Anda di halaman 1dari 13

BELAJAR

A. Pengertian
Belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Jadi
belajar yang paling baik adalah dengan mengalami yang
melibatkan panca indera. Hal pokok yang harus ada dalam proses
belajar adalah : membawa perubahan baik aktual maupun
potensial, memperoleh kecakapan baru, dengan sengaja ada
usaha untuk merubah
B. Karakteristik hasil belajar
Perubahan prilaku dapat dikatakan sebagai hasil dari kegiatan
belajar apabila memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :
1. Terjadi secara sadar artinya pelaku menyadari terjadinya
perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan
adanya suatu perubahan dalam dirinya, misalnya
mengetahui pengetahuannya bertambah banyak.
2. Kontinyu dan fungsional, artinya satu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya
akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar
berikutnya.
3. Positif dan aktif,artinya dikatakan positif bila perilaku
senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya yang didapat
melalui usaha dari individu tersebut.
4. Permanen artinya prilaku baru hasil dari belajar akan
membawa efek yang relatif menetap bahkan akan semakin
berkembang bila selalu dipergunakan atau dilatih.
5. Bertujuan dan terarah, artinya perubahan tingkah laku dalam
belajar mensyaratkan adanya tujuan yang ingin dicapai oleh
individu tersebut dan terarah kepada perubahan ingkah laku
yang benar-benar disadar.
6. Mencakup seluruh aspek tingkah laku, artinya hasil yang
diperoleh melalui belajar akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada pengetahuan, sikap , ketrampilan dsb.
C. Teori belajar
1. Classical Conditioning
Clasical Conditioning atau Pengkondisian Klasik bermula
dari percobaan seorang ahli faal dari Rusia yang bernama
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936). Dalam eksperimen ini,
peneliti menghubungkan sebuah selang ke kelenjar liur
anjing untuk mengukur aliran saliva (air liur). Anjing
kemudian ditempatkan di hadapan sebuah tempat makan
dimana makanan dapat diberikan secara otomatis. Peneliti
menyalakan lampu di jendela di hadapan anjing. Setelah
beberapa detik, sedikit makanan diberikan ke tempat makan
dan cahaya dimatikan. Anjing sedang lapar, dan alat rekam
meregister salivasi yang banyak. Salivasi ini merupakan
respons tak-terkondisikan, atau UCR (unconditioned
response), karena tidak ada proses belajar yang terlibat;
begitu pula, makanan merupakan stimulus tak-
terkondisikan atau UCS (unconditioned stimulus). Prosedur
ini (cahaya-makanan) diulang beberapa kali. Kemudian
untuk menguji apakah anjing telah belajar mengasosiasikan
cahaya dengan makanan, peneliti menyalakan lampu tetapi
tidak memberikan makanan . Jika anjing mengalami salivasi,
ia telah mempelajari asosiasi. Salivasi ini merupakan
respons terkondisikan, atau CR (conditioned response),
sedangkan cahaya merupakan stimulus terkondisikan atau
CS (conditioned stimulus). Anjing telah diajarkan, atau
dikondisikan (terbiasakan) , untuk mengasosiasikan cahaya
dengan makanan dan berespons terhadapnya dengan
salivasi.
Untuk memudahkan memahami konsep di atas, maka dapat
diperhatikan diagram pengkondisian klasik di bawah ini :
Sebelum pengkondisian :
CS (cahaya) → Tidak ada respon atau respon tidak relevan
UCS (makana) → UCR (salivasi)
Setelah pengkondisian :
CS (cahaya) → UCS (salivasi)

Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya, suara bor gigi akan


membuat orang merinding ngeri (CR) karena suara tersebut
diasosiasikan dengan rasa sakit (US) pada waktu di bor.

2. Operant/Instrumental Conditioning
a. Eksperimen Skinner
Ekperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner adalah seekor tikus
yang telah dilaparkan ditempatkan dalam sebuah kotak yang
populer disebut “kotak Skinner” . Di dalam kotak terdapat tuas yang
menonjol dengan piring makanan di bawahnya. Sebuah lampu kecil
di atas tuas dapat dinyalakan sesuai kehendak peneliti. Tikus yang
berada di dalam kotak bergerak ke sana kemari sambil
mengekplorasi. Kadang-kadang ia mengamati tuas dan
menekannya. Kecepatan tikus menekan tuas adalah tingkat
penekanan tuas dasar (baseline). Setelah menentukan tingkat
dasar , peneliti memasang tempat makan di luar kotak. Sekali tikus
menekan tuas, pelet makanan kecil masuk ke piring. Tikus
memakan pelet makanan itu dan menekan tuas lagi; makanan
memperkuat (reinforce) penekanan tuas, dan kecepatan
penekanan tuas meningkat secara dramatis.
Jika wadah makanan dilepas sehingga menekan tuas tidak lagi
menghasilkan pelet makanan, kecepatan menekan tuas akan
menurun. Dengan demikian respons pengkondisian operan
mengalami pemadaman (extinction) jika tidak mendapat
penguatan (nonreinforcement) . Peneliti dapat menyusun tes
diskriminasi dengan mempresentasikan makanan jika tikus
menekan tuas sementara lampu menyala, dengan demikian
mengkondisikan tikus melalui penguatan selektif. Dalam
eksperimaen di atas maka lampu berfungsi sebagai stimulus
diskriminatif yang mengendalikan respons.Jadi pengkondisian
operan meningkatkan kemungkinan respons dengan mengikuti
perilaku dengan penguat. Tingkat respons organisme sangat
berguna untuk mengukur kekuatan operan ;semakin sering respons
terjadi selama interval waktu tertentu, semakin besar kekuatannya.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari, pujian “anak manis” dapat
menjadi penguat dari berbagai perilaku anak walau mungkin mula-
mua dinyatakan pada saat anak mau menghabiskan makanannya.

b. Eksperimen Thorndike
Eksperimen :menggunakan kucing tidak diberi makan dalam
jangka waktu tertentu, kemudian dimasukkan ke dalam puzle box.
Kucing harus belajar membuka salah satu pintu untuk mendapat
seekor ikan yang ditaruh di ruang kecil dalam kotak tersebut.
Awalnya kucing akan mencakar-cakar, mendorong-dorong seluruh
sudut ruangan.
Hasil pengamatan :
 semua tindakan kucing yang tidak menghasilkan “ikan” , lama
kelamaan dengan sendirinya dan hanya ada tindakan tertentu
yang berhasil membuka pintu dan menyajikan ikan.
 makin lama kucing dengan mudah langsung menekan bagian
kotak yang menyebabkan pintu terbuka.
Di sini diperoleh beberapa prinsip belajar :
 the law of effect yaitu tindakan yang memberikan hasil yang
memuaskan akan cenderung di ulang, sebaliknya yang tidak
menghasilkan akan ditinggalkan
 the law of exercise yaitu latihan membuat perilaku yang
dipelajari menjadi lebih baik
 the law of readiness yaitu tingkat kesiapan seseorang untuk
mempelajari sesuatu akan sangat mempengaruhi hasil
belajarnya

c. Mengenali Penguat
Tidak semua rangsang dapat menjadi penguat (reinforcer).
Beberapa petunjuk yang bermanfaat untuk mengenali rangsang
yang berpotensi menjadi penguat :
 Memuaskan kebutuhan biologis organisme
 Mengaktifkan bagian otak tettentu dari organisme yang
dapat merangsang stimulus yang disajikan
 Dianggap memiliki peringkat tertinggi dalam skala prioritas
kebutuhan organisme, jika nilai rangsang bersifat relatif
d. Peranan Penguatan Negatif
Diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan frekuensi terjadinya
perilaku yg dikehendaki
Eksperimen yang dilakukan adalah dengan memberi kejutan listrik
yang merupakan bentuk stimulus yang tidak disukai (aversive
stimulus) pada binatang coba. Dengan demikian ia akan belajar
menekan tombol tertentu, menaiki tangga, membuka pintu atau apa
saja sehingga tidak mengalami kejutan listrik.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari, kita takut gagal ujian
sehingga akan menempuh berbagai cara agar tidak mendapat nilai
di bawah batas lulus. Anak yang sering dimarahi akan belajar
mencari – cari alasan atau tidak berani berhadapan dengan orang
lain.
e. Peranan Hadiah dan hukuman
Orang cenderung menganggap hadiah lebih berperan sebagai
penguat dibanding hukuman. Dalam situasi pada umumnya ,
berbagai penelitian memang menunjukkan bahwa hadiah/rewards
lebih dapat berfungsi sebagai penguat. Namun demikian,
hukuman/punishment mempunyai kekuatan sebagai penguat pada
kondisi :
* rangsang hukuman harus optimal
* segera diberikan setelah terjadi perilaku yang tidak dikehendaki
* disediakan bentuk respons alternatif
3. Kognitif
a. Eksperimen Kohler
Seekor simpanse yang paling cerdas diantara yang lain, diberi
nama Sultan. Ia dimasukkan ke dalam kandang, dimana di atas
kandang tergantung beberapa sisir pisang yang sulit dijangkau
bila tidak ada bantuan alat tertentu. Di dalam kandang terdapat 3
kotak kayu yang diletakkan secara sembarangan. Mula-mula
Sultan berusaha dengan bermacam-macan perilaku untuk
memperoleh pisang namun gagal. Suatu saat Sultan mengerti
hubungan antara kotak kayu dengan pisang yang tergantung.
Pengertian ini disebut sebagai insight . Insight ( a-ha!)
menyebabkan Sultan dengan mudah mendapatkan pisang setelah
menyusun kotak-kotak kayu tersebut sebagai panjatan untuk
mempeoleh pisang.
Prinsip insight :
 Sangat tergantung pada kompleksitas permasalahan
 Pemecahan maslah berdasar insight akan diulang
dengan kecepatan yang hampir sama
 Pemecahan maslah berdasar insight dapat
diterapkan untuk berbagai situasi yang lain
b. Eksperimen Tolman
Asumsi : dalam diri setiap organisme terdapat proses-
proses mental atau kognitif seperti memori, berpikir, dan
representasi, yang walau sulit diamati secara langsung akan
tetapi sangat mempengaruhi proses belajar. Selama proses
belajar organisme mengembangkan suatu harapan bahwa
stimulus akan diikuti oleh stimulus lainnya dalam konteks
tertentu
Ekspeimen dengan menggunakan tikus :
 Kelompok pertama, dimasukkan ke dalam kotak
sesat (maze) , dan saat berhasil mencapai akhir
lorong akan memperoleh penguat berupa makanan.
 Kelompok kedua, dibiarkan berusaha dalam lorong-
lorong kotak sesat, tetapi ketika sampai di akhir
lorong tidak diberi makanan.
 Kelompok ketiga, diperlakukan seperti kelompok dua
hingga hari kesepuluh. Hari-hari berikutnya diberi
makanan.
Kesimpulan :
 Ketiga kelompok tikus cenderung sedikit melakukan
kesalahan pada hari-hari terakhir
 Kelompok yang diberi penguat belajar lebih cepat
 Kelompok ketiga menunjukkan penurunan angka
kesalahan pada hari ke sebelas karena memperoleh
hadiah
4. Modeling/observasional learning
Pelopor : E. Bandura
Dalam perilaku mencontoh, organisme mengidentifikasi diri
pada suatu model, mencanangkan tujuan-tujuan pribadi
yang akan dicapai, melakukan self-reinforcement untuk
mencapai tujuan tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa dalam proses belajar mencontoh maka faktor-faktor
seperti karakteristik model dan motivasi organisme yang
belajar (siswa) memegang perana lebih penting daripada
insentif atau penguat pada umunya. Dalam kehidupan
sehari-hari dapat ditemukan bahwa prilaku merokok juga
diperoleh antara lain dari mengamati perilaku orang lain.
D. Faktor yg mempengaruhi belajar:
1. Faktor yang berasal dari dalam diri individu (intern), meliputi :
a. Fisiologis:
 kondisi fisik pada umumnya sangat mempengaruhi kegiatan
belajar :
 nutrisi harus cukup untuk mendapatkan tenaga yang
diinginkan. Kekurangan tenaga akan mengakibatkan
lesu, mudah mengantuk, mudah lelah, dll
 beberapa penyakit kronis dapat mengganggu
kegiatan belajar, misalnya batuk, pilek, sakit gigi,dll
 panca indera yang berfungsi dengan baik (khususnya mata
dan telinga) maka akan menyebabkan belajar dapat
berjalan dengan baik.
b. Psikologis meliputi :
 Kecerdasan yaitu kesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berpikir yang sesuai dengan tujuannya. Degan demikian
dapat dikatakan bahwa dapat tidaknya seseorang
mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan oleh
taraf kecerdasannya.
 Motivasi atau motif yaitu keadaan dalam pribadi seseorang
yang mendorong orang tersebut untuk melakukan aktivitas
tertentu guna mencapai suatu tujuan.
 Kematangan. Sebagai contoh : anak usia 6 bulan belum
bisa dilatih untuk berjalan oleh karena otot dan tulangnya
masih lemah, belum ada keseimbangan antara berat badan
dan kekuatan otot, keberanian untuk mencoba juga belum
ada.
 Bakat atau pembawaan yaitu seluruh kemungkinan-
kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi )
yang terdapat pada individu dan yang selama
perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan
 Minat yaitu ketertarikan secara sadar terhadap objek
tertentu karena objek tersebut dirasa menyenangkan,
bermanfaat, atau berharga bagi dirinya (objek dapat berupa
orang, benda lain atau aktivitas)
 Kemampuan kognitif atau kreativitas yaitu kemampuan
mental yang khas pada manusia sehingga melahirkan
pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, baru, indah,
efisien, tepat sasaran dan tepat guna.
2. Ekstern
 Faktor non- sosial : keadaan udara, suhu udara, cuaca,
waktu (pagi, siang, malam), alat-alat yang digunakan untuk
belajar (alat tulis, buku,alat peraga,dls) memenuhi syarat,
letak sekolah jauh dari kebisingan,kondisi gedung nyaman
 Faktor sosial adalah faktor manusia baik yang secara fisik
hadir langsung maupun tidak langsung (foto, suara
nyanyian,dls).
E. Tips Cara Belajar Efektif dan Efisien
a. Tentukan tujuan atau topik yang akan dipelajari
b. Tempat belajar diupayakan memadai
c. Optimalkan kondisi fisik
d. Buat rencana kegiatan belajar dan upayakan untuk dipatuhil
e. Sediakan sela waktu untuk istirahat
f. Temukan inti pokok kalimat
g. Gunakan silent recitation
h. Kalau perlu gunakan whole methode
i. Kuasai teknik membaca cepat namun cermat
j. Melakukan Evaluasi
k. Belajar membuat soal untuk dipecahkanl
l. Upayakan konsentrasi penuh
m. Kuasai tabel, grafik serta ilustrasi
n. Budayakan membuat rangkuman dan kesimpulan (insight)
o. Tersedia kelengkapan belajar
p. Pelajari pernyataan pengarang (bila perlu berikan kritik yang
konstruktif)
q. Teliti pendapat pengarang
r. Manfaatkan kamus
s. Analisa kebiasaan belajar untuk melakukan perbaikan
BERPIKIR

A. Pengertian
Pendapat ahli mengenai pengertian berfikir ;
 Psikologi Asosiasi, berfikir adalah kelangsungan tanggapan-
tanggapan dimana subyek yg berpikir pasif
 Plato, berfikir adalah berbicara dalam hati
 Bigot , berfikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-
bagian pengetahuan kita ( segala sesuatu yang kita miliki
berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga
tanggapan)
Kesimpulan :
Berpikir adalah proses yg dinamis yang dapat dilukiskan menurut
proses atau jalannya
B. Proses Berpikir
Tiga langkah dalam proses berfikir yaitu :
1. Pembentukan pengertian.
Pengertian ( logis ), dibentuk melalui 3 tingkat :
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang
sejenis,diperhatikan unsur-unsurnya satu demi satu.
Contoh : orang Eropa memiliki ciri-ciri mahkluk hidup, berbudi,
berkulit putih, bermata biru, berambut pirang,dls .Orang
Indonesia memiliki ciri makhluk hidup, berbudi, kulit sawo
matang, berambut hitam,dsb
b. Membandingkan ciri tersebut untuk ditemukan ciri-ciri mana
yang sama dan mana yang tidak sama, mana yang ada dan
mana yang tidak selalu ada, dls
c. Mengabstrasikan, yaitu menyisihkan ,membuang ciri-ciri
yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki (mahluk hidup
yang berbudi)
2. Pembentukan pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua
pengertian atau lebih.
Pendapat dibedakan ;
a. Afirmatif : pendapat yg meng iya kan, yang secara tegas
menyatakan keadaan sesuatu
Contoh : Si Totok itu pandai
b.Negatif : pendapat yg menidakkan , yang secara tegas
menerangkan tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.
Contoh : Si Ani tidak malas,dls
b. Modalitas : pendapat yang menerangkan kebarangkalian ,
kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal,
Contoh : hari ini mungkin hujan, dsb
3. Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan.
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk
pendapat-pendapat yang telah ada. Terdapat 3 macam :
a. Induktif ; keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat
khusus menuju ke satu pendapat umum.
Contoh :tembaga dipanaskan memuai, besi dipanaskan
memuai,jadi (kesimpulan ) :semua logam bila dipanaskan
memuai (umum)
b. Deduktif : keputusan yang diambil dengan menarik
kesimpulan dari yang umum ke yang khusus
Contoh : Semua logam bila dipanaskan memuai ( umum),
tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) tembaga bila
dipanaskan memuai
c. Analogis ; keputusan yang diperoleh dengan jalan
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-
pendapat khusus yang telah ada.
Contoh : Totok anak pandai ,naik kelas (khusus), Titik anak
pandai, naik kelas ( khusus). Jadi (kesimpulan ) ; Nunung
anak yang pandai itu, tentu naik kelas

Anda mungkin juga menyukai