Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL PENDERITA

HIV/AIDS

Dosen Pembimbing
Winda Nurmayani, Ners., MPH

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

1. Elmi Nafisa 037STYC21


2. Fadhilla Febrianti Rahman 046STYC21
3. Iin Hardianti Irawan 028STYC21
4. Aulia Nurulhuda 018STYC21
5. Bayu Prastya Nugroho 055STYC21
6. Algy Arif 010STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang ini untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Winda Nurmayani,.Ners,.MPH selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Reproduksi
2. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.

Mataram, 22 Maret 2023

Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...4

1.2 Tujuan …………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi................................................................................................4

2.2 Klasifikasi............................................................................................4

2.3 Etiologi................................................................................................4

2.4 Menifistasi Klinis.................................................................................5

2.5 Patofisiologi.........................................................................................5

2.6 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................6

2.7 Penatalaksanaan...................................................................................7

2.8 Komplikasi...........................................................................................8

2.9 Waktu dan Resiko Penularan HIV Pada Ibu Hamil

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS………….11

1. Pengkajian...........................................................................................11

2. Pemeriksaan fisik pada ibu..................................................................13

3. Pengkajian Gordon..............................................................................15

4. Diagnosa Keperawatan........................................................................16

5. Intervensi Keperawatan.........................................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………...18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus kelompok retrovirus yang
menyerang sel darah putih dan menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh
manusia. Infeksi virus ini berlaku seumur hidup, kebanyakan orang yang terinfeksi
HIV tidak menunjukkan tanda dan gejala suatu penyakit (asimptomatik) dalam
jangka waktu yang cukup lama, namun dalam jangka waktu tersebut pasien tetap
dapat menginfeksi orang lain. Sedangkan Acquired Immuno Deficiency Sindrome
(AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul dikarenakan turunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
AIDS adalah bentuk lanjutan dari infeksi HIV. HIV/AIDS merupakan salah
satu masalah besar yang dihadapi oleh dunia hingga saat ini. Hal ini dikarenakan
jumlah penderitanya yang meningkat setiap tahun, angka penyebarannya yang
sangat tinggi, dan hingga saat ini terapi yang diberikan tidak dapat menyembuhkan
secara tuntas, namun terapi yang diberikan mampu meningkatkan kualitas hidup
penderita. Jumlah penderita HIV diseluruh dunia hingga tahun 2013 ada 35 juta
orang dan jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta jiwa.
Menurut Laporan Progres HIV-AIDS WHO Regional SEARO (2011), di
Asia Selatan dan Tenggara, terdapat sekitar 4 juta orang dengan HIV dan AIDS dan
sekitar 1,3 juta orang atau 37% dari keseluruhan adalah perempuan. Untuk
Indonesia hingga September 2014 data statistik menunjukkan jumlah total HIV
sebanyak 150.296 orang, jumlah AIDS 55.799 dan angka kematian yang
diakibatkan sebesar 9.796 jiwa (Kemenkes, 2014).
Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta dapat
menularkan virus kepada bayinya. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV,
ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau mother-to child HIV
transmission (MTCT). Data estimasi UNAIDS/WHO (2009) juga memperkirakan
22.000 anak di wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan, setengah
dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua.
Menurut Kemenkes (2012) risiko penularan keseluruhan dari ibu ke anak
sebesar 20%-50%, yang terdiri dari selama kehamilan 5%-10%, selama proses
persalinan 10%-20%, dan selama proses menyusui 5%-20%. Hingga November
2012 penularan ibu ke anak mencapai 2,6% dari seluruh kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).

1.2 Tujuan
a. Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pencegahan hiv/aids
b. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara deteksi dini hiv/aids
c. Untuk mendorong pembaca agar senantiasa menyebarluaskan pengetahuan
tentang penularan hiv/aids ke bayi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma
penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat


Acid (RNA) yang spesifik menyerang system kekebalan tubuh/imunitas manusia
dan menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) (Titik Nuraeni,
2011).

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency


Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena
rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (Sudikno,
2011). AIDS disebabkan oleh masuknya HIV kedalam tubuh. HIV merupakan
virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia.

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi HIV menggunakan beberapa system klasifikasi, klasifikasi


berdasarkan center for Disease control and prevention (CDC) jarang digunakan
dalam pengelolaan rutin pasien HIV secara klinis, system CDC lebih sering
digunakan dalam penelitian klinis dan epidemiologi.
CDC mengklasifikasi HIV/AIDS yaitu dengan melihat jumlah kekebalann
tubuh yang dialami pasien serta stadium klinis. Jumlah kekebalan tubuh ditunjukan
oleh limfosit T Helper.

2.3 Etiologi

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat
pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional
pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
penderita AIDS, panas lebih dari 1 bulan, batuk- batuk, sariawan dan nyeri
menelan, badan menjadi kurus sekali, diare, sesak napas, pembesaran kelenjar
getah bening, kesadaran menurun, penurunan ketajaman penglihatan, bercak ungu
kehitaman di kulit. Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-
hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di
Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis
paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia
mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka
dianjurkan ia tes darah HIV.

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2
minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun
simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari,
penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy,
pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama
penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling
umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang
disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis,
cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.

2.5 Patofisiologi

Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-


AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang
sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang istri tidak berani mengatur
kehidupan seksual suaminya di luar rumah.

Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih rendah,
dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pula masalah seksual
masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal
terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel
terinfeksi. Kemudian virus mempergunakan enzimreverse transcriptase, yang
mampu membentuk DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu masuk sirkulasi
sel menuju intinya dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli. DNA virus dapat
membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa tanda (berita)
sehingga dapat membentuk protein.
Pertumbuhan virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag, dan
sumber pembentuk sum-sum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat
memecah diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV baru
yang akan menyerang sel lainnya. Bentuk virus HIV selalu berubah- ubah, sesuai
dengan sel yang diserangnya sehingga sulit untuk membuat antibody atau antigen
agar mampu membuat vaksinnya. Oleh karena itu, obatnya masih sulit untuk dibuat
sampai saat ini.
Penularan HIV bisa terjadi karena beberapa hal berikut:
a. Berganti-ganti pasangan sex
b. Tranfusi darah
c. Suntikan
d. Darah ibu
e. ASI
f. Plasenta
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat
menunjukkan tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba
mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons
antibody bayi dan ibu.

Pemeriksaan histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces, cairan


spina, luka, sputum, dan sekresi.
 Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
 Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi Interstisial dari
PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk
deteksi awal pneumonia interstisial;Scangallium; biopsy; branskokopi.
 Tes Antibodi Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), untuk
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV. Western
blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi
HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
 Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot
untuk memastikan seropositifitas.
 Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein padaantibodi
 Pendeteksian HIV. Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay
dengan kadar yangsangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV
atau kultur plasmakuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan
pemeriksaan viremiaplasma untuk mengukur beban virus (viral burden).
Antibody yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi sejak infeksi berusia 2-3
bulan. Antibody ini akan masuk melalui plasenta menuju janin.Infeksi langsung
pada janin mulai sejak usia 13 minggu dengan mekanisme yang tidak diketahui.
Infeksi ini disebut sebagai infeksi vertical karena berlangsungsemasih intrauterin.
Cara infeksi lainnya pada bayi adalah saat pertolongan persalinan karena melalui
jalan lahir dengan cairannya yang penuh dengan virus HIV.

2.7 Penatalaksanaan

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu:
 Pengendalian infeksi oportunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi


opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan yang kritis.

 Terapi AZT (Azidotimidin)

Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV denngan menghambat enzim


pembalik transcriptase.
 Terapi antiviral baru

Untuk meningkatkan aktivitas system immune dengan menghambat


replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus padan proses
nya.obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine,
recombinant CD4 dapat larut.

 Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.

 Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaltifkan sel T dan


mempercepat replikasi HIV

 Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis

 Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan makanan


sehat, hindari stress, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.

2.8 Komplikasi

1. Oral

Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai
oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati,
kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan gejala
yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di balik
sternum (nyeri retrosternal).
2. Neurologik
 ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS
(ADC; AIDS dementia complex).

 Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala,


kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global,
kelambatan dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang
kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor,
inkontinensia, dan kematian.

 Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit


kepala, malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan
kejang-kejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.

 Pernafasan

 Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis carini (paling sering


ditemukan pd AIDS) sangat jarang mempengaruhi org sehat. Gejala:
sesak nafas, batuk-batuk, nyeri dada, demam – tdk teratasi dapat gagal
nafas (hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status
mental).

 TBC

 Gastrointestinal

 Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang


diperbarui untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup
penurunan BB > 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari
30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau
menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.

 Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,


limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.

 Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat


illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
 Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.

 Respirasi Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas


(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan
menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh
Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides.

 Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,


dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan
disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas
kulit. moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai
oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.

 Sensorik

 Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata:


retinitis sitomegalovirus berefek kebutaan

 Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan


pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati,
meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

2.9 Waktu dan Resiko Penularan HIV/AIDS Pada Ibu Hamil

Waktu penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama hamil (5-10%),
melahirkan (10-20%) dan saat menyusui (5-20%) (Kementrian Kesehatan republic
Indonesia, 2015).

Adapun faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak
yaitu:

a. Faktor ibu antara lain jumlah virus dalam tubuh, jumlah sel CD4, status gizi
selama hamil, penyakit infeksi selama hamil dan gangguan pada payudara

b. Faktor bayi antara lain usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir, periode
pemberian ASI, adanya luka di mulut bayi

c. Faktor obstetric antara lain jenis persalinan, lama persalinan, ketuban pecah
dini dan tindakan episiotomy (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2015).
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS

1. Pengkajian

a. Identitas klien :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit nomor register dan diagnosa medik
b. Keluhan utama :

Keluhan utama ibu hami HIV/AIDS adalah Keluhan yang sehubungan dengan
kehamilannya, ibu juga mengeluh berbagai masalah sesuai dengan stadium yaitu :
1. Stadium Klinis 1
a. Asimtomatis
b. Limpa denopati persistent generalisata
c. Penampilan atau aktivitas fisik skala 1: asimtomatis,
aktivitas normal.
2. Stadium Klinis 2

a. Penurunan berat badan 10% dari berat badan


sebelumnya

b. Manisfestasi mukokutaneus minor (dermatitis


seborhhoic,prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulserasi
mukosa oralberulang, cheilitis agularis ).

c. Herpes zoster, dalam 5 tahun terakhir

d. Infeksi berulang pada saluran pernapasan atas


(misalnya sinusitis bacterial)

3. Stadium klinis 3

a. Penurunan berat badan >10%


b. Diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan

c. Demam dengan sebab yang tidak jelas >1 bulan


d. Kandidiasis oris

e. oral hairy leukoplakia

f. TB pulmoner dalam 1 tahun terakhir

g. Infeksi bacterial berat misalnya pneumonia, piomiositis.

4. Stadium klinis 4

a. HIV wasting syndrome, sesuai yang di tetapkan CD

b. PCP (pneumocystis carinii pneumonia)

c. Cryptococcosis ekstrapulmoner

d. Infeksi virus sitomegali

e. Infeksi herper simpleks >1 bulan

f. Berbagai infeksi jamur berat

g. Kandidiasis esophagus, trachea atau bronkus

h. Mikobakteriosis atypical

i. Salmonlosis non tifoid disertai setikemia

j. TB, ekstrapulmoner

k. Limfoma maligna

l. Sarcoma Kaposi

m. Ensefalopati HIV

c. Riwayat obstreti

1. Riwayat menstruasi

Fluor albus : banyak, gatal, berbau, warna hijau. Pada ibu dengan HIV mudah
terkena infeksi jamur yang bila mengenai organ genetal bisa menyebabkan
keputihan.
2. Riwayat obstetric lalu

Kehamilan yang lalu terinfeksi HIV, ibu dapat bersalin dengan SC

3. Riwayat kehamilan sekarang

Keluhan pada trimester I,II atau III pada ibu hamil dengan HIV seperti keluhan
ibu hamil normal terkadang dijumpai keluhan berdasarkan stadium HIV /
AIDS.
Trimester I : chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada
kehamilan 12-14 minggu ) sering kencing, pusing, ngidam, obstipasi.
Trimester II : body image dan nafsu makan bertambah

Trimester III : sering kencing, obstipasi, sesak nafas (bila tidur terlentang) sakit
punggung, edema, varises
4. Riwayat perkawinan
Hamil dengan HIV biasanya ibu atau suami menikah lebih dari satu kali atau
mempunyai banyak pasangan
5. Riwayat kesehatan ibu

Pada ibu dengan HIV biasnya penyakit yang diderita beragam, antara lain :
demam, faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia, letargi, malaise, nyeri
kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan, dapat juga
menimbulkan kelainan saraf seperti meningitis, ensefaliitis neuropati perifer dan
mielopati. Gejala-gejala dermatologi yaitu ruam makropapulereritematosa dan
ulkus makokutan
6. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit HIV dapat diturunkan oleh orang tua ataupun ditularkan oleh suami
penderita

2. Pemeriksaan fisik pada ibu


1. Pemeriksaan kesadaran

2. Tanda-tanda vital

 Tekanan darah: ibu hamil dengan HIV/AIDS tidak ada perbedaan tekanan
darah dengan ibu normal, Normalnya tekanan darah adalah 100/60-140/90
mmHg.
 Nadi: ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan jumlah nandi dengan ibu
hamil normal.

 Pemeriksaan suhu: suhu pada ibu hamil dengan HIV pada fase akut dan
fase laten akan mengalami demam.

 Pemeriksaan pernafasaan: pada ibu dengan HIV tidak ada peningkatan


jumlah pernafasaan , Normalnya 16-20x/menit

 Pemeriksaan Kepala dan Leher

a. Pemeriksaan mulut:

Mukosa bibir kering, caries gigi.pada pasien HIV stadium 2 terjadi


ulserasi mukosa berulang. Pada stadium klinis 3 terdapat
kandidiasis oris (pada rongga mulut terdapat pseudomembran
yangberwarna putih krem sampai keabu-abuan . periksa adanya
leukoplakia (plak putih di sekitar rongga mulut) (Nasronudin, 2007)).
 Pemeriksaan dada

Ada tarikan dinding dada. Ada ronchi dan wheezing sebagai indikasi
kelainan organ pernafasan. Apabila sudah terjadi TB pulmonar dan
PCP(Pneumocystis Carinii Pneumonia) manifestasi dari HIV/AIDS. Pada
pasien HIV mulai stadium 1 terdapat limpadenopati (pembengkakan kelenjar
limfe) (Nasronudin, 2007).

 Pemeriksaan Abdomen

Terdapat luka bekas SC apabila ibu persalinan yang lalu mengidap HIV
mencegah penularan ibu ke bayi. Pembesaran uterus terkadang tidak sesuai
dengan umur kehamilan. Hal tersebut dikarenakan adanya infeksi HIV
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin.

 Pemeriksaan kulit

Kadang ditemukan tanda-tanda dermatitis, herpes zoster, prurigo, dan


kelainan kulit lainya akibat infeksi jamur.
Pemeriksaan Ekstermitas Atas : tidak ada edema Bawah : tidak ada varises
Pada stadium 2 terlihat luka infeksi/ ulkus pada kuku.

 Genetalia
Vulva dan vagina pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna,
tidak berbau, tidak gatal). Pada ibu hamil dengan HIV memungkinkan
adanya infeksi candida yang menyebabkan flour albus (Nasronudin, 2007).

3. Pengkajian Gordon

a. Pola penatalaksanaa kesehatan persepsi kesehatan Pada kasus ini klien


dan keluarga tidak mengerti bahwa seks bebas dapat menyebabkan
penyakit yang berbahaya, seperti penyakit yang sedang diderita klien.
b. Pola Nutrisi Metabolik

Pada pasien HIV pola makan harus dijaga untuk menghindari terjadinya
infeksi oportinistik. Wanita dewasa memerlukan 2.500 kalori/hari, jumlah
tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300 kalori/hari
dengan komposisi menu seimbang. Pada pasien HIV yang mengalami
ulserasi mukosa oral terjadi gangguan pemenuhan nutrisi karena
ketidaknyamanan/sakit saat makan
c. Pola Eliminasi

BAK dalam batas normal BAB teratus setiap hari 1x

Pada stadium HIV lanjut (stadium III dan IV ) ibu dapat mengalamidiare
akut
d. Pola Aktivitas Latihan Fisik

Stadium 1 : penampilan atau aktivitas fisik skala 1 : asimtomatis, aktivitas


normal.
Stadium 2 : dengan atau penampilan aktivitas fisik skala 2 : simtomatis,
aktivitas normal
Stadium 3 : dengan atau penampilan/ aktivitas fisik skala 3 : lemah,berada di
tempat tidur <50%/hari dalam bulan terakhir.
Stadium 4 : dengan atau penampilan/aktivitas fisik skala 4 : sangat lemah,
selalu berada di tempat tidur >50%/hari dalam bulan terakhir .
e. Pola Istirahat Tidur

Pada stadium lanjut HIV ibu membutuhkan istirahat selalu berada ditempat
tidur >50%/hari dalam bulan terakhir
Pola Kognitif Perseptual

Biasanya terjadi perubhan status mental dengan rentang antara kacau mental
sampai dimensie, lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis,
retardasi pesikomotor/ respon melambat. Timbul refleks tidak
normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia. Termor pada
motorik kasar/ halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase, kejang
hemoragi retina dan eksudat(renitis CMV)
f. Pola Konsep diri dan persepsi diri

Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi,


ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak
marah kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
g. Pola Hubungan Peran

Biasanya pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga/orag terdekat,


aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
h. Pola Reproduksi Seksual

Seberapa sering aktivitas sex yang dilakukan ibu dari suami sebelum dan
selama kehamilan. Mungki ditemukan adanya penurunan aktivitas seksual
utamanya pada mereka yang sudah dikarenakan kondom dapat mencegah
penularan HIV
i. Pola Toleransi stress koping

Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya.


Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya.
j. Pola Keyakinan Nilai

Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan
spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji
apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien.

4. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun


ditandaidengan ketidak mampuan menelan makanan (SDKI, Hal:56)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder:imununosupresi (SDKI, Hal:304)

3. Ketidakmampuan koping keluarga ditandai dengan terlalu


khawatirdengan anggota keluarga (SDKI, Hal:204)

4. Harga diri rendah ditandai dengan perubahan citra tubuh

5. Pola napas tidak efektif ditandai dengan hambatan upaya napas,


pasien tampak sesak

6. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (kehamilan)


5. Intervensi Keperawatan

1. Dx.1: Defisit nutrisi

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan


kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil:

1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal

2. Klien mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang


disediakan

3. Klien mengalami peningkatan nafsu makan.


Intervensi Keperawatan

1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. R/ mengetahui kekurangan


nutrisi klien

2. Kaji penurunan nafsu makan klien. R/ agar dapat dilakukan


intervensi dalam pemberian makanan padaklien

3. Jelaskan pentingnya makan bagi proses penyembuhan R/ dengan


pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk
meningkatkan pemenuhan nutrisi

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan


yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit. R/ membantu
klien memilih makanan yang sesuai dengan keadaansakitnya.
2. Dx.2:Risiko infeksi

Tujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24


jam,diharapkan klien tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:

1. Menunjukan suhu normal dan tanda-tanda vital norma

2. Tidak menunjukan tanda-tanda inflamasi: edema, eritema, nyeri

3. Menunjukan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam


untukmencegah disfungsi dan infeksi respiratori

Intervensi Keperawatan:

1. Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi R/ mengawasi


kerentanan terhadap penyebaran infeksi

2. Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan


pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi. R/
meminta pengunjung mencuci tangan agar tidak ada
mikoroorganisme yang tertinggal di tangan yang dapat
menyebabkan memperburuk kondisi pasien maupun tertularnya
pengunjung.

3. Pantau tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam R/ untuk


mendeteksi peningkatan suhu tubuh, takikardia menunjukan
adanya sepsis.

4. Berikan terapi antibiotik bila perlu R/ antibiotic pilihan berguna


melawan organisme gram negatif dan gram positif.

3. Dx.3: Ketidakmampuan koping keluarga

Tujuan: seetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan klien atau keluarga klien sudah tidak khawati lagi
dengankondisi penyakit yang diderita klien.
Kriteria hasil:

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan


adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan
keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif.
Intervensi keperawatan

1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasien dan perawatannya R/


memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif
dengankeluarga.

2. Biarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal

R/ mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas

3. Ajarkan kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya R/


menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak
sederhana
4. Dx.4: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare berat Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jamdiharapkan,
klien menunjukan perbaikan intergritas kulit Kriteria Hasil:
1. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Intervensi Keperawatan:

2. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi,


dansensasi.lambarkan lesi dan amati perubahan R/ Menentukan
garis dasar diamana perubahan pada status dapatdibandingkan
dan melakukan intervensi yang tepat.

3. Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan.


Dorongn pemindahan berat badan secara periodik. Lindungi
penonjolan tulang dengan bantal, bantalan tumit/siku, kulit
domba R/ Mengurangi stress pada titik tekannan, meningkatkan
aliran darahke jaringan dan meningkatkan proses kesembuhan

4. Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut R/


Fiksasi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan
basahyangmenyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi

5. Gunting kuku secara teratur. R/ Kuku yang panjang/kasar

6. meningkatkan risiko kerusakan dermal.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus kelompok retrovirus


yang menyerang sel darah putih dan menyebabkan menurunnya sistem
kekebalan tubuh manusia. Infeksi virus ini berlaku seumur hidup,
kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan tanda dan gejala
suatu penyakit (asimptomatik) dalam jangka waktu yang cukup lama,
namun dalam jangka waktu tersebut pasien tetap dapat menginfeksi orang
lain.

AIDS adalah bentuk lanjutan dari infeksi HIV. HIV/AIDS merupakan


salah satu masalah besar yang dihadapi oleh dunia hingga saat ini. Hal ini
dikarenakan jumlah penderitanya yang meningkat setiap tahun, angka
penyebarannya yang sangat tinggi, dan hingga saat ini terapi yang diberikan
tidak dapat menyembuhkan secara tuntas, namun terapi yang diberikan
mampu meningkatkan kualitas hidup penderita.

Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan


HIV- AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan
suaminya yang sudah terinfeksi HIV. Tes-tes saat ini tidak membedakan
antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat menunjukkan tes negatif pada usia
9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba mengembangkan prosedur siap
pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons antibody bayi dan ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Bari Saifuddin, Abdul. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Materal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3. Jakarta : EGC
Nanda, NIC-NOC. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
DiagnosaMedis. Mediaction
Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien
terinfeksiHIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika.

Susanti NN. 2000. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta.

EGC.
Nursalam dan dwi,Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi

HIV/AIDS. Jakarta. Salemba medika.


Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

Mansjoer, Arif.2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Sculapius

Hawari D. 2006. Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi. Jakarta: FKUL

Anda mungkin juga menyukai