Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEJARAH

PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN


PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proklamasi adalah sebuah pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat. Pemberitahuan
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, menandakan suatu ketetapan kebebasan bagi
seluruh rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan proklamasi kemerdekaan Indonesia menunjukkan
keberanian dan sikap bangsa Indonesia menunjukan keberanian dan sikap bangsa Indonesia untuk
menentukan nasibnya sendiri.
Awalnya terdapat perbedaan sikap antara golongan tua dan gologan muda. Golongan tua tidak
mempersoalkan jika kemerdekaan adalah pemberian Jepang, lain halnya dengan golongan muda
yang mengagungkan kemerdekaan Indonesia sebagai hasil perjuangan sendiri.
Perbedaan itu membuat para perjuangan nasionalis Indonesia bekerja keras. Proklamasi bukan
berarti perjuangan selesai, masih ada perjuangann yang lebih berat lagi, menanti yaitu perjuangan
mempertahankan kemerdekaan itu sendiri.

1.2. Tujuan
Mengetahui lebih dalam tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia

PEMBAHASAN

Sejarah Proklamasi dan terbentuknya pemerintahan RI


17 Agustus merupakan momentum paling berharga dalam sejarah perjuangan bangsa kita,
karena pada tanggal tersebut Republik Indonesia di proklamirkan sebagai sebuah negara
merdeka yang berdaulat.

Untuk mengenang jasa para pahlawan besar kita yang berjuang untuk kemerdekaan, mari kita
segarkan kembali sejarah awal proklamasi dan pembentukan pemerintahan Indonesia.

Peristiwa Menyerahnya Jepang Pada Sekutu


Sampai akhir tahun 1943, kedudukan Jepang dalam perang Asia Pasifik mulai terdesak. Di
beberapa tempat tentara Jepang menderita kekalahan dari pasukan Sekutu. Amerika Serikat
akhirnya berhasil melakukan pengeboman terhadap kota Hirosima (06 Agustus 1945) dan
Nagasaki (09 Agustus 1945). Akibat pengeboman tersebut, melumpuhkan kondisi politik dan
ekonomi Jepang. Oleh karena itu, tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu.
Sesudah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia
berada dalam keadaan Vacuum of Power (kosong kekuasaan), artinya, pada saat itu tidak ada
satupun pemerintahan yang berkuasa di Indonesia. Jepang telah menyatakan kalah kepada
sekutu, sedangkan pihak Sekutu sebagai pemenang perang belum sempat menggantikan
kedudukan Jepang di Indonesia.

Dalam situasi seperti itu, merupakan peluang yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Tetapi para pemuda merasa kebingungan, karena Bung
Karno dan Bung Hatta sedang berada di Dalat (Vietnam) untuk memenuhi panggilan Jendral
Terauchi selaku panglima tentara Jepang diseluruh kawasan Asia Tenggara.

Perbedaan perspektif antara golongan tua dan golongan muda sekitar proklamasi.

Berita kekalahan Jepang terhadap Sekutu diketahui oleh kalangan pemuda bangsa Indonesia di
Bandung melalui berita siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation) di London. Setelah
mengetahui Jepang menyerah kepada Sekutu, para pemuda segera menemui Bung Karno dan
Bung Hatta di jalan Pegangaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi, Jakarta).
Dalam pