Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KORUPSI JIWASRAYA

Studi Kasus (Jiwasraya: Dari Gagal Bayar Klaim Triliunan Rupiah Hingga Dugaan
Tindakan Curang)

Dosen pengampu : Nur Azizah Zuhriah, M. Sos

Oleh:

Maskana Eka Jaya (NIM: 2205060009)

Jihadun Paradis (NIM: 2205060013)

Fitria Mohamad (NIM: 2205060030)

Virda Aziza (NIM: 2205060006)

Program Studi Pendidikan Seni Tari Drama dan musik

Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tengara Barat

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ KORUPSI JIWASRAYA“ tepat pada
waktunya. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan kepada pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini. Kepada teman-teman seperjuangan yang selalu memberi
semangat dan motivasi kepada kami. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat dalam makalah ini, kami mohon maaf. Kami
menerima kritik dan saran dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Mataram,18 November 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
BAB II ANALISIS HASIL........................................................................................................... 3
A. Jenis Korupsi.....................................................................................................................
B. Nilai-nilai Antikorupsi...................................................................................................... 3
C. Prinsip Anti Korupsi......................................................................................................... 7
D. Penyebab Terjadinya Korupsi........................................................................................... 10
E. Upaya Memberantas Korupsi di Indonesia....................................................................... 11
BAB III PENUTUP...................................................................................................................... 12
A. Pendapat............................................................................................................................ 12
B. Kesimpulan....................................................................................................................... 12
C. Lampiran Kasus................................................................................................................ 13
D. Lampiran Anggota............................................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah dan begitu
mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun
semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi
kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek
masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana
tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi
mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan
kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik maupun privat,
tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.
Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan untuk
menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi
juga oleh keluarga dan kroninya, yang apabila dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada
dalam posisi yang sangat dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya menyebutkan bahwa
tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, antar penyelenggara
negara, melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak lain seperti keluarga, kroni dan para
pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
serta membahayakan eksistensi negara.
Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang bukan saja dapat merugikan keuangan
negara akan tetapi juga dapat menimbulkan kerugiankerugian pada perekonomian rakyat. Barda
Nawawi Arief berpendapat bahwa, tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang sangat
tercela, terkutuk dan sangat dibenci oleh sebagian besar masyarakat; tidak hanya oleh
masyarakat dan bangsa Indonesia tetapi juga oleh masyarakat bangsa-bangsa di dunia.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya
masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah
merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh tubuh pemerintahan sejak tahun 1960-an
langkah-langkah pemberantasannya pun masih tersendat-sendat sampai sekarang. Selanjutnya,
dikatakan bahwa korupsi berkaitan pula dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu

1
penguasa dapat menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan
kroninya.
Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa
melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Hal ini dikarenakan,
metode konvensional yang selama ini yang digunakan, terbukti tidak bisa menyelesaikan
persoalan korupsi yang ada di masyarakat. Dengan demikian, dalam penanganannya pun juga
harus menggunakan cara-cara luar biasa (extra-ordinary). Sementara itu, penanganan tindak
pidana korupsi di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa kondisi, yakni masih lemahnya
upaya penegakkan hukum tindak pidana korupsi, kualitas SDM aparat penegak hukum yang
masih rendah, lemahnya koordinasi penegakkan hukum tindak pidana korupsi, serta masih sering
terjadinya tindak pidana korupsi dalam penanganan kasus korupsi.
Pada era reformasi sekarang ini, terwujudnya good governance antara lain harus didukung
dengan penegakkan hukum terhadap tindak pidana korupsi. Hal ini selaras dengan tujuan yang
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Selanjutnya, beberapa peraturan
perundang-undangan dibentuk dalam upaya memberantas korupsi tersebut, yaitu: Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya, Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang
Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa, karena dapat merusak sendi-
sendi kehidupan bernegara. Namun demikian, pada 4 kenyataannya, penjatuhan hukuman kepada
pelakunya sangat ringan dibanding dengan ancaman pidananya, sehingga menimbulkan
anggapan bahwa meningkatnya kejahatan dikarenakan para Hakim memberikan hukuman ringan
atas pelaku koruptor. Oleh karena itu, sebaiknya tindakan yang diambil pengadilan merupakan
“ultimum remedium” terhadap pelanggar/pelaku kejahatan khususnya korupsi.
Hal ini seperti kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya seperti yang dikutip dari kasus yang
diperoleh dari media online yang berjudul Jiwasraya : Dari gagal bayar klaim triliunan rupiah
hingga dugaan tindakan curang.

2
BAB II
ANALISIS HASIL

A. Jenis Korupsi
Dalam kasus PT Asuransi Jiwasraya dapat dikategorikan sebagai grand corruption.
Kerugian negara dalam kasus Jiwasraya adalah sebesar Rp16,81 Triliun. Seperti yang
dilansir dari Ketua BPK, Agung Firman Sampurna, telah menyerahkan Laporan Hasil
Pemeriksaan Investigatif dalam rangka Penghitungan Kerugian Negara atas Pengelolaan
Keuangan dan Dana Investasi pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2008 s.d. 2018
kepada Jaksa Agung di Kantor Kejaksaan Agung RI pada tanggal 9 Maret 2020 pukul 14.00
WIB.
Pemeriksaan Investigatif dalam rangka Penghitungan Kerugian Negara atas
Pengelolaan Keuangan dan Dana Investasi pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun
2008 s.d. 2018 dilakukan untuk menindaklanjuti permintaan Kejaksaan Agung tanggal 30
Desember 2019. Berdasarkan hasil pemeriksaan, BPK menyimpulkan adanya
penyimpangan-penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh
pihak-pihak terkait atas proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan investasi saham
dan reksa dana di PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
B. Nilai-nilai Antikorupsi
Berbicara soal sikap antikorupsi tidak terlepas dari kata "integritas". Seseorang yang
menjaga integritas akan memiliki sikap yang mencegahnya untuk melakukan tindak pidana
korupsi. Karena itulah, nilai-nilai integritas menjadi salah satu hal penting dalam
pencegahan korupsi. Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi RI, integritas adalah
bertindak dengan cara yang konsisten dengan apa yang dikatakan. Nilai integritas
merupakan kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku yang selaras dengan
hati nurani dan norma yang berlaku.
Contohnya, jika seseorang telah mengakui bahwa dia jujur, maka hal itu juga akan
tercermin dari tindakan, perasaan, dan perilakunya. Integritas akan menjaga orang itu tetap
jujur, walau tidak ada orang lain di sekitar yang melihat kejujurannya. Integritas merupakan
salah satu nilai-nilai dasar pribadi yang harus dimiliki masyarakat. Nilai-nilai ini dapat
berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat atau nilai moral pribadi. 

3
KPK merilis sembilan nilai integritas yang bisa mencegah terjadinya tindak korupsi.
Kesembilan nilai itu adalah jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani, dan adil. Secara singkat, mari kita pahami kesembilan nilai integritas ini.
1. Jujur
Jujur adalah sikap lurus hati, tidak berbohong, tidak curang dan tulus-ikhlas.
Seseorang dengan nilai kejujuran di hatinya tidak akan pernah korupsi, karena tahu
tindakan tersebut adalah bentuk kebohongan dan kejahatan. Orang dengan berintegritas
jujur akan selalu berpegang pada prinsip yang diyakininya benar. 
Orang dengan nilai kejujuran juga harus menolak ketidakjujuran. Dia harus berani
menegur atau melaporkan tindak ketidakjujuran seperti korupsi atau yang lainnya.
Pelaporan masyarakat ini menjadi salah satu yang sarana efektif untuk memberantas
korupsi. Maka dari itu, masyarakat yang berintegritas akan menciptakan lingkungan yang
bebas dari korupsi.
2. Tanggung Jawab
Seseorang yang bertanggung jawab berani mengakui kesalahan yang dilakukan,
mereka juga amanah dan dapat diandalkan. Tanggung jawab akan membuat seseorang
memenuhi tuntutan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Orang yang bertanggung
jawab tidak akan korupsi, karena yakin segala tindakan buruknya akan dibayar dengan
setimpal pula. 
Rasa tanggung jawab tidak begitu saja muncul, akan tetapi terjadinya melalui
sebuah proses. Dimulai dari hal-hal kecil, seperti jika mengambil sesuatu harus
mengembalikan pada tempatnya. Jika berjanji, janji tersebut harus ditepati. Hal itu
dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan dibentuk oleh
latihan. Seseorang dapat bertanggung jawab karena telah terbiasa dengan hal-hal yang
memerlukan tanggung jawab.
3. Disiplin
Disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat
yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Sikap mental tersebut perlu dilatih agar
segala perbuatannya tepat sesuai aturan yang ada.  Komitmen adalah salah satu kunci
terbentuknya disiplin. Komitmen adalah sikap mental pada diri seseorang untuk
melakukan segala sesuatu yang telah ditetapkan. Hal itu terbentuk dengan pembiasaan.

