Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.

P DENGAN
DIAGNOSA G3P1A1 DENGAN B20 DI POLI OBSGYN RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Aisyah Ayu Melati S (P07120521063)

Rizka Cindy Arina Putri (P07120521056)

Rossi Novianti (P07120521061)

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan asuhan keperawatan maternitas pada Ny. P dengan diagnosa


G3P1A1 dengan B20 di poli obsgyn RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok Praktik Klinik Keperawatan Maternitas.
Laporan asuhan keperawatan ini disetujui pada :

Hari :
Tanggal : November 2021
Tempat : Poli Obsgyn RSUP Dr. Sardjito

Dosen Pembimbing

Ns. Ana Ratnawati, S.Kep., M.Kep

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan ini dengan baik. Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun
untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Pendidikan Profesi Ners Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas.

Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan


banyak bantuan, bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak


Joko Susilo, SKM., M. Kes.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, Bapak Bondan Palestin, SKM., M. Kep., Sp. Kom.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Ibu Harmilah, S. Pd., S. Kep., Ns., M.
Kep., Sp. MB.
4. Dosen Koordinator Praktik Keperawatan Dasar Profesi, Bapak Abdul Majid,
S. Kep., Ns., M. Kep.
5. Dosen Pembimbing Praktik Keperawatan Medikal Bedah, Ibu Ns. Ana
Ratnawati, S.Kep., M.Kep
6. Teman-teman Kelas Pendidikan Profesi Ners
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan asuhan keperawatan ini sehingga
kedepannya menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 8 November 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini
adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri
untuk memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan
kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari
seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui
bagaimana ia terinfeksi.
Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2. HIV–1 mendominasi
seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang berbeda–
beda dari HIV–1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan
sub–jenis (clades). Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam
kelompok M terdapat sekurang–kurangnya 10 sub–jenis yang dibedakan
secara turun temurun. Ini adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B kebanyakan
ditemukan di America, Japan, Australia, Karibia dan Eropa. Sub–jenis C
ditemukan di Afrika Selatan dan India. HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986
dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan diantara HIV–
1 dan HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya menular dengan cara yang
sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi–infeksi oportunistik dan AIDS
yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–2, ketidakmampuan
menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan lebih
halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka
mereka yang terinfeksi dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses
penularannya.
HIV dapat menular melalui kontak darah, namun disini kami akan
mencoba membahas bagaiamana HIV AIDS yang dialami ibu hamil dan

4
bagaimana melakukan sebuah proses keperawatan pada ibu hamil dengan HIV
AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian HIV/AIDS?


2.      Bagaimana etiologi HIV?
3.      Apa saja macam – macam infeksi HIV?
4.      Bagaimana patofisiologi HIV?
5.      Bagaimana periode penularan HIV pada ibu hamil?
6.      Bagaimana gejala HIV?
7.      Apa saja pemeriksaan diagnostik HIV?
8.      Bagaimana pengobatan HIV?
9.      Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan HIV?

1.3 Tujuan

1.      Mengetahui pengertian HIV/AIDS


2.      Mengetahui etiologi HIV
3.      Mengetahui macam – macam infeksi HIV
4.      Mengetahui patofisiologi HIV
5.      Mengetahui periode penularan HIV pada ibu hamil
6.      Mengetahui gejala HIV
7.      Mengetahui pemeriksaan diagnostik HIV
8.      Mengetahui pengobatan HIV
9.      Mengetahui konsep Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan HIV

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia


yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah
suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif
lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171).
Infeksi pada kehamilan adalah penyebab morbiditas ibu dan neonatal
yang sudah diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam makalah ini
akan dibahas mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan yang dapat
terjadi dalam kehamilan.
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah

6
suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif
lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171). Infeksi pada
kehamilan adalah penyebab morbiditas ibu dan neonatal yang sudah
diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam makalah ini akan dibahas
mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan yang dapat terjadi dalam
kehamilan.

2.2 Etiologi

Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human


immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala
flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.

7
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
  Cara penularan HIV:
1) Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang
telah terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana
penularan HIV dapat dicegah.
2) Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah
dimana darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan
jarum suntik yang tidak steril.
3) Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius
dengan seseorang yang telah terinfeksi.
4) Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama
masa kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
  Penularan secara perinatal
1) Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi
yang dikandungnya.
2) Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan,
karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu
dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
3) Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam
kandungan atau juga melalui ASI
4) Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
  Kelompok resiko tinggi:
1) Lelaki homoseksual atau biseks.
2) Orang yang ketagian obat intravena
3) Partner seks dari penderita AIDS
4) Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5) Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

8
2.3 Macam infeksi HIV

Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi
menjadi tiga Tahap :
1.   Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam
jaringan limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti
serokonversi dan pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya
CD8+ sel T antivirus. Secara klinis merupakan penyakit akut yang
sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok, mialgia non-spesifik, dan
meningitis aseptik. Keseimbangan klinis dan jumlah CD4+ sel T
menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.
2.   Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis
dengan replikasi. virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid dan
hitungan CD4+ secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami
pembesaran kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini
dapat mencapai beberapa tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam,
kemerahan kulit, kelelahan, dan viremia. Tahap kronik dapat berakhir
antara 7-10 tahun.
3. Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh
penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat
badan, diare, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini
umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika
Serikat menganggap semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T
CD4+ kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis
belum terlihat. ( Robbins, dkk, 1998 : 143 )

2.4 Patofisiologi

  HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan
dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus
dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah

9
menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut
reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia,
yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut
mulai menghasilkan virus–virus HI.
  Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus
yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas
dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah
proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan
tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan
penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus
tersebut dari orang ke orang.
  Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan
sel–sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons
tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
  Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–
1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–
nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–
infeksi oportunistik.
  Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem
kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat
infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi
seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.

2.5 Pathway

10
11
2.6 Periode Penularan HIV pada Ibu hamil

Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS
sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang
terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari
suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti
pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:

1.      Periode Prenatal (kehamilan)


Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri.
Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta,
tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:

1. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada


plasenta selama kehamilan.
2. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus
pada saat itu.

3. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.

4. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung


berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.

2.      Periode Intrapartum (persalinan)


Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
section caesaria.

Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama
proses persalinan adalah:Lama robeknya membran.
12
1. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya)
2. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah
ibu misalnya, episiotomi.

3. Anak pertama dalam kelahiran kembar

Perawatan wanita yang sakit saat melahirkan tidak diubah secara substansial
untuk infeksi tanpa gejala dengan HIV (Minkoff,1987). Cara kelahiran didasarkan
hanya pada pertimbangan obstetric karena virus melalui plasenta pada awal
kehamilan. Fokus utama pencegahn penyebaran HIV nosocomial dan perlindungan
terhadap pelaku perawatan. Resiko penularan HIV dianggap rendah selama
kelahiran vaginal.. EPM (Elektrinic Fetal Monitoring) eksternal dilakukan jika EPM
diperlukan. Terdapat kemungkinan inokulasi virus ke dalam neonatus jika dilakukan
pengambilan sempel darah pada bayi dilakukan atau jika elektroda jangat kepala
bayi diterapkan. Disamping itu, seseorang yang melakukan prosedur ini berada pada
resiko tertular virus HIV.

3.      Periode Postpartum (melalui ASI)


Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan
data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui
bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu
yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:

1. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
2. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu
dan infeksi payudara lainnya.

3. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.

4. Status gizi ibu yang buruk

 2.7 Gejala HIV AIDS


Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayor
1. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
13
2. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus

3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan

4. TBC

2. Manifestasi Klinis Minor

1. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan

2. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans

3. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh

4. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

Banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun. mereka merasa sehat
dan juga dari luar Nampak sehat-sehat saja. Namun orang yang terinfeksi HIV akan menjadi
pembawa dan penular HIV kepada orang lain.
Kelompok orang-orang HIV tanpa gejala dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV, tetapi tanpa gejala dan tes darahnya
negatif. pada tahap dini ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Waktu antara
masuknya HIV disebut window period yang memerlukan waktu antara 15 hari
sampai 3 bulan setelah terinfeksi HIV.
2. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV, tanpa gejala tetapi tes darah positif.
Keadaan tanpa gejala ini dapat berlangsung lama sampai 5 tahun atau lebih.
CDC (Center for Disease Control, USA, 1986) menetapkan klasifikasi infeksi HIV pada
orang dewasa sebagai berikut:
 Kelompok I: infeksi akut
 Kelompok II: infeksi asimptomatik
 Kelompk III: Infeksi Limpadenopati Generalisata Persisten (LGP)
 Kelompok IV: penyakit-penyakit lain.

2.8 Pemeriksaan diagnostik


1. VCT (Voluntary Counseling Testing)

14
VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara
konselor dan kliennya untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan moral,
informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga , dan lingkungannya. Tujuan
VCT :

1) Upaya pencegahan HIV/AIDS.


2) Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan
mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV.

3) Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan


mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi
antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat.

2. Pemerikasaan Laboratorium
 Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA;

3. Tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik
HIV.
 Pemeriksaan histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka, sputum,
dan sekresi.
 Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.

 Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari


PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk deteksi
awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.

4. Tes Antibodi

a. Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah


terinfeksi HIV.
b. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali
antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.

c. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot


untuk memastikan seropositifitas.

d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.


15
e. Pendeteksian HIV

Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yang sangat
rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif
untuk mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur
beban virus (viral burden).

2. 9 Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa
dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara
tersebut yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk
bayi yang baru dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan
HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai.
Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua
cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama
waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet
nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada
bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan
mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine
dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu
hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu.
Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu,
terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.

2. Penanganan obstetrik selama persalinan

16
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena
metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%.
Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko
dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai
resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat
penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.

3. Penatalaksanaan selama menyusui


Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan
ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa ± 14
% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.

2.10 Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) maka terapinya yaitu :

1. Pengendalian infeksi oportunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti,


nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di
lingkungan perawatan yang kritis.

2. Terapi AZT (Azidotimidin)

Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV denngan menghambat enzim


pembalik transcriptase.

3. Terapi antiviral baru

Untuk meningkatkan aktivitas system immune dengan menghambat replikasi virus


atau memutuskan rantai reproduksi virus padan proses nya.obat- obat ini adalah :
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.

17
1. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
2. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.

3. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis, membantu mengubah
perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.

4. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,
hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imunne.
Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana
menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi
dari masyarakat.

Pengobatan untuk ibu hamil dengan HIV salah satunya dapat


menggunakan obat anti-HIV dimana menurut penelitian dapat mencegah
terjadinya transmisi virus HIV kepada janin dengan cara penggunaan sebagai
berikut:
  selama kehamilan setelah trimester pertama: dengan memberikan anti-HIV
sedikitnya tiga anti-HIV yang berbeda yang dikombinasikan (atripla).
 selama labor dan persalinan: diberikan AZT (zidovudine) IV, kemudaian
diberikan anti-HIV yang lain melalui mulut.
 setelah melahirkan: diberikan cairan AZT selama 6 minggu.

18
19
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS PADA IBU HAMIL

A. Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas Pasien
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Status perkawinan
 Agama
 Suku
 Alamat
 Tanggal masuk rumah sakit
 Tanggal pengkajian
 Sumber informasi
Identitas Penanggung Jawab
 Nama
 Tempat tanggal lahir
 Umur
 Jenis kelamin
 Agama
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Suku bangsa
 Status
 Hubungan dengan klien

20
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering terjadi pada pasien hamil dengan HIV / AIDS
adalah selain keluhan sehubungan dengan kehamilannya ibu juga
mengeluh berbagai masalah sesuai dengan stadium

1)      Stadium Klinis 1


a) Asimtomatis
b) Limpa denopati persistent generalisata
c) Penampilan atau aktivitas fisik skala 1: asimtomatis, aktivitas
normal.
2)      Stadium Klinis 2
a) Penurunan berat badan 10% dari berat badan sebelumnya
b) Manisfestasi mukokutaneus minor (dermatitis seborhhoic,
prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulserasi mukosa oral berulang,
cheilitis agularis ).
c) Herpes zoster, dalam 5 tahun terakhir
d) Infeksi berulang pada saluran pernapasan atas (misalnya sinusitis
bacterial)
3)      Stadium klinis 3
a) Penurunan berat badan >10%
b) Diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan
c) Demam dengan sebab yang tidak jelas >1 bulan
d) Kandidiasis oris
e) Oral hairy leukoplakia
f) TB pulmoner dalam 1 tahun terakhir
g) Infeksi bacterial berat misalnya pneumonia, piomiositis.
4)      Stadium klinis 4
a) HIV wasting syndrome, sesuai yang di tetapkan CDC
b) PCP (pneumocystis carinii pneumonia)
c) Cryptococcosis ekstrapulmoner
d) Infeksi virus sitomegali
e) Infeksi herper simpleks >1 bulan
f) Berbagai infeksi jamur berat
21
g)      Kandidiasis esophagus, trachea atau bronkus
h)      Mikobakteriosis atypical
i)        Salmonlosis non tifoid disertai setikemia
j)        TB, ekstrapulmoner
k)      Limfoma maligna
l)        Sarcoma kaposis
m)    Ensefalopati HIV

b. Riwayat obstreti
1.   Riwayat menstruasi
Fluor albus : banyak, gatal, berbau, warna hijau. Pada ibu dengan HIV
mudah terkena infeksi jamur yang bila mengenai organ genetal bisa
menyebabkan keputihan.
2.  Riwayat obstetric lalu
Kehamilan yang lalu terinfeksi HIV, ibu dapat bersalin dengan SC
3.   Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan pada trimester I,II atau III pada ibu hamil dengan HIV seperti
keluhan ibu hamil normal terkadang dijumpai keluhan berdasarkan stadium
HIV / AIDS
Trimester I : chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada
kehamilan 12-14 minggu ) sering kencing, pusing, ngidam, obstipasi.
Trimester II : body image dan nafsu makan bertambah
Trimester III : sering kencing, obstipasi, sesak nafas (bila tidur terlentang)
sakit punggung, edema, varises
c.    Riwayat perkawinan
Hamil dengan HIV biasanya ibu atau suami menikah lebih dari satu kali atau
mempunyai banyak pasangan.
d.    Riwayat kesehatan ibu
Pada ibu dengan HIV biasnya penyakit yang diderita beragam, antara lain :
demam, faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia, letargi, malaise, nyeri
kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan, dapat juga
menimbulkan kelainan saraf seperti meningitis, ensefaliitis neuropati perifer

22
dan mielopati. Gejala-gejala dermatologi yaitu ruam makropapulereritematosa
dan ulkus makokutan

e.   Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit HIV dapat diturunkan oleh orang tua ataupun ditularkan oleh suami
penderita.

3. Pola Fungsional Kesehatan


a)   Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola
tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas
( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b)   Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada
cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c)    Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan
penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
d)   Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan
e)    Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi
yang buruk, edema
f)     Hygiene
   Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS

23
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

g)      Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h)      Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada
pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan
gerak,pincang.
i)      Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak
pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya
sputum.
j)      Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka, transfuse darah, penyakit
defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k)    Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya
libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
l)      Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian,
adanya trauma AIDS.
Tanda : Perubahan interaksi.
B. Pemeriksaan Fisik

1. Breating

24
Kaji pernafasan bumil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka
sepanjang jalr pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR meningkat,
kebersihan jalan nafas.

2. Blood

Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS. Penurunan sel T


limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan perbandingan 2:1
dengan sel T4; peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV);
peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai polymerase untuk
mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis,
CMV mungkin positif).

3. Brain

Tingkat kesadaran bumil dengan HIV/AIDS terkadang mengalami penurunan


karena proses penyakit. Hal itu dapat disebabkan oleh gangguan imunitas
pada bumil.

4. Bowel

Keadaan sisitem pencernaan pada bumil akan mengalami gangguan.


Kebanyakan gangguan tersebut adalah diare yang lama. Hal itu disebabkan
oleh penurunan sistem imun yang berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di
saluran pencernaan akan mengalami gangguan. Hal itu dapat menyebabkan
infeksi saluran pencernaan.

5. Bladder

Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna
urin, jumlah dan bau. Hal itu dapan mengidentifikasikan bahwa ada
gangguan pada sistem perkemian. Biasanya saat imunitas menurun resiko
infeksi pada uretra klien.

6. Bone

25
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan.
pada ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko
osteoporosis. Hal itu dapat memburuk dengan bumil HIV/AIDS.

C. Pemeriksaan Penunjang
a)      Pemeriksaan lab
1.      Pemeriksaan HIV

Saat ini ada 2 standar untuk melakukan uji HIV yaitu dengan enzyme-linked
immuosorbent assay (ELISA) dan western blot
Apabila setelah melakukan uji ELISA hasilnya positif maka penderita harus
melakukan uji ELISA lagi, sebelum melakukan western Blod untuk mengonfirmasi
status HIV positif, ELISA awal dapat bereaksi silang untuk memberi hasil positif
palsu jika digunakan tanpa uji konfirmasi,Western Blod akan dibaca positif bila ada
antibody dua atau lebih “pita: protein ditemukan dalam HIV. Adanya pita tunggal
tidak dapat meyakinkan dan mungkin hasil dari pejanan HIV atau sebuah temuan
kronis. Diantara penyebab hasil menetap yang tidak dapat disimpulkan ini adalah
sebuah autoimun atau penyakit vascular kolagen, aloantibodi dari kehamilan atau
tranfusi dan infeksi HIV subtype jarang HIV 2. Hasil positif palsu pada ELISA dan
Western Blod kurang dari 0,0001 persen dalam area prevalensi yang rendah.
Selain 2 uji standar tersebut ada banyak uji lain yang digunakan untuk
mengevaluasi kesehatan dan perkembangan penyakit. Beberapa diantaranya penting
bagi perawat untuk mengenalinya dalam rangka meningkatkan status kesehatan
wanita. Penguji ini termasuk pengukuran CD4, limfosit muatan virus plasma
perubahan dalam hitung sel darah lengkap dan panel kimia. Karena pada saat hamil
diharapkan varial load serendah-rendahnya. Selain itu perlu untuk dilakukan USG
untuk melihat pertumbuhan janin pada pasien HIV / AIDS janin dapat IUGR atau
bahkan IUFD)

D. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d diare berat
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.

E. Intervensi Keperawatan
26
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Kekurangan volume NOC NIC


cairan b.d diare berat Managemen Diare (0460)
Setelah dilakukan tindakan
 Tentukan riwayat diare
keperawatan selama
 Ambil tinja untuk
3x24jam diharapkan klien
pemeriksaan kultur dan
dapat mencapai kriteria
sebsitifitas bila diare
hasil :
berlanjut
Keseimbangan Cairan  Ajari klien cara
(0601) penggunaan obat anti
Tekanan darah (5) diare dengan tepat
Keseimbangan intake dan  Intruksikan klien atau
output dalam 24 jam (5) anggota keluarga untuk
Berat badan stabil (5) mencatat warna,
Turgor kulit (5) volume, frekuensi, dan
Kelembapan membran konsistensi tinja
mukosa (5)  Evaluasi kandungan
Berat jenis urin (5) nutrisi dari makanan
kehausan(5) yang sudah dikonsumsi
Hidrasi (0602) sebelumnya
Turgor kulit (5)
 Anjurkan klien
Membarn mukosa lembab
menghindari makanan
(5)
pedas dan yang
Intake cairan (5)
menimbulkan gas
Output urin (5)
dalam perut
Kehilangan berat badan (5)
 Identifikasi faktor yang
Diare (5)
bisa menyebabkan
Peningkatan suhu tubuh (5)
diare
 Monitor tanda dan
gejala diare
 Amati turgor kulit
secara berkala

27
 Ukur diare/output
keluaran pencernaan
 Timbang klien secara
berkala
Managemen Cairan
(4120)
 Timbang berat badan
setiap hari dan monitor
status klien
 Jaga intake/asupan yang
akurat dan catat output
klien
 Monitor status hidrasi
(misalnya membran
mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan
tekanan darah
ortostatik)
 Monitor tanda-tanda
vital klien
 Monitor perubahan
berat badan klien
sebelum dan sesudah
dialisis
 Monitor makanan/cairan
yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori
harian
 Beriakn terapi IV
seperti yang ditentukan
 Monitor status gizi
 Berikan cairan dengan
tepat
28
 Dukung klien dan
keuarga untuk
membantu dalam
pemberian makan
dengan baik

1. 2. Resiko tinggi infeksi NOC NIC


berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540)
imunosupresi,
keperawatan selama  Bersihkan lingkungan
malnutrisi dan pola dengan baik setelah
...x24jam diharapkan klien
hidup yang beresiko. digunakan untuk setiap
dapat mencapai kriteria
hasil : klien
 Pertahankan teknik
Status Imunitas (0702)
isolasi yang sesuai

 Infeksi berulang (5)  Batasi jumlah

 Kehilangan berat pengunjung

badan (5)  Anjurkan klien


Kontrol Risiko (1902) mengenai teknik cuci
tangan dengan tepat
 Mencari informasi
 Anjurkan pengunjung
tentang risiko kesehatan
untuk mencuci tangan
(5)
pada saat memasuki
 Mengidentifikasi faktor
dan meninggalkan
resiko (5)
ruangan klien
 Mengenali faktor risiko
 Cuci tangan sebelum
individu (5)
dan sesudah kegiatan
 Memonitor faktor risiko perawatan klien
di lingkungan (5)
 Lakukan tindakan-
 Menjalankan strategi tindakan pencegahan
kontrol risiko yang yang bersifat universal
sudah ditetapkan (5)
 Pakai sarung tangan
 Memodifikasi gaya
29
hidup untuk sebagaimana
mengurangi risiko (5) dianjurkan oleh
 Mengenali perubahan kebijakan pencegahan
status kesehatan (5) universal/Universal
Precautions
Konseling Nutrisi (5246)
 Kaji asupan makanan
dan kebiasaan makan
klien
 Guanakan satndar gizi
yang bisa diterima
untuk membantu klien
mengevaluasi intake
diet yang adekuat
 Diskusikan makanan
yang disukai dan tidak
disukai klien
 Bantu klien mencatat
makanan yang
biasanya dimakan
 Kaji ulang pengukuran
intake dan output
cairan klien, nilai Hb,
tekanan darah, atau
penambahan dan
penurunan brat badan
sesuai kebutuhan

