuhnya, yang ditandai dengan menurunnya produksi hormon,
menstruasi tidak teratur, dan keadaan fertilitas digantikan dengan infertilitas.
Menopause merupakan proses fisiologis (normal) yang akan dialami oleh semua
makhluk hidup termasuk manusia. Dalam masa itu terjadi perubahan yang menyangkut
seluruh organ tubuh. Semua sistem organ (alat) berangsur-angsur mengalami kemunduran
(degradasi) baik struktural maupun fungsional, sampai kemudian tidak berfungsi sama sekali
(mati). Proses menjadi tua ini berlangsung terus menerus secara kontinyu
(berkesinambungan) dan berangsur-angsur membawa perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimiawi pada jaringan atau organ yang akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan
secara keseluruhan, hingga akhirnya berhenti berfungsi atau mati.
61
muncul dalam bentuk perilaku yang seringkali berada di luar kontrol dan susah dimengerti
oleh lawan interaksinya. Secara psikis sindrom ini terjadi karena wanita kehilangan peran
reproduksinya, disamping dipengaruhi oleh terjadinya berbagai perubahan yang
menimbulkan keluhan-keluhan fisik dan psikologis, seperti terjadi sakit pada punggung dan
kepala, badan panas, keringat malam, pikiran kacau, vagina mengering dan menciut dan kulit
mulai mengeriput (Syamsiyah, 1985, 45-46). Keadaan-keadaan tersebut secara psikologis
sangat menekan meskipun ada juga wanita yang tidak merasakan apa-apa atau tidak ada
keluhan-keluhan fisik saat datangnya menopause.
Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri berarti datangnya masa tua. Menopause
yang dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, sering dianggap momok dalam
kehidupan wanita. Masa ini umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. Masa ini mengingatkan
wanita terhadap proses menjadi tua yang disebabkan oleh organ reproduksinya yang tidak
berfungsi lagi. Pada masa menopause ini sel telur tidak diproduksi lagi oleh indung telur yang
menyebabkan wanita tidak subur lagi, sehingga tidak dapat hamil. Menopause terjadi dalam
masa klimakterium, sebuah masa dimana terjadi peralihan dari fase reproduktif ke fase non-
reproduktif (Halim, 1996: 46-47). Datangnya menopause sendiri sangat individual (variatif)
sifatnya, mamun umumnya berkisar pada umur 48-55 tahun.
Peralihan dari haid menjadi tidak haid, otomatis menyebabkan perubahan pada organ
reproduksi seperti terjadinya perubahan fungsi indung telur yang berpengaruh pada produksi
hormon-hormon (esterogen, progesteron, androgen) dalam tubuh wanita (Kasdu, 2002:7).
Dari sisi kosmetis juga banyak kemunduran karena elastisitas kulit menurun dan pigmen pada
rambut berkurang, yang menimbulkan pengeriputan pada kulit, dan rambut menjadi beruban.
Selain itu produksi hormon pada masa klimakterium menjadi tidak menentu. Perubahan ini
memunculkan berbagai gejala berupa keluhan fisik, baik yang berhubungan dengan organ
reproduksi maupun organ tubuh secara umum. Perubahan fisik pada menopause, biasanya
juga diikuti dengan keluhan psikis, yang akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan
psikologis. Perubahan fisik pada masa menopause ditandai dengan berbagai gejala seperti
berkurangnya ketajaman indra, berkurangnya pigmen rambut yang menyebabkan rambut
berwarna putih, berkurangnya elastisitas kulit, dan gangguan-gangguan kesehatan tidak
berbahaya seperti sakit kepala, sakit pinggang, hot flushes, dll. Namun, menopause dapat
menimbulkan penyakit berbahaya seperti dimensia, osteoporosis, kanker, dan stroke.
Pada masa menopause secara perlahan produksi hormon akan menurun, sampai
akhirnya berhenti sama sekali. Begitu pula pelepasan telur setiap 28 hari akan berhenti.
Konsekwensi dari penurunan kegiatan ini adalah kemungkinan untuk hamil menurun secara
drastis. Jika tidak ada telur, berarti tidak ada haid dan peluang untuk pembuahan menjadi
nihil. Tetapi yang drastis adalah penurunan hormon secara besar-besaran, sehingga zat-zat
kimia yang bertangung jawab atas perilaku tubuh secara umum dan kegiatan normal bagian
pinggul terhenti sama sekali. Hal ini sulit dihindari dan mengarah pada timbulnya berbagai
gejala baru (Knight, 2001: 68). Akibat produksi hormon yang tidak stabil tersebut
menyebabkan kecenderungan mudah marah bahkan depresi. (Wellyn Janes, 1978: 454). Masa
ini hampir mirip dengan masa pancaroba (pubertas) pada remaja ketika hormon-hormonnya
mulai bekerja. Selain perubahan fisik ini, perubahan psikis juga sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup wanita dalam menjalani masa menopause, meskipun hal ini sangat tergantung
pada individu masing-masing; bagaimana mereka memandang menopause dan sejauhmana
pengetahuannya tentang menopause. Selain itu latar belakang sosial dan keluarga juga turut
membentuk persepsi dan sikapnya.
62
Saat memasuki menopause, ada wanita yang menyambutnya dengan biasa karena
menganggap kondisi ini sebagai bagian dari siklus kehidupan alamiah. Sebaliknya ada yang
penuh kecemasan, karena berakhirnya masa reproduksi dimana vitalitas dan fungsi organ-
organ tubuh menjadi menurun. Namun pada umumnya ketidakstabilan emosi ini sementara
sifatnya dan kestabilan emosi akan diperoleh kembali setelah memperoleh informasi yang
akurat tentang menopause. Kondisi emosi tidak stabil ini bisa karena pengaruh perubahan
hormon dalam tubuh, atau bisa karena faktor yang sifatnya sangat individual. Selain itu, fase
menopause sering berbarengan dengan keadaan menegangkan lain dalam kehidupan wanita
seperti merawat orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, melihat anak-anak tumbuh
dewasa dan meninggalkan rumah serta penyesuaian–penyesuaian lain dalam kehidupan
setengah baya. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala pada fisik dan psikis, termasuk
menjadi pelupa, kurang dapat memusatkan perhatian, mudah cemas, mudah marah dan
depresi, yang secara keliru dianggap sebagai akibat menopause.
Depresi Menstrual: merasa kurang lengkap dan sempurna karena berhentinya haid.
Hal ini secara psikologis mempengaruhi wanita lansia.
Gangguan kecemasan. Pada masa lansia keadaan fisik dan psikologis menurun, hal
ini sangat membuat lansia merasa cemas dan merasa diri tidak berguna.
Opsesif konfulsif. Masa lansia suka mengulang-ulang apa yang dilakukan
sebelumnya.
63