Anda di halaman 1dari 18

i

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN ALAM

INFEKSI PENIS, DISFUNGSI EREKSI DAN INFEKSI


URETRA

Disusun Oleh Kelompok IV :

1 Sumi Hartanti
2 Citra Arliani
3 Pratiwi Rhamadany
4 Wiwin Antika
5 Sinta Bella

Kelas : Sembilan (9) B


Guru Pegajar : Al Muzzammil Al Rabb, M.Pd.

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN


SMPN 1 KECAMATAN BATANG HARI LEKO
TAHUN AJARAN 2022/2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahnya kami
selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah Ilmu Pengetahuan Alam ini. Shalawat serta
salam kami curahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan sahabatnya.
Kami selaku penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang membantu kelancaran pembuatan laporan ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil. Terima kasih kepada Bapak Al Muzzammil Al Rabb,
M.Pd. selaku guru pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam telah membimbing kami.
Demikian kami selaku penyusun memohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memenuhi tugas yang diberikan.

Tanah Abang, 25 Juli 2022

Kelompok IV

.
.

ii
iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan reaksi inflamasi dari urotelium karena
masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih. ISK dapat menyerang segala usia
mulai tanpa gejala hingga gejala yang cukup berat. Pada infeksi saluran kemih
mikroorganisme dapat berkembang biak dalam saluran kemih, yang dalam keadaan
normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi mikroorganisme. Sebagian besar infeksi
saluran kemih disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Infeksi saluran kemih.
Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan yang persisten dalam
mencapai atau mempertahankan fungsi ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan.
Batasan tersebut menunjukkan bahwa proses fungsi seksual laki-laki mempunyai dua
komponen yaitu mencapai keadaan ereksi dan mempertahankannya. Hal ini sangat
penting bagi laki-laki sebab disfungsi ereksi dapat menimbulkan depresi bagi penderita
yang berujung terganggunya hubungan suami istri serta menyebabkan masalah dalam
kehidupan rumah tangga. Secara garis besar, penyebab disfungsi ereksi terdiri dari
faktor organik, psikis, dan andropause. Umumnya laki-laki berumur lebih dari 40 tahun
mengalami penurunan kadar testosteron secara bertahap. Saat mencapai usia 40 tahun,
laki-laki akan mengalami penurunan kadar testosteron dalam darah sekitar 1,2 % per
tahun. Bahkan di usia 70, penurunan kadar testosteron dapat mencapai 70%.
Penelitian National Institutes of Health 2002 menunjukkan kurang lebih 15 juta
sampai 30 juta laki-laki di Amerika mengalami disfungsi ereksi. Insidensi terjadinya
gangguan bervariasi dan meningkat seiring dengan usia. Pada usia 40 tahun, terdapat
kurang lebih 5% laki-laki mengalami keadaan disfungsi ereksi, pada usia 65 tahun,
terdapat kurang lebih 15-25% (Handriadi Winaga, 2006). Prevalensi disfungsi ereksi di
Indonesia belum diketahui secara tepat, diperkirakan 16 % laki-laki usia 20 – 75 tahun
di Indonesia mengalami disfungsi ereksi.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan
tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang
2

bermakna. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antimikroba sudah tersedia
luas di pasaran.
Saluran kemih terdiri dari uretra, kandung kemih, ureter dan ginjal. Normalnya
saluran kemih diatas uretra adalah steril. Berbagai mekanisme pertahanan mekanik dan
psikologi yang membantu menjaga sterilitas dan pencegahan terhadap infeksi saluran
kemih. Namun, jika terjadi infeksi di saluran kemih, maka urin dapat mengandung
bakteri.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur.
Wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. Angka kejadian bakteriuria pada
wanita meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan aktifitas seksual. Wanita yang
tidak menikah angka kejadian ISK lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang
sudah menikah. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua
perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Sebanyak 50-60% dari
wanita akan mengalami ISK setidaknya satu kali dalam hidup mereka. Wanita
postmenopause yang mengalami sekali ISK setiap tahun mencapai 10%. Pria
mempunyai insidensi ISK yang jauh lebih rendah yaitu 5 per 10.000 per tahun.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme,
dan organisme terbanyak adalah bakteri. Penyebab lain yang jarang ditemukan adalah
jamur, virus, klamidia, parasit, mikobakterium. Bakteri yang umumnya ditemukan pada
ISK adalah bakteri gram negatif yang ditemukan di saluran. Menurut WHO bakteri
utama terkait ISK di negara berkembang adalah organisme gram negatif, seperti
Eschericia coli. Laboratorium klinik Mikrobiologi Universitas Indonesia pada tahun
2002 jenis kuman yang terbanyak ialah Escherichia coli (19%) dan yang kedua ialah
Kleibsiella pneumonia (13%). Pada rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM),
ditemukan 3 jenis kuman pada pasien ISK, yaitu Eschericia coli, Enterobacter aerogenes
dan Acinetobacter calcoaceticus.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Penis, Disfungsi Ereksi dan Infeksi Uretra?
2. Bagaimana Penyebab Infeksi Penis, Disfungsi Ereksi dan Infeksi Uretra?
3. Apa Gejala Infeksi Penis, Disfungsi Ereksi dan Infeksi Uretra?
4. Bagaimana Penangulangan Infeksi Penis, Disfungsi Ereksi dan Infeksi Uretra?
3

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang penyakit dari Infeksi Penis, Disfungsi Ereksi dan Infeksi
Uretra.

1.4. Manfaat
1. Sebagai suatu penambahan wawasan penulis mengenai Infeksi Penis, Disfungsi
Ereksi dan Infeksi Uretra.
2. Sebagai sebagai salah tugas untuk mengikuti kegiatan belajar pada pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Infeksi Penis


Balanitis adalah proses peradangan yang terjadi pada ujung kepala penis (glans
penis) yang disebabkan baik karena infeksi, maupun penyebab lainnya. Balanitis
merupakan penyakit yang umum dijumpai dalam praktik klinis sehari-hari, dapat terjadi
pada laki-laki dari segala usia.

2.1.1. Penyebab Infeksi Penis


Balanitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Infeksi dapat
terjadi ketika kepala penis atau kulup tidak dibersihkan secara rutin sehingga
menimbulkan iritasi dan menyebabkan pertumbuhan jamur atau bakteri. Jika dibiarkan,
kondisi ini dapat memicu peradangan.
Selain infeksi, balanitis juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti:
1. Penggunaan sabun batang yang membuat kulit penis mudah kering dan iritasi
2. Alergi terhadap pelumas atau kondom berbahan lateks
3. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat pencahar, obat pereda nyeri, dan
antibiotik
4. Infeksi menular seksual, seperti sifilis, trikomoniasis, dan gonore
5. Kelainan pada kulit, seperti eksim dan psoriasis
6. Cedera di bagian ujung penis atau kulupPenyakit atau kelainan tertentu, seperti
diabetes dan fimosis
7. Obesitas

2.1.2. Gejala Infeksi Penis


Gejala utama balanitis adalah kemerahan dan pembengkakan di kepala penis
atau kulup. Ujung penis yang membengkak dapat menyebabkan saluran kemih tertekan
sehingga penderitanya merasakan nyeri ketika buang air kecil. Balanitis juga dapat
menimbulkan beberapa gejala tambahan, seperti:
1. Penis terasa gatal dan seperti terbakar
2. Keluar cairan berwarna kekuningan dan berbau dari penis
3. Kulup terasa kencang
5

4. Muncul benjolan di pangkal paha akibat pembengkakan kelenjar getah bening

2.1.3. Bagaimana Penangulangan Infeksi Penis


Penyakit balanitis dapat ditangani melalui terapi obat. Jenis obat yang digunakan
tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Obat-obatan yang umum diberikan
adalah:
1. Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Obat ini diberikan dalam bentuk salep atau pil. Contoh antibiotik yang
digunakan adalah amoxicillin, cefadroxil, dan ciprofloxacin.
2. Antijamur
Antijamur digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan oleh infeksi
jamur Candida (balanitis candidiasis). Obat ini diberikan dalam bentuk krim atau
tablet. Beberapa obat antijamur yang digunakan adalah clotrimazole, fluconazole,
dan itraconazole.
3. Kortikosteroid
Obat ini digunakan untuk meredakan peradangan pada balanitis, baik karena infeksi
maupun alergi. Obat kortikosteroid yang sering diberikan antara lain
prednisolone, methylprednisolone, dan betametasone.
Selama menjalani pengobatan, pasien dianjurkan untuk melakukan beberapa hal
berikut guna mempercepat penyembuhan:
 Hindari penggunaan sabun selama penis masih mengalami peradangan.
 Gunakan air hangat dan krim pelembab sebagai pengganti sabun untuk
membersihkan penis.
 Hindari berhubungan seksual, terutama jika balanitis disebabkan oleh infeksi
menular seksual. Hal ini dilakukan untuk mencegah nyeri pada penis dan
penularan penyakit ke
Pengobatan umumnya berlangsung selama 7 hari. Jika gejala makin memburuk
dan obat-obatan tidak lagi efektif untuk mengobati balanitis, dokter akan melakukan
sirkumsisi atau sunat. Sunat dilakukan pada penderita balanitis yang memang belum
pernah disunat atau mengalami fimosis.
6

2.1.4. Pencegahan Infeksi Penis


Upaya utama untuk mencegah balanitis adalah dengan menjaga kebersihan
penis. Caranya adalah dengan membersihkan penis secara rutin menggunakan air dan
sabun, terutama saat mandi dan setelah berhubungan intim. Setelah itu, keringkan penis
sebelum mengenakan celana dalam.
Selain itu, pastikan sabun yang Anda gunakan untuk membersihkan penis bukan
sabun batangan atau sabun yang mengandung scrub atau parfum.
Upaya lain untuk mencegah balanitis adalah sebagai berikut:
1. Cucilah tangan sebelum menyentuh penis, terutama setelah menggunakan
detergen atau sabun cuci piring.
2. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin jika menderita diabetes, untuk
mengontrol kadar gula darah.
3. Turunkan berat badan jika mengalami obesitas, misalnya dengan berolahraga
secara teratur dan menjaga pola makan.

Berikut Gambar Infeksi Penis :


7

2.2. Pengertian Disfungsi Ereksi


Disfungsi ereksi atau impotensi adalah keadaan ketika penis tidak mampu ereksi
atau mempertahankan ereksinya meski ada rangsangan seksual. Sebenarnya, kondisi ini
tidak berbahaya, hanya saja dapat mengganggu penderita dan pasangannya

2.2.1. Penyebab Disfungsi Ereksi


Berikut adalah beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya disfungsi
ereksi :
1. Faktor penyakit
Dalam kebanyakan kasus, disfungsi ereksi disebabkan oleh kondisi medis,
seperti :
a. Tekanan darah tinggi
b. Penyakit jantung
c. Aterosklerosis
d. Diabetes
e. Obesitas
f. Sindrom metabolik
g. Penyakit Peyronie
h. Gagal ginjal
i. Sirosis
j. Hemokromatosis
k. Skleroderma
l. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
Selain itu, ketidakseimbangan hormon tertentu juga cukup sering menjadi
penyebab disfungsi ereksi. Kondisi tersebut antara lain hipertiroid (kelebihan hormon
tiroid), hipotiroid (kekurangan hormon tiroid), hiperprolaktinemia (kelebihan hormon
prolaktin), dan hipogonadisme yang menyebabkan kekurangan hormon testosteron.

2. Faktor psikologis
Otak memainkan peran penting dalam memicu ereksi. Ereksi dimulai dengan
adanya gairah seksual saat terdapat rangsangan. Namun, rangsangan seksual bisa tidak
berpengaruh jika pria mengalami stres, depresi, kecemasan, atau masalah psikologis
lainnya, seperti widower syndrome yang muncul ketika pria kehilangan istrinya.
8

3. Faktor obat-obatan
Meski dapat mengatasi penyakit, sebagian obat ada yang menimbulkan efek
samping berupa disfungsi ereksi. Di antaranya adalah:
a. Antidepresan
b. Antipsikotik
c. Antihipertensi
d. Obat kanker prostat
e. Obat penurun kolesterol
Selain itu, penggunaan obat-obatan terlarang semacam kokain atau ganja dapat
menyebabkan disfungsi ereksi. Begitu juga dengan alkohol. Orang yang sudah
kecnaduan alkohol akan rentan mengalami disfungsi ereksi.

4. Faktor cedera
Cedera pada tulang belakang, tulang panggul, atau penis, seperti penis patah,
yang menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah berisiko menyebabkan
disfungsi ereksi. Cedera bisa berupa cedera yang besar maupun cedera yang kecil tapi
terjadi berulang-ulang.
Contohnya adalah cedera kecil pada bagian area pangkal penis
akibat mengendarai sepeda dalam waktu lama. Meski begitu, sekarang sudah banyak
sepeda yang dirancang khusus untuk menghindari risiko ini.

5. Faktor tindakan medis


Salah satu Tindakan medis yang paling berisiko menyebabkan disfungsi ereksi
adalah operasi pada prostat dan kandung kemih. Selain itu, tindakan medis pada otak,
tulang belakang, dan tulang panggul juga dapat menumbulkan risiko yang sama.
Contohnya adalah terapi radiasi untuk kanker usus besar dan operasi pengangkatan usus
besar

2.2.2. Gejala Disfungsi Ereksi


Gejala impotensi utamanya adalah sulitnya penis mempertahankan ereksi, meski
terdapat rangsangan seksual. Anda juga dapat dicurigai memiliki gangguan ereksi,
apabila:
1. Terkadang mendapatkan ereksi, tetapi tidak setiap kali saat berhubungan seksual
9

2. Mendapatkan ereksi, namun tidak bertahan lama atau tidak mencapai kepuasan
3. Tidak bisa ereksi sama sekali
Selain itu, terdapat gejala lain yang mungkin berhubungan dengan disfungsi
ereksi, misalnya:
1. Penurunan gairah dalam berhubungan seksual
2. Ejakulasi dini

2.2.3. Penangulangan Disfungsi Ereksi


Disfungsi ereksi yang berkepanjangan dapat menyebabkan keharmonisan
hubungan dengan pasangan terganggu dan kesulitan mendapat keturunan. Untuk
mengatasinya, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan:
1. Perubahan pola hidup sehat
Perbaikan gaya hidup sehat diketahui dapat menurunkan risiko terjadinya
disfungsi ereksi dengan signifikan. Maka dari itu, mulailah untuk menerapkan
kebiasaan sehat yang meliputi olahraga secara rutin, mengonsumsi makanan bergizi,
serta menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
2. Penggunaan obat-obatan
Disfungsi ereksi bisa juga diatasi dengan obat-obatan dari dokter yang meliputi:
a. Obat-obatan minum untuk melancarkan aliran darah ke penis, misalnya viagra
atau pil biru
b. Obat injeksi yang disuntikkan secara mandiri ke pangkal penis
c. Obat supositoria, yang dimasukkan ke penis secara langsung
d. Obat hormonal, seperti testosteron, untuk mengatasi kekurangan akan hormon
tersebut
3. Psikoterapi
Jika disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya akibat stres
atau depresi, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk berkonsultasi kepada
psikolog. Psikoterapi yang tepat diketahui dapat mengatasi disfungsi ereksi, bahkan
tanpa bantuan obat.
Pria yang sudah menikah juga mungkin membutuhkan konseling pernikahan
bersama pasangan dengan psikolog. Hal ini penting untuk mendapatkan tips komunikasi
dan perilaku hubungan seksual yang lebih baik, sehingga disfungsi ereksi tidak sampai
berdampak pada keharmonisan rumah tangga.
10

Jika pola hidup sehat, pengobatan, dan psikoterapi tetap tidak membuahkan hasil
yang diharapkan, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan operasi untuk
mengatasi disfungsi ereksi.
Berikut Gambar Disfungsi Ereksi :

2.3. Pengertian Infeksi Uretra


Uretritis adalah peradangan atau pembengkakan pada uretra, yaitu saluran yang
membawa urine dari kandung kemih ke luar tubuh. Peradangan pada uretra menyebabkan
nyeri atau rasa seperti terbakar saat buang air kecil.
Uretritis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi kondisi ini lebih sering dialami oleh
wanita. Hal ini karena struktur uretra wanita lebih pendek dibandingkan pada pria.
Akibatnya, organisme penyebab infeksi lebih mudah masuk ke dalam uretra.

2.3.1. Penyebab Infeksi Uretra


Uretritis atau infeksi uretra terjadi ketika bakteri masuk ke dalam saluran kemih
dari kulit di sekitar lubang uretra atau lubang kencing. Bakteri yang menyebabkan
infeksi di ginjal atau kandung kemih juga dapat menginfeksi uretra.
Berdasarkan penyebab peradangan, uretritis terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Uretritis gonore, yaitu jenis uretritis yang disebabkan oleh bakteri
penyebab gonore (Neisseria gonorrhoeae)
2. Uretritis non-gonore, yaitu jenis uretritis yang disebabkan oleh bakteri lain,
seperti Chlamydia, Mycoplasma genitalium, dan Ureaplasma urealyticum
11

Uretritis juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti:


1. Virus, antara lain herpes simplex (HSV-1 dan HSV-2), human papillomavirus,
dan cytomegalovirus
2. Trikomonas, yaitu sejenis parasit penyebab trikomoniasis
3. Cedera yang menyebabkan gangguan pada uretra
4. Iritasi akibat pemakaian spermisida
Selain kondisi di atas, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko
seseorang terkena uretritis, yaitu:
1. Berjenis kelamin wanita
2. Melakukan hubungan seks tidak aman, misalnya dengan berganti pasangan atau
tidak memakai kondom
3. Memiliki riwayat infeksi menular seksual

2.3.2. Gejala Disfungsi Uretra


Gejala utama uretritis adalah nyeri saat buang air kecil. Gejala lain yang timbul
bisa berbeda pada pria dan wanita. Pada pria, gejalanya meliputi:
1. Hematuria
2. Penis mengeluarkan cairan kental berwarna kuning kehijauan
3. Rasa panas dan terbakar ketika buang air kecil
4. Penis terasa gatal, membengkak, dan nyeri ketika disentuh
5. Kelenjar getah bening di area selangkangan membengkak
6. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ejakulasi
Sementara itu, gejala uretritis pada wanita meliputi:
1. Sakit perut
2. Nyeri panggul
3. Demam dan menggigil
4. Rasa terbakar dan tidak nyaman ketika buang air kecil
5. Dispareunia
6. Keluar cairan dari vagina (keputihan)
12

2.3.3. Penangulangan Disfungsi Uretra


Pengobatan uretritis atau infeksi uretra bertujuan untuk menghilangkan bakteri
penyebab infeksi, meredakan gejala yang dialami, dan mencegah penyebaran infeksi.
Metode utama untuk mengobati uretritis adalah dengan pemberian antibiotik, antara
lain:
1. Azithromycin
2. Ceftriaxone
3. Cefixime
4. Doxycycline
5. Erythromycin
6. Gemifloxacin
7. Gentamicin
8. Levofloxacin
9. Moxifloxacin
10. Ofloxacin
Uretritis yang disebabkan oleh infeksi trikomonas dapat diobati dengan
antibiotik metronidazole. Namun, jika uretritis disebabkan oleh virus herpes simplex,
maka pengobatan dilakukan dengan obat antivirus, seperti:
1. Acyclovir
2. Famciclovir
3. Valacyclovir
Jika bakteri penyebab uretritis sulit diidentifikasi, dokter akan memberikan satu
atau beberapa jenis antibiotik untuk mengatasi infeksi. Sedangkan pada uretritis yang
disebabkan oleh infeksi menular seksual serta pada pasien yang sudah menikah,
pasangan seksual pasien juga harus menjalani pemeriksaan dan pengobatan.
Prosedur lain yang dapat dilakukan untuk mengobati uretritis adalah:
1. Kateterisasi uretra
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra, untuk mengeluarkan urine. Pada kasus cedera uretra,
prosedur ini dilakukan untuk mencegah retensi urine dan perdarahan pada uretra.
2. Sistoskopi
Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kondisi uretra dan kandung kemih
13

menggunakan selang berkamera yang disebut sistoskop. Dokter juga dapat


mengangkat batu kandung kemih jika ada. Sistoskopi dilakukan jika tindakan
kateterisasi uretra tidak mungkin dilakukan terhadap pasien.
3. Kateterisasi langsung ke kandung kemih
Bila uretra tersumbat, dokter akan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih
melalui perut bagian bawah. Tindakan ini dilakukan jika pasien tidak bisa
menjalani katerisasi uretra atau sistoskopi.

2.3.4. Pencegahan Difungsi Uretra


Langkah utama pencegahan uretritis adalah dengan melakukan hubungan seks
yang aman. Selain itu, menjaga kesehatan saluran kemih juga penting dilakukan untuk
mengurangi risiko uretritis. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
1. Hindari berhubungan seksual dengan banyak pasangan.
2. Selalu setia pada satu pasangan (monogami).
3. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
4. Cukupi kebutuhan cairan tubuh dengan banyak minum.
5. Usahakan untuk buang air kecil setiap selesai berhubungan seksual.
6. Hindari paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada uretra, seperti
sabun, lotion, atau deterjen.
7. Jaga kebersihan vagina dan penis, salah satunya dengan rutin mengganti pakaian
dalam.
8. Lakukan pemeriksaan kesehatan organ reproduksi secara berkala.
Berikut Gambar Difungsi Uretra :
14

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Balanitis adalah proses peradangan yang terjadi pada ujung kepala penis (glans
penis) yang disebabkan baik karena infeksi, maupun penyebab lainnya. Balanitis
merupakan penyakit yang umum dijumpai dalam praktik klinis sehari-hari, dapat terjadi
pada laki-laki dari segala usia. Serta Disfungsi ereksi atau impotensi adalah keadaan
ketika penis tidak mampu ereksi atau mempertahankan ereksinya meski ada rangsangan
seksual. Dan Uretritis adalah peradangan atau pembengkakan pada uretra, yaitu saluran
yang membawa urine dari kandung kemih ke luar tubuh. Peradangan pada uretra
menyebabkan nyeri atau rasa seperti terbakar saat buang air kecil.

3.2. Saran
Diharapkan kepada pembaca memahami penyakit infeksi penis, disfungsi ereksi
dan disfungsi uretra khususnya, dan penyakit infeksi bakteri secara umum.
15

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/balanitis#:~:text=Balanitis%20umumnya%20disebabkan%2
0oleh%20infeksi,kondisi%20ini%20dapat%20memicu%20peradangan.

https://www.alodokter.com/melacak-penyebab-gangguan-ereksi

https://m.klikdokter.com/penyakit/disfungsi-ereksi

https://www.alodokter.com/uretritis

Anda mungkin juga menyukai