Anda di halaman 1dari 10

Nama : Asmayana

Nim : 862072020020
Prodi : 20-Piaud 1/ semester 3

 Conditioned Stimulus
Conditioned Stimulus adalah stimulus yang sebelumnya netral yang
akhirnya menghasilkan conditioned respon setelah diasosiasi dengan US.
Dalam espemenPavlov beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum
anjing menyantap makanan.
 Unconditioned Stimulus
Unconditioned Stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara
otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam
eksperimen Pavlov makanan adalah US.
 Conditioned Respon
Conditioned Respon adalah respon yang dipelajari yang muncul setelah
terjadi pasangan US – CS. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema
exsperimen Palvov berikut :
-Sebelum Pengkondisian
US (makanan) > UR (Keluar air liur)
CS (lonceng) >tak ada CR (air liur tidak keluar)
-Selama Pengkondisian
CS(lonceng) + US (makanan)> UR (keluar air liur)
-Setelah Pengkondisian
CS (lonceng) >CR (keluar air liur)
 Unconditioned respon
Unconditioned Respon adalah respon yang tidak dipelajari yang secara
otomatis dihasilkan oleh US, dalam eksperimen Pavlov air liur anjing yang
merespon makanan adalah UR.
 Reinforcement
Reinforcement adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal
ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
umpan balik bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan
 Punishment
Punishment atau hukuman adalah suatu bentuk prosedur atau tindakan
yang diberikan kepada individu atau kelompok atas kesalahan, pelanggaran
atau kejahatan yang telah dilakukan dalam bentuk reinforcement negatif atau
penderitaan dalam rangka pembinaan dan perbaikan tingkah laku sehingga
tidak terulang kembali.
 Reward
Reward adalah suatu bentuk penghargaan atau imbalan balas jasa yang
diberikan kepada seseorang atau kelompok karena telah berperilaku baik,
melakukan suatu keunggulan atau prestasi, memberikan suatu sumbangsih,
atau berhasil melaksanakan tugas yang diberikan sesuai target yang ditetapkan.
 Extinction
Extinctio merupakan strategi untuk mengubah atau menurunkan perilaku
yang tidak diharapkan dengan menghilangkan hubungan sebab akibat dari
suatu stimulus dengan respon, dimana respon yang muncul merupakan bentuk
perilaku yang tidak diharapkan terhadap suatu stimulus tertentu.
 Stimulus generalization
Stimulus generalization adalah kemampuan individu untuk bereaksi
terhadap stimulus baru yang mirip dengan stimulus yang telah dikenalinya.
 Discrimination
Discrimination adalah sikap membedakan secara sengaja terhadap
golongan-golongan yang berhubungan dengan kepentingan tertentu.
Pembedaan tersebut biasanya didasarkan pada agama, etnis, suku, dan ras.
Diskriminasi cenderung dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap
kelompok minoritas
 innate behaviour
Perilaku bawaan (innate behaviour): Perilaku yang diturunkan,
terbentuk tanpa melalui interaksi dengan lingkungan Perilaku Bawaan
Beberapa perilaku bawaan yaitu:
- Taksis
Taksis (taxes) adalah pergerakan organisme yang tergantung pada arah
stimulus, mendekati atau menjauhi stimulus. Pergerakan tersebut menuju
sesuatu yang dibutuhkan untuk “survive”, misalnya phototaxes, yaitu
pergerakan organisme menuju sumber cahaya yang dibutuhkan.
- Refleks adalah respons otomatik, involuntar, dan stereotipe terhadap
stimulus mendadak, kebanyakan bersifat protektif. Contoh refleks yaitu:
- Refleks withdrawal: Reaksi untuk menarik tangan seketika jika
menyentuh benda yang sangat panas.
- Refleks peregangan: Refleks menendang tungkai bawah jika tendo di
- bawah lutut dipukul dengan palu refleks.
- Kinesis
Kinesis adalah pergerakan sel atau organisme sebagai respons terhadap
suatu stimulus. Besar respons tergantung kepada densitas stimulus, namun
tak tergantung arahnya. Tipe kinesis antara lain yaitu:
- Ortokinesis: Kecepatan gerak sel atau organisme tergantung kepada
densitas stimulus.
- Klinokinesis: Kecepatan pembalikan arah sel atau organisme tergantung
kepada densitas stimulus.
 operant behaviour
operant behaviour adalah perilaku yang kita pelajari dan akan keluar,
baik secara sengaja maupun tidak sengaja saat ada suatu kejadian yang
berhubungan. Perilaku operant inilah yang bisa dibentuk melalui operant
conditioning.
 Operant Conditioining
Operant Conditioining adalah suatu metode pembelajaran
menggunakan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai
konsekuensi perilaku. Teori ini dikembangkan oleh B.F Skinner dan sering
juga disebut teori Skinner maupun instrumental conditioning.
 Classical Conditioning
adalah proses dimana suatu stimulus/rangsangan yang awalnya tidak
memunculkan respon tertentu, diasosiasikan dengan stimulus kedua yang dapat
memunculkan. Hasilnya, stimulus pertama pun dapat memunculkan respon
(Powell, Symbaluk, dan Honey, 2009).
Skema dari Classical Conditioning :
 Musik favorit - > tidak ada respon
 Musik favorit + mood baik - > perasaan bahagia
 Musik favorit - > perasaan bahagia
 Penjelasa Penerapan teori dari tokoh behaviorisme dalam dunia
pengasuhan dan pendidikan anak usia dini
Behaviorisme memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku baru yang
diulangi hingga nantinya perilaku tersebut menjadi otomatis atau membudaya.
Teori behaviorisme mengkonsentrasikan pada kajian tentang perilaku yang
nyata yang bisa diteliti dan diukur. Teori ini memandang pikiran sebagai
sebuah kotak hitam, dalam artian bahwa respon terhadap stimulus bisa diamati
secara kuantitatif, apa yang ada dalam pikiran menjadi diabaikan karena proses
pemikiran tidak bisa diamati secara jelas perubahan prilakunya.
Behaviorisme mempunyai beberpa tokoh terkenal diantaranya:
 Ivan pavlov
Teori yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov lebih banyak dikenal
dengan bunyi bel. Hal ini dikarenakan Pavlov melakukan eksperimen
dengan melibatkan makanan, anjing dan bel. Pavlov dikenal dengan
karyanya tentang pengkondisian klasik atau classical conditioning. Dalam
eksperimennya sebuah bel dibunyikan saat anjing diberi makanan, anjing
mengembangkan perilaku berliur setiap kali bel dibunyikan, bahkan ketika
tidak ada makanan.
 John Watson
Teori belajar behavioristik yang dikemukan oleh Watson berangkat
dari gagasan Pavlov. Watson menerapkan classical conditioning pada
manusia (Santrock, 2007:52). Watson mengungkapakan manusia dilahirkan
dengan beberapa refleks dan reaksi emosional cinta dan kemarahan. Semua
perilaku dibentuk melalui asosiasi stimulus-respons dengan jalan
pengkondisian. Ekperimen Watson yang terkenal adalah dengan melibatkan
seorang anak dan tikus, dimana seorang anak yang awalnya tidak takut
dengan seekor tikus dengan pengkondisiaan tertentu dapat berubah menjadi
takut. Hal ini menunjukan pengkondisian sangat mempengaruhi perilaku
seseorang.
 Skinner
Tokoh terakhir dari B.F. Skinner dimana Skinner percaya pada pola
stimulus-respons dalam perilaku yang terkondisikan. Karya Skinner berbeda
dengan pendahulunya (classical conditioning) karena Skinner mengkaji
operant conditioning (perilaku disengaja yang digunakan dalam
pengoperasian pada lingkungan). Mekanisme pengkondisian operant
conditioning yaitu :
1. penguatan atau imbalan positif, respos yang diberikan imbalan
kemungkinan akan diulangi.
2. Penguatan negatif, respons yang membuat lari dari rasa dakit atau
situasi yang tidak diharapkan akan diulang
3. Penghentian atau tidak ada penguatan; respons yang tidak diperkuat
kemungkinan tidak akan diulangi.
4. Hukuman; respon yang membawa rasa sakit atau konsekuensi yang
tidak diharapkan akan ditekan.
 Penjelasan penerapan teori dari tokoh kholberg dalam dunia pengasuhan
dan pendidikan anak usia dini
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya
moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya, Teori ini
berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis
mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia
mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang
semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas
berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif.Kohlberg memperluas
pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral
pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut
selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi
filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang
dilema moral dalam penelitiannya. Konsep kunci dari teori Kohlberg ialah
internalisasi, yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan
secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
 Penjelasan Tahapan perkembangan moral menurut kholberg
Tahapan perkembangan moral yaitu ukuran dari tinggi rendahnya moral
seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang
diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut diproduksi ketika dia
memperoleh ilmu psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang
dia buat sesudah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan
reaksi anak-anak terhadap dilema moral.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan
ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-
konvensional.
 Pra-konvensional
- Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada
konsekuensi langsung dari gerak-gerak yang dibuat mereka yang
dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu gerak-gerak yang dibuat
diasumsikan malu secara moral bila orang yang melaksanakannya
dihukum. Semakin keras hukuman diberikan diasumsikan semakin malu
gerak-gerak yang dibuat itu. Sebagai tambahan, dia tidak kenal bahwa
sudut pandang orang lain berlainan dari sudut pandang dirinya. Tahapan
ini bisa dilihat dan diteliti sebagai sejenis otoriterisme.
- tahap dua, mendiami posisi apa untungnya buat diri sendiri, perilaku
yang telah tersedia dirumuskan dengan apa yang sangat diminatinya.
Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan
orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh
terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan
akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian untuk
orang lain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik.
Kekurangan perspektif tentang warga dalam strata pra-konvensional,
berlainan dengan akad sosial (tahap lima), sebab seluruh gerak-gerak
yang dibuat dilakukan sebagai melayani kebutuhan diri sendiri saja.
Untuk mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat dan diteliti sebagai
sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
 Konvensional
- Dalam tahap tiga, seseorang memasuki warga dan memerankan sosial.
Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-
orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan warga terhadap
peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak patut
sebagai memenuhi hasrat tersebut, karena telah mengetahui telah
tersedia gunanya melaksanakan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai
moralitas dari suatu gerak-gerak yang dibuat dengan mengevaluasi
konsekuensinya dalam bangun-bangun hubungan interpersonal, yang
mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden
rule. Hasrat sebagai mematuhi anggaran dan otoritas telah tersedia hanya
sebagai menolong peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu
gerak-gerak yang dibuat memperagakan peran yang semakin signifikan
dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik.
- Dalam tahap empat, yaitu penting sebagai mematuhi hukum, keputusan,
dan konvensi sosial karena berfaedah dalam memelihara fungsi dari
warga. Penalaran moral dalam tahap empat semakin dari sekedar
kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga;
kebutuhan warga harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama
sering menentukan apa yang telah tersedia dan apa yang malu, seperti
dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum,
mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga telah tersedia kewajiban
atau tugas sebagai mematuhi hukum dan anggaran. Bila seseorang
melanggar hukum, maka dia malu secara moral, sehingga celaan menjadi
faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk
dari yang patut.
 Pasca-Konvensional
- Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai ada pendapat-
pendapat dan nilai-nilai yang berlainan, dan yaitu penting bahwa mereka
dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak
diasumsikan sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai
ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak telah tersedia pilihan yang
pasti telah tersedia atau absolut - 'memang anda siapa membikin
keputusan jikalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat dan
diteliti sebagai akad sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan
yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu
demi terpenuhinya kegunaan sangat banyak sebagai sebanyak-banyaknya
orang. Hal tersebut diperoleh melewati keputusan mayoritas, dan
kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak
berdasarkan pada penalaran tahap lima.
- Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran mujarad
menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar
pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan
keharusan sebagai tidak mematuhi hukum yang tidak berpihak kepada
yang telah tersedia. Hak tidak perlu sebagai akad sosial dan tidak penting
sebagai gerak-gerak yang dibuat moral deontis. Keputusan dihasilkan
secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis
secara kondisional. Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa
yang akan dilakukan seseorang ketika menjadi orang lain, yang juga
memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama. Gerak-gerak yang
dibuat yang diambil yaitu hasil konsensus. Dengan cara ini, gerak-gerak
yang dibuat tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil;
seseorang memerankan karena hal itu telah tersedia, dan bukan karena
telah tersedia maksud pribadi, sesuai hasrat, legal, atau sudah disetujui
sebelumnya. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini telah tersedia, dia
merasa kesukaran sebagai menemukan seseorang yang menggunakannya
secara konsisten. Rupa-rupanya orang sukar, kalaupun telah tersedia,
yang bisa sampai tahap enam dari model Kohlberg ini.
Referensi
https://psikologi.uma.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/TEORI-TEORI-
BELAJAR-DAN-PEMBELAJARAN.pdf
Barnawi&Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz,2012), hal.208#
https://istanaumkm.pom.go.id/download/1044
https://istanaumkm.pom.go.id/download/1045
https://ejournal.borobudur.ac.id/index.php/psikologi/article/download/368/365
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengondisian_klasik
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi
http://harlan_johan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63963/
BAB+12+Perilaku.pdf
https://www.sehatq.com/artikel/operant-conditioning-adalah-metode-belajar-
efektif-ini-konsepnya
https://itp.psikologi.ui.ac.id/2017/07/03/classical-conditioning-by-ivan-pavlov/
http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Tahap-Perkembangan-Moral-
Kohlberg_206756_p2k-unkris.html
http://eprints.uny.ac.id/65557/3/BAB%20II.pdf
http://repository.radenintan.ac.id/1517/1/Skripsi_Arsita.pdf

Anda mungkin juga menyukai