Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa ada halangan suatu
apapun, dan kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan sebuah makalah dengan judul
Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi dengan tepat waktu. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Nuruh Hidayah, S.Psi, M.Si selaku dosen Mata Kuliah Ilmu Perilaku yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang
berilmu dan berpengetahuan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu kami mengharapkan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Kediri, 1 Oktober 2017

Penulis ,
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah mahluk sosial, yang kesehariannya selalu berinteraksi dengan
mahluk lainnya. Baik itu sesama manusia atau lingkungan sekitar nya. Dari sifat sosialnya
inilah yang membawa pengaruh terhadap berbagai aspek dari kehidupannya, disadari
ataupun tidak disadari, sebagai contoh: orang tua kita dalam mendidik kita kadang
terpengaruh oleh orang tuanya ketika mendidiknya, atau seorang guru yang menganut
faham gurunya dalam mendidik muridnya.
Dari pengaruh itulah, kadang tanpa disadari kita telah mempelajari psikologi. Yang
mana psikologi adalah disiplin ilmu yang didalamnya mempelajari sesuatu yang
berhubungan dengan perilaku. Maka sudah sewajarnya kalau Rita L. Atkinson mengatakan
kalau Tidak ada orang pada kini yang mengaku tidak mengenal psikologi. Maka dari itu
penulis mencoba untuk menulis makalah ini yang didalamnya menjelaskan sesuatu yang
berhubungan dengan psikologi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan psikologi?
1.2.2 Apa manfaat Psikologi?
1.2.3 Apa saja objek dan ruang lingkup psikologi?
1.2.4 Siapa saja tokoh filosof besar psikologi?
1.2.5 Apa yang dimaksud psikologi sebagai ilmu pengetahuan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian psikologi
1.3.2 Mengetahui manfaat psikologi
1.3.3 Mengetahui objek dan ruang lingkup psikologi
1.3.4 Mengetahui tokoh filosof besar psikologi
1.3.5 Mengetahui pengertian psikologi sebagai ilmu pengetahuan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi

Istilah psikologi berasal dari kata psyche artinya jiwa dan logos adalah
pengetahuan. Arti harafiah dari istilah psikologi ialah ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia atau disingkat ilmu jiwa. Sebagian ahli mencoba menyampaikan batasan ilmiah
bahwa psikologi adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang perilaku baik perilaku
pada manusia maupun perilaku pada hewan. Namun pengetahuan ini kemudian mengalami
penyempitan makna, sehingga banyak ahli sepakat berpendapat bahwa psikologi hanya
mempelajari perilaku manusia.

Morgan (1986) menambahkan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku


manusia, baik perilaku yang nampak (overt),maupun yang tak nampak (covert), serta
bagaimana memanfaatkan ilmu tersebut untuk dapat membantu memecahkan masalah-masalah
manusia. Yang dimaksud dengan masalah manusia ialah hal-hal yang berkaitan dengan
masalah aspek-aspek psikis, seperti kognisi, afeksi psikomotorik, psikososialnya.

Sejak Willhem Wundt (1879) memelopori berdirinya laboratorium psikologi di


Universitas Leipzich, Jerman, maka ilmu psikologi dianggap sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Adapun alasan psikologi sebagai ilmu mandiri adalah karena telah memenuhi syarat-syarat
keilmuan, yakni : mempunyai definisi formal yang jelas, objektif bukan spekulatif, dan
memiliki metode penelitian ilmiah yang sistematis.

Clifford T.Morgan Psychology is the science of human behavior and animals behavior.
Artinya psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hewan.

Pendapat seperti itu dikemukakan oleh Munn dan Fernald dalam bukunya yang berjudul
Introducing to psychology sebagai berikut :

Psychology is definiedas the human behavior, its investigations are limited to human
beings and they sometimes extend beyond observable behavior.
Woordwort dan Marquis Psychology is the scientific studies of the individual activities
relation to the environment (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aktifitas atau
tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya).

Moskowits dan Orgel Psychology is empirical science based on objective observation


and experimental investigation, its focus in behavior, its purpose its to provide on
understanding of the mechanisms human activity and adaptation so that man might improve
himself (psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan empiris yang definisi berdasarkan atas
observasi dan penelitian eksperimental, pokok persoalannya adalah tentang tingkah laku
manusia. Tujuannya untuk melengkapi terhadap pengertian mekanisme aktivitas dan
penyesuaian dirinnya, sehingga memungkinkan manusia untuk memperbaiki dirinya.

Berdasarkan definisi di atas, ternyata bahwa studi psikologi tidak hanya sebatas pada
manusia, tetapi juga mempelajari tingkah laku hewan. Namun, pengetahuan ini kemudian
mengalami penyempitan makna sehingga banyak ahli sepakat berpendapat bahwa psikologi
hanya mempelajari perilaku manusia.

Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti dan
mengkaji tingkah laku atau kegiatan manusia dalam hubungan dengan lingkungan.

Dalam definisi di atas dapat kita lihat beberapa unsur sebagai berikut:

Ilmu pengetahuan (sains) yaitu suatau kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis
dan mempunyai metode-metode yang bersifat ilmiah. Psikologi disamping ilmu juga
merupakan seni, karena dalam penerapannya (aplikasinya) dalam berbagai segi kehidupan
manusia diperlukan keterampilan dan kreativitas sendiri.

Tingkah laku atau kegiatan mempunyai arti yang lebih konkret dan dapat diamati dengan
panca indera, maka tingkah laku mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui pemahaman
terhadap tingkah laku, kita akan dapat mengenal seseorang. Tingkah laku memiliki pengertian
yang lebih luas yaitu meliputi segala manifestasi hayati, meliputi kegiatan yang paling tampak
dan konkret sampai dengan yang paling tidak kelihatan, dari yang paling dirasakan dan paling
tidak dirasakan oleh individu yang bersangkutan.