30
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
Tgl. Pengkajian : 8 November 2021 08:05 WIB
Kunjungan prenatal ke :4
Tempat pengkajian : Poli Obsgyn RSUP Dr. Sardjito
Identitas pengkaji : Aisyah Ayu Melati S
DATA UMUM KLIEN
Identitas Klien :
1. Nama Klien : Ny. P
2. Usia : 29th
3. Status perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Pendidikan : SMA
6. Alamat : Depok, Sleman
7. Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Identitas penanggung jawab :
1. Nama : Tn. Y
2. Umur : 31th
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : Depok, Sleman
6. Hubungan dengan klien : Suami

1. ADAPTASI FISOLOGIS
a. Keadaan umum :
Penampilan umum : baik
Tanda Vital
 Tekanan Darah : 114/76 mmHg
 Nadi : 106x/mnt
 Suhu : 36.6°C
 Pernapasan : 20x/mnt
Oksigenasi
 Hidung : simetris
 Pernapasan cuping hidung : tidak
 Konjungtiva : tidak
 Pembesaran kelenjar : tidak
 Respirasi rate : 20 x/mnt
 Irama pernapasan : Normal
 Suara napas : Normal
 Sirkulasi Oksigen : Normal
 Irama nadi : Reguler

31
 Kualitas nadi : normal

Cairan dan elektrolit : 10/06/2021


 Intake cairan/hari: 8 gelas/hari
 Kebiasaan minum teh/ kopi : tidak
 Turgor kulit : baik
 Mual : tidak
 Muntah : Tidak
 Nilai-nilai laboratorium :
o Hematokrit : 32.9%
o BUN : 6.04 (normal)
o Creatinin : 0.57 (normal)

Nutrisi
 BB sebelum hamil : 52kg
 BB setelah hamil : 62.5kg
 TB : 155cm
 IMT : 26.01
 Bising usus : 7x/mnt
 Distensi abdomen : tidak
 Nafsu makan : Baik
 Frekuensi makan : 3x/hari
 Porsi makan : ¾ porsi
 Kebiasaan makan sebelum hamil : 3x sehari satu porsi
 Kebiasaan makan setelah hamil : 3x sehari ¾ porsi
 Makanan kesukaan : gado-gado
 Makanan pantangan : tidak ada
 Makanan yang menimbulkan alergi : tidak ada
 Nilai-nilai laboratotrium : 10/06/2021
o Hemoglobin : 11.7
o Albumin : tidak ada hasil
o Protein total : tidak ada hasil
o Transferin : tidak ada hasil
o Gula darah : tidak ada hasil

Eliminasi
 Frekuensi BAB sebelum hamil : 1x/hari
 Frekuensi BAB setelah hamil : 1x/hari
 Konsistensi feces : lunak
 Warna feces : normal, tidak hitam
 Kesulitan BAB : tidak
 Penggunaan laksatif : tidak
 Frekuensi miksi sebelum hamil : 3-4x/hari
 Frekuensi miksi setelah hamil : lebih sering buang air kecil
 Kesulitan BAK: tidak

32
 Volume miksi : tidak terkaji
 Pemeriksaan laboratorium :
o Feces: tidak ada hasil
o Proteinuria : tidak ada hasil

Aktivitas/istirahat
 Pekerjaan : ibu rumah tangga
 Aktivitas ibu sebelum hamil :
mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
 Aktivitas ibu setelah hamil : lebih sering istirahat
 Penggunaan waktu luang : menonton televisi atau youtube
 kebiasaan tidur siang : kadang-kadang, 1-2 jam
 Tidur malam : 8 jam, pukul 20.00-04.00
 Gangguan tidur : tidak ada
 Postur tubuh : tegap
 Kekuatan otot : baik
Sensori
 Nyeri : nyeri pada gusi
 Kekebalan tubuh : pasien menderita HIV
 Warna kuku : putih, normal
 Mata :
o Kelopak mata : memakai eye shadow
o Bulu mata : memakai eye lash extention
o Alis : simetris (make up)

 Pupil : isokor, tidak ada kelainan


 Hidung : tidak ada kelainan
 Mulut : gusi kemerahan, tidak ada darah, tampak bengkak,
ada gigi geraham kanan karies
 Telinga :
o Keadaan daun telinga : normal
o Kanal auditoris : normal
o Serumen :minimal
o Fungsi pendengaran : baik

 Nilai-nilai laboratorium : 10/06/2021


o Leukosit :6.09 (normal)
o Trombosit : 228 (normal)
o CD 4 Percentage of Lymphs : 14% (< normal)
o CD 4 Absolute count : 135 (< normal)
o TPHA : negative
o VDRL : negative

Endokrin

33
 Menarche : 12 tahun
 Siklus menstruasi: Teratur
 Lamanya menstruasi : 28 hari
 Jumlah darah: 3-4 kali ganti pembalut
 G P A H : G3P1A1
 HPHT : 24/2/21
 Usia kehamilan : 36 MINGGU 5 HARI
 Perkiraan partus : 1/12/21
 Riwayat KB sebelumnya : tidak
 Mammae :
o Keadaan putting : menonjol
o Areola : hiperpigmentasi
o Putting ; hiperpigmentasi
o Kolostrum : belum ada

 Palpasi Leoplod :
o Leopold I : TFU 29 cm, presentasi bokong
o Leopold II : ektremitas kiri, punggung kanan
o Leopold III : presentasi kepala
o Leopold IV : konvergen

2. KONSEP DIRI
 Penerimaan terhadap kehamilan: pasien menerima kehamilan saat ini
 Kehamilan direncanakan: ya
 Persepsi ibu terhadap perubahan bentuk tubuh : tidak merasa malu
karena merasa ibu hamil memang seperti ini
 Harga diri : tidak mengalami harga diri rendah
 Pola seksual setelah hamil : berubah
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Pembatasan aktivitas setelah hamil : ya

3. FUNGSI PERAN
 Persiapan menjadi orang tua : pasien sudah memiliki anak satu
sehingga sudah berpengalaman mengurus dan mendidik anak, pasien
merasa siap menjadi orang tua untuk anak yang dikandungnya
 Penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang baru : keluarga
pasien menerima kehadiran anak yang akan dilahirkan nanti

4. INTERDEPENDENSI
 Dukungan dari keluarga : pasien mendapat support dari suami dan
keluarga. Suami selalu mendampingi pasien selama menjalani
kehamilan ini
 Rencana terhadap kelahiran bayi : bayi akan dirawat sendiri di rumah
bersama suami

5. KELUHAN SAAT INI

34
Pasien mengeluh gusinya bengkak dan berdarah saat di rumah, pasien
memiliki lubang pada gigi geraham kanan. Pasien mengatakan kadang-
kadang lupa sikat gigi malam. Tidak ada sariawan. Tidak demam, batuk,
maupun pilek. Tidak mengalami diare. Tidak pusing. Pasien
mengungkapkan keinginan untuk mengatasi masalahnya. Raut wajah
tampak tenang. Pasien mengatakan dirinya selalu kontrol sesuai jadwal
dan minum suplemen serta obat secara teratur.

ANALISA DATA
Tabel 3.7 Analisa Data
DATA MASALAH PENYEBAB
DS: Kesiapan Peningkatan -
- Pasien mengungkapkan keinginan Manajemen Kesehatan
untuk mengatasi masalahnya. (D.0112 SDKI, 2018)
- Pasien mengeluh gusinya bengkak
dan berdarah saat di rumah,
- pasien memiliki lubang pada gigi
geraham kanan.
- Pasien mengatakan kadang-
kadang lupa sikat gigi malam.
- Pasien selalu kontrol sesuai
jadwal
DO:
- Satu gigi geraham kanan tampak
ada karies
- Raut wajah tenang
- Status HIV positif
- Riwayat CD4 Limfosit menurun
(10/06/2021)
Analisis data pasien: Ny.P Ruang: Poli Obsgyn RSUP Dr. Sardjito
Tanggal: 8/11/21

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan dengan Kondisi Klinis Terkait
HIV Positif

35
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.P Ruang: Poli Obsgyn


Hari/ Tgl/ PERENCANAAN
Jam DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN
Senin, Kesiapan Peningkatan Setelah 1x kunjungan manajemen Promosi Berat Badan (I.121383)
8/11/2021 Manajemen Kesehatan kesehatan meningkat dengan kriteria Observasi :
08.00 WIB hasil : - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Manajemen Kesehatan (L.12104) Terapeutik :
- Verbalisasi kesulitan dalam - Berikan kesempatan untuk bertanya
menjalani program perawatan - Beri support pasien
tidak ada Edukasi :
- Menerapkan program perawatan - Jelaskan factor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan
- Anjurkan sikat gigi malam
- Anjurkan membuat pengingat untuk sikat gigi malam
misalnya alarm setiap pukul 8 malam (sebelum tidur)
- Anjurkan pasien kontrol rutin sesuai jadwal
(Aisyah A)

36
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.P Ruang: Poli Obsgyn


Hari/ DIAGNOSA
Tgl/ Jam KEPERAWATAN PELAKSANAAN EVALUASI
Senin Kesiapan Jam 07.40 WIB Jam 08.00 WIB
8/11 Peningkatan 1. Mengidentifikasi kesiapan S: Pasien menyatakan mau menerima informasi
2021 Manajemen dan kemampuan menerima O :Raut wajah tenang
Kesehatan informasi (Aisyah A)

37
Jam 08.05 WIB Jam 08.30 WIB
2. Memeriksa leopold dan S:
melakukan pemeriksaan CTG - Pasien merasa lega bayinya sehat dan gerak aktif
3. Memberi support pasien - Pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh
4. Menjelaskan faktor risiko petugas kesehatan
yang dapat memengaruhi - Pasien mau mengikuti anjuran yang diberikan petugas
kesehatan : kehamilan dengan - Pasien mampu menyebutkan kembali satu risiko yang dapat
HIV positif memengaruhi kesehatan diri dan janin saat hamil maupun melahirkan
5. Menganjurkan sikat gigi O:
malam - Tampak mengangguk
6. Menganjurkan membuat - hasil CTG kategori 1 (normal)
pengingat untuk sikat gigi - DJJ : 146x/mnt
malam misalnya alarm setiap
- Leopold :
pukul 8 malam (sebelum tidur)
o I : TFU 29 cm, presentasi bokong
7. Memberikan kesempatan
o II : ektremitas kiri, punggung kanan
untuk bertanya
8. Menganjurkan pasien o III : presentasi kepala
kontrol rutin sesuai jadwal o IV : konvergen

A: Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan teratasi


P: pertahankan intervensi
- Anjurkan pasien kontrol rutin sesuai jadwal
(Aisyah A)

38
BAB V
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan virus
retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). Cara penularan HIV
melakukan penetrasi seks, melalui darah yang terinfeksi, dengan mengunakan
bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi,
wanita hamil. Penularan secara perinatal terjadi terutama pada saat proses
melahirkan, karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu
dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga
banyak penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV. Setiap
usaha dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik.

4.2 Saran
Diharapkan pembaca selalu mencari literature terbaru tentang asuhan dan
tatalaksana asuhan untuk ibu hamil dengan HIV positif.

39
DAFTAR PUSTAKA

Bari Saifuddin, Abdul. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Materal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bradley-Springer L, Lyn S, Adele W. Every Nurse Is an HIV Nurse. AJN
2010;110(3):33-39.
Bastien S, LJ Kajula, WW Muhwezi. A review of studies of parent-child
communication about sexuality and HIV/AIDS in sub-Saharan Africa.
Reproductive Health 2011;8(25):1-17
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3.
Jakarta : EGC
Nanda, NIC-NOC. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Mediaction
Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika.
Susanti NN. 2000. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Yati, Ida. 2010. AIDS pada ibu hamil. http://www.docstoc.com/docs/. 05 Oktober
2013. 15.10 WIB (access online)
Administrator. 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada
kehamilan.
Hartati Nyoman, Suratiah, Mayuni IGA Oka. Ibu Hamil dan HIV-AIDS. Gempar:
Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol. 2 No.1 Juni 2009.
Doku Paul Narh. Parental HIV/AIDS status and death, and Children’s
Phychological Wellbeing. International Journal of Mental Health system
2009;3(26):1-8

40
Siregar FA. Pengenalan dan Pencegahan HIV-AIDS. Medan. Universitas
Sumatera Utara, 2004.
Heemanides HS, Lonneke AVV, Ralph V, Fred DM, Aimee D, Gerard VO, et all.
Developing quality indicators for the care of HIV-infected pregnant
women in the Dutch Caribbean. Aids Research and Therapy 2011;
8(32) : 1-9.
Wamoyi J, Martin M, Janet S, Josephine B, Shabbar J. Changes in sexual desires
and behaviours of people living with HIV after initiation of ART:
Implications for HIV prevention and health promotion. BMC Public
Health 2011; 11(633): 1-11.

41

Anda mungkin juga menyukai