PELAYANAN KEFARMASIAN
HIV/AIDS
OLEH :
KELOMPOK 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Pelayanan kefarmasian yang berjudul Malaria dengan tepat waktu
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai AIDS. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya.
Kelompok 7
Kelompok 7 Page i
Makalah AIDS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penelitian..............................................................................2
D. Manfaat Penelitian............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep penyakit HIV/ AIDS…………………………………….. 3
1. Pengertian HIV/AIDS…………………………………………. 3
2. Deskripsi Penyakit……………………………………………... 4
a. Klasifikasi Infeksi HIV Berdasarkan
Gambaran Klinik (WHO 2006)……………………………….. 4
b. Fase Klinik HIV………………………………………………. 4
c. Patofisiologi…………………………………………………… 5
d. Manifestasi Klinik……………………………………………..6
B. Penatalaksanaan HIV/AIDS...........................................................8
1. Diagnosa…………………………………………………………8
2. Terapi………………………………………………………….. 9
3. Terapi Farmakologi……………………………………………..10
4. Penggolongan Obat-Obat Arv………………………………… 11
C. Pharmaceutical Care HIV/AIDS……………………………….. 16
1. Penegakan Diagnosis (Assessment)…………………………….16
2. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)………………..18
3. Implementasi Kebijakan..............................................................20
4. Pemantauan (Moitoring)..............................................................23
D. . Peran Apoteker..............................................................................26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……...............................................................................29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................30
Kelompok 7 Page ii
Makalah AIDS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit
yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan
virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat
berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang
datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi
fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi
melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa
menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik,
penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru
dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang
mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan
batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS
adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan
pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai
bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa
perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam
makalah ini dan mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara
Penanggulangannya”.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Ascquired Immunodeficiency Syndrrome ( AIDS) Adalah :
1. Bagaimana Konsep penyakit HIV/ AIDS
2. Bagaimana penatalaksanaan HIV/ AIDS
3. Bagaimana Asuhan kefafrmasian ( Pharmaceutical care ) pada penyakit
HIV/ AIDS: Assesmen, Care Plan, implementasi dan monitoring
4. Bagaimana Peran Apoteker dalam penatalaksanaan HIV/ AIDS
Kelompok 7 Page 1
Makalah AIDS
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) Ascquired
Immunodeficiency Syndrrome ( AIDS) Adalah :
1. Untuk mengetahui Konsep HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui tentang Penatalaksanaan HIV/AIDS.
3. Untuk mengetahui cara Pharmaceutical Care HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui Peran Apoteker dalam Pelaksanaan HIV/AIDS
D. Manfaat
Adapun manfaat dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) Ascquired
Immunodeficiency Syndrrome ( AIDS) Adalah Untuk memberikan
informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi
muda tentang AIDS, sehingga dengan demikian kita semua berusaha untuk
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja menyebabkan penyakit
AIDS.
Kelompok 7 Page 2
Makalah AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok 7 Page 3
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 4
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 5
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 6
Makalah AIDS
Factor lain yang mendukung keparahan penyakit HIV pada bayi HIV-
Seropositif :
Kematian ibu karena HIV atau ibu menderita HIV lanjut
CD4 <20%
Konfirmasi diagnose infeksi HIV harus ditegakan secepatnya.
a) Indikator AIDS mencakup beberapa tapi tidak semua dari fase
klinik 4 senerti Pneumocystis pneumonia, oesophageal
candidiasis, cryptococcal meningitis, cerebral toxoplasmosis,
unexplained wasting or malnutrition.
b) Didefinisikan sesuai dengan WHO Integrated Management of
Childhood Illness guidelines
Oral thrush: Plak kecil putih-krem lunak pada mukosa normal/merah
yang dapat dibersihkan (pseudomembranous), atau noda merah pada
lidah, langit-langit mulut atau tepi mulut umumnya lunak dan sakit.
Kelompok 7 Page 7
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 8
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 9
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 10
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 11
Makalah AIDS
DIDANOSIN
Indikasi : Infeksi HIV progresif atau lanjut; dalam kombinasi dengan
antiretroviral yang lain
Peringatan : Riwayat pankreatitis (perhatian khusus): Neuropati
perifer. hiperurisemia; monitor enzim hati (tangguhkan obat bila terjadi
penyimpangan: gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan; perlu pemerik saan retina terulama pada anak di bawah 5
bulan ateu bila terjadi gangguar fungsi penglihatan Lihat interaksi
Antimikroba (didanosin). Pankreatitis: tangguhkan pengobatan jika
terjadi peningkatan amilase serum (walaupun asimtonatik) sampai
diagrosis pankreatitis dapat disingkirkan. Bila nilai amilase kembali
normal, obat lany boleh diberikan bila benar-benar diperlukan (gunakan
dosis rendah dan naikkan bertahap). Hindarkan sedapat mungkin
kombinasi dengan obat yang bersifat toksik terhadap pankreas. Jika
kombinasi tidak dapat dihindari, lakukan pengawasan yang ketat.