Keseluruhan tingkah laku atau kegiatan individu tersebut di atas dapat dikelompokkan
dalam jenis-jenis sebagai berikut:
a) Kegiatan motorik (motoric activity)
Kegiatan motorik adalah kegiatan individu yang dinyatakan dalam gerakan-
gerakan atau perbuatan jasmaniah. Misalnya makan, minum, berjalan, berlari, dan
sebagainya. Kegiatan motorik ini pada umumnya dapat dilihat dengan segera karena
tampak (terbuka). Kegiatan itu ada yang disadari dan ada yang tidak disadari. Yang
disadari karena ada perintah dari susunan saraf otak, sedangkan yang tidak disadari
karena tidak ada perintah dari susunan saraf otak. Kegiatan ini disebut reflek.
b) Kegiatan kognitif (kognitive activity)
Kegiatan ini merupakan kegiatan individu yang berhubungan dengan
pengenalan, pemahaman, penalaran, serta penyadaran tentang dunia luar, tentang
lingkungan sekitarnya. Misalnya mengindera, mengamati, berfikir, menghafal,
melihat, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya.
c) Kegiatan konatif (konative activity)
Kegiatan konativ adalah kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan motif atau
dorongan individu untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya harapan, cita-cita, motif,
dan sebagainya. Kegiatan konativ seperti ini merupakan kegiatan yang tertutup
(inner activity). Oleh karena itu, sering kali tidak tampak di luar.
d) Kegiatan afektif ( affective activity)
Kegiatan afektif adalah kegiatan yang memanifestasian penghayatan sesuatu
emosi atau perasaan tertentu. Misalnya sedih, cinta, marah, benci, takut, gembira,
kagum, dan sebagainya. Di dalam kenyataannya, kita sukar membedakan antara
motorik, kognitiv, konativ, afektif, karena kegiatan tersebut tidak pernah berdiri
sendiri. Hanya mungkin dalam satu kegiatan tertentu, kegiatan motorik lebih
menojol, dibandingkan dengan lainnya. Psikologi yang dalam penelitiannya lebih
mementingkan tingkah laku yang terbuka saja (motoric activity), disebut aliran
psikologi introspeksi.

Dalam perkembangannya objek material psikologi makin mengarah pada manusia,


karena manusialah yang paling berkepentingan dengan ilmu ini. Manusia paling memerlukan
psikologi dalam berbagai segi kehidupannya, misalnya dalam dunia pendidikan, kriminal,
kantor, dan sebagainya. Hewan sebenarnya masih juga (dan masih berkembang) menjadi objek
pengkaji psikologi, yang sudah sukar dipelajari manusia, karena struktur psikologis manusia
sudah kompleks.

Lingkungan, yaitu tempat manusia berinteraksi menyesuaikan dirinya dan


mengembangkan dirinya. Individu menerima pengaruh dari lingkungan, memeberi respon
terhadap lingkungan, mencontoh, dan belajar dari berbagai hal dari lingkungan.

Lingkungan itu dalam garis besarnya dapat dibedakan menjadi lingkungan dalam
(internal environment) dan lingkungan luar (eksternal environment). Lingkungan dalam ialah
hal-hal yang pada mulanya berasal dari luar individu, yang kemudian masuk ke dalam tubuh
dan bersatu dengan sel-sel tubuh melalui makanan, minuman, udara, seperti hormon-hormon,
kelenjar-kelenjar tubuh, dan sebagainya.

Lingkungan dalam itu memberikan rangsangan kepada individu, mempengaruhi,


kegiatannya dan perkembangannya. Lingkungan luar terdiri atas lingkungan alam (physical
environment), lingkungan sosial (social environment), dan lingkungan spiritual (spiritual
environment).

Adapun lingkungan alam adalah segala sesuatu yang berada di luar (alam sekitar)
individu. Misalnya makanan, minuman, tumbuh-tumbuhan, hewan, udara, cuaca dan lain
sebagainya. Lingkungan sosial adalah proses dan akibat dari pada interaksi antar individu
dengan individu lainnya atau individu dengan alam sekitarnya. Termasuk dalam lingkungan
sosial ini adalah lingkungan kultural (cultural environment) yaitu segala hasil ciptaan manusia
sebagai usaha untuk mempertahankan hidupnya, sedangkan yang dimaksud dengan
lingkungan spiritual ialah berupa antara lain, agama atau kepercayaan yang dianut oleh
individu atau masyarakat.

2.2 Manfaat Psikologi

Berikut ini adalah manfaat dari psikologi :

1. Untuk memperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna
adalah tentang tingkah laku manusia.
2. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk
mengenal tingkah laku manusia.
3. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan lebih baik.
4. Supaya tidak ragu-ragu lagi mengubah cara hidup, tingkah laku, dan pergaulan dalam
masyarakat.
5. Menjadikan kehidupan yang lebih baik, bahagia dan sempurna.

2.3 Objek dan Ruang Lingkup Psikologi


Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Objek Material
Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsur yang
ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja,
baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia(Alex
Sobur,2003:41).
2. Objek formal
Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti
terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga
digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi,
sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat
empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang
dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat
dari matanya[ ibid, 2003:42].

Ruang Lingkup Psikologi dibedakan menjadi dua, yaitu :


1.Psikologi Umum
Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau
aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab
(berkultur)[ Agus Sujanto,2001:41].
2.Psikologi khusus
Psikologi khusus adalah psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi-
situasi khusus.
Psikolgi khusus ini meliputi berikut ini.[Alex Sobur,2003:57]
a) Psikologi perkembangan
Psikolgi perkembangan adalah psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia
dari masa bayi sampai masa tua. Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan
manusia sebagai person; artinya, masyarakat hanya merupakan tempat berkembangnya person
tersebut. Psikologi perkembangan ini mencakup: psikologi anak(termasuk masa bayi),
psikologi puber dan adolensi ( psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, dan psikologi
orang tua.
b) Psikologi social
Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia
dalam hubungannya dengan situasi sosial.
c)Psikologi pendidikan
Psikologi sosial adalah sub disiplin dari psikologi yang mencari yang pengertian tentang
hakikat dan sebab-sebab dari prilaku dan pikiran-pikiran individu dalam situasi sosial.
d) Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu
dalam situasi pendidikan,yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.
e) Psikologi kepribadian dan tipologi
Psikologi kepribadian dan tipologi adalah psikologi yang menguraikan tentang struktur
kepribadian manusia sebagai suatu keseluruhan, dan jenis-jenis atau tipe-tipe kepribadian.
f) Psikopatologi
Psikopatologi adalah psikologi yang khusus mempelajari kegiatan atau tingkah laku individu
yang abnormal (tidak normal).
g) Psikologi diferensial dan psikodiognostik
Psikologi ini menguraikan perbedaan-perbedaan antarindividu dalam taraf inteligensi,
kecakapan, cirri-ciri kepribadian lainnya, dan tentang cara-cara guna menentukan perbedaan-
perbedaan tersebut.
h) Pesikologi criminal
psikologi criminal adalah psikologi yang khusus berhubungan dengan tindak kejahatan atau
kriminalitas.
i) Parapsikologi
parapsikologi adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari fenomena supermormal dengan
alat-alat eksperimen atau alat-alat sistematis lain.
j) Psikologi komparatif
Psikologi komparatif adalah psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia yang
dibandingkan dengan hewan, atau sebaliknya.
k) Psikologi penyesuaian
Psikologi penyesuaian adalah suatu cabang psikologi yang menggambarkan sejumlah cabang
ilmu lainya, psikologi perkembangan, klinis, kepribadian, social, dan eksperimental.[ ibid,
2003:58]
2.4 Tokoh Filosof Besar Psikologi
a) Plato.

Plato (427-347 SM) merupakan filsuf terkenal yang pertama kali memulai berspekulasi mengenai
jiwa manusia. Plato beranggapan jiwa manusia sudah ada sebelum lahir. Terdapat dua dunia, yaitu
"dunia sensoris" tempat yang kita tinggali saat ini, serta "dunia idea" yang merupakan tempat kita
kembali setelah mati. Dunia idea berada di tempat yang lebih tinggi daripada dunia sensoris, karena
seluruh pengetahuan telah ada di dunia idea lalu kemudian baru dibatasi oleh alam sensoris. Karena
ajarannya banyak menyinggung idea, maka filsafatnya dikenal sebagai "filsafat idealisme". Plato
juga membuat tipologi kepribadian manusia yang dapat bercampur sesuai dengan kadar dominan
dan submisif, di antaranya:

kemampuan berpikir yang berasal dari kepala,


kemampuan merasakan yang berasal dari dada,
dan kemampuan berkehendak yang berasal dari perut.

b) Aristoteles.

Aristoteles (384-322 SM), murid Plato, kemudian mengembangkan filsafat realisme yang
bertentangan dengan ajaran gurunya. Menurut Aristoteles, pengetahuan tidak didapat hanya dari
alam idea, namun juga dari pengalaman kehidupan. Manusia lahir dalam keadaan "tabula rasa",
yang artinya keadaan kosong, tidak punya gagasan atau kepribadian apa-apa.
Di dunia ini terdapat 4 macam sifat alam yang berasal dari keberadaan jiwa tertentu pada tiap
benda/makhluk hidup:

Sifat anorganis: terdapat pada benda-benda mati yang tidak memiliki jiwa.
Sifat vegetatif: merupakan sifat dasar yang terdapat pada makhluk hidup yaitu bertumbuh,
yang dikendalikan oleh jiwa tumbuhan (anima vegetativa).
Sifat sensitif: sifat ini terdapat pada hewan, yaitu kemampuan merasa dan menghendaki. Ia
dikendalikan oleh jiwa binatang (anima sensitiva).
Sifat intelektif: merupakan sifat yang hanya dimiliki manusia, yaitu kemampuan untuk
berpikir yang dikendalikan oleh jiwa rasional (anima intellectiva).

Menurut Aristoteles, jiwa yang lebih tinggi memiliki jiwa yang lebih rendah. Jadi, manusia selain
memiliki jiwa anima, juga memiliki jiwa anima vegetativa dan sensitiva. Pemikiran-pemikiran
Aristoteles kemudian menjadi sastra dan referensi bagi para pelajar, pada zaman pertengahan
setelahnya.
c) Peter Abelard.

Peter Abelard (1079-1142) mengembangkan sebuah gagasan filosofis yang dikenal sebagai
konseptualisme. Gagasan ini merupakan gagasan yang menengahi nominalisme dan realisme.
Alam semesta sebenarnya tidak memiliki arti dan makna, melainkan jiwa yang mengonsepkan
makna (dan nama benda-beenda) di balik realitas sesungguhnya dengan cara mendeteksi kesamaan
benda yang ada. Contohnya kucing diidentikkan dengan kaki empat, mata menyala, telinga lancip,
bunyi "meow", dsb. Perspektif ini masih digunakan sampai saat ini dalam psikologi kognitif.

d) Thomas van Aquino.


Kekristenan pada saat itu, di Zaman Pertengahan, sangat berkuasa, dan filsafat tidak dapat
dipisahkan darinya. Tokoh filsuf terbesar pada zaman itu, Thomas van Aquino (1225-1274),
memperkenalkan ajaran filsafat skolastisisme. Filsafat skolastisisme memakai metode yang
berpusat pada buku teks yang ditulis oleh tokoh autoratif. Ajaran filsafat pada saat itu tidak jauh
berbeda dibandingkan zaman kuno, hanya saja ditambahi dengan ajaran Kristen. Thomas Aquinas
juga menyetujui dikotomi jiwa seperti Aristoteles, menurutnya jiwa terdiri dari bagian-bagian
berikut:

Kemampuan vegetatif: makan, minum, seks, dan bertumbuh.


Kemampuan sensitif: perasaan dan kemampuan panca indera.
Kemampuan lokomotor: bergerak.
Kemampuan apetitif: kemampuan untuk berkehendak dan mengingini sesuatu.
Kemampuan intelektual: berpikir dan menalar. Kemampuan unggul yang hanya diberikan
kepada manusia.
Memerangi kefanatikan agama yang membuat kreativitas manusia terkungkung pada zaman
itu, muncullah gerakan Renaisans pada abad ke-15 dan 16. Gerakan Renaisans merupakan
pemicu gagasan humanisme yang berfokus kepada manusia daripada Tuhan dan afterlife.
Gerakan tersebut menimbulkan kesadaran akan kemerdekaan manusia sebagai makhluk
individual dan liberal. Pemikiran skolastik mulai ditinggalkan dan pada abad 17-18
humanisme berkembang, dan kemudian mengarahkan pada berkembangnya metode
induktif dalam penelitian. Metode induktif berkembang pada sastra, fisika, biologi, dan
kemudian psikologi-pun mulai terpengaruh olehnya.

e) J.L. Vives.

J.L. Vives (1492-1540) mempelopori berkembangnya psikologi dengan metode empiris yang tidak
bersifat spekulatif lagi. Dalam bukunya Deanima et Vita (Tentang Jiwa dan Hidup), Vives
menguraikan tentang gejala kesadaran dan asosiasi pikiran, petunjuk cara menghafal, serta gejala
nafsu dan perasaan manusia. Vives dijuluki sebagai bapak psikologi modern oleh Foster Watson
(1915).

f) Rene Descartes.

Rene Descartes (1596-1650) kemudian muncul dengan membawa paham rasionalisme. Filsuf ini
terkenal dengan slogannya, cogito ergo sum, yang artinya "saya berpikir maka saya ada". Descartes
menjabarkan dua unsur dalam diri manusia, yaitu substansi ekstensio (badani yang bervolume) dan
substansi cogitans (pikiran yang tidak bervolume). Dua unsur ini terhubung secara gaib oleh
pijnappelklier, yaitu bagian kelenjar buah kacang yang terdapat pada otak bawah bagian tengah.
Descrates menunjukkan gaya berpikir dualistis.
g) B. Spinoza.

Kemudian B. Spinoza (1632-1677) mengembangkan ajaran di mana tubuh dan jiwa merupakan
unsur yang berjalan secara paralel dan tidak memengaruhi satu sama lain, yang bernama psikofisik
paralelisme. Ajaran ini bersifat monistis dan menganggap hanya ada satu substansi yang bersifat
ketuhanan yaitu alam sendiri. Alam semesta merupakan tubuh Tuhan, ajaran ini pada masa kini
disebut panteisme, walaupun pada saat itu disamakan dengan ateisme.

h) John Locke.

John Locke (1632-1704) merupakan tokoh empirisme. Teori tabula rasa kebanyakan diketahui
dikembangkan olehnya. Ia menulis essai mengenai Human Understanding, menerangkan bahwa
manusia lahir tanpa gagasan atau idea dan bahwa pengetahuan dan pengertian manuia berasal dari
pengalaman. Ada dua cara manusia memperoleh pengertian, yang pertama dari penginderaan
terhadap dunia luar, dan yang kedua evaluasi atau refleksi yang dilakukan di dalam pikiran. Kedua
jenis pengetahuan tersebut merupakan idea sederhana, dan kemudian saling berinteraksi satu sama
lain membentuk idea kompleks. Karena penjelasannya banyak menyinggung interaksi gagasan-
gagasan, maka psikologi John disebut psikologi asosiasi. John memakai metode induksi dengan
meneliti dirinya sendiri, namun tetap melenceng ke arah deduktif, dikarenakan ia tetap harus
membuat asumsi-asumsi terlebih dahulu sebelum melakukan observasi.

Kira-kira pada pertengahan abad ke-19, paham materialisme berkembang luas. Orang-orang
menganggap segala yang ada di alam semesta berasal dari gejala kebendaan. Energi juga
digolongkan sebagai materi. Karena fenomena ini, maka arus perkembangan psikologi juga
mengarah ke biologi, yang kemudian menjadi psikologi fa'al. Temuan-temuan sains terus
berkembang mengenai sensasi dan persepsi pada otak manusia, bagian mana pada otak yang
mengendalikan sensasi tertentu (misalnya proses bicara diatur di pusat Broca, pendengaran di pusat
Wernicke, dst). Charles Darwin juga ikut berkonstribusi terhadap pengetahuan tentang perilaku
manusia melalui penelitian dan tulisan-tulisannya.

i) Wilhelm Wundt.

Pada tahun 1879, Wilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi pertama, dan
pada tahun 1886 akhirnya psikologi mendapat pengakuan dari universitas dan berdiri sebagai
disiplin mandiri. Wundt memakai metode eksperimen dalam penelitian-penelitiannya dan
menetapkan syarat-syarat pelaksanaan eksperimen. Oleh sebab itu ia dijuluki juga sebagai bapak
psikologi eksperimental.

