Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

Kesehatan masyarakat merupakan kondisi ketahanan fisik dan psikis dan suatu komunitas didaerah tertentu yang merupakan implementasi dan interaksi antara perilaku yang merupakan cermin dan kebiasaan hidup, dengan kualitas kesehatan lingkungannya. Dalam rangka tujuan pembangunan kesehatan diperlukan kesadaran, bangsa dalam kemauan, dan kemampuan semua dari komponen

menuwujudkan rakyat yang sehat sebagai sumber ketahanan

bangsa yang akhirnya menjadi landasan dalam membentuk negara yang kuat. Dari aspek kesehatan, negara kuat diartikan sebagai negara yang memiliki ketahanan bangsa yang tangguh dengan basis utamanya semua rakyat sehat

secara fisik, mental, dan sosial serta memiliki produktivitas tinggi. Kesehatan sebagai salah satu unsure kesejahteraan umum yang diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan. 1 Penyakit kelamin merupakan suatu fenomena yang telah lama kita kenal dan beberapa diantaranya sangat populer seperti sifilis, gonore maupun herpes. Semakin majunya ilmu pengetahuan, menemukan bahwa penyakit ini tidak

hanya menimbulkan gejala klinis pada alat kelamin saja, tapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh lainnya. Oleh karena itu, penggunaan istilah penyakit kelamin menjadi tidak sesuai lagi dan diubah

menjadi Penyakit Menular Seksual (PMS). Namun sejak tahun 1998, istilah PMS ini kembali diganti menjadi Infeksi Menular Seksual (IMS) untuk menjangkau penderita asimptomatik yang ternyata banyak terjadi, terutama pada wanita.2 Infeksi menular seksual (IMS) selama dekade terakhir ini mengalami peningkatan insidensi yang cukup pesat di berbagai negara di seluruh dunia. Contohnya, kasus baru gonore di Amerika Serikat pada tahun 1995 sebanyak 62.150.000 kasus meningkat menjadi 62.350.000 kasus pada 1999. Totalnya, pada tahun 1999, WHO memperkirakan terdapat 340 juta kasus IMS baru yang terjadi terutama pada pria dan wanita berusia 15- 49 tahun. Di Indonesia

sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35%.3 Berbagai usaha pencegahan penularan IMS telah digalakkan baik oleh pemerintah Indonesia maupun oleh WHO. Namun meskipun pemerintah telah mengupayakan usaha-usaha tersebut, insidensi IMS tetap meningkat dari tahun ke tahun. Seperti yang dikemukakan dalam hasil sebuah penelitian retrospektif deskriptif yang berjudul Pola Penyakit Menular Seksual (PMS) di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Pusat Sanglah Denpasar Periode Januari 1996 - Desember 2000 yang menunjukkan selama rentang waktu lima tahun didapatkan 809 kasus baru IMS yang memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya, 15,3 % pada tahun 1996 dan 27,9 % pada tahun 2000. Lima kelompok IMS terbanyak adalah cervicitis nongonorrhea (32,1%), kondiloma akuminata (15,7%), kandidosis vaginitis (14,9%), sifilis (11,7%), gonorrhea (9,6%).4 Peningkatan insidensi IMS dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah perubahan demografik seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi, pergerakan masyarakat yang meningkat akibat perkerjaan ataupun pariwisata dan kemajuan sosial ekonomi. Akibat perubahan-

perubahan demografik tersebut maka terjadi pergeseran pada nilai moral dan agama pada masyarakat. Faktor lain yang juga mempengaruhi peningkatan IMS adalah kelalaian negara dalam member pendidikan kesehatan dan seks kepada masyarakat, fasilitas kesehatan yang belum memadai dan banyak kasus asimptomatik sehingga pengidap merasa tidak sakit, namun dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Infeksi itu sendiri dapat terjadi pada siapa saja, dari lapisan masyarakat manapun dan mulai dari usia muda hingga tua. Dengan memahami gambaran infeksi menular seksual yang terjadi pada masyarakat sangat dan distribusi populasi berisiko tinggi terhadap infeksi ini akan

membantu upaya pencegahan penularan IMS dan pengobatan dini

terhadap pengidapnya.4

BAB II PEMBAHASAN
II.1 Definisi Gonore Gonore (GO) didefinisikan sebagai infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoea, suatu diplokokus gram negatif. Infeksi umumnya terjadi pada aktivitas seksual secara genito-genital, namun dapat juga kontak seksual secara oro-genital dan ano-genital. Pada laki-laki umumnya

menyebabkan uretritis akut, sementara pada perempuan menyebabkan servisitis yang mungkin saja asimtomatik.5 II.2 Etiologi Gonore Penyebab Gonore adalah gonokokus termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 , panjang 1,6 dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat gram negatif, yang terlihat di luar atau di dalam sel polimorfonuklear (leukosit), tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 C dan tidak tahan terhadap zat desinfektan. Afinitas kuman sangat baik pada mukosa yang dilapisi epitel silindris seperti pada vagina atau epitel lapis gepeng yang belum berkembang (imatur, pada wanita prepubertas) sedangkan epitel transisional dan berlapis pipih lebih resisten terhadap kuman gonokokus ini.6

Gambar 1. Gonokokus gram negatif

Secara morfologik gonokokusterdiri dari 4 tipe yaitu tipe I dan II yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe III dan IV yang memiliki pili yang bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Hanya tipe I dan II yang patogen pada manusia.5 Gonokokus akan melakukan penetrasi permukaan mukosa dan akan berkembang biak di dalam jaringan sub epitelial. Gonokokus akan

menghasilkan berbagai macam produk ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kerusakan sel, termasuk di antaranya enzim seperti fosfolipase, peptidase dan lainnya. Kerusakan jaringan ini tampaknya disebabkan oleh dua komponen permukaan sel yaitu LOS (Lipo Oligosaccharide) , berperan menginvasi sel epitel dengan cara menginduksi produksi endotoksin yang dan penicillin binding component penisilin dalam proses kematian kuman). II.3 Patogenesis Neisseria gonore adalah bakteri diplokokus gram negatif, intraseluler, dan aerob. Bakteri ini terutama menyerang epitel kolumnar atau kuboid host. Banyak faktor yang mempengaruhi virulensi dan patogenisitas dari bakteri ini. Pili yang dimilikinya membantu perlekatan bakteri pada permukaan mukosa dan menyebabkan resistensi dengan cara mencegah ingesti dan penghancuran oleh neutrofil. Protein Opa (Opacity-associated) meningkatkan perlekatan
7

menyebabkan

kematian sel mukosa) dan peptidoglikan (mengandung beberapa asam amino yang merupakan sasaran antibiotika

antara gonokokus dan fagosit, menyebabkan invasi ke dalam sel inang, dan mungkin menurunkan pengaturan respon imun. Saluran Porin (PorA, porB) pada membran luar memainkan peran dalam virulensi. Strain gonokokus

dengan PorA mungkin memiliki resistensi terhadap serum manusia normal dan meningkatkan kemampuan untuk menginvasi ke dalam selepitel,

menjelaskan hubungannya dengan bakteremia. Gonokokus melekat pada sel mukosa host dan dalam 24-48 jam akan mampu melakukan penetrasi di antara sel ke dalam ruang subepitel. Respon imun host ditandai dengan invasi netrofil, diikuti oleh pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosa, dan

secret yang purulen. Jika tidak diobati, akan terjadi infiltrasi makrofag dan limfosit menggantikan netrofil. Beberapa strain gonokokus dapat menyebabkan

infeksi yang asimptomatik, sehingga menyebabkan seseorang menjadi karier. Kemampuan bakteri untuk tumbuh secara anaerob saat bercampur dengan reflux darah menstruasi atau perlekatan pada sperma menyebabkan gonokokus dapat menginvasi struktur genital bagian bawah (vagina dan serviks) dan berlanjut ke organ genital bagian atas (endometrium, tuba, dan ovarium).8 II.4 Gambaran Klinis Pada laki-laki Sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis gonore dan 85% berupa uretritis yang akut. Setelah masa tunas yang

berlangsung antara 2-10 hari, penderita mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing yang kemudian diikuti keluarnya nanah kental berwarna kuning kehijauan. Pada keadaan ini umumnya penderita tetap merasa sehat, hanya kadang-kadang dapat diikuti gejala konstitusi ringan. Sebanyak 10% pada lakilaki dapat memberikan gejala yang sangat ringan a tau tanpa gejala klinis sama sekali pada saat diagnosis, tetapi hal ini sebenarnya merupakan stadium presimtomatik dari gonore, oleh karena waktu inkubasi pada laki-laki bisa lebih panjang ( 1-47 hari dengan rata-rata 8,3 hari ) dari laporan sebelumnya. Bila keadaan ini tidak segera diobati, maka dalam beberapa hari sampai beberapa minggu maka sering menimbulkan komplikasi lokal berupa epididymitis,

seminal vesiculitis dan prostatitis, yang didahului oleh gejala klinis yang lebih berat yaitu sakit waktu kencing, frekuensi kencing meningkat, dan keluarnya tetes darah pada akhir kencing.9 Pada wanita Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra pada wanita selain pendek, juga kontak pertama pada cervix sehingga gejala yang menonjol berupa cervicitis dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala keputihan biasanya ringan, seringkali disamarkan dengan penyebab keputihan fisiologis lain, sehingga tidak merangsang penderita untuk berobat. Dengan demikian wanita seringkali menjadi carrier dan akan yang menjadi sumber

penularan yang keluhan

tersembunyi. Pada kasus-kasus harus

simtomatis dengan

keputihan

dibedakan dengan penyebab keputihan yang lain

seperti trichomoniasis, vaginosis, candidiasis maupun uretritis non gonore yang

lain. Pada wanita, infeksi primer tejadi di endocerviks dan menyebar kearah uretra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan yang mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidaksuburan ( infertilitas ) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci.9 Pada bayi Ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata pada bayi yang baru lahir yang didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yang terinfeksi. Conjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum ini, pemberian tetracycline atau erythromycin ke dalam kantung conjungtiva dari bayi yang baru lahir banyak dilakukan.9

Gambar 2. Gambaran Klinis Gonorrhea

II.5 Laboratorium Bahan duh tubuh pada pria di ambil dari daerah fosa navikularis sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartolin, serviks, dan rectum. Pemeriksaan laboratories yang dikerjakan adalah dengan pengambilan sampel dari sekre t yang keluar dari orifisium urethrae externum, dibuat preparat direk, selanjutnya dicat memakai metode Gram, kemudian kuman

dilihat dengan mikroskop. Disamping itu kuman ditanam pada media ThayerMartin. Martin.10 II.6 Pengobatan Prinsip terapi Penyakit Gonore ialah dengan dosis besar dan diberikan secara single-dose. Pilihan pengobatan perlu memperhatikan : efektifitas, harga, dan efek toksik minimal. Macam-macam obat yang bisa dapat dipakai adalah : 1. Penisilin Yang efektif ialah Penisilin G Prokain Akua. Dosis 4,8 juta unit ditambah 1 g Probenecid. Kontraindikasinya ialah alergi Penisilin. 2. Ampisilin dan Amoksisilin Dosis Ampisilin ialah 3,5 g ditambah 1 g Probenicid, dan Amoksisilin adalah 3 g ditambah 1 g Probenecid. Untuk daerah endemis Neisseria Gonorrhoeae Diagnosis ditegakkan bila nampak kuman diplococcus Gram

negatif,ekstraseluler/intraseluler, dan kuman bisa tumbuh pada media Thayer-

Penghasil Penisilinase, obat ini tidak dianjurkan. 3. Sefalosporin. Sefriakson (generasi ke 3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0.50 g sampai 1 g juga cukup efektif. 4. Spektinomisin Dosisnya ialah 2 g i.m. Baik untuk yang alergi Penisilin, dan yang mengalami kegagalan dengan terapi Penisilin Kanamisin Dosisnya 2 g i.m. Baik untuk yang alergi Penisilin dan yang mengalami kegagalan dengan terapi Penisilin. 6. Tiamfenikol Dosisnya 3,5 g diberikan secara per-oral. Angka kesembuhan mencapai 97 %. 7. Kuinolon Keuntungan dari obat ini ialah dapat diberikan per-oral dengan dosis yang relatif rendah, sehingga jarang timbul efek samping. Dari golongan Kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah: - Ciprofloksasin 250 mg - 500 mg single-dose - Ofloksasin 400 mg single-dose - Norfloksasin 800 mg single-dose

Obat dosis tunggal yang tidak efektif lagi ialah Tetrasiklin, Spiramisin dan Streptomisin. Ciprofloxacin adalah antibiotika yang termasuk dalam golongan Kuinolon, yang merupakan suatu preparat sintetik. Obat ini memiliki spectrum antimikrobial yang luas sekali, serta memiliki aktifitas yang tinggi pada pemberian per oral untuk mengobati berbagai macam penyakit infeksi.

