Anda di halaman 1dari 17

i

MAKALAH IPA

HIV ATAU AIDS, SINDROM OVARIUM POLIKISTIK


DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

Disusun Oleh Kelompok III :

1 Reisya Abadi
2 Joe Alian Pratama
3 M. Farel
4 Dedek Marvel
5 Anwar Alsadad

Kelas : Sembilan (9) B


Guru Pengajar : Al Muzzammil Al Rabb, M.Pd.

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN


SMPN 1 KECAMATAN BATANG HARI LEKO
TAHUN AJARAN 2022/2023
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah Segala puji dan syukur saya panjatkan Untuk Allah SWT atas
karunianya. Jadi penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan lancar dan baik. Makalah
mata pelajaran Ipa ini mengangkat topik "Hiv atau Aids, Sindrom Ovarium Polikistik dan
Penyakit Menular Seksual (PMS)". Makalah ini disusun dengan mengembangkan jumlah
informasi yang saya dapatkan baik melalui media sosial.

Demikian satu dua kata yang bisa saya sampaikan untuk pembaca makalah ini. Jika
ada kesalahan baik dalam penulisan maupun kutipan, saya terlebih dahulu memohon maaf
dan saya juga berharap semua dapat memakluminya. Semoga dapat menikmati dan
mengambil manfaat dari makalah ini terima kasih.

Tanah Abang, 28 Juli 2022

Kelompok III

ii
iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi
tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga
sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain yang disebut dengan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Kementerian Kesehatan RI, 2017). AIDS
adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi and Diah, 2014). Orang yang telah
di diagnosa terinfeksi positif oleh virus HIV dan AIDS maka orang tersebut disebut
dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Perkembangan HIV/AIDS pertama kali dikenal pada tahun 1981, namun kasus
HIV/AIDS secara retrospektif telah muncul selama tahun 1970-an di Amerika Serikat
dan di beberapa bagian di dunia seperti Haiti, afrika, dan eropa. (Dinas Kesehatan,
2014). UNAIDS (2017) menunjukkan terjadi peningkatan jumlah orang yang menderita
HIV dari 36,1 millyar di tahun 2015 menjadi 36,7 millyar di tahun 2016. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat prevalensi HIV/AIDS
yang cukup tinggi. Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada
tahun 1987. Kasus HIV/AIDS telah menyebar di 407 dari 507 kabupaten/kota (80%) di
seluruh provinsi di Indonesia hingga saat ini.
Penyakit yang dapat mengganggu fungsi dari ovarium dan menimbulkan gejala
klinis adalah Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK). Polikistik ovarium adalah keadaan
dimana ovarium 2-5 kali lebih besar dari ukuran normal, permukaannya tampak putih,
dan korteks menebal dengan multiple kista Pada wanita usia reproduktif, Sindrom
Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan salah satu masalah ginekologi tersering.
Menurut European Society of Human Reproduction and Embryology / American
Society of Reproductive Medicine, prevalensi SOPK ditemukan 15-20%. Diagnosis
sindrom ini didasarkan pada dua dari tiga kriteria Rotterdam tahun 2004, yaitu
anovulasi atau anovulasi kronis, hiperandrogenemia, dan tanda klinis dan / atau
biokimia karakteristik ovarium polikistik
2

Gejala-gejala umum yang timbul pada SOPK seperti amenore atau oligomenore
lazim terjadi dan mungkin berhubungan dengan keadaan hirsutisme (tumbuh rambut
yang berlebihan pada titik-titik tertentu), infertilitas, obesitas, dan jerawat (Santoso,
2014). Untuk penyebab SOPK masih belum diketahui secara jelas, tetapi diduga
merupakan akibat dari meningkatnya resistensi insulin dan rangsangan gonadotrophin
ovarium yang tidak tepat serta peningkatan hormon androgen dengan berbagai
mekanisme.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS, Sidrom Ovarium Polikistik dan Penyakit
Menular Seksual (PMS)?
2. Bagaimana Penularan HIV/AIDS, Sidrom Ovarium Polikistik dan Penyakit
Menular Seksual (PMS)?
3. Apa tanda dan gejala HIV/AIDS, Sidrom Ovarium Polikistik dan Penyakit Menular
Seksual (PMS)?
4. Bagaimana Penangulangan HIV /AIDS, Sidrom Ovarium Polikistik dan Penyakit
Menular Seksual (PMS)?

1.3. Manfaat
Manfaat dari pembelajaran materi ini yaitu menambah wawasan dan ilmu agar
kita lebih bisa menjaga diri dengan baik agar terhindar dari penyakit HIV/AIDS,
Sidrom Ovarium Polikistik dan Penyakit Menular Seksual (PMS).

1.4. Tujuan
1. Memberi inforamsi agar perluasan pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS,
Sidrom Ovarium Polikistik dan Penyakit Menular Seksual (PMS) dapat di cegah
dengan tambahan ilmu.
2. Sebagai kewajiban untuk melengkapi dan menjalankan tugas bapak Guru pelajaran
IPA.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penyakit HIV/AIDS


AIDS adalah singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit
ini adalah kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi
karena seseorang terinfeksi virus HIV. HIV sendiri adalah singkatan dari Human
Immuno Virus. Orang yang terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi serbuan
infeksi penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya menurun terus secara drastis.

2.1.1. Penularan HIV/AIDS


HIV terdapat pada seluruh cairan tubuh manusia, tetapi yang bisa menularkan
hanya yang terdapat pada sperma (air mani), darah dan cairan vagina. Dengan demikian
cara-cara penularannya adalah sebagai berikut :
1. Berganti-ganti pasangan seksual, atau berhubungan dengan orang yang positif
terinfeksi virus HIV.
2. Pemakai jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV.
3. Menerima tranfusi darah yang tercemar HIV.

2.1.2. Apakah Tanda dan Gejala HIV/AIDS


Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala
khusus. Baru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering kali menderita
penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Penderita sering kali merasa sehat dan
dari luar memang tampak sehat. Sering kali 3-4 tahun penderita tidak memperlihatkan
gejala yang khas. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang, penurunan
berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut, dan terjadi pembengkakan di
daerah kelenjar getah bening.

2.1.3. Bagaimana Penangulangan dari HIV/AIDS


Caranya adalah sebagai berikut :
1. Tidak berganti-ganti pasangan tetap dan menghindari hubungan seksual di luar
nikah.
2. Menggunakan kondom, terutama kelompok resiko tinggi seperti pekerja seks.
4

3. Sedapat mungkin menghindari transfusi darah yang tak jelas asalnya.


4. Menggunakan alat-alat medis dan non-medis yang terjamin steril.

2.1.4. Bagaimana Pengobatan HIV/AIDS


Sampai sekarang, belum ditemukan cara pengobatan yang tuntas, saat ini yang
ada hanyalah menolong penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya.

2.1.5. Bagaimana Mendeteksi HIV/AIDS


Dengan melakukan tes-tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya.
Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus HIV, yang berarti ada virus HIV
dalam tubuh, dilakukan tes darah dengan cara Elisa sebanyak 2 kali. Kemudian bila
hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara Western Blot atau
Immunofluoresensi.

2.1.6. Bagaimana kita bisa membantu teman yang terkena HIV/AIDS


Dengan tetap memperlakukannya sebagai teman dan tidak merubah sikap karena
penyakitnya. Memberi mereka dorongan semangat dan juga memperhatikan
keterbatasan keadaan fisiknya dalam bergaul.

Berikut Gambar Penyakit HIV/AIDS :


5

2.2. Pengertian Sidrom Ovarium Polikistik


Sindrom Ovarium Polikistik pada wanita adalah gangguan kelenjar
endrokinologik yang mengakibatkan timbulnya kista-kista kecil di ovarium(indung
telur). Penularan Sindrom Ovarium Polikistik biasanya oleh faktor ginetik.

2.2.1. Gejala Sindrom Ovarium Polikistik


1. Hirsutisme: tumbuh rambut lebat di dada, kaki, muka
2. Anovulasi:pelepasan sel telur yang terhalang di tengah siklus menstruasi
3. Banyak kista di ovarium
4. Berat badan bertambah terutama di sekitar panggul
5. Resisten terhadap insulin
6. Berjerawat
7. Rambut rontok
8. Acanthosis nigrans:menggelapnya kulit di bawah lengan, dada, tengkuk.

2.2.2. Penangulangan Sidrom Ovarium Polikistik


Selama ini belum ada obat untuk mengobati SOP, yang bisa dilakukan dokter
adalah mencegah agar tidak terjadi masalah yang lebih rumit, yaitu:
1. Menggunakan pil KB yang mengandung antiandrogen untuk membantu penderita
mendapat haid secara teratur sesuai siklus.
2. Laparoskopi:dokter akan menusuk ovarium dengan jarum kecil yang mengandung
arus listrik untuk menghancurkan kista-kista kecil di ovarium.

Berikut Gambar Sidrom Ovarium Polikistik :


6

2.3. Pengertian Penyakit Menular Seksual


Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun
anal.

2.3.1. Bahaya Penyakit Menular Seksual


PMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila
tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit
berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Buat kamu remaja perempuan perlu
disadari bahwa resiko untuk terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab alat
reproduksimu lebihrentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak
segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.

2.3.2. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual


1. Gonorea/kencing nanah
Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)
Cara penularan : Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala : Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika
gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10
hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari
penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat
buang air kecil. Penyakit ini bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.
Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak
dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum
pengobatan dilakukan.
Penanganan :
1. Pada masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis
awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin +
Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis
tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
7

2. Masa nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosistunggal.


b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis
tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b)
Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam
klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis
tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan seksual .
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan
menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.

Komplikasi terhadap orang yangterinfeksi:


1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada saluran
kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis,
2. Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput
lendir rahim setelah melahirkan ( post partum endometriosis ), abortus , cistitis
(peradangan kandung kencing).
Bila gejala sudah meluas ke arah PID ( Pelvic Inflamatory Disease ) maka
sering timbul :
1. Nyeri perut bagian bawah.
2. Nyeri pinggang bagian bawah.
3. Nyeri sewaktu hubungan seksual .
4. Perdarahan melalui vagina diantara waktu siklus haid .
5. Mual - mual .
6. Terdapat infeksi rektum atau anus .
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan
jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul,
yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul
kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat
menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
8

Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat
menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis
pada bayi yang terinfkesi pada prosespersalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua
bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.

2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)
Cara Penularan : Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks
vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau
lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan
lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak
terinfeksi.
Gejala-gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13 minggu.Setelah
itu akan timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang
disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu serta hilang sendiri
tanpa diobati. Bercak kemerahan pada tubuh juga akan
muncul sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan seks.
Seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini dan gejala
ini akan hilang dengan sendirinya. Pada fase awal, penyakit
ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau “chancres”
yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapatjuga
muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit
9

akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi


adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan,rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di
seluruh tubuh.
Pengobatan : Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan
pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan seriuspada hati, otak,
mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang
sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut
akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati,
seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin
yang dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus
terjadi pada sekitar 25% darikasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis
aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.

3. Trikonomiasis
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling
banyak terjadi pada perempuan mudadan aktif seksual.
Diperkirakan, 5 jutakasus baru terjadi pada perempuan dan
laki-laki.
10

Cara Penularan : Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas


vaginalis dapat bertahanhidup pada benda-benda seperti baju-
baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam
meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak,
berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit
pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual
juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan
gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-
laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing,
kelenjar, atau kulup dan atau luka pada penis, namun pada
laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus
diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin
juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut.
Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan
risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi
pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban
pecah dini dan kelahiran prematur.
11

4. Hepatitis B (HBV)
Tipe : Viral
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai
jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat
medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
Gejala : Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot,
lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-
gejala yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air
kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan
mata pucat.
Pengobatan : Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan
sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi
terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang
menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan. Konsekuensi yang
mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat menularkan
penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir
menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati.
Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi
dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk
menghilangkan risiko infeksi kronis.
12

5. Klamidia
Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-
laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi
keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik
pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat
mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat
hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami
pembengkakan atau nyeri pada testis.Nyeri di rongga
panggul; Perdarahansetelah hubungan seksual.
Pengobatan : Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun pengobatan
tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul
sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit
Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan
menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradanganpada testis (tempat di mana sperma
disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu yang terinfeksi
akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut. Konsekuensi
yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada
bayi dan infeksi matapada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit
ini saat proses persalinan.
13

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
AIDS adalah singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit
ini adalah kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi
karena seseorang terinfeksi virus HIV. HIV sendiri adalah singkatan dari Human
Immuno Virus. Orang yang terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi serbuan
infeksi penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya menurun terus secara drastis.
Sindrom Ovarium Polikistik pada wanita adalah gangguan kelenjar endrokinologik yang
mengakibatkan timbulnya kista-kista kecil di ovarium(indung telur). Penularan Sindrom
Ovarium Polikistik biasanya oleh faktor ginetik. Penyakit Menular Seksual (PMS)
adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual
akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan
baik melalui vagina, oral maupun anal.

3.2. Saran
Diharapkan siswa dan siswi bisa memahami secara luas tentang pengetahuan
penyakit menular Hiv, Sindrom Ovarium Polikistik dan Penyakit Menular Seksual.
Serta menjauhi hal-hal seperti pergaulan bebas dan membatasi keluar malam dengan
teman dengan kegiatan yang tidak berguna.
14

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1365/2/BAB%20I.pdf
https://etd.umy.ac.id/id/eprint/2200/4/Bab%20I.pdf
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/12/jenis-jenis-penyakit-menular-seksual.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2022058-jenis-
penyakit-menular-seksual-dan/#ixzz1r41TRnwR
http://www.lusa.web.id/penyakit-menular-seksual/
http://marhamah123.wordpress.com/2011/03/27/macam-macam-penyakit-menular-
seksual-dan-cara-menanggulanginya/

Anda mungkin juga menyukai