Lakukan juga pengawasan ketat bila terjadi peningkatan trigliserida.
Kontraindikasi:Gangguan fangsi hati karena pemberian didanosin
sebeluminya; ibu menyusui
Efek samping: Pankreatitis, neuropati perifer, terutama pada infeksi
lanjut (tangguhkan pemberian obat): hiperurisemia asimtonatik
(tangguhkan permberian obat) diare (adakalanya berat), mual, muntah,
mulut kering,reaksi hipersensitivitas, gangguan retina dan nervus
optikus (terutama pada anak); diabeies melitus.
Dosis : Dewasa berat badan kuurang dari 60 kg: 125 mg tiap 12 jam.
Berat badan lebih dari 60 kg: 200 mg tiap 12 jam. Berai badan lebih
dari 60 kg: 200 mg tiap 12 jam. Anak di atas 3 bulan: 120 mg/m tiap 12
jam (90 mg/m' bila dikonbinasi dengan zidovudin).
Sediaan Beredar: Videx (Squibb USA) Tablet 50 mg, 100 mg (K)
LAMIVUDIN
Kelompok 7 Page 12
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 13
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 14
Makalah AIDS
dapat lebih jarang, tiap 1-3 bulan, pada infeksi dini dengan fungsi sum-
sunm tulang yang baik); defisiensi vitamin B12 (risiko neutropenia);
kurang dosis atau berikan terapi intermiten bila terjadi anemia atau
mielosupresi; gangguan fungsi hati, fungsi ginjal, awasi dengan ketat
pasien dengan risiko penyakit hati. (terutama wanita gemuk) termasuk
pasien dengan hepatomegali dan hepatitis: risiko asidosis laktat; usia
lanjut; kehamilan; tidak dianjurkan menyusui selama pengobatan.
Interaksi : Lihat interaksi antimikroba
Kontraindikasi: Neutropenia dan atau anemia lateraksi
hiperbilirubinemia dengan peningkatan transaminase.
Efek samping : Anemia (adakalanya memerlukan transfusi],
neutropenia dan leukopenia (lebih sering pada dosis tingi dan penyakit
lanjut): mual, muntah, anoreksia, sakit perut, dispepsia, sakit kepala,
ruain. demam, mialgia, parestesia, insomnia, lesu. Pernah dilaporkan
kejang, miopati, pigmentasi pada kuku, kulit dan mukosa, pansitopenia
(dengan hipoplasia sum-sum tulang dan kadang- kadang
trombositopenia); gangguan hati berupa perlemakan dan kenaikan
bilirubin dan enzim hati (langguhkan pengobatan bila terjadi
hepatomegali atau peningkatan transaminase progresif); asidosis laktat.
berat, yang memerlukan terapi selain fototerapi atau neonatus dengan
Elek samping
Dosis
Oral: dosis bervariasi, 500-600 mg/hari dalam 2-5 kali pemberian
atau 1 gram/ hari dalam 2 kali pemberian. Anak diatas 3 bulan: 120-
180 mg/m tiap 6 jam (maksimum 200 mg tiap 6 jam).
Kehamilan lebih dari 14 minggu: oral: 100 mg 5 kali sehari sampai
saat persalinan, kemudian pada fase persalinan dan setelah bayi lahir.
Intravena; dimulai dengan 2 mg/kg selama 1 jam, kemudian 1 mg/kg
sampai saat penjepitan tali pusat. Untuk operasi sesar selektif:
berikan 4 jam sebelum operasi. Neonatus: mulai dalam 12 jang
Kelompok 7 Page 15
Makalah AIDS
setelah lahir : per oral 2 mg/kg tiap 6 jam sampai berumur 6 minggu.
Atau intravena selama 30 menit dengan dosis 1,5 mg/kg tiap 6 jam.
Pasien yang sewaktu-waktu tidak dapat minum obat per oral:
Berikan injeksi intravena selama 1 jam dengan dosis 1-2 mg/kg tiap
4 jam, biasanya tidak lebih. dari 2 minggu.
Sediaan Beredar: Adovi (Tempo) Kapsul 100 mg. Avirzid (Sanbe)
Kapsul 100 mg (K). Retrovir (Glaxe Wellcome UK) Kapsul 100 mg.