Disamping itu, Ciproflocaxin memiliki efek samping yang relatif sangat ringan, serta sedikit sekali menjadi resisten terhadap kuman. Ciprofloxacin diabsorbsi sangat baik setelah pemberian per oral, dan secara luas

didistribusikan ke seluruh tubuh, kemudian diekskresikan melalui urine dalam jumlah tertentu. Obat ini mengalami metabolisme di dalam hepar. Efek

samping penggunaan obat ini sangat jarang, namun bisa bertinteraksi dengan Theofilin, yaitu dengan menghambat metabolisme Theofilin, serta dapat meningkatkan konsentrasi Methilxanthine. Ciprofloxacin tersedia dalam

bentuk tablet 250 mg., 500 mg., dan 750 mg. Dosis yang lazim untuk berbagai macam infeksi adalah 250 mg - 500 mg setiap kali minum, sebanyak 2 kali dalam sehari. Untuk Gonore, dosis yang dianjurkan adalah 250 mg sampai dengan 500 mg sebagai dosis tunggal.10 II.7 Upaya Penanganan Penyakit Gonore Dari Aspek Kesehatan Masyarakat a. Upaya Promotif : Dapat dilakukan upaya upaya promotif sebagai berikut : 1) Pendidikan seks yang tepat untuk mengikis ketidaktahuan tentang seksualitas dan gonore. Misalnya dengan melakukan penyuluhan di puskesmas, di kantor kantor desa, di sekolah sekolah. 2) Meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama untuk tidak berhubungan seks selain pasangannya. Bukan hanya pelayan kesehatan yang dapat melakukan promosi kesehatan tentang gonore, tetapi juga para pemuka agama dapat turut serta mengambil bagian untuk kesehatan secara spiritual. Spiritual yang sehat dapat meningkatkan kesehatan fisik seseorang. 3) Menjaga keharmonisan hubungan suami istri tidak menyeleweng untuk meningkatkan ketahanan keluarg 16

b. Pencegahan dan Pengendalian (preventif) Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep Paradigma Sehat yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pencegahan pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) upaya dan

penyakit

(preventif) (kuratif) dan

dibandingkan pemulihan

pelayanan secara

penyembuhan/pengobatan

(rehabilitatif)

menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan. 11 Upaya sehat. kesehatan promotif-preventif mencegah adalah pilar utama masyarakat

Ada ungkapan

lebih baik dari pada mengobati yang

mengandung makna bahwa upaya meningkatkan dan memelihara kesehatan serta mencegah timbulnya masalah kesehatan atau penyakit jauh lebih mudah, dan dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, deteksi dini dan pengobatan segera harus diutamakan. Peran Puskesmas dan jaringannya didukung Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat sangat penting dalam menggerakkan masyarakat agar melakukan berbagai upaya pencegahan.12 Menurut Centers Of Disease Control And Prevention (CDC) 2011 pencegahan infeksi menular seksual yaitu :18

Pencegahan Primer

Pendidikan kesehatan dan promosi sek yang aman untuk mengurangi IMS.

Kampanye untuk memberikan informasi tentang HIV dan IMS lainnya.

Promosi kondom.

Pencegahan Sekunder

Pengobatan mudah, efektif, dan dapat diterima. Pendidikan dan konseling. Deteksi dini dan pengobatan asimptomatik melalui penemuan kasus.

Tabel 1. Pecegahan Infeksi Menular Seksual

Menurut

Kementrian

Kesehatan

RI

tentang

Pedoman

Nasional

Penanganan Infeksi Menular Seksual tahun 2011 yaitu Program pencegahan dan pengendalian IMS bertujuan untuk : 1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan IMS Infeksi menular seksual, selain infeksi HIV menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas terutama di negara sedang berkembang dengan sumber daya yang terbatas, baik secara langsung yang berdampak pada kualitas hidup, kesehatan perannya reproduksi dan anak-anak, serta secara tidak langsung melalui dalam mempermudah transmisi seksual infeksi HIV dan

dampaknya terhadap perekonomian perorangan maupun nasional. Spektrum gangguan kesehatan yang ditimbulkan IMS mulai dari penyakit akut yang ringan sampai lesi yang terasa nyeri serta gangguan psikologis. Misalnya, infeksi oleh N.gonore menimbulkan nyeri saat berkemih (disuria) pada lakilaki, dan nyeri perut bagian bawah akut ataupun kronis pada perempuan. Tanpa diobati, infeksi oleh T.pallidum, meskipun tidak nyeri pada stadium awal, namun dapat menimbulkan berbagai kelainan neurologis, kardiovaskular serta gangguan tulang di kemudian hari, serta abortus pada perempuan hamil dengan infeksi akut. Chancroid dapat menimbulkan ulkus dengan rasa nyeri hebat dan bila terlambat diobati dapat menyebabkan destruksi jaringan, terutama pada pasien imunokompromais. Infeksi herpes genitalis menimbulkan

gangguan psikoseksual karena bersifat rekurens dan menimbulkan rasa nyeri, terutama pada pasien muda. Biaya yang dikeluarkan, termasuk biaya langsung

10

baik medis dan non medis, serta biaya tidak langsung akibat waktu yang hilang untuk melakukan aktivitas produktif (waktu untuk pergi berobat, waktu tunggu di sarana pelayanan kesehatan, serta waktu untuk pemeriksaan tenaga kesehatan).16 2. Mencegah infeksi HIV Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seks, terutama pada populasi yang paling memungkinkan

untuk memiliki banyak pasangan seksual, misalnya penjaja seks dan pelanggannya. Keberadaan IMS dengan bentuk inflamasi atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan hubungan seks tanpa pelindung antara seorang yang telah terinfeksi IMS dengan

pasangannya yang belum tertular. Ulkus genitalis atau seseorang dengan riwayat pernah menderita ulkus genitalis diperkirakan meningkatkan risiko tertular HIV 50-300 kali setiap melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Program pencegahan HIV akan mempercepat pencapaian Millennium Development Goal (MDG) tujuan 6 di tahun 2015.16 3. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan Infeksi menular seksual merupakan penyebab kemandulan yang paling dapat dicegah, terutama pada perempuan. Antara 10%-40% perempuan dengan

infeksi Chlamydia yang tidak diobati akan mengalami penyakit radang panggul (PRP). Kerusakan tuba falopii pasca infeksi berperan dalam kasus kemandulan perempuan (30%-40%). Terlebih lagi, perempuan dengan PRP berkemungkinan 6-10 kali mengalami kehamilan ektopik dibandingkan dengan yang tidak menderita PRP, dan 40%-50% kehamilan ektopik disebabkan oleh PRP yang diderita sebelumnya. MDG 5, bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015. Pencegahan PRP berperan dalam pencapaian tujuan ini melalui pencegahan kematian ibu akibat kehamilan menurunkan

ektopik. Pencegahan infeksi human papillomavirus (HPV) akan terbanyak pada perempuan.16

angka kematian perempuan akibat kanker serviks, yang merupakan kanker

11

4. Mencegah efek kehamilan yang buruk Infeksi menular seksual yang tidak diobati seringkali dihubungkan dengan

infeksi kongenital atau perinatal pada neonatus, terutama di daerah dengan angka infeksi yang tinggi. Perempuan hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati, sebanyak 25% mengakibatkan janin lahir mati dan 14% kematian neonatus, keseluruhan menyebabkan kematian perinatal sebesar 40%. Kehamilan pada perempuan dengan infeksi gonokokus yang tidak diobati, sebesar 35% akan menimbulkan abortus spontan dan kelahiran prematur, dan sampai 10% akan menyebabkan kematian perinatal. Dalam ketiadaan upaya pencegahan, 30% sampai 50% bayi yang lahir dari ibu dengan gonore tanpa pengobatan dan sampai 30% bayi yang lahir dari ibu dengan klamidiosis tanpa diobati, akan mengalami oftalmia neonatorum yang dapat mengakibatkan kebutaan.16 Ada banyak pendekatan untuk pencegahan penyakit gonorrhoea. Intervensi yang telah terbukti untuk mempengaruhi penyakit ini termasuk pengobatan yang efektif dengan antibiotik yang sesuai melalui memperbaikan diagnosis. Efek dari perubahan perilaku disimpulkan dapat mengubah tingkat insiden dari penyakit gonorrhea. 13 Penanganan kasus IMS merupakan layanan pada seorang dengan sindrom yang berhubungan dengan IMS, atau dengan hasil positif pada pemeriksaan laboratorium untuk satu atau lebih IMS. Komponen penanganan kasus IMS harus dilakukan secara paripurna meliputi: anamnesis, pemeriksaan klinis, diagnosis yang tepat, pengobatan dini dan efektif, edukasi pasien, penyediaan dan anjuran untuk menggunaan kondom, notifikasi dan penanganan pasangan seksnya.16 Penilaian perilaku merupakan bagian integral dari riwayat IMS dan pasien sebaiknya diberikan penyuluhan untuk mengurangi risikonya terhadap penularan HIV dan IMS, termasuk abstinensia hubungan seksual, berhati-hati memilih pasangan seksual, serta penggunaan kondom.16 Upaya Preventif yang dapat dilakukan : a. Hindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau dengan pekerja seks komersial (WTS). b. Bila merasa terkena gonore, hindari melakukan hubungan seksual. c. Bila tidak terhindarkan, untuk mencegah penularan pergunakan kondom.

12

d. Memberikan penyuluhan dan pemeriksaan rutin pada kelompok risiko tinggi. e. Penyuluhan dan pemeriksaan terhadap partner seksual penderita gonore. C. Upaya Rehabilitatif Penyakit Gonore Memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak mengucilkannya, terutama oleh keluarga dan partnernya, untuk mendukung kesembuhannya. Dengan demikian penderita gonore akan merasa bahwa sehat itu perlu sehingga penderita akan berobat tuntas serta akan meningkatkan kewaspadaan diri terhadap infeksi berulang. II.7.1 Penggunaan Kondom Untuk Mencegah Penyakit Gonore Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat yang dipakai untuk

mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet latex dan dipakaikan

pada alat kelamin pria atau

wanita pada keadaan ereksi sebelum bersenggama

(bersetubuh) atau berhubungan suami-istri.16 Kondom sudah tersedia di setiap fasilitas kesehatan yang melaksanakan pelayanan IMS, dan petunjuk penggunaannya juga perlu disiapkan. Sekalipun kondom tidak memberikan perlindungan 100% untuk setiap infeksi, namun bila digunakan dengan tepat akan sangat mengurangi risiko infeksi menular seksual. Pencegahan kehamilan juga merupakan salah satu tujuan penggunaan kondom, sehingga dua jenis pencegahan ini perlu diberitahukan kepada pasien. Kepada kelompok dewasa muda juga perlu diinformasikan di mana mereka bisa mendapatkan alat kontrasepsi dan kondom.16 Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Harvard Boston Amerika Serikat yang melaporkan bahwa dari 123 remaja putri yang semula tidak menggunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual angka kejadian penyakit gognore sebanyak 75%, setelah diberi bimbingan untuk berprilaku seks yang aman banyak dari mereka yang menggunakan kondom sehingga angka kejadian penyakit menular seksual seperti penyakit gonore berkurang menjadi 25%. Penelitian ini sesuai dengan Hasil penelitian yang dilakukan Alan Guttmacher yang menyatakan bahwa angka kejadian penyakit Gonore risikonya lebih tinggi bagi pasangan seks yang tidak menggunakan kondom dibandingkan dengan pasangan seks yang menggunakan kondom.17

13

II.7.2 Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) dan Konseling Upaya KIE tentang IMS penting dilakukan, mengingat salah satu tujuan program penanggulangan HIV/AIDS ialah perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan penyebaran IMS. Tujuan konseling adalah untuk membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi pasien sehubungan dengan IMS yang dideritanya, sedangkan KIE bertujuan agar pasien mau mengubah perilaku seksual berisiko menjadi perilaku seksual aman. Kedua pengertian ini perlu dipahami dengan benar.16 Konseling bagi pasien IMS merupakan peluang penting untuk dapat sekaligus memberikan KIE tentang pencegahan infeksi HIV pada seseorang yang berisiko terhadap penyakit tersebut. Kelompok remaja merupakan kelompok sasaran khusus dan penting dalam upaya pencegahan primer sebab seringkali kehidupan seksual dan reproduktif mereka berisiko. Umumnya mereka tidak menyadari risiko yang mereka hadapi untuk tertular IMS.16 Perilaku seksual yang aman yaitu cara ABCD : A = Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara waktu) B = Be faithful (setia pada pasangan) C = Condom (gunakan kondom bila tidak mau melaksanakan A dan B, termasuk menggunakan kondom sebelum IMS yang dideritanya sembuh) D = no Drugs (Tidak menggunakan obat psikotropik atau zat adiktif lainnya)16 Dengan demikian, penanganan kasus yang efektif, tidak hanya terdiri dari terapi antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan mengurangi penularan, namun secara menyeluruh dan meliputi layanan terhadap kesehatan reproduksi pasien.16 Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas. Tidak ada cara pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko. Penggunaan kondom masih dianggap yang terbaik. Pendidikan moral, agama dan seks perlu diperhatikan.9 II.7.3 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Salah satu komponen penting dari paket kesehatan masyarakat ini adalah

14

penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna, meliputi: 1. Identifikasi sindrom: Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis secara sindrom atau dengan bantuan laboratorium. 2. Edukasi pasien: kepada pasien dijelaskan tentang riwayat alamiah dari infeksi yang dialaminya, serta pentingnya melaksanakan pengobatan secara tuntas, serta hal-hal penting lainnya. 3. Pengobatan antibiotik terhadap sindrom: Cara apapun yang digunakan untuk menegakkan diagnosis, baik dengan menggunakan bagan alur maupun dengan bantuan laboratorium, secara mutlak diperlukan ketersediaan antibiotik yang efektif. Obat yang diperlukan perlu disediakan pada saat petugas kesehatan pertama kalinya kontak dengan pasien IMS. Cara pengobatan yang efektif ini juga perlu disiapkan dan dilaksanakan pada semua klinik swasta/ pribadi. 4. Penyediaan kondom: Dengan mendorong seseorang untuk menggunakan kondom, maka Kepala Dinas Kesehatan perlu memberikan jaminan bahwa kondom tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan dengan harga yang terjangkau pada semua fasilitas kesehatan serta berbagai titik pendistribusian lainnya. Pemasaran Sosial (Social marketing) kondom adalah cara lain untuk meningkatkan jangkauan terhadap penjualan kondom. 5. Konseling: Fasilitas konseling disiapkan agar dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkannya; misalnya pada kasus herpes genitalis kronis atau kutil pada alat genital, baik untuk perorangan maupun untuk mitra seksualnya. 6. Pemberitahuan dan pengobatan pasangan seksual: Penting bagi setiap program penanggulangan IMS adalah melakukan penatalaksanaan terhadap setiap mitra seksual pasien IMS, dan menghimbau agar mereka sendiri lah yang menghubungi tempat pelayanan IMS untuk mendapat pengobatan. Upaya ini harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor sosial dan budaya setempat, untuk menghindari masalah etis maupun masalah praktis yang mungkin timbul, misalnya penolakan, dan kekerasan khususnya terhadap wanita.16

15

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam pembahasan maka dapat disimpulkan gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoea, suatu diplokokus gram negatif. Infeksi umumnya terjadi pada aktivitas seksual secara genito-genital, namun dapat juga kontak seksual secara oro-genital dan anogenital. Dalam upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif) masyarakat perlu dibutuhkan kerja sama dari semua pihak dalam melakukan kegiatan penyuluhan tentang bahaya penyakit gonore dan perlunya penggunaan kondom untuk mencegah terjadinya angka kejadian penyakit gonore, menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko serta

mengoptimalkan perubahan perilaku disimpulkan dapat mengubah tingkat insiden dari penyakit gonore. III.2 Saran 1. Bagi petugas medis Terus melakukan upaya promotif kepada masyarakat mengenai pentingnya menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko dan penggunaan kondom dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat. 2. Bagi masyarakat Beberapa penyakit infeksi menular seksual seperti gonore dapat merugikan bagi kesehatan masyarakat itu sendiri. Dibutuhkan kesadaran, kemauan, dan kerja sama dari komponen masyarakat dalam menyehatkan masyarakat Indonesia pada umumnya dalam membentuk Negara yang kuat secara fisik, mental, dan sosial sessuai dengan cita-cita bangsa Indonesia melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan.

16

Anda mungkin juga menyukai