Wundt mengembangkan perspektif strukturalisme dengan menggunakan metode instrospeksi


sebagai sarana psikologisnya. Wundt memperdengarkan suara-suara tertentu kepada subyek di
dalam laboratorium dan kemudian subyek melakukan instrospeksi diri.

Wundt juga menemukan suatu proses mental di mana informasi pengalaman baru yang masuk ke
otak akan diasimilasikan dan digubah sesuai dengan pengalaman lama yang telah ada di dalam
otak, yang dinamakan apersepsi. Orang berbeda bisa saja mengapersepsikan suatu kejadian secara
berbeda, tergantung dengan pengalaman masa lalunya.

Psikologi Gestalt berkembang dari strukturalisme.

j) William James.

Kemudian pada saat yang sama muncullah fungsionalisme, yang dikembangkan oleh William
James (1842-1910). Fungsionalisme lebih menekankan penelitian psikologi pada fungsi kesadaran
manusia dan bukan strukturnya. Psikologi kognitif berakar dari pemikiran fungsionalisme ini.

William James juga merumuskan teori emosinya. Berbeda dari apa yang diyakini masyarakat luas,
dia berargumen bahwa emosi muncul setelah manusia merespon stimulus. Perumpamaannya yang
paling terkenal adalah jika Anda melihat beruang, Anda tidak merasa takut terlebih dahulu lalu lari,
melainkan respons lari muncul terlebih dahulu yang menyebabkan Anda merasa takut. Jadi respons
fisiologis mendahului emosi. Namun teori tersebut dikritik karena tidak dapat menjelaskan
kejadian di mana sebuah respon fisiologis dapat menghasilkan emosi yang berbeda, misalnya
berkeringat bisa jadi menandakan bahwa orang merasa takut atau terangsang.

k) Sigmund Freud.

Tidak lama setelah itu, metode baru dalam dunia psikologi mulai merebak, yang dikenal dengan
psikoanalisa. Metode ini dikembangkan oleh tokoh psikologi yang mungkin paling terkenal
sepanjang masa, dia adalah Sigmund Freud (1856-1939). Freud memiliki latar belakang kedokteran
di bidang saraf, dan meneliti pasien yang menderita histeria bersama rekannya, Breuer.
Beberapa saat kemudian Freud menemukan bahwa kebanyakan kasus pasien yang ditanganinya
memiliki permasalahn yang berakar dari satu aspek utama, yaitu hasrat seksual yang tersembunyi.
Penemuannya ini menimbulkan kontroversi dan menuai kritikan dari banyak pihak. Freud
kemudian memperbaharui teorinya, bahwa manusia didorong oleh dua energi utama yang bersifat
instingtif, yaitu energi eros dan thanatos, atau seks dan agresi.

Freud juga mengemukakan bahwa manusia hampir seluruhnya dikuasai oleh alam bawah sadar
yang terbentuk pada masa kecil. Dalam tahapan perkembangan psikoseksual yang disusun oleh
Freud, ia menunjukkan bahwa perkembangan manusia tidak lepas dari kebutuhan seksual anak
bahkan sejak kecil.

Tahapan tersebut terdiri dari:

Tahap oral terjadi pada masa bayi. Pada tahap ini daerah liblinal bayi terletak pada mulut, di
mana bayi mendapatkan kepuasan seksual dari menyusu pada ibu.
Tahap anal terjadi pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Pada masa ini anak diajarkan untuk
menahan buang air dan buang air di tempat yang benar, karena itu daerah kepuasan seksual
anak terletak di daerah anus.
Tahap falis terjadi pada usia 3 - 6 tahun, di mana anak mulai menyadari perbedaan
mendasar pada tubuh laki-laki dan perempuan. Daerah kepuasan seksual anak terletak pada
genital diri sendiri. Pada tahap ini juga terjadi apa yang disebut Freud sebagai kompleks
Oidipus, di mana anak laki-laki menujukan hasrat libidonya kepada ibu. Anak mengalami
perasaan "takut dikebiri" atau castration anxiety oleh ayahnya yang lebih perkasa, dan oleh
karena itu ia meredam hasratnya pada ibunya dan kemudian mengidentifikasi sifat ayahnya
dengan tujuan membujuk ayah agar tidak mengebirinya (perasaan tersebut terjadi secara
metaforis). Murid Freud, Jung, memakai istilah kompleks Elektra untuk mendeskripsikan
fenomena tersebut pada anak perempuan.
Tahap laten kemudian merupakan masa redupnya hasrat-hasrat seksual, terjadi pada usia 6
tahun hingga pubertas. Hasrat seksual dialihkan pada aktivitas-aktivitas lain di sekolah.
Tahap genital berlaku dari pubertas hingga tua kelak. Hasrat seksual anak kembali muncul,
namun tidak lagi berpusat pada diri atau dalam keluarga. Hasrat libido diarahkan kepada
orang lain. Ego sudah berkembang dan dapat mengendalikan hasrat ke dalam bentuk
pertemanan, hubungan keluarga, pacaran, dan lain-lain.

l) Ivan Pavlov.

Ivan Pavlov (1849-1936) mengadakan penelitian terhadap anjing yang menjadi penelitian
pengondisian klasik yang pertama. Anjing awalnya mengeluarkan air liur hanya jika disodori
makanan. Namun setelah bunyi bel dibunyikan tiap kali anjing disodori makanan, anjing perlahan
mengasosiasikan bunyi bel dengan makanan. Dengan begitu, akhirnya tiap bel dibunyikan anjing
akan mengeluarkan air liur. Penelitian ini memberi kontribusi terhadap aliran psikologi
behavioristik.

m) Carl Gustav Jung.