4
Seseorang yang komitmen tinggi akan selalu melakukan segala sesuatu sesuai yang telah
ditetapkannya. Disiplin sangat diperlukan oleh seorang pemimpin, apa yang dilakukan
akan dicontoh anak buahnya. Jika pemimpin tidak disiplin, maka bisa menularkan
perilaku yang buruk tersebut ke sekelilingnya.
4. Mandiri
Menurut KBBI, kata mandiri dimaknai dalam keadaan dapat berdiri sendiri; tidak
bergantung pada orang lain. Adapun kemandirian merupakan hal atau keadaan dapat
berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Pribadi yang mandiri tentunya berani
menata diri dan menjaga diri. Ia terus berlatih untuk menjadi berkepribadian yang
terpuji. 
Pribadi yang mandiri berani menetapkan gambaran hidup yang ia inginkan. Dia
berani mengarahkan kegiatan hidupnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ia memiliki langkah-langkah, kegiatan atau tingkah laku yang efektif untuk
mencapai gambaran kehidupan yang diidealkannya. Misalnya seseorang yang bercita-cita
menjadi ekonom mulai sekarang belajar dengan sungguh-sungguh mengenai masalah
ekonomi, tidak berleha-leha.
5. Kerja Keras
Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa
mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau
memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Mereka dapat
memanfaatkan waktu optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak, dan
kesulitan yang dihadapainya. Mereka sangat bersemangat dan berusaha keras untuk
meraih hasil yang baik dan maksimal.
Seseorang yang bekerja keras tidak bersifat malas dan mengeluh terhadap suatu
pekerjaan karena akan mempengaruhi etos kerja yang sudah dibangun. Dia juga tidak
suka menunda-nunda pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat
6. Sederhana
Menurut KBBI, sederhana memiliki pengertian bersahaja; tidak berlebih-lebihan
atau dapat dinyatakan sedang, dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dan
sebagainya. Berbeda dengan kemiskinan, kesederhanaan adalah sebuah pilihan,

5
keputusan untuk menjalani hidup yang berfokus pada apa yang benar-benar berarti.
Seorang yang sederhana membebaskan dirinya dari segala ikatan yang tidak diperlukan.
Sederhana juga berarti hidup secara wajar. Artinya, seseorang mampu
menggunakan hartanya sesuai kebutuhan yang ada, tidak menghamburkan uang untuk
sesuatu yang tidak penting. Korupsi salah satunya dipicu oleh hidup mewah yang
berlebihan dan tidak sesuai dengan besaran gajinya. Kesederhanaan akan membuat
seseorang menjauhi korupsi.
7. Berani
Berani adalah tidak takut menghadapi bahaya atau kesulitan. Orang yang berani
memiliki hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar, pantang mundur dan tidak
gentar. Keberanian diperlukan untuk mencegah korupsi dan melaporkan tindak pidana
korupsi ke aparat.
Keberanian tentu saja mesti dilandasi dengan kebenaran. Berani karena benar.
Seseorang yang berani melaporkan tindak pidana korupsi karena dia yakin bahwa itu
adalah tindakan yang benar dan korupsi adalah kejahatan. Nilai keberanian perlu dimiliki
oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya korupsi.
8. Peduli
Makna peduli menurut KBBI adalah mengindahkan, memperhatikan, dan
menghiraukan. Jadi kepedulian berarti sikap memperhatikan kondisi sekitar dan orang
lain. Pendapat lain menyebut, peduli adalah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan
diri dalam persoalan, keadaan, atau kondisi di sekitar kita. 
Orang yang peduli adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka
memberi inspirasi, perubahan, dan kebaikan. Peduli berarti kita mengasihi dan
memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin dikasihi atau diperlakukan. Dengan
kepedulian, kita menjadikan dunia ini sebagai tempat tinggal yang nyaman dan damai
bagi semua makhluk.
9. Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan
tulus. Menurut KBBI, adil memiliki arti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
Adil juga bisa diartikan berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran. Secara
terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi dan ketidakjujuran. 

6
Seseorang yang adil selalu bersikap imparsial, tidak memihak kecuali kepada
kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama.
Sehingga penilaian, kesaksian dan keputusan hukum hendaknya berdasar pada kebenaran
walaupun kepada diri sendiri. Sikap ini pada akhirnya akan mencegah konflik
kepentingan yang menjadi salah satu cikal bakal korupsi.
Demikian sembilan nilai integritas yang harus dimiliki oleh semua orang untuk
mencegah korupsi. Penerapan nilai-nilai ini tidak hanya baik bagi diri sendiri, namun juga
untuk masa depan bangsa ke depannya. Maka dari itu, nilai-nilai integritas mesti
ditanamkan dan dilatih semenjak dini untuk melahirkan generasi baru yang lebih bersih
dari korupsi.
C. Prinsip Anti Korupsi
Prinsip-prinsip anti korupsi merupakan langkah-langkah anti sipatif yang harus
dilakukan agar praktik korupsi dapat dibendung, bahkan diberantas sampai keakarnya.
Prinsip anti korupsi pada dasarnya terkait dengan semua aspek kegiatan publik yang
menuntut adanya integritas, objektivitas, kejujuran, keterbukaan, tanggung gugat, dan
meletakkan kepentingan publik di atas kepentingan individu.”
Dalam konteks korupsi ada beberapa prinsip yang harus ditegakkan untuk mencegah
factor eksternal penyebab terjadinya korupsi, yaitu prinsip akuntabilitas, transparansi,
kewajaran (fairness), dan adanya kebijakan atau aturan main yang dapat membatasi ruang
gerak korupsi serta control terhadap kebijakan tersebut.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Prinsip
akuntabilitas merupakan pilar penting dalam rangka mencegah terjadinya korupsi. Prinsip
ini pada dasarnya dimaksudkan agar kebijakan dan langkah-langkah atau kinerja yang
dijalankan sebuah lembaga dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, akuntabilitas
membutuhkan perangkat-perangkat pendukung, baik berupa perundang-undangan (de
jure) maupun dalam bentuk komitmen dan dukungan masyarakat (de facto), baik pada
level budaya (individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas secara tradisional
dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku
administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answer ability) kepada sejumlah otoritas eksternal.”

7
Akuntabilitas public dalam arti yang paling fundamental merujuk kepada
kemampuan menjawab kepada seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. Sebagai
wujud prinsip akuntabilitas, Undang-undang Keuangan Negara juga menyebutkan adanya
kewajiban ganti rugi yang diberlakukan atas mereka yang karena kelengahan atau
kesengajaan telah merugikan Negara. Prinsip akuntabilitas di sisi lain juga mengharuskan
setiap penganggaran biaya disusun sesuai target atau sasaran.
a) Mekanisme Pelaporan dan Pertanggungjawaban atas Semua Kegiatan yang dilakukan
Pelaporan dan pertanggungjawaban tidak hanya diajukan kepada penanggungjawab
kegiatan pada lembaga yang bersangkutan dan Direktorat Jenderal Anggaran
kementerian Keuangan. Melainkan kepada semua pihak khususnya lembaga-lembaga
kontrol seperti DPR yang membidanginya serta kepada masyarakat.
b) Evaluasi
Evaluasi terhadap kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diberikan oleh setiap kegiatan kepada masyarakat, baik manfaat langsung maupun
manfaat jangka panjang setelah beberapa tahun kegiatan dilaksanakan. Sektor evaluasi
merupakan sektor yang wajib diakuntabilisasi demi menjaga kredibilitas keuangan
yang telah dianggarkan. Ketiadaan evaluasi yang serius akan mengakibatkan tradisi
penganggaran keuangan yang buruk.”
2. Transparansi
Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses kebijakan
dilakukan secara terbuka, sehinga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh
publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus control bagi seluruh proses dinamika
struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana keterikatan interaksi antara
dua individu atau lebih mengharuskan adanya transparansi mengacu pada keterbukaan
dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan, karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran merupakan modal awal yang sangat berharga bagi Mahasiswa
untuk dapat melanjutkan tanggungjawabnya pada masa kini dan masa mendatang.
Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses penganggaran,
proses penyusunan kegiatan, proses pembahasan, proses pengawasan, dan proses
evaluasi. Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi,
laporan pertanggungjawaban, dan penilaan (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Di

8
dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembuatan rancangan peraturan yang
berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme pengelolaan
proyek mulai dan pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial, dan
pertanggungjawaban secara teknis. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan
proyek pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi
adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri. Proses lainnya yang
penting adalah proses evaluasi. Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan
proyek dijalankan secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara
administratif, tetapi juga secara teknis dan fisik dari setiap output kerja pembangunan.
Hal-hal tersebut merupakan panduan bagi mahasiswa untuk dapat melaksanakan
kegiatannya agar lebih baik. Setelah pembahasan prinsip ini, mahasiswa sebagai individu
dan juga bagian dari masyarakat/ organisasi/ institusi diharapkan dapat
mengimplementasikan prinsip transparansi didalam kehidupan keseharian mahasiswa.
Perlunya keterlibatan masyarakat dalam proses transparansi. Berikut rangkaian
keterlibatan masyarakat dalam proses transparansi :
a) Proses Penganggaran yang bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, imptementasi,
laporan pertanggungjawaban, dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
b) Proses Penyusunan Kegiatan atau proyek pembangunan. Hal ini terkait pula dengan
proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan anggaran pendapatan) dan
alokasi anggaran (anggaran belanja).
c) Proses Pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan dengan
strategi penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme pengelolaan proyek mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan financial, dan pertanggungjawaban
secara teknis.
d) Proses Pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan yang
berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek
yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.

9
e) Proses Evaluasi terhadap penyelenggaraan proyek yang dilakukan secara terbuka dan
bukan hanya pertanggungjawaban secara admunistratif. Tapi juga secara teknis dan
fisik dari setiap output kerja pembangunan.

3. Kewajaran
Prinsip kewajaran (fairness) dimaksudkan untuk mencegah adanya ketidakwajaran
dalam penganggaran, dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Prinsip
kewajaran terdiri atas lima sifat, yaitu:
a) Komprehensif dan Disiplin
b) Fleksibilitas
c) Terprediksi
d) Kejujuran
e) Informatif
D. Penyebab Terjadinya Korupsi
1. Faktor Internal (dari dalam diri individu)
Faktor internal korupsi terdiri dari 2 aspek, yaitu aspek individu dan aspek sosial.
- Kualitas moral individu juga berperan penting dalam penyebab terjadinya korupsi.
Adanya sifat serakah dalam diri manusia, gaya hidup yang konsumtif dan himpitan
ekonomi dapat membuat seseorang melakukan korupsi.
- Dalam aspek sosial, keluarga dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku
korup.
2. Faktor eksternal (dari luar diri individu)
Faktor eksternal korupsi terdiri dari aspek sikap masyarakat terhadap korupsi, aspek
ekonomi, aspek politik dan aspek organisasi.
a) Sikap masyarakat terhadap praktik korupsi.
Misalnya, dalam sebuah organisasi, kesalahan individu sering ditutupi demi menjaga
nama baik organisasi. Demikianlah tindak korupsi dalam sebuah organisasi sering kali
ditutup-tutupi.
b) Aspek ekonomi
Kondisi ekonomi sering membuka peluang bagi seseorang untuk korupsi. Pendapatan
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan atau saat sedang terdesak masalah ekonomi

10
membuka ruang bagi seseorang untuk melakukan jalan pintas, dan salah satunya
adalah dengan melakukan korupsi.

c) Aspek politik
Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering
terjadi. Sebagai contoh, seseorang membeli suatu atau menyuap para pemilih/anggota
partai agar dapat memenangkan sebuah jabatan.
d) Aspek organisasi
Aspek-aspek penyebab korupsi dalam sudut pandang organisasi antara lain;
- Kurang adanya teladan dari pemimpin
- Tidak adanya kultur organisasi yang benar
- Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
- Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
- Lemahnya pengawasan.
E. Upaya Memberantas Korupsi di Indonesia
Adapun upaya memberantas korupsi yang dilansir dari laman kpk.go.id, ada tiga
strategi yakni:
1. Perbaikan Sistem
Sistem yang berjalan di Indonesia dinilai masih banyak yang memberikan peluang
terjadinya tindak pidana korupsi. Agar tidak bisa melakukan korupsi, diperlukan upaya
perbaikan sistem seperti mendorong transparansi penyelenggara negara yang dilakukan
KPK menerima pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan
juga gratifikasi.
2. Edukasi dan Kampanye
Edukasi dan kampanye dilakukan agar orang tidak mau melakukan korupsi. Edukasi dan
kampanye adalah strategi pembelajaran pendidikan antikorupsi dengan tujuan
membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai dampak korupsi.
3. Represif
Strategi represif ini bertujuan agar orang takut melakukan korupsi. Upaya ini diwujudkan
dalam upaya penindakan hukum untuk membawa koruptor ke pengadilan.

11
BAB III
PENUTUP
A. Pendapat
Dalam kasus Jiwasraya ini, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengalami gagal bayar
klaim polis jatuh tempo nasabah JS Saving Plan. Kasus gagal bayar terhadap nasabah ini
disebabkan oleh indikasi JS Proteksi Plan dipasarkan melalui kerja sama dengan bank
(bancassurance) menawarkan bunga tinggi, yakni 9 persen hingga 13 persen, peluncuran
produk JS Saving Plan dengan cost of fund yang sangat tinggi. Hal itu juga disertai investasi
Jiwasraya banyak ditaruh di saham-saham yang berkualitas rendah dan tidak mempunyai
pasar yang kuat dan stabil atau biasa disebut saham gorengan. Bukan hanya itu saja, rincian
laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dinilai tidak transparan.
Dalam kasus ini seharusnya PT Asuransi Jiwasraya (Persero) jangan terlalu
menawarkan produk dengan bunga tinggi yang bisa merugikan perusahaan. Perusahaan
seharusnya juga lebih menjaga kepercayaan nasabah dengan menanamkan dana atau investasi
para nasabah di saham – saham yang memiliki kualitas tinggi atau pasar yang kuat dan stabil
serta melaporkan laporan keuangan secara transparan sehingga tidak terjadi kasus gagal bayar
nasabah seperti kasus ini.
B. Kesimpulan
PT. Asuransi Jiwasraya memiliki beraneka macam produk asuransi, salah satunya
produk asuransi JS Plan yaitu produk asuransi non unit link yang risiko sepenuhnya
ditanggung oleh perusahaan asuransi. PT. Asuransi Jiwasraya mengeluarkan produk asuransi
JS Plan pada tahun 2013 yang menjadi produk unggulan PT. Asuransi Jiwasraya.
Permasalahan timbul pada Mei 2018, dengan adanya kesalahan dalam pengelolaan dana
nasabah yang mengakibatkan pada bulan Oktober 2018 PT. Asuransi Jiwasraya
mengumumkan gagal membayar manfaat nasabah pemegang polis. BPK mengadakan
pemeriksaan dan hasil dari pemeriksaan yaitu adanya penyimpangan dalam proses investasi
dana nasabah kepada perusahaan yang kinerja keuangannya kurang baik. Pada akhirnya

12
mengakibatkan Jiwasraya melakukan tindakan wanprestasi karena pihak nasabah dirugikan
dengan tidak terpenuhinya manfaat sebagai pemegang polis. PT. Asuransi Jiwasraya telah
melanggar Pasal 31 Ayat 3 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang
menyebutkan bahwa perusahaan asuransi wajib menangani klaim dan keluhan melalui proses
yang cepat, sederhana dan adil.
PT. Asuransi Jiwasraya tidak memenuhi kewajiban sebagai perusahaan asuransi yang
baik. Pada perjanjian polis pasal 20 ayat 2 menyatakan penyerahan manfaat yang dilakukan
PT. Asuransi Jiwasraya kepada 69 nasabah pemegang polis dilakukan maksimal 14 hari
setelah nasabah pemegang polis mengajukan klaim yang disetujui oleh PT. Asuransi
Jiwasraya. PT. Asuransi Jiwasraya selaku perusahaan asuransi milik negara yang melakukan
tindakan wanprestasi yang berakibat terlambat membayarkan manfaat pada nasabahnya.
Penyelesaian permasalahan PT. Asuransi Jiwasraya dengan nasabah telah diatur pada pasal 28
perjanjian polis bahwa jika ada perselisihan maka penyelesaian pertama yang di tempuh
dilakukannya musyawarah antara para pihak, Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI),
melalui OJK, jalur hukum atau pengadilan.
C. Lampiran Kasus
Jiwasraya: Dari gagal bayar klaim triliunan rupiah hingga dugaan tindakan curang
Raja Eben Lumbanrau (Wartawan BBC News Indonesia) 18 Desember 2019
Direktur Utama Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko, mengumumkan Jiwasraya tidak
mampu membayar klaim polis nasabah yang mencapai Rp12,4 triliun pada Desember 2019.
Total utang perusahaan asuransi itu diperkirakan mencapai Rp49,6 triliun. Pengamat asuransi,
Irvan Rahardjo, menilai ketidakmampuan Jiwasraya membayar klaim polis nasabah
diakibatkan oleh "keputusan direksi yang tidak hati-hati dalam membuat produk asuransi dan
lemahnya standar protokol dalam menginvestasikan dana nasabah".
Apa 'biang masalahnya'? Irvan mengatakan ada dua ketidakcocokan yang menimbulkan
gagal bayar, yaitu mismatch bunga dan mismatch jangka waktu. Irvan menjelaskan,
ketidakcocokan pertama ada dalam produk Jiwasraya yang bernama JS Saving Plan
Jiwasraya. Menurutnya, produk itu menjanjikan imbal hasil tetap (fix return) kepada
pemegang polis. Di sisi lain, Jiwasraya menginvestasikan dana nasabah di instrumen-
instrumen keuangan yang tidak menjamin keuntungan yang tetap. "Biang masalah semua ini
karena asuransi menawarkan satu bentuk produk yang disebut Saving Plan. Saving Plan itu

13
sifatnya sebetulnya tabungan biasa, tapi kesalahan utama menjanjikan fix return, itu yang
sangat tidak dibenarkan. Jalan keluar otoritas harus melarang seluruh asuransi jiwa menjual
bentuk Saving Plan dengan janji fix return," jelasnya saat dihubungi BBC News Indonesia,
Selasa (17/12).
Faktor kedua, kata Irvan, adalah jangka waktu investasi. Jiwasraya melakukan investasi
di instrumen saham dan reksa dana berjangka panjang. Artinya, lanjut Irvan, harga saham
menjadi sangat fluktuatif dan tidak bisa ditebus setiap saat karena menimbulkan kerugian.
Namun, kepada nasabah, Jiwasraya berjanji polisnya bisa ditebus setiap tahun.
Dalam laporan keuangan pada 2017, Jiwasraya melakukan investasi terbesar hingga
Rp19,17 triliun ke reksa dana. Namun, investasi ini terus turun menjadi Rp16,32 triliun pada
2018 dan menjadi Rp6.64 triliun pada 2019. Begitu juga dengan investasi di sektor saham,
dari Rp 6,63 triliun pada 2017, menjadi Rp3,77 triliun pada 2018 dan menjadi Rp2,48 triliun
pada 2019. Untuk deposito, laporan keuangan Jiwasraya berada pada Rp4,33 trilun pada
2017, lalu turun ke Rp1,22 triliun pada 2018 dan menjadi Rp0,8 triliun pada 2019.
Apa itu JS Saving Plan? Jiwasraya mengeluarkan produk JS Saving Plan pada 2013
yang memberikan perlindungan diri dan juga jaminan dana di masa depan. JS Saving Plan
memiliki durasi kontrak selama lima tahun dengan dan nasabah bisa menarik keluar dana
investasinya setiap tahun. Terdapat tujuh bank yang memasarkan produk bancassurance yang
diketahui bernama JS Proteksi Plan Jiwasraya, yakni Bank Tabungan Negara, Standard
Chartered Bank, Bank KEB Hana Indonesia, Bank Victoria, Bank ANZ, Bank QNB
Indonesia, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk. Pembayaran premi JS Saving Plan pun dilakukan
secara sekaligus dengan premi awal mulai dari Rp100 juta. Namun, jumlah premi tersebut
bisa berbeda-beda tergantung kebijakan dari masing-masing bank mitra. Imbal hasil yang
ditawarkan bersifat tetap dengan bunga sebesar 9% hingga 13% per tahun, dan menurun
menjadi 6% sejak tahun 2018.
Data tahun 2019, terdapat sekitar 17.000 nasabah yang mengikuti JS Saving Plan dari
total sekitar 7 juta nasabah Jiwasraya. Masalah gagal bayar muncul ketika Jiwasraya
mengirimkan surat kepada bank mitra yang memasarkan produk Saving Plan pada Oktober
2018 lalu. Dalam suratnya, Jiwasraya menyampaikan penundaan pembayaran klaim sebesar
802 miliar Rupiah dan menawarkan kepada nasabah untuk memperpanjang jatuh tempo polis
dengan kompensansi bunga 7,5%, dan 5% ke nasabah yang tidak mau. Setahun bergulir, pada

14
November 2019, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI, yang
mengurusi bidang keuangan dan perbankan, terungkap Jiwasraya membutuhkan dana 32,98
triliun Rupiah demi memperbaiki permodalan.
Hingga akhirnya pada Senin (16/12) lalu, di depan anggota DPR RI, pimpinan
Jiwasraya melempar handuk putih untuk memenuhi klaim polis nasabah yang mencapai
Rp12,4 triliun pada Desember 2019 ini. "Jiwasraya tak bisa membayar (polis) karena
sumbernya dari corporate action. Saya minta maaf ke nasabah (pemegang polis)," ujar Hexana
dalam rapat komisi VI DPR RI, Senin (16/12).
Sebelumnya, dalam salinan rapat kerja yang dibacakan oleh Hexana Tri Sasongko di
DPR, Kamis (7/11), terdapat empat penyebab keuangan Jiwasraya terganggu, yaitu:
Kesalahan pembentukan harga produk saving plan yang ditawarkan dengan
jaminan return sebesar 9% hingga 13% sejak 2013 hingga 2018 dengan periode pencairan
setiap tahun. Lemahnya prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi juga menekan likuiditas
Jiwasraya. Adanya rekayasa harga saham. Tekanan likuiditas dari produk saving plan yang
berakibat pada penurunan kepercayaan nasabah.
Bagaimana nasib uang nasabah? Irvan melanjutkan, uang nasabah yang diinvestasikan
oleh Jiwasraya baik di reksa dana dan saham kini tidak akan kembali karena nilainya sudah
sangat rendah bahkan tidak berharga (junk stock). Jadi menurutnya solusi jangka pendek
Jiwasraya untuk memenuhi klaim polis para nasabah adalah dengan mendapatkan dana segar
dari investor. Dana tersebut bisa digunakan untuk membayar kewajiban Jiwasraya kepada
nasabah. "Sudah jadi junk stock, jadi nilainya sudah sangat-sangat rendah, artinya sudah
dibuang oleh pemain pasar, bahkan ada beberapa emiten yang sudah dicoret dari pasar modal.
Jadi investasi mereka di pasar modal sudah tidak berharga sama sekali," kata Irvan.
Di sisi lain, Kementerian BUMN telah melakukan upaya penyelamatan Jiwasraya, salah
satunya dengan membentuk anak perusahaan PT Jiwasraya Putra yang diberikan hak untuk
menangani asuransi di beberapa BUMN. Jiwasraya Putra merupakan hasil kerja sama dengan
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), PT Kereta Api Indonesia
(Persero), dan PT Telkomsel. Harapannya, para pelanggan di empat perusahaan tersebut dapat
menggunakan paket asuransi Jiwasraya.
Dugaan pidana dan harapan nasabah?

15
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan menempuh jalur hukum
untuk mengusut gagal bayar Jiwasraya. Ia mengatakan data-data Jiwasraya yang telah
diperoleh akan diberikan kepada kepolisian, kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Selain itu, Komisi VI DPR pun secara resmi mengeluarkan sikap politik, yaitu
merekomendasikan pencekalan terhadap direksi Jiwasraya periode 2013-2018, guna
mempermudah investigasi dan penyelidikan hukum. Kementerian BUMN pun telah
melaporkan dugaan tindakan curang (fraud) di Jiwasraya ke Kejaksaan Agung, Wakil Menteri
BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan ada tiga indikasi dugaan kecurangan yaitu janji
investasi produk yang terlalu besar, investasi asset yang tidka hati-hati, dan laporan keuangan
yang tidak transparan.
Di tengah upaya memulihkan Jiwasraya, salah satu korban yang berkewarganegaraan
Korea Selatan, Park Jihyeon berharap agar Presiden Joko Widodo turun tangan sehingga
akhirnya uang yang disimpan di Jiwasraya dapat segera cair. Park mengatakan lebih dari 400
orang Korea mengalami kasus yang sama. "Semoga Presiden Joko Widodo turun tangan.
Kami mau kirim surat ke Jokowi," katanya. Park yang fasih berbahasa Indonesia menyimpan
uangnya sebesar Rp450 juta dan seharusnya sudah bisa menerima uangnya pada 28 Oktober
2018 lalu. Namun hingga kini, uang tersebut belum juga cair. "Saya berharap uang cepat cair.
Kami kan orang asing, kami sebagai orang asing tidak menetap di Indonesia selamanya, ada
batas waktu tinggal di indonesia. Kebanyakan nasabah itu gelisah," katanya.

Berita ini diterbitkan di halaman BBC News Indonesia oleh Raja Eben Lumbanrau
(Wartawan BBC News Indonesia) pada tanggal 18 Desember 2019 dengan judul Jiwasraya:
Dari gagal bayar klaim triliunan rupiah hingga dugaan tindakan curang.
Untuk selengkapnya silakan kunjungi: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50821662
D. Lampiran Anggota
1. Maskana Eka Jaya (NIM: 2205060009) Aktif
2. Jihadun Paradis (NIM: 2205060013) Aktif
3. Fitria Mohamad (NIM: 2205060030) Aktif
4. Virda Aziza (NIM: 2205060006) Aktif

16

Anda mungkin juga menyukai