Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN HIV/AIDS

Disusun Oleh:

1. Purnatika
2. Mita Fatima Mernissi 6.
3. Yuyun Agustina 7.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas matakuliah Keperawatan Paliatif dalam bentuk
makalah Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Hiv/AIDS.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari bapak ibu
dosen agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatn


Paliatif Pada Pasien Hiv/AIDS ini dapat memberikan manfaat

Mataram, 05 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................

B. Rumusan Masalah ..................................................................................

C. Tujuan.....................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit .......................................................................... 3

1. Pengertian HIV/AIDS ........................................................................

2. Etiologi...............................................................................................

3. Tanda Dan Gejala...............................................................................

4. Pathway..............................................................................................

5. Pemeriksaan Penunjang .....................................................................

6. Komplikasi .........................................................................................

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................................... 3

1. Pengkajian ..........................................................................................

2. Analisa Data .......................................................................................

3. Diagnosa Keperawatan ......................................................................

4. Rencana Tindakan..............................................................................

5. Implementasi......................................................................................
6. Evaluasi..............................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN HIV/AIDS

A. Studi Kasus ............................................................................................ 15

B. Pengkajian..............................................................................................

C. Analisa data............................................................................................

D. Diagnosa Keperawatan ..........................................................................

E. Intervensi Keperawatan .........................................................................

F. Implementasi..........................................................................................

G. Evaluasi..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan


gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada
tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit


dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan


menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan


31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI
tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus
angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas
76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak
mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi
sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di
Asia. Dengan demikian kami kelompok 4 prodi DIV keperawatan tingkat 3
poltekkes kemenkes kaltim membuat makalah mengenai asuhan keperawatan
paliatif pada pasien dengan HIV AIDS.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk


mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai bagaimana asuhan
keperawatan paliatif pada pasien HIV AIDS.

2. Tujuan Khusus

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untukmengetahui


dan menambah pengetahuan mengenai bagaimana asuhan keperawatan
paliatif pada pasien HIV/AIDS meliputi:

a. Konsep dasar penyakit HIV/AIDS

b. Konsep dasar askep paliatif HIV/AIDS

c. Contoh asuhan keperawatan paliativ pada pasien HIV/AIDS

C. Sistematika Penulisan

Makalah asuhan keperawatan paliatif pada HIV AIDS disusun dengan


sistematika penulisan yang terdiri atas kata pengantar, daftar isi, bab 1 terdiri
dari latar belang, tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dan
sistematika penulisan. Selain itu makalah ini terdiri dari bab 2 yaitu tinjauan
teori yang memuat konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan
keperawatan pada HIV AIDS. Untuk bab 3 berisi asuhan keperawatan paliatif
pada pasien HIV AIDS dan untuk bab 4 adalah penutup yang berisi
kesimpulan dan saran
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang

dapat menurunkan kekebalan tubuh (BKKBN, 2007). Menurut Depkes

RI (2008) menyatakan bahwa HIV adalah sejenis retrovirus-RNA

yang menerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah

singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan

gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan

tubuh yang disebabkan oleh virus HIV. HIV/AIDS adalah suatu

kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari

infeksi oleh HIV (Sylvia & Wilson, 2005).

AIDS atau sindrom kehilangan kekebaan tubuh adalah kehilangan

kekebalan tubuh manusia sebuah sistem kekebalannya dirusak oleh

virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS

mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan pirus

tertentu yang bersipat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering

sekali menderita keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limpoma

yang hanya menyerang otak (Djuanda, 2007).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

HIV/AIDS adalah suatu syndrom atau kumpulan tanda dan gejala

yang terjadi
akibat penurunan dan kekebalan tubuh yang didapat atau

tertular/terinfeksi virus HIV.

2. Etiologi

Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah

diketahui dua tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi

sebagian besar disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak

terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis dari HIV-1 dan HIV-2

relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah ditularkan

dan masa inkubasi sejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit

lebih pendek (Martono, 2006).

HIV yang dahulu disebut virus limpotrofik sel T manusia atau

virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik

dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya

(RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke

dalam sel penjamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,

dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia (Sylvia

& Wilson, 2005).

Insiden HIV/AIDS lebih sering pada jenis kelamin laki-laki dari

pada perempuan. Sering terjadi pada kelompok usia produktif (20-49

tahun), dimana penularan lebih banyak melalui hubungan seksual yang


berganti-ganti pasangan dengan rendahnya pemakain kondom dan

pemakaian jarum suntik di kalangan pemakai narkoba (Martono, 2006).

3. Tanda dan Gejala

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research


(MFMER) (2008) dan Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis dari
HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

a. Fase awal (akut):

1) Kadang tidak ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi.

2) Gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan,


ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening.

3) Dapat menularkan virus kepada orang lain.

b. Fase lanjut (asimtomatik)

1) Bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih.

2) pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala


yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan
pernafasan pendek.

c. Fase akhir (simtomatik)

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan
infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya

antibodi terhadap HIV ada dua yaitu:

a. ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)

b. Western blot.
5. Komplikasi

Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAD, 2003)


komplikasi yang terjadi pada pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut :

a. Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru-paru

b. Kandidiasis esophagus

c. Kriptokokosis ekstra paru

d. Kriptosporidiosis intestinal kronis (>1 bulan)

e. Renitis CMV (gangguan penglihatan)

f. Herpes simplek, ulkus kronik (> 1 bulan)

g. Mycobacterium tuberculasis di paru atau ekstra paru

h. Ensefalitis toxoplasma.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Paliatif

1. Pengkajian

a. Data Biografi :
1) Identitas Klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama pendidikan,
pekerjaan, status marital, suku/bangsa, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, no. Registrasi, diagnosa medik,
alamat.

2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,


agama, pekerjaan, pendidikan, hubungan dengan klien, alamat.

b. Genogram

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan saat masuk rumah sakit,


keluhan saat pengkajian.

2) Riwayat kesehatan dahulu : pernah mengalami penurunan berat


badan, nafsu makan berkurang, obat yang pernah dikonsumsi,
riwayat melakukan hubungan seks bebas tanpa memakai
pengaman.

3) Riwayat kesehatan keluarga: penyakit menular seperti TBC


maupun penyakit keturunan seperti kencing manis dan
hpertensi dalam keluarga.

d. Pola Aktivitas Sehari-hari

1) Nutrisi : Makan, minum

2) Eliminasi : BAB, BAK

3) Personal hygiene : Mandi, gosok gigi, keramas, gunting kuku

4) Istirahat dan tidur : Siang, malam

5) Aktivitas : Sebelum masuk rumah sakit maupun aktivitas


dibangsal.

e. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan : Dyspnea, takipnea, sianosis, menggunakan
otot bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

2) Sistem kardiovaskuler : Takikardi, sianosis, hipotensi.

3) Sistem pencernaan : Intake makan dan minum menurun, mual,


muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram,
hepatosplenomegali, kuning.

4) Sistem perkemihan : Distensi kandung kemih, pembesaran


ginjal, edema palpebra, frekuensi kemih, warna, bau dan
jumlah urin.

5) Sistem reproduksi : Lesi atau eksudat pada genital.

6) Sistem endokrin : Pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran


kelenjar getah bening, gerakan tremor.

7) Sistem muskuloskeletal : Focal motor deifisit, lemah, tidak


mampu melakukan ADL.

8) Sistem integumen : Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek,


petekie positif

9) Sistem penglihatan, pendengaran, wicara : Gangguan


penglihatan, gangguan bicara, gangguan pendengaran.

10) Sistem persyarafan : Gangguan refleks pupil, nystagmus,


vertigo, ketidakseimbangan, kaku kuduk, kejang, paraplegia,
nervus I-XII.

f. Data Psikologis : Status emosi, kecemasan, pola koping, gaya


komunikasi.

g. Konsep Diri : Gambaran diri, harga diri, peran diri, identitas diri,
ideal diri.
h. Data Sosial : Hubungan klien dengan keluarga, petugas, dan sesama
pasien di ruang perawatan.

i. Spiritual : Agama dan keyakinan.

j. Data Penunjang :

1) Laboratorium : Hematologi, kimia klinik, AGD, feces, urin.

2) Pengobatan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri b.d agen injury biologis

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d


ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis

c. Deficit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan

d. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status metabolik

e. Resiko infeksi dengan factor resiko prosedur Infasif, malnutrisi,


imonusupresi , ketidakadekuatan imun buatan , tidak adekuat
pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon
inflamasi), tidak adekuat pertahanan tubuh primer

f. Tidak efektifnya mekanisme koping keluarga b.d kemampuan dalam


mengaktualisasi diri

g. Deficit perawatan diri b.d kelemahan fisik


4. Rencana Tindakan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV), maka terapinya yaitu (Endah Istiqomah:2009) :
1. Pengendalian infeksi opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokonial, atau sepsis.
Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat
replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase.
AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <> 3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
HIV positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat
ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant Virus
4. Vaksin dan rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus
perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1. Memberikan dukungan mental-psikologis
2. Membantu mereka untuk bisa mengubah perilaku yang tidak beresiko tinggi menjadi perilaku yang tidak
beresiko atau kurang beresiko
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mepertahankan kondisi tubuhyang baik.
4. Membantu mereka untuk menemukan solusi pemasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya, antara lain
bagaimana mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.
5. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana


tindakan yang telah dibuat untuk mencapai kriteria hasil yang sesuai dan
telah ditetapkan dalam perencanaan

6. Evaluasi

Penilaian atau observasi yang dilakukan setelah dilakukannya


tindakan keperawatan yang sesuai dengan rencana tindakan yang telah
dibuat terhadap pasien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

A. Studi Kasus

Tn. I 27 tahun dirawat di ruang IRNA karena sudah 2 minggu klien


mengeluh pilek, diare, dan berat badan menurun. Mukosa mulut dan bibir
agak kering, terdapat bercak bercak putih tipis disisi lidah dan gusi. Oleh
perawat didapatkan hasil laboratorium Hb 10,7 gr/dl, Leukosit 9.700/mm3,
Trombosit 372.000/uL.

B. Pengkajian

1. Data Biografi
a. Identitas Klien
Nama : Tn. I
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Katholik
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Marital : Belum menikah
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal MRS : 20 September 2017 Jam 08.10
Tanggal Pengkajian : 20 September 2017 Jam 09.50
No. Medrec 06010150
Diagnosa Medik : Diare Akut pada ODHA
Alamat : Jl. Jember Raya No. 29
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Klien: Anak
Alamat : Jl. Jember Raya No. 29

Genogram

Tn. Ny.

A
n.

Ket: : laki-laki
:

: perempuan

:
klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan saat masuk RS :
Dua minggu sebelum berobat ke RS Sentosa klien
mengeluh pilek, diare dan berat badan dirasakan menurun,
tanggal 6 September 2017 klien berobat ke RS Sentosa dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium anti HIV. Klien diduga
AIDS tapi untuk memastikan diagnosa terebut dianjurkan
dilakukan pemeriksaan konfirmasi anti HIV Western Blot ke
RSUPN Harapan Sehat. Klien disarankan dirawat di RSU
Jember Sehat, 4 hari sebelum berobat ke RSU Jember Sehat
klien mengeluh diare 5x/hari konsistensi cair tanpa disertai
lendir dan darah, perut klien dirasakan nyeri, badan klien terasa
lemas. Tanggal 20 September 2017 klien berobat ke RSU
Jember Sehat kemudian dirawat di ruang 10A.
2) Keluhan saat pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 September 2017
pukul 09.50 WIB klien mengeluh demam, dan diare 6-7 kali
sejak satu hari yang lalu, dengan konsistensi cair(+), darah (-),
lendir (-), diare dirasakan bertambah ketika mengkonsumsi
makanan pedas, klien mengatakan diare disertai sakit pada
daerah perut, klien mengeluh mual saat makan tanpa muntah
dan klien juga mengatakan sakit pada waktu menelan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami diare sampai terjadi
penurunan berat badan, nafsu makan berkurang dan timbul
bercak-bercak putih pada mulut, klien hanya berobat ke dokter
praktek dan klien mendapatkan obat anti diare dan vitamin,
klien mengaku sering mengkonsumsi zat-zat narkoba dan
melakukan hubungan seks bebas tanpa memakai pengaman.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Klien menyangkal dikeluarganya ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC, penyakit turunan seperti kencing
manis, dan hipertensi/darah tinggi. Klien mengatakan penyakit
yang saat ini diderita, hanya dirinya di keluarga.

3. Pola Aktivitas Sehari-hari


No Jenis Di Rumah Di Rumah Sakit
Aktivitas
1. Nutrisi
a. Makan Klien makan dengan nasi Makan dengan bubur,
putih, sayur, dan lauk sayur, dan lauk pauk
pauk, buah kadang- dengan telur.
kadang. Buah-buahan: pisang
Klien mengatakan tidak dan pepaya. Klien juga
mempunyai pantangan sempat makan
dalam mengkonsumsi makanan pedas yang
makanan. Klien makan dibawa adiknya. Klien
sehari 3x, satu porsi hanya dapat
habis. Tidak ada keluhan menghabiskan ½ porsi,
mual dan muntah. makan sehari 3x, klien
mengeluh mual saat
makan dan tidak
b. Minum muntah.
Klien minum setiap kali Minum air putih sehari
merasa haus, dan setiap mencapai 4 botol aqua
habis makan. Sehari rata- 500 ml
rata 9 gelas air putih
( 1 gelas = 250 cc)
2. Eliminasi
a. BAB Klien mengatakan setiap Klien mengatakan
hari BAB 5x/hari, BAB 6-7 x/hari cair,
konsistensi cair, darah(-) tidak berlendir dan
dan lendir (-), warna berdarah dalam faeces
faeces kuning. saat BAB.

b. BAK Klien BAK 3-4 x/hari Klien BAK 3x/hari


tidak ada keluhan apapun warna kuning tidak
saat berkemih merasakan keluhan
apapun saat berkemih
3. Personal
Hygiene
a. Mandi Sehari 2x memakai Klien dapat mandi
sabun sendiri 1x/hari dengan
memakai sabun.
b. Gosok Sehari 2x memakai odol Klien mengaku
Gigi dan sikat gigi menggosok gigi 2 hari
sekali.
c. Keramas Klien keramas 2 kali/ Klien keramas 1x
minggu memakai pada saat awal masuk
shampo RS dan membasahi
rambut tiap kali mandi
d. Gunting Klien senantiasa Klien mengunting
Kuku menggunting kuku 1 kuku sekali selama
minggu 1x Dirawat
4. Istirahat
dan Tidur
a. Siang Klien tidak pernah tidur Sering,
siang karena kerja di sebentar-sebentar
bengkel dari pagi sampai antara ½ -1 jam
sore
b. Malam Klien dapat tidur dengan Klien mengatakan
nyenyak mulai pukul sering terbangun dari
23.00 kadang pukul tidur dikarenakan
01.00 baru tidur sampai BAB yang terus
pukul 06.00 menerus.
5. Aktivitas Klien bekerja tiap hari Klien mengatakan
mengelola bengkel dari kegiatan di bangsal
pagi sampai sore. hanya tidur dan baca
Koran

4. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Pernafasan melalui hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung
(pch). Ukuran dan bentuk hidung simetris, tidak ada deviasi septum,
hidung kokoh, tidak ada sekret, terdapat bulu hidung (fibrise), Tidak
terdapat polip, pola nafas reguler, frekuensi 28x per menit, tes
kepatenan kuat nostril kanan dan kiri.
Diameter dada antero posterior (AP) 2:1, Pergerakan dada
simetris antara kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, auskultasi
bunyi nafas vesikuler pada seluruh area paru serta tidak ditemukan
ronchi dan wheezing. Perkusi suara vokal premitus terdapat pada
kedua paru. Ekspansi paru kanan dan kiri sama.
b. Sistem Kardiovaskuler
Konjunctiva warna merah muda (tidak pucat), bibir tidak
sianosis, Ictus cordis terdapat pada line midklavikula inter costalis
(ICS) V, tidak ada peninggian jugular vena pressure (JVP), pada
pemeriksaan auskultasi bunyi S1 pada daerah katup trikuspidal dan
mitral, bunyi S2 pada daerah katup aortik dan pulmonal di sela iga II
parasternal kiri dan sela iga II parasternal kanan. Bunyi jantung
murni reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada oedema tungkai, tidak
ada clubing finger, capilary refile time (CRT) < 3 detik, akral hangat.
Burgeur tes negatif, Homan tes negatif, tensi darah 90/60 mmHg,
Nadi 104 x per / menit.
c. Sistem Pencernaan
Bibir tidak sianosis, mukosa mulut dan bibir agak kering,
terdapat bercak-bercak putih tipis di sisi lidah dan gusi, ukuran dan
bentuk simetris, warna gigi agak kuning, jumlah tidak lengkap,
ditemukan nyeri menelan, uvula kaku dan tampak kemerahan,
bentuk abdomen agak cekung, lembut, tidak teraba massa, tidak
terdapat lesi / luka bekas operasi, turgor kulit lambat, auskultasi
bising usus 34x per menit, pada perkusi terdapat bunyi tympani pada
seluruh daerah abdomen, kecuali pada kwadran kanan atas –
hypocondriac kanan (organ hati), pada palpasi terdapat nyeri tekan,
ukuran hati tidak membesar, berat badan sebelum sakit 55 kg dan
sesudah sakit 45 kg, LILA 16cm.
d. Sistem Perkemihan
Tidak terlihat distensi kandung kemih, tidak teraba pembesaran
ginjal, tidak terdapat nyeri ketok costavertebra, tidak ada oedema
palpebra, klien dapat berkemih 3-4 x/hari + 100 cc warna kuning
jernih tanpa ada keluhan
e. Sistem Reproduksi
Area genital tidak dapat dikaji karena klien merasa malu. Klien
hanya mengatakan penisnya tidak dapat ereksi.
f. Sistem Endokrin
Tidak ada gambaran moon face, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tyroid, tidak nampak pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada gerakan tremor / ektra piramidal.
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Atas
Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada poli dan syndactyli,
tidak terdapat atropi, tidak terdapat gambaran tromboplebitis,
gerakan bebas. Refleks bisep +/+, trisep +/+, radiobrakhialis +/+.
Kekuatan otot 5/5
2) Bawah
Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada deformitas, pergerakan
bebas, Homan tes negatif, tidak ada oedema tungkai, kekuatan
otot 5/5, refleks achiles +/+, Refleks patela +/+, refleks babinski
negatif. Sensasi tajam tumpul positif.
h. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit ekstremitas atas dan bawah
kering dan bersisik terdapat keropeng diektrremitas atas dan bawah,
rambut panjang warna hitam dan tampak kotor, distribusi merata,
tidak mudah dicabut, kuku pendek bersih, tidak terdapat luka bekas
operasi, badan klien teraba panas dengan temperatur: 38,2o C per
axila menggunakan termometer air raksa. Turgor kulit menurun.
i. Sistem Penglihatan, Pendengaran, Wicara
Tidak terdapat gangguan pada penglihatan, wicara dan
pendengaran baik, terbukti klien dapat membaca dan menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan benar, tidak menggunakan alat
bantu baca dan pendengaran.
j. Sistem Persyarafan
1) Fungsi serebral
a) Status Mental
(1) Orientasi
Klien dapat membedakan, petugas dan sesama
pasien.
Klien dapat menyebutkan tanggal, bulan, tahun,
keberadaannya saat ini, dan di kota mana ia berada.
(2) Daya Ingat
Tidak terdapat gangguan baik jangka panjang, dan
pendek, Klien dapat menyebutkan ulang 3 nama
objek dengan jelas yang diperlihatkan perawat.
Klien dapat mengingat tahun kelahiran saat ditanya
ia menjawab tahun 1990.
(3) Perhatian / Konsentrasi
Klien dapat meneruskan 5 angka kedepan dan
kebelakang dari pengurangan yang disebutkan
perawat.
(4) Konsentrasi
Tidak mengalami gangguan wicara, intonasi sesuai
dengan keadaan emosi, klien menggunakan bahasa
Indonesia saat wawancara, vokal jelas dan dapat
dimengerti, komunikasi non verbal sesuai dengan
emosi / afek (keadaan topik pembicaraan).
b) Kesadaran
Kompos mentis
2) Fungsi syaraf
cranial
a) Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman tidak terganggu, klien dapat
membedakan dan mengenal antara bau kayu putih dan kopi
dengan mata tertutup secara bergantian pada kedua nostril.
b) Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca koran pada jarak +30, lapang
pandang tidak mengalami penyempitan.
c) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, trochlearis, abdusen)
Klien dapat menggerakan bola matanya ke arah yang
diperintahkan pengkaji (lateral,medial, oblique inferior dan
superior), pupil isokor, bereaksi terhadap cahaya.
d) Nervus V (Trigeminus)
Klien dapat merasakan pilinan kapas pada wajah, otot
maseter kuat, reflek kornea positif, fungsi mengunyah baik.
e) Nervus VII (Facialis)
Klien dapat merasakan rasa manis, asin pada 2/3 anterior
lidah, klien dapat menyeringai, mengerutkan dahi, dan
mengedepankan kedua bibir ke arah depan
f) Nervus VIII ( Auditorius)
Klien dapat mendengar bisikan yang diberikan perawat
dengan telinga sebelah tertutup dan klien dapat
mengulanginya dengan benar, tes tunjuk jari-hidung dapat
dilakukan klien.
g) Nervus IX (Glosofaringeus)
Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah
h) Nervus X (Vagus)
Fungsi menelan terganggu, klien dapat membuka mulut,
uvula kaku dan tampak kemerahan saat klien mengatakan
“ah”
i) Nervus XI (Asesorius)
Klien dapat menggerakan leher ke kanan dan ke kiri tanpa
hambatan, otot sternokledomastoideus tegang saat klien
melawan daya yang diberikan pada mandibula oleh
pengkaji. Klien dapat menahan beban yang diberikan pada
bahunya
j) Nervus XII (Hypoglosus)
Klien dapat menjulurkan lidah, menggerakannya ke kanan
dan ke kiri.

5. Data Psikologis
a. Status Emosi
Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah
tersinggung, afek dan mimik muka sesuai keadaan.
b. Kecemasan
Klien mengaku bahwa dirinya diduga dengan diagnosis AIDS, Klien
bertanya kepada perawat apakah benar dia sudah positif mengidap
HIV? serta menanyakan; “Apakah penyakit saya bisa
disembuhkan?” ekspresi wajah klien tampak cemas dan gelisah.
c. Pola Koping
Klien mengatakan bila mempunyai masalah klien hanya
mengatasinya sendiri kemudian bergaul dengan teman-teman dan
untuk mengalihkan masalahnya klien minum-minuman beralkohol
sampai mabuk dan melakukan hubungan sexual dengan PSK
(Pekerja Sex Komersial).
d. Gaya Komunikasi
Pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, vokal jelas,
menggunakan bahasa Indonesia saat wawancara, sehari-hari klien
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

6. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa
malu dan bingung karena sejak menderita sakit ini penis klien tidak
dapat ereksi.
b. Harga Diri
Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan
klien merasa malu dengan keadaan dirinya yang diduga mengidap
HIV.
c. Peran Diri
Klien seorang pemuda sudah bekerja mengelola bengkel dan dapat
mencukupi kebutuhannya sehari-hari serta membiayai kuliah
adiknya..
d. Identitas Diri
Klien mengaku dirinya adalah seorang bujangan, pendiam, tidak
gampang marah.
e. Ideal Diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali
menjalankan aktifitas di bengkel yang dikelolanya.

7. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu
oleh saudaranya yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama
dengan petugas dan sesama pasien di ruang perawatan. Klien termasuk
pribadi yang kooperatif.

8. Data Spiritual
Klien beragama katholik, klien percaya penyakitnya dapat di sembuhkan,
klien mengatakan datangnya ke RS merupakan salah satu usaha yang
harus ia jalani karena penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhannya.
Klien mengatakan jarang melakukan peribadahan sesuai dengan agama
yang di yakininya.

9. Data Penunjang
Laboratorium.
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
1 Hematologi
- Haemoglobin 10.7 13-18 gr / dl
- Leucosit 9.700 3.8-10.6rb /mm3
- Hematokrit 31,0 40-52 %
- Trombosit 372.000 150-440 rb / mm3

Kimia klinik
- Ureum 43 15-50 mg /dl
- Kreatinin 1.12 0.6-1.1 mg /dl
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
- GDS 123 < 140 mg / dl
- SGOT 60 sd. 37 U/L0 C
- SGPT 59 Sd. 40 U/L0 C
- Albumin 2,3 3,5-5,0 Gr/dl
- Globulin 1,9 3,1-3,7 Gr/dl

AGD
- Ph Arteri 7,410 7,35 – 7,45 mmHg
- PCO2 25,5 35 – 48 mmHg
- PO2 112,5 80 - 108 mmHg
- HCO3- 15,9 22 – 26 meq/L
- Total CO2 Arteri 16,7 22 – 29 mmHg
- Base Excess Arteri -7,0 (-2) – (+3) meq/L
- Saturasi O2 98,3 95 – 98 %
- Urine
- Bj 1.005 .002-1.03
- Ph 7 4.8-7.5
- Protein Negatif Negatif
- Reduksi Negatif Negatif
- Billirubin Negatif Negatif
- Urobillin Negatif 0.2-1.0 Ml / dl
- Nitrit Negatif Negatif
- Keton Negatif Negatif
- Erytrosit 4-8 <1 / Lpg
- Leucosit Negatif <6 Lpg
- Epitel 0-2 <6 / Lpk

Faeces Kuning
- Warna Lembek
- Konsistensi Negatif
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
- Lendir Negatif 0,1 Negatif
- Eritrocyt Negatif 0,1 – 1
- Leukocyt Negatif Negatif
- Amoeba Negatif Negatif
- Telur cacing Negatif
3 Kalium <1,5 3,6-5,5 Meq/L
4 Natrium 132 135-145 Meq/L
Kalium 1,6 3,6-5,5 Meq/L
5 Natrium 137 135-145 Meq/L
Kalsium 2,9 Meq/L
Ureum 32
Kreatinin 1,1
6 Kalsium 1,9
7 Kalsium 1,9

Pengobatan :
- IVFD RL 3000cc/24jam
- KCL 250 Eq dalam 500cc Dextrose 5%
- Aspar k 3x2 tablet
- Spasmal 3x1 tablet
- Kotrimoksazol 2x400mg
- OMZ 1x1 tablet
- Itrakonazol 2x200 mg

C. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Kekurangan
- Klien mengatakan BAB Diare volume cairan
6-7 x/hari
- Klien mengatakan sakit Kehilangan cairan yang
pada daerah perut. berlebih
- Klien mengatakan diare
dirasakan bertambah Kekurangan volume cairan
ketika mengkonsumsi
makanan pedas
- Klien mengatakan mual
DO :
- BAB 6-7x/hari
- Konsistensi feses cair
(+), lendir (-), darah (-),
warna feces kuning.
- Turgor kulit menurun
- Mukosa mulut dan bibir
agak kering
- Kulit kering dan bersisik
2. DS : Mual, sakit pada waktu Ketidakseimb
- Klien mengatakan berat menelan angan nutrisi
badan menurun kurang dari
- Klien mengatakan mual Tidak adekuatnya kebutuhan
pada saat makan pemasukan tubuh
- Klien mengatakan sakit nutrisi
pada waktu menelan
DO : Ketidakseimbangan nutrisi
- Uvula tampak kurang dari kebutuhan
kemerahan tubuh
- Berat badan turun dari
55 kg menjadi 45 kg
- Makan habis ½ porsi 1x
makan
3. DS: Infeksi oportunistik Hipertermi
- Klien mengeluh badan
terasa panas Respon Mediator
inflamasi
DO:
- Badan klien teraba panas Suhu tubuh meningkat
- Nadi: 104x/mnt
- Suhu: 38,2oC Hipertermi
4. DS : Penarikan diri, ketakutan Isolasi sosial
- Klien mengatakan
merasa bersalah atas
perbuatannya selama ini Stigma terhadap penyakit
- Klien merasa malu HIV
dengan keadaan dirinya.
- Klien takut jika
penyakitnya menulari Isoasi sosial
orang disekitarnya
DO :
- Pada saat berkomunikasi
klien cenderung diam
- Ekspresi wajah klien
tampak cemas dan
gelisah

D. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebih karena diare yang ditandai dengan BAB 6-7x/hari, konsistensi
feses cair (+), turgor kulit menurun, mukosa mulut dan bibir agak kering,
kulit kering dan bersisik.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya pemasukan nutrisi ditandai dengan uvula tampak
kemerahan, berat badan turun dari 55 kg menjadi 45 kg, makan habis ½
porsi 1x makan

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi yang ditandai dengan


badan klien teraba panas, suhu tubuh klien 38,2oC

4. Isoasi sosial berhubungan dengan penarikan diri, ketakutan yang ditandai


dengan pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, ekspresi wajah
klien tampak cemas dan gelisah

E. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Kekurangan Setelah dilakukan Pertahankan catatan
volume cairan perawatan selama intake dan output yang
3x24 jam, diharapkan akurat
kebutuhan cairan klien Monitor status hidrasi
terpenuhi dengan (kelembapan membran
kriteria hasil : mukosa, nadi adekuat)
a. Tidak ada Monitor tanda-tanda vital
tanda-tanda Monitor masukan
dehidrasi makanan/ cairan dan hitung
1 2 3 4 5 intake kalori harian
Dipertahankan di Kolaborasikan
level 2 dan
ditingkatan ke
level 5 pemberian cairan IV

b. Elastisitas turgor
kulit baik
1 2 3 4 5
Dipertahankan di
level 3 dan
ditingkatan ke
level 5

c. Membran mukosa
lembab
1 2 3 4 5
Dipertahankan di
level 2 dan
ditingkatan ke
level 5

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari perawatan selama makanan
kebutuhan tubuh 3x24 jam, diharapkan Kolaborasi dengan ahli
nutrisi klien terpenuhi gizi untuk menentukan
dengan kriteria hasil : jumlah kalori dan nutrisi
a. Adanya yang dibutuhkan klien
peningkatan berat Yakinkan diet yang
badan sesuai dimakan mengandung tinggi
dengan tujuan serat (pisang,
1 2 3 4 5 pepaya, brokoli, apel,
Dipertahankan di
level 2 dan kubis, kedelai, kentang,
ditingkatan ke dll) untuk mencegah
level 5 konstipasi
Ajarkan klien
bagaimana membuat catatan
b. Mampu makanan harian
mengidentifikasi Monitor jumlah nutrisi
kebutuhan nutrisi dan kandungan nutrisi
1 2 3 4 5
Dipertahankan di
level 3 dan
ditingkatan ke
level 5

3. Hipertermia Setelah dilakukan Monitor suhu minimal


perawatan selama tiap 2 jam
3x24 jam diharapkan Monitor tanda-tanda vital
suhu tubuh klien Monitor warna dan suhu
kembali normal kulit
dengan kriteria hasil : Kompres klien pada lipat
a. Suhu tubuh dalam paha dan lipat aksila
rentang normal Kolaborasi dengan
1 2 3 4 5 pemberian anti piretik
Dipertahankan di
level 3 dan
ditingkatan ke
level 5

b. Nadi dan RR dalam


rentang norma
1 2 3 4 5
Dipertahankan di
level 3 dan
ditingkatan ke
level 5

c. Tidakada perubahan
warna kulit
1 2 3 4 5
Dipertahankan di
level 3 dan
ditingkatan ke
level 5

4. Isolasi sosial Setelah dilakukan Fasilitasi dukungan


perawatan selama kepada klien oleh keluarga,
3x24 jam, diharapkan teman dan komunitas
klien dapat mengatasi Dukung hubungan
stigma positif tentang dengan orang lain yang
penyakit yang diderita mempunyai minat dan
Dengan kriteria hasil : tujuan yang sama
a. Tingkat persepsi Dorong klien untuk
positif tentang melakukan aktivitas sosial
status kesehatan dan komunitas
dan status hidup Gali kekuatan dan
klien kelemahan klien dalam
1234 5 berinteraksi sosial
Dipertahankan di Bantu klien
level 3 dan mengembangkan atau
ditingkatan ke
level 5 meningkatkan
keterampilan sosial
b. Meningkatkan interpersonal (latih
hubungan yang klien berkomunikasi
efektif dalam yang baik dan benar
perilaku pribadi dengan perawat
interaksi sosial terlebih dahulu)
dengan orang
maupun kelompok
1 2 3 4 5
Dipertahankan di
level 3 dan
ditingkatan ke
level 5

F. Implementasi

No. Diagnosa Implementasi

1. Kekurangan Mempertahankan catatan intake dan output yang


volume cairan akurat
Memonitor status hidrasi (kelembapan membran
mukosa, nadi adekuat)
Memonitor tanda-tanda vital
Memonitor masukan makanan/ cairan dan hitung
intake kalori harian
Mengkolaborasikan pemberian cairan IV
2. Ketidakseimbangan Mengkaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari Mngkolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan klien
Meyakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat (pisang, pepaya, brokoli, apel, kubis,
kedelai, kentang, dll) untuk mencegah konstipasi
Mengajarkan klien bagaimana membuat catatan
makanan harian
Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan nutrisi
3. Hipertermia Memonitor suhu minimal tiap 2 jam
Memonitor tanda-tanda vital
Memonitor warna dan suhu kulit
Mengkompres klien pada lipat paha dan lipat
aksila
Mengkolaborasikan dengan pemberian anti
piretik
4. Isolasi sosial Memfasilitasi dukungan kepada klien oleh
keluarga, teman dan komunitas
Mendukung hubungan dengan orang lain yang
mempunyai minat dan tujuan yang sama
Mendorong klien untuk melakukan aktivitas sosial
dan komunitas
Menggali kekuatan dan kelemahan klien dalam
berinteraksi sosial
Membantu klien mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan sosial interpersonal (latih
klien berkomunikasi yang baik dan benar
dengan perawat terlebih dahulu)
G. Evaluasi Keperawatan

No. Diagnosa Evaluasi

1. Kekurangan S : Klien mengatakan BAB 2-3 x/hari dan sudah


volume cairan tidak merasakan sakit perut
O : Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab
A : Masalah teratasi sebagian (2 4)
P : Lanjutkan intervensi dengan mempertahakan
intake dan output
2. Ketidakseimbangan S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan mual
nutrisi kurang dari O : Berat badan bertambah, tetapi belum sesuai
kebutuhan tubuh tujuan
A : Masalah teratasi sebagian (2 3)
P : Lanjutkan intervensi dengan memonitor jumlah
nutrisi dan kandungan nutrisi kien
3. Hipertermia S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan panas
lagi
O : Suhu 36,8 oC,
A : Masalah teratasi sepenuhnya (3 5)
P: Hentikan intervensi
4. Isolasi sosial S : Klien mengatakan sudah percaya diri dengan
keadaannya saat ini
O : Klien tampak sudah mampu berkomunikasi
secara aktif, ekspresi klien tampak tenang dan tidak
terlihat cemas lagi
A : Masalah teratasi (3 5)
P : Hentikan intervensi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. HIV/AIDS adalah suatu syndrom atau kumpulan tanda dan gejala

yang terjadi akibat penurunan dan kekebalan tubuh yang didapat atau

tertular/terinfeksi virus HIV.

2. Pemeriksaan untuk mendeteksi HIV/AIDS adalah ELISA (enzyme-

linked immunosorbent assay) dan Western Blot

3. Pada pasien HIV/AIDS perawatan berfokus pada untuk meningkatkan

kualitas hidup agar klien dapat mempersiapkan kematian yang layak

dan damai

B. Saran
1. Untuk perawat
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan tindakan
keperawatan kepada pasien dengan HIV harus berhati-hati dan sesuai
dengan SOP agar keamanan pasien dan keamanan perawat terjaga.
Selain masalah fisiologis pada pasien, perawat juga harus mampu
melakukan asuhan keperawatan terhadap masalah psikologis dan social
dari pasien.
2. Untuk masyarakat
Masyarakat dihimbau agar tetap waspada pada penyakit HIV, senantiasa
menjaga kesehatan dan menghindari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terinfeksi virus HIV.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G.M., Butcher H.K., Dochterman J. M., and Wagner, C.M. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC). ELSEVIER
Djuanda Adhi.2007.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima.Balai
Penerbit FKUI.Jakarta. Alamat
web:
file:///C:/Users/hpcomp/Downloads/Documents/4b991e67df07c17a41ff
9bf ceff6ea76.pdf . Diakses pada tanggal 13 April 2018, pukul 11.00
WITA.
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses:
Definition and Classification 2015-2017. NANDA International.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., and Swanson, E. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). ELSEVIER.
Murtiastutik D. 2008, ‘HIV & AIDS’ In : Buku Ajar Infeksi Menular Seksual.
Surabaya : Airlangga University Press,pp. 211-231.

Anda mungkin juga menyukai