Carl Gustav Jung (1875-1961) merupakan murid Freud yang kemudian berpisah dan
mengembangkan teori psikologinya sendiri, yaitu psikologi analitis (bedakan dengan psikoanalisa).
Teori yang dikembangkan Jung ini merupakan teori yang paling "tidak biasa" selain teori
psikoanalisa Freud.
Jung mengemukakan salah satu idenya yang paling terkenal tentang ketidaksadaran kolektif
sebagai salah satu struktur kepribadian manusia. Ketidaksadaran kolektif terdiri dari berbagai
arketipe-arketipe yang diwarisi dari leluhur kita. Ia tertanam dalam DNA manusia dan
memperlihatkan sifat-sifat universal yang terdapat pada setiap manusia. Arketip-arketip yang
paling umum adalah:

Persona: Sifat-sifat yang secara sengaja kita tunjukkan pada orang lain untuk
menyembunyikan diri yang sebenarnya.
Bayang-bayang: Bagian dari kepribadian yang dianggap tidak bisa diterima dan tetap
disembunyikan dan jika diperlihatkan mungkin akan dicela oleh masyarakat. Sifat binatang
juga diwariskan dalam arketip ini.
Anima/Animus: Anima merupakan pemahaman femininitas yang terdapat dalam
ketidaksadaran pria, sedangkan animus merupakan pemahaman maskulinitas yang terdapat
dalam ketidaksadaran wanita. Ia sering muncul dalam mimpi menjadi representasi diri kita
sebagai lawan jenis.
Diri: Diri merupakan pusat dari semua aspek kepribadian, baik yang sadar maupun tak
sadar. Ia merupakan tujuan yang terus-menerus diperjuangkan oleh manusia, namun jarang
tercapai.

Bagi Jung, tugas utama manusia dalam hidup adalah untuk menjalankan proses individuasi, atau
proeses integrasi antara setiap aspek dari kepribadian dalam diri manusia, baik yang sadar maupun
tidak sadar. Sayangnya, teori Jung sulit untuk diteliti dan dinilai cenderung mengarah ke "suasana
mistis". Namun tes asesmen kepribadian ala Jung masih dipakai hingga saat ini, yang merupakan
gabungan antara sikap diri (ekstraversi/introversi) dan fungsi diri
(pikiran/perasaan/penginderaan/intuisi).
n) Max Wertheimer.

Max Wertheimer (1880-1943) adalah pencetus psikologi Gestalt. Ia mempublikasikan karya


penelitiannya tentang fenomena phi yang berkonstribusi terhadap berkembangnya sekolah
psikologi Gestalt.
American Psychological Association (APA) berdiri pada bulan Juli 1892 di Clark University.
Awalnya anggotanya terdiri dari 26 orang yang dipimpin oleh G. Stanley Hall. APA menjadi
organisasi psikologi terbesar di dunia saat ini dan telah menjadi acuan para psikolog di seluruh
penjuru negeri. Asosiasi ini telah menyusun Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM) yang terus diperbaharui sampai saat ini (volume keempat) sebagai panduan para psikolog.

o) John Watson.
Behaviorisme adalah salah satu pendekatan psikologi yang didirikan oleh John Watson (1878-
1958). Pendekatan ini berusaha mempelajari manusia melalui cara manusia belajar. Pengondisian
merupakan teori penting dalam pendekatan ini, yang terdiri dari dua jenis, yaitu pengondisian
klasik dan pengondisian operan. Penemuan Ivan Pavlov dijadikan landasan untuk teori
pengondisian klasik. Sedangkan pengondisian operan, eksperimennya dilakukan oleh B.F. Skinner.

q) B.F. Skinner.

B.F. Skinner (1904-1990) melakukan eksperimen terhadap tikus yang diberi stimulus tertentu
untuk mendapatkan respon tertentu. Tikus diletakkan dalam Skinner box yang di dalamnya terdapat
sebuah tuas yang jika ditekan akan memberi tikus makanan. Tikus dibiarkan bergerak secara acak
di dalam kotak hingga kemudian tidak sengaja menekan tuas dan mendapatkan makanan. Kali
pertama, tikus belum memahami sistem kerja kotak tersebut, namun setelah stimulus makanan
terjadi berulang-ulang, maka frekuensi respons tikus menekan tuas semakin meningkat.
Percobaan ini kemudian dikenal sebagai contoh pengondisian operan. Selanjutnya Skinner
melakukan penelitian lain yang sejenis menggunakan stimulus yang berbeda-beda. Penelitiannya
ini kemudian berpengaruh besar pada aliran behaviorisme dan kognitif.
Kemudian Skinner-pun mengelompokkan jenis-jenis pengondisian operan, yang mana ia
digunakan untuk mengendalikan perilaku atau respons, di antaranya:

Penguatan positif: Contohnya eksperimen tikus tadi. Pemberian stimulus menyenangkan


akan menghasilkan respons yang meningkat.
Penguatan negatif: Contohnya percobaan lain Skinner. Skinner box dialiri dengan setruman
listrik. Jika tikus menekan tuas, aliran listrik berhenti. Intinya adalah pengurangan stimulus
yang tidak menyenangkan akan menghasilkan respons yang meningkat.
Hukuman positif: Tikus menekan tuas dan mendapat setruman listrik. Perlahan tikus tidak
lagi mau menekan tuas. Pemberian stimulus yang tidak menyenangkan akan
menghilangkan/mengurangi respons.
Hukuman negatif: Tikus menekan tuas dan tidak mendapat makanan. Kemudian tikus tidak
lagi menekan tuas. Rumusnya adalah pengurangan stimulus yang menyenangkan akan
menghilangkan/mengurangi respons.
Teori pengondisian operan Skinner cocok dipakai dalam pengasuhan anak dan proses
belajar di sekolah.

r) Jean Piaget.
Jean Piaget (1896-1980) merupakan tokoh perkembangan kognitif yang paling terkenal. Ia
memfokuskan pada edukasi terhadap anak-anak. Ia juga mengemukakan dua proses berpikir pada
otak manusia, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses di mana informasi yang baru
disesuaikan dengan kerangka informasi yang telah ada dalam otak sebelumnya. Akomodasi adalah
proses di mana sistem kerangka informasi lama yang ada di otak diubah agar sesuai dengan
informasi baru yang diterima.
Piaget menyusun tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu:

Tahap sensorimotor
Tahap pra-operasional
Tahap operasional konkrit
Tahap operasional formal.

s) Lev Semyonovich Vygotsky.