250 mg, sirup 50 mg/5ml (K)
C. Pharmaceutical Care HIV/AIDS
1. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan hasil tes HIV. Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu
dirujuk ke Pelayanan Dukungan Pengobatan untuk menjalankan serangkaian
layanan yang meliputi penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan
penilaian virologi. Hal tersebut dilakukan untuk: a. Menentukan apakah
pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi antiretroviral. b. Menilai status
supresi imun pasien. c. Menentukan infeksi oportunistik yang pernah dan
sedang terjadi. d. Menentukan paduan obat ARV yang sesuai.
Penilaian yang dilakukan pada pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
a. Penilaian Stadium Klinis Stadium klinis harus dinilai pada saat
kunjungan awal dan setiap kali kunjungan untuk penentuan terapi ARV
dengan lebih tepat waktu.
b. Penilaian Imunologi (pemeriksaan jumlah CD4) Jumlah CD4 adalah cara
untuk menilai status imunitas ODHA. Pemeriksaan CD4 melengkapi
pemeriksaan klinis untuk menentukan pasien yang memerlukan
pengobatan profilaksis IO dan terapi ARV. Rata-rata penurunan CD4
adalah sekitar 70-100 sel/mm3/tahun, dengan peningkatan setelah
pemberian ARV antara 50–100 sel/mm3/tahun. Jumlah limfosit total
(TLC) tidak dapat menggantikan pemeriksaan CD4.
Kelompok 7 Page 16
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 17
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 18
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 19
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 20
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 21
Makalah AIDS
4) Ketepatan Lingkungan
Dalam ketepatan ini, ada dua lingkungan yang mempengauhi yaitu
lingkungan kebijakan (interaksi diantara lembaga perumus kebijakan
dan pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang terkait) dan
lingkungan eksternal (presepsi publik akan kebijakan dan implementasi
kebijakan). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwasanya
lembaga-lembaga perumus kebijakan dan lembaga lainnya ikut
mendukung akan penerapan kebijakan ini, begitu juga masyarakat
menerima akan adanya kebijakan ini karna masyarakat merasa
memerlukannya. Dapat dilihat pada hasil wawancara tersebut :
Informan 1 dalam kebijakan juga sangat diperlukan lemabaga untuk
mendukung kebijakan ini supaya itu tadi agar masalah nya bisa
diselesaikan dan semua kebijakan pasti memiliki lembaga didalamnya
dan untuk kebijakan HIV ini lembaga yang ada didalamnya adalah
Walikota dan lembaga legal lainnyadan untuk media massa nya juga
ikut berperan dalam ini mereka juga ikut mendukung adanya kebijakan
ini.
5) Ketetapan Proses
Secara umum implementasi kebijakan dalam hal ketepatan proses
memiliki 3 kategori yaitu penerimaan kebijakan, adopsi kebijakan, serta
birokrasi pelaksana. Berdasarkan hasil wawancara kepada informan
bahwasanya masyarakat telah menerima kebijakan tersebut dan mereka
juga telah paham akan keberadaan kebijakan ini serta masyarakat juga
telah bersedia untuk menjalankan kebijakan ini.
Dapat dilihat pada hasil wawancara tersebut :
Informan 1 " sejauh ini semua sudah paham tentang kebijakan ini
bagaimana dan apa yang harus dilaksanakan ya mereka sudah
pasti paham gitu kan kalau gak bagaimana mereka bisa menekan
kan nya kepada puskesmas atau masyarakat lain.
Kelompok 7 Page 22
Makalah AIDS
4. Pemantauan (Moitoring)
Penggunaan d4T (Stavudine) dikurangi sebagai paduan lini
pertama karena pertimbangan toksisitasnya. Terapi lini kedua harus
memakai Protease Inhibitor (PI) yang diperkuat oleh Ritonavir (ritonavir-
boosted) ditambah dengan 2 NRTI, dengan pemilihan Zidovudine (AZT)
atau Tenofovir (TDF) tergantung dari apa yang digunakan pada lini pertama
dan ditambah Lamivudine (3TC) atau Emtricitabine (FTC). PI yang ada di
Indonesia dan dianjurkan digunakan adalah Lopinavir/Ritonavir (LPV/r).
Tatalaksana infeksi oportunistik sesuai dengan gejala yang muncul.
Pengobatan Pencegahan Kotrimoksasol (PPK) Beberapa infeksi
oportunistik (IO) pada ODHA dapat dicegah dengan pemberian pengobatan
profilaksis. Terdapat dua macam pengobatan pencegahan, yaitu profilaksis
primer dan profilaksis sekunder.
a. Profilaksis primer adalah pemberian pengobatan pencegahan untuk
mencegah suatu infeksi yang belum pernah diderita.
b. Profilaksis sekunder adalah pemberian pengobatan pencegahan yang
ditujukan untuk mencegah berulangnya suatu infeksi yang pernah
diderita sebelumnya.
Pemberian kotrimoksasol untuk mencegah (secara primer maupun
sekunder) terjadinya PCP dan Toxoplasmosis disebut sebagai Pengobatan
Pencegahan Kotrimoksasol (PPK).
PPK dianjurkan bagi:
a. ODHA yang bergejala (stadium klinis 2, 3, atau 4) termasuk
perempuan hamil dan menyusui. Walaupun secara teori
kotrimoksasol dapat menimbulkan kelainan kongenital, tetapi karena
risiko yang mengancam jiwa pada ibu hamil dengan jumlah CD4
yang rendah (<200) atau gejala klinis supresi imun (stadium klinis 2,
3 atau 4), maka perempuan yang memerlukan kotrimoksasol dan
kemudian hamil harus melanjutkan profilaksis kotrimoksasol.
Kelompok 7 Page 23
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 24
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 25
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 26
Makalah AIDS
Peran apoteker seharusnya tidak hanya pada pengelolaan obat ARV, tetapi
juga terlibat dalam pemberian informasi obat ARV, konseling,dan monitoring
penggunaan ARV. Pemantauan efek toksik ARV ini sebenarnya juga
merupakan tanggung jawab apoteker, di sini apoteker dapat lebih berperan.
Konseling oleh apoteker diperlukan untuk mengatasi efek toksik tersebut
Pemberian Informasi Obat
1. Cara dan aturan pakai
2. Efek samping
3. Kegunaan/manfaat obat
4. Dosis
5. Cara penyimpanan
6. Pola hidup
7. Kepatuhan minum obat
8. Jadwal ambil obat
9. Informasi tentang antibiotik
melakukan konseling secara cukup komprehensif yaitu meliputi evaluasi
kepatuhan, efek samping, kenaikan CD4, berat badan, dan obat lainnya yang
diminum serta keluhan seputar pengobatan, ada lembar kartu pengobatan
pasien, riwayat pengobatan pasien dari awal pengobatan, konseling pola
hidup sehat, gizi, cara mengatasi efek samping obat, menjelaskan ke keluarga
tentang kewaspadaan adanya penularan, cara mencegah penularan, cara
menyiapkan obat, dan memberikan atau meminum obat
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit merupakan landasan hukum apoteker untuk melakukan
konseling kepada pasien.
Peran apoteker dalam pengobatan HIVAIDS meliputi antara lain:
1. Penyedia jasa penyuluhan dan pendidikan. Hal ini diperlukan untuk
memotivasi pasien dan keluarganya khususnya dalam kepatuhan terapi
agar tercapai luaran klinis yang positif dan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Kelompok 7 Page 27
Makalah AIDS
Kelompok 7 Page 28
Makalah AIDS
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia.
Sedangkan AIDS (Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah
kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan
penyakit dari luar.
2. Klasifikasi Infeksi HIV Berdasarkan Gambaran Klinik (WHO 2006) Yaitu
: Tanpa Gejala, Ringan, Lanjut, dan Parah
3. Fase Klinik HIV : Fase Klinik 1, Fase Klinik 2, Fase Klinik 3, Fase Klinik
4.
4. Patofisiologi : Infeksi HIV terjadi lewat 3 cara utama : Seksual, parenteral,
dan perinatal, Penggunaan jarum atau peralatan suntikan lainnya yang
terkontaminasi oleh pengguna obat terlarang adalah penyebab utama
transmisi parenteral dan akhir – akhir ini jumlahnya seperempat dari kasus
AIDS yang dilaporkan di Amerika, Petugas kesehatan mempunyai resiko
yang kecil tertular HIV akibat pekerjaanya, sebagian besar penularan
karena luka akibat jarum suntik, Infeksi perinatal atau penularan vertical,
penyebab utama (> 90% 0pada infeksi HIV anak. Risiko penularan ibu-
anak sekitar 25 % terjadi pada kasus tidak menyusui atau terapi ARV,
Pemberian air susu ibu (ASI) dapat juga menularkan HIV.
5. Manifestasi Klinik : Manifestasi klinik infeksi HIV primer bervariasi,
tetapi pasien sering mengalami gejala viral seperti demam, faringitis, dan
adenopati ( gangguan kelenjar terutama kelenjar limpa ). Gejala dapat
hilang setelah 2 minggu, Kemungkinan perkembangan AIDS berhubungan
dengan bebas virus RNA, pada suatu studi kecepatan berkembang dalam 5
tahun adalah 8 %, 26 %, 49% dan 62% untu kopi virus/ml atau > 36270
Kelompok 7 Page 29
Makalah AIDS
kopi virus, Fase klinik berdasarkan WHO dapat dilihat pada table dibawah
sedangkan klasifikasi imunologi untuk menetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Yulinah Sukandar, Apt, dkk.2011. ISO FARMAKOTERAPI II. Penerbit Ikatan Apoteker
Indonesia. Jakarta Barat.
Kelompok 7 Page 30