P DENGAN
DIAGNOSA G3P1A1 DENGAN B20 DI POLI OBSGYN RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA
Disusun oleh :
Hari :
Tanggal : November 2021
Tempat : Poli Obsgyn RSUP Dr. Sardjito
Dosen Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan ini dengan baik. Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun
untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Pendidikan Profesi Ners Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
bagaimana melakukan sebuah proses keperawatan pada ibu hamil dengan HIV
AIDS.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
6
suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif
lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171). Infeksi pada
kehamilan adalah penyebab morbiditas ibu dan neonatal yang sudah
diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam makalah ini akan dibahas
mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan yang dapat terjadi dalam
kehamilan.
2.2 Etiologi
7
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
Cara penularan HIV:
1) Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang
telah terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana
penularan HIV dapat dicegah.
2) Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah
dimana darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan
jarum suntik yang tidak steril.
3) Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius
dengan seseorang yang telah terinfeksi.
4) Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama
masa kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1) Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi
yang dikandungnya.
2) Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan,
karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu
dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
3) Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam
kandungan atau juga melalui ASI
4) Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
Kelompok resiko tinggi:
1) Lelaki homoseksual atau biseks.
2) Orang yang ketagian obat intravena
3) Partner seks dari penderita AIDS
4) Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5) Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
8
2.3 Macam infeksi HIV
Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi
menjadi tiga Tahap :
1. Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam
jaringan limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti
serokonversi dan pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya
CD8+ sel T antivirus. Secara klinis merupakan penyakit akut yang
sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok, mialgia non-spesifik, dan
meningitis aseptik. Keseimbangan klinis dan jumlah CD4+ sel T
menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.
2. Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis
dengan replikasi. virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid dan
hitungan CD4+ secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami
pembesaran kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini
dapat mencapai beberapa tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam,
kemerahan kulit, kelelahan, dan viremia. Tahap kronik dapat berakhir
antara 7-10 tahun.
3. Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh
penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat
badan, diare, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini
umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika
Serikat menganggap semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T
CD4+ kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis
belum terlihat. ( Robbins, dkk, 1998 : 143 )
2.4 Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan
dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus
dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah
9
menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut
reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia,
yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut
mulai menghasilkan virus–virus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus
yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas
dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah
proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan
tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan
penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus
tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan
sel–sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons
tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–
1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–
nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–
infeksi oportunistik.
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem
kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat
infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi
seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.
2.5 Pathway
10
11
2.6 Periode Penularan HIV pada Ibu hamil
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS
sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang
terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari
suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti
pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama
proses persalinan adalah:Lama robeknya membran.
12
1. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya)
2. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah
ibu misalnya, episiotomi.
Perawatan wanita yang sakit saat melahirkan tidak diubah secara substansial
untuk infeksi tanpa gejala dengan HIV (Minkoff,1987). Cara kelahiran didasarkan
hanya pada pertimbangan obstetric karena virus melalui plasenta pada awal
kehamilan. Fokus utama pencegahn penyebaran HIV nosocomial dan perlindungan
terhadap pelaku perawatan. Resiko penularan HIV dianggap rendah selama
kelahiran vaginal.. EPM (Elektrinic Fetal Monitoring) eksternal dilakukan jika EPM
diperlukan. Terdapat kemungkinan inokulasi virus ke dalam neonatus jika dilakukan
pengambilan sempel darah pada bayi dilakukan atau jika elektroda jangat kepala
bayi diterapkan. Disamping itu, seseorang yang melakukan prosedur ini berada pada
resiko tertular virus HIV.
1. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
2. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu
dan infeksi payudara lainnya.
4. TBC
2. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
Banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun. mereka merasa sehat
dan juga dari luar Nampak sehat-sehat saja. Namun orang yang terinfeksi HIV akan menjadi
pembawa dan penular HIV kepada orang lain.
Kelompok orang-orang HIV tanpa gejala dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV, tetapi tanpa gejala dan tes darahnya
negatif. pada tahap dini ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Waktu antara
masuknya HIV disebut window period yang memerlukan waktu antara 15 hari
sampai 3 bulan setelah terinfeksi HIV.
2. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV, tanpa gejala tetapi tes darah positif.
Keadaan tanpa gejala ini dapat berlangsung lama sampai 5 tahun atau lebih.
CDC (Center for Disease Control, USA, 1986) menetapkan klasifikasi infeksi HIV pada
orang dewasa sebagai berikut:
Kelompok I: infeksi akut
Kelompok II: infeksi asimptomatik
Kelompk III: Infeksi Limpadenopati Generalisata Persisten (LGP)
Kelompok IV: penyakit-penyakit lain.
14
VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara
konselor dan kliennya untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan moral,
informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga , dan lingkungannya. Tujuan
VCT :
2. Pemerikasaan Laboratorium
Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA;
3. Tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik
HIV.
Pemeriksaan histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka, sputum,
dan sekresi.
Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
4. Tes Antibodi
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yang sangat
rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif
untuk mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur
beban virus (viral burden).
2. 9 Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa
dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara
tersebut yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk
bayi yang baru dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan
HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai.
Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua
cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama
waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet
nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada
bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan
mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine
dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu
hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu.
Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu,
terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
16
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena
metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%.
Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko
dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai
resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat
penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.
2.10 Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) maka terapinya yaitu :
17
1. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
2. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
3. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis, membantu mengubah
perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.
4. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,
hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imunne.
Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana
menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi
dari masyarakat.
18
19
BAB III
A. Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Agama
Suku
Alamat
Tanggal masuk rumah sakit
Tanggal pengkajian
Sumber informasi
Identitas Penanggung Jawab
Nama
Tempat tanggal lahir
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku bangsa
Status
Hubungan dengan klien
20
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering terjadi pada pasien hamil dengan HIV / AIDS
adalah selain keluhan sehubungan dengan kehamilannya ibu juga
mengeluh berbagai masalah sesuai dengan stadium
b. Riwayat obstreti
1. Riwayat menstruasi
Fluor albus : banyak, gatal, berbau, warna hijau. Pada ibu dengan HIV
mudah terkena infeksi jamur yang bila mengenai organ genetal bisa
menyebabkan keputihan.
2. Riwayat obstetric lalu
Kehamilan yang lalu terinfeksi HIV, ibu dapat bersalin dengan SC
3. Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan pada trimester I,II atau III pada ibu hamil dengan HIV seperti
keluhan ibu hamil normal terkadang dijumpai keluhan berdasarkan stadium
HIV / AIDS
Trimester I : chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada
kehamilan 12-14 minggu ) sering kencing, pusing, ngidam, obstipasi.
Trimester II : body image dan nafsu makan bertambah
Trimester III : sering kencing, obstipasi, sesak nafas (bila tidur terlentang)
sakit punggung, edema, varises
c. Riwayat perkawinan
Hamil dengan HIV biasanya ibu atau suami menikah lebih dari satu kali atau
mempunyai banyak pasangan.
d. Riwayat kesehatan ibu
Pada ibu dengan HIV biasnya penyakit yang diderita beragam, antara lain :
demam, faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia, letargi, malaise, nyeri
kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan, dapat juga
menimbulkan kelainan saraf seperti meningitis, ensefaliitis neuropati perifer
22
dan mielopati. Gejala-gejala dermatologi yaitu ruam makropapulereritematosa
dan ulkus makokutan
23
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g) Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada
pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan
gerak,pincang.
i) Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak
pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya
sputum.
j) Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka, transfuse darah, penyakit
defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k) Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya
libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
l) Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian,
adanya trauma AIDS.
Tanda : Perubahan interaksi.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Breating
24
Kaji pernafasan bumil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka
sepanjang jalr pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR meningkat,
kebersihan jalan nafas.
2. Blood
3. Brain
4. Bowel
5. Bladder
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna
urin, jumlah dan bau. Hal itu dapan mengidentifikasikan bahwa ada
gangguan pada sistem perkemian. Biasanya saat imunitas menurun resiko
infeksi pada uretra klien.
6. Bone
25
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan.
pada ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko
osteoporosis. Hal itu dapat memburuk dengan bumil HIV/AIDS.
C. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan lab
1. Pemeriksaan HIV
Saat ini ada 2 standar untuk melakukan uji HIV yaitu dengan enzyme-linked
immuosorbent assay (ELISA) dan western blot
Apabila setelah melakukan uji ELISA hasilnya positif maka penderita harus
melakukan uji ELISA lagi, sebelum melakukan western Blod untuk mengonfirmasi
status HIV positif, ELISA awal dapat bereaksi silang untuk memberi hasil positif
palsu jika digunakan tanpa uji konfirmasi,Western Blod akan dibaca positif bila ada
antibody dua atau lebih “pita: protein ditemukan dalam HIV. Adanya pita tunggal
tidak dapat meyakinkan dan mungkin hasil dari pejanan HIV atau sebuah temuan
kronis. Diantara penyebab hasil menetap yang tidak dapat disimpulkan ini adalah
sebuah autoimun atau penyakit vascular kolagen, aloantibodi dari kehamilan atau
tranfusi dan infeksi HIV subtype jarang HIV 2. Hasil positif palsu pada ELISA dan
Western Blod kurang dari 0,0001 persen dalam area prevalensi yang rendah.
Selain 2 uji standar tersebut ada banyak uji lain yang digunakan untuk
mengevaluasi kesehatan dan perkembangan penyakit. Beberapa diantaranya penting
bagi perawat untuk mengenalinya dalam rangka meningkatkan status kesehatan
wanita. Penguji ini termasuk pengukuran CD4, limfosit muatan virus plasma
perubahan dalam hitung sel darah lengkap dan panel kimia. Karena pada saat hamil
diharapkan varial load serendah-rendahnya. Selain itu perlu untuk dilakukan USG
untuk melihat pertumbuhan janin pada pasien HIV / AIDS janin dapat IUGR atau
bahkan IUFD)
D. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d diare berat
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
E. Intervensi Keperawatan
26
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
27
Ukur diare/output
keluaran pencernaan
Timbang klien secara
berkala
Managemen Cairan
(4120)
Timbang berat badan
setiap hari dan monitor
status klien
Jaga intake/asupan yang
akurat dan catat output
klien
Monitor status hidrasi
(misalnya membran
mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan
tekanan darah
ortostatik)
Monitor tanda-tanda
vital klien
Monitor perubahan
berat badan klien
sebelum dan sesudah
dialisis
Monitor makanan/cairan
yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori
harian
Beriakn terapi IV
seperti yang ditentukan
Monitor status gizi
Berikan cairan dengan
tepat
28
Dukung klien dan
keuarga untuk
membantu dalam
pemberian makan
dengan baik
30
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
Tgl. Pengkajian : 8 November 2021 08:05 WIB
Kunjungan prenatal ke :4
Tempat pengkajian : Poli Obsgyn RSUP Dr. Sardjito
Identitas pengkaji : Aisyah Ayu Melati S
DATA UMUM KLIEN
Identitas Klien :
1. Nama Klien : Ny. P
2. Usia : 29th
3. Status perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Pendidikan : SMA
6. Alamat : Depok, Sleman
7. Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Identitas penanggung jawab :
1. Nama : Tn. Y
2. Umur : 31th
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : Depok, Sleman
6. Hubungan dengan klien : Suami
1. ADAPTASI FISOLOGIS
a. Keadaan umum :
Penampilan umum : baik
Tanda Vital
Tekanan Darah : 114/76 mmHg
Nadi : 106x/mnt
Suhu : 36.6°C
Pernapasan : 20x/mnt
Oksigenasi
Hidung : simetris
Pernapasan cuping hidung : tidak
Konjungtiva : tidak
Pembesaran kelenjar : tidak
Respirasi rate : 20 x/mnt
Irama pernapasan : Normal
Suara napas : Normal
Sirkulasi Oksigen : Normal
Irama nadi : Reguler
31
Kualitas nadi : normal
Nutrisi
BB sebelum hamil : 52kg
BB setelah hamil : 62.5kg
TB : 155cm
IMT : 26.01
Bising usus : 7x/mnt
Distensi abdomen : tidak
Nafsu makan : Baik
Frekuensi makan : 3x/hari
Porsi makan : ¾ porsi
Kebiasaan makan sebelum hamil : 3x sehari satu porsi
Kebiasaan makan setelah hamil : 3x sehari ¾ porsi
Makanan kesukaan : gado-gado
Makanan pantangan : tidak ada
Makanan yang menimbulkan alergi : tidak ada
Nilai-nilai laboratotrium : 10/06/2021
o Hemoglobin : 11.7
o Albumin : tidak ada hasil
o Protein total : tidak ada hasil
o Transferin : tidak ada hasil
o Gula darah : tidak ada hasil
Eliminasi
Frekuensi BAB sebelum hamil : 1x/hari
Frekuensi BAB setelah hamil : 1x/hari
Konsistensi feces : lunak
Warna feces : normal, tidak hitam
Kesulitan BAB : tidak
Penggunaan laksatif : tidak
Frekuensi miksi sebelum hamil : 3-4x/hari
Frekuensi miksi setelah hamil : lebih sering buang air kecil
Kesulitan BAK: tidak
32
Volume miksi : tidak terkaji
Pemeriksaan laboratorium :
o Feces: tidak ada hasil
o Proteinuria : tidak ada hasil
Aktivitas/istirahat
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Aktivitas ibu sebelum hamil :
mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
Aktivitas ibu setelah hamil : lebih sering istirahat
Penggunaan waktu luang : menonton televisi atau youtube
kebiasaan tidur siang : kadang-kadang, 1-2 jam
Tidur malam : 8 jam, pukul 20.00-04.00
Gangguan tidur : tidak ada
Postur tubuh : tegap
Kekuatan otot : baik
Sensori
Nyeri : nyeri pada gusi
Kekebalan tubuh : pasien menderita HIV
Warna kuku : putih, normal
Mata :
o Kelopak mata : memakai eye shadow
o Bulu mata : memakai eye lash extention
o Alis : simetris (make up)
Endokrin
33
Menarche : 12 tahun
Siklus menstruasi: Teratur
Lamanya menstruasi : 28 hari
Jumlah darah: 3-4 kali ganti pembalut
G P A H : G3P1A1
HPHT : 24/2/21
Usia kehamilan : 36 MINGGU 5 HARI
Perkiraan partus : 1/12/21
Riwayat KB sebelumnya : tidak
Mammae :
o Keadaan putting : menonjol
o Areola : hiperpigmentasi
o Putting ; hiperpigmentasi
o Kolostrum : belum ada
Palpasi Leoplod :
o Leopold I : TFU 29 cm, presentasi bokong
o Leopold II : ektremitas kiri, punggung kanan
o Leopold III : presentasi kepala
o Leopold IV : konvergen
2. KONSEP DIRI
Penerimaan terhadap kehamilan: pasien menerima kehamilan saat ini
Kehamilan direncanakan: ya
Persepsi ibu terhadap perubahan bentuk tubuh : tidak merasa malu
karena merasa ibu hamil memang seperti ini
Harga diri : tidak mengalami harga diri rendah
Pola seksual setelah hamil : berubah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pembatasan aktivitas setelah hamil : ya
3. FUNGSI PERAN
Persiapan menjadi orang tua : pasien sudah memiliki anak satu
sehingga sudah berpengalaman mengurus dan mendidik anak, pasien
merasa siap menjadi orang tua untuk anak yang dikandungnya
Penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang baru : keluarga
pasien menerima kehadiran anak yang akan dilahirkan nanti
4. INTERDEPENDENSI
Dukungan dari keluarga : pasien mendapat support dari suami dan
keluarga. Suami selalu mendampingi pasien selama menjalani
kehamilan ini
Rencana terhadap kelahiran bayi : bayi akan dirawat sendiri di rumah
bersama suami
34
Pasien mengeluh gusinya bengkak dan berdarah saat di rumah, pasien
memiliki lubang pada gigi geraham kanan. Pasien mengatakan kadang-
kadang lupa sikat gigi malam. Tidak ada sariawan. Tidak demam, batuk,
maupun pilek. Tidak mengalami diare. Tidak pusing. Pasien
mengungkapkan keinginan untuk mengatasi masalahnya. Raut wajah
tampak tenang. Pasien mengatakan dirinya selalu kontrol sesuai jadwal
dan minum suplemen serta obat secara teratur.
ANALISA DATA
Tabel 3.7 Analisa Data
DATA MASALAH PENYEBAB
DS: Kesiapan Peningkatan -
- Pasien mengungkapkan keinginan Manajemen Kesehatan
untuk mengatasi masalahnya. (D.0112 SDKI, 2018)
- Pasien mengeluh gusinya bengkak
dan berdarah saat di rumah,
- pasien memiliki lubang pada gigi
geraham kanan.
- Pasien mengatakan kadang-
kadang lupa sikat gigi malam.
- Pasien selalu kontrol sesuai
jadwal
DO:
- Satu gigi geraham kanan tampak
ada karies
- Raut wajah tenang
- Status HIV positif
- Riwayat CD4 Limfosit menurun
(10/06/2021)
Analisis data pasien: Ny.P Ruang: Poli Obsgyn RSUP Dr. Sardjito
Tanggal: 8/11/21
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan dengan Kondisi Klinis Terkait
HIV Positif
35
PERENCANAAN KEPERAWATAN
36
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
37
Jam 08.05 WIB Jam 08.30 WIB
2. Memeriksa leopold dan S:
melakukan pemeriksaan CTG - Pasien merasa lega bayinya sehat dan gerak aktif
3. Memberi support pasien - Pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh
4. Menjelaskan faktor risiko petugas kesehatan
yang dapat memengaruhi - Pasien mau mengikuti anjuran yang diberikan petugas
kesehatan : kehamilan dengan - Pasien mampu menyebutkan kembali satu risiko yang dapat
HIV positif memengaruhi kesehatan diri dan janin saat hamil maupun melahirkan
5. Menganjurkan sikat gigi O:
malam - Tampak mengangguk
6. Menganjurkan membuat - hasil CTG kategori 1 (normal)
pengingat untuk sikat gigi - DJJ : 146x/mnt
malam misalnya alarm setiap
- Leopold :
pukul 8 malam (sebelum tidur)
o I : TFU 29 cm, presentasi bokong
7. Memberikan kesempatan
o II : ektremitas kiri, punggung kanan
untuk bertanya
8. Menganjurkan pasien o III : presentasi kepala
kontrol rutin sesuai jadwal o IV : konvergen
38
BAB V
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan virus
retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). Cara penularan HIV
melakukan penetrasi seks, melalui darah yang terinfeksi, dengan mengunakan
bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi,
wanita hamil. Penularan secara perinatal terjadi terutama pada saat proses
melahirkan, karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu
dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga
banyak penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV. Setiap
usaha dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik.
4.2 Saran
Diharapkan pembaca selalu mencari literature terbaru tentang asuhan dan
tatalaksana asuhan untuk ibu hamil dengan HIV positif.
39
DAFTAR PUSTAKA
Bari Saifuddin, Abdul. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Materal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bradley-Springer L, Lyn S, Adele W. Every Nurse Is an HIV Nurse. AJN
2010;110(3):33-39.
Bastien S, LJ Kajula, WW Muhwezi. A review of studies of parent-child
communication about sexuality and HIV/AIDS in sub-Saharan Africa.
Reproductive Health 2011;8(25):1-17
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3.
Jakarta : EGC
Nanda, NIC-NOC. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Mediaction
Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika.
Susanti NN. 2000. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Yati, Ida. 2010. AIDS pada ibu hamil. http://www.docstoc.com/docs/. 05 Oktober
2013. 15.10 WIB (access online)
Administrator. 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada
kehamilan.
Hartati Nyoman, Suratiah, Mayuni IGA Oka. Ibu Hamil dan HIV-AIDS. Gempar:
Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol. 2 No.1 Juni 2009.
Doku Paul Narh. Parental HIV/AIDS status and death, and Children’s
Phychological Wellbeing. International Journal of Mental Health system
2009;3(26):1-8
40
Siregar FA. Pengenalan dan Pencegahan HIV-AIDS. Medan. Universitas
Sumatera Utara, 2004.
Heemanides HS, Lonneke AVV, Ralph V, Fred DM, Aimee D, Gerard VO, et all.
Developing quality indicators for the care of HIV-infected pregnant
women in the Dutch Caribbean. Aids Research and Therapy 2011;
8(32) : 1-9.
Wamoyi J, Martin M, Janet S, Josephine B, Shabbar J. Changes in sexual desires
and behaviours of people living with HIV after initiation of ART:
Implications for HIV prevention and health promotion. BMC Public
Health 2011; 11(633): 1-11.
41