Lev Semyonovich Vygotsky (1896-1934) adalah seorang teoritikus psikologi Rusia yang lahir di
tahun yang sama dengan Piaget, namun meninggal di usia yang relatif muda, 38 tahun. Ia
merupakan pionir psikologi sosial-budaya. Menurutnya, teori perkembangan kognitif Piaget terlalu
terpusat pada diri dan terlalu meremehkan pengaruh sosial dalam perkembangan kognitif anak.
Kemudian ia mengusulkan perkembangan kognitif anak melalui pendekatan sosial-budaya.
Salah satu topik dalam teorinya adalah Zone of Proximal Development (ZPD), di mana ia
menerangkan bahwa ZPD merupakan jarak antara perkembangan aktual dengan perkembangan
potensial. Perkembangan aktual merupakan batas kemampuan anak yang sebenarnya saat
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Sedangkan perkembangan potensial
merupakan batas kemampuan anak yang lebih jauh yang bisa dicapai jika dibantu oleh orang
dewasa atau teman sebaya. Metode scaffolding digunakan untuk membantu anak mencapai
perkembangan potensialnya, yaitu dengan cara mengurangi memberi bantuan pada anak secara
bertahap saat melakukan sesuatu, dengan tetap mengawasi perkembangannya.

t) Ladislas J. Meduna.

Pada tahun 1938, teknik terapi baru yang diciptakan oleh neuropsikiater Hungaria, Ladislas J.
Meduna, diujikan untuk pertama kalinya pada manusia. Teknik ini dilakukan dengan memberikan
serangan listrik kepada pasien yang telah dianestesi untuk memberikan efek terapitis. Teknik ini
disebut Electroconvulsive Therapy (ECT). ECT digunakan hingga hari ini kepada pasien yang
menderita depresi berat, mania, atau katanonia.

u) Carl Ransom Rogers.

Lalu mulailah muncul masa awal pendekatan humanistik pada psikologi. Pendekatan ini diciptakan
oleh Carl Ransom Rogers (1902-1987), yang juga dijuluki sebagai bapak dari penelitian
psikoterapi.

v) Abraham Maslow.

Abraham Maslow (1908-1970) juga merupakan salah satu penemu psikologi humanistik. Ia
termasuk tokoh yang terkenal oleh teori motivasi yang disusun olehnya, yaitu hierarki kebutuhan
manusia. Teori ini juga berpengaruh pada pembentukan psikologi positif. Maslow mengemukakan
kebutuhan-kebutuhan manusia dari yang paling dasar hingga yang tertinggi. Jika kebutuhan dasar
tidak terpenuhi, maka manusia tidak akan memikirkan kebutuhan lain yang berada di tingkatan
yang lebih tinggi. Maslow menyusun kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam tingkatan berbentuk
piramida. Awalnya hanya terdapat lima kebutuhan, namun kemudian Maslow mengembangkannya
menjadi delapan.
Urutan kebutuhan dari yang paling rendah:

Kebutuhan fisiologis: makan, minum, tidur, seks, oksigen.


Kebutuhan rasa aman: hukum, rumah, asuransi, polisi.
Kebutuhan cinta (sosial): teman, pacar, dukungan, penerimaan, berbagi.
Kebutuhan harga diri: jabatan/karir, harta, pengakuan, kehormatan.
Kebutuhan kognitif: rasa ingin tahu, belajar, mengamati orang lain.
Kebutuhan estetis: bersantai, menikmati alam, menikmati musik, menggambar.
Kebutuhan aktualisasi diri: keinginan untuk produktif dan berkembang, menambah
kemampuan, merealisasikan bakat.
Kebutuhan transendensi: mengajar, beribadah, berdonasi (dilakukan bukan untuk
kepentingan diri).

w) Martin Seligman.

Peneliti-peneliti baru terus bermunculan membawa konstribusi yang sedikit demi sedikit mulai
memperkaya kajian psikologi. Pada tahun 1998, Martin Seligman (1942-sekarang) terpilih menjadi
presiden APA dan menciptakan perspektif baru yang ia sebut psikologi positif. Jika kebanyakan
kajian psikologi membahas bagaimana manusia bisa sakit mental, maka ia membahas tentang
bagaimana seseorang bisa menjadi sehat.
Ilmu psikologi terus berkembang dan berusaha merumuskan pola tingkah laku manusia untuk
dipelajari. Di masa kini, pendekatan neurologis mulai populer digunakan dalam mempelajari
psikologi manusia. Psikologi diaplikasikan dalam sekolah, bisnis, industri, politik, hukum,
olahraga, seni, dan bidang-bidang lainnya. Psikologi juga merambat ke dalam dunia hiburan,
contohnya serial TV "Lie To Me" yang berbasis penelitian emosi yang dilakukan Paul Ekman. Di
masa depan, psikologi diharapkan mampu membentuk manusia yang sehat dan produktif dalam
mengembangkan potensinya pada bidang-bidang yang dibutuhkan demi kemajuan manusia.

2.5 Psikologi sebagai ilmu pengetahuan


Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia
dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari
alam, akan tetapi karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka
psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt
mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.

Syarat Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan


Hampir semua ilmu pengetahuan memiliki fokus utama dalam pengembangan
penelitian, baik itu sebagai penelitian dasar maupun sebagai suatu penelitian terapan. Suatu
penelitian dianggap sebagai suatu penelitian dasar berarti penelitian itu yang berkaitan
dengan usaha- usaha dalam mencari ilmu pengetahuan baru semata, tanpa memerhatikan
apakah hasil penelitian itu mempunyai kegunaan secara langsung atau praktis.
Agar psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, maka psikologi harus
mengikuti tahap-tahap persyaratan sebagai ilmu pengetahuan. Berikut adalah pemenuhan
syarat-syarat psikologi sebagai ilmu pengetahuan:
a. Psikologi bersifat empiris, artinya timbul dan berkembangnya ilmu psikologi tidak
boleh berdasarkan intuisi, pendapat, atau keyakinan-keyakinan semata. Data
empiris, artinya ilmu psikologi itu timbul dan berkembang berdasarkan data
pengalaman atau pengamatan yang dilakukan melalui kegiatan eksperimen ataupun
observasi yang berulang-ulang. Tanpa adanya pengembangan penelitian, ilmu
psikologi akan menjadi statis dan tidak berkembang. Oleh sebab itu, dengan
penelitian, maka ilmu psikologi memperoleh fakta-fakta yang berharga dan
berkesinambungan guna menambah fakta- fakta yang baru.
b. Psikologi harus sistematis, artinya, observasi dan eksperimen dalam penelitian
merupakan alat untuk memperoleh data-data valid. Yang terpenting dalam kegiatan
observasi/penelitian bisa dimengerti dan bisa dikonstruksikan menjadi sekumpulan
prinsip. Kemudian prinsip diklasifikasikan menjadi dalil-dalil yang jelas, tepat,
menyatakan susunan dan hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya.
Sistematis, artinya ilmu psikologi tersusun menurut standar-standar penelitian
mulai dari tahap observasi, eksperimen, analisis, pengukuran, pengujian, dan
kesimpulan.
c. Psikologi harus mampu melakukan pengukuran. Suatu penelitian akan berharga
tinggi apabila memiliki alat pengukuran dan mengembangkan alat-alat pengukuran
berikutnya terhadap pengungkapan suatu penelitian. Psikologi juga harus memiliki
alat pengukuran yang valid, realibel, dan signifikan sehingga data-datanya dapat
dikontrol dan dibuktikan secara objektif. Seperti tes NSQ atau MMPI sebagai alat
ukur kecemasan.
d. Psikologi harus memiliki fakta ilmiah. Artinya, ilmu psikologi bisa tumbuh dan
berkembang berdasarkan fakta aktual dan dapat dibuktikan. Fakta-fakta yang
terkumpulkan harus mendukung dalam semua aspek penelitian, terukur mampu
menguji hipotesis, dan akhirnya memberikan dukungan suatu teori atau membuat
teori baru.
e. Psikologi harus memiliki definisi umum. Artinya, ilmu psikologi harus memiliki
definisi yang jelas, luas, singkat, dan sesuai menurut istilah-istilah yang digunakan,
seperti definisi kecerdasan, bakat, persepsi, perhatian, belajar, ingatan, motivasi,
emosi, sikap, dan kepribadian. Definisinya harus disesuaikan berdasarkan hasil
penelitian dari istilah tersebut.

Fungsi psikologi sebagai ilmu


Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
a) Menjelaskan. Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah
laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat
deskriptif.
b) Memprediksikan. Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa,
bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa,
prediksi atau estimasi.
c) Pengendalian. Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.
Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervesi
atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
BAB 3

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Psikologi adalah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses
mental serta bagaimana perilaku dan proses mental ini dipengaruhi oleh
organisme dan lingkungan eksternal.
2. Manfaat mempelajari Psikologi
a. Untuk memeperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang
lebih sempurna adalah tentang tingkah laku manusia.
b. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa
sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia.
c. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan lebih baik.
d. Supaya tidak ragu-ragu lagi mengubah cara hidup, tingkah laku, dan
pergaulan dalam masyarakat.
e. Menjadikan kehidupan yang lebih baik, bahagia dan sempurna.
3. Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Objek Material
Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu
unsur yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek
material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-
ide). Objeknya yaitu manusia.
2. Objek formal
Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh
seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu
dengan ilmu yang lain (psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain).
Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris
atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu
yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan
sesuatu dan melihat dari matanya.
4. Ruang Lingkup Psikologi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Psikologi Umum
Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-
kegiatan atau aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa,
yang normal, dan yang beradab (berkultur).
2. Psikologi khusus
Psikologi khusus adalah psikologi yang mempelajari tingkah laku individu
dalam situasi-situasi khusus.
5. Syarat Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Berikut adalah pemenuhan syarat-syarat psikologi sebagai ilmu pengetahuan:
a. Psikologi bersifat empiris
b. Psikologi harus sistematis
c. Psikologi harus mampu melakukan pengukuran.
d. Psikologi harus memiliki fakta ilmiah.
e. Psikologi harus memiliki definisi umum.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Umum. Semarang : Rineka Cipta


Poernadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka
Rama, Tri. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV. Pustaka Setia
Sujanto, Agus. 2001. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara

E. Usman Efendi, Juhaya S. Praja. 2012. Pengantar Psikologi. Bandung : Angkasa Wade,
Carole. Carol Travis. 2007. Psikologi. Jakarta : Erlangga

Drs. Agus Dariyono, Psi. 2007, Psikologi Perkembangan Anak 3 Tahun Pertama. Bandung :
PT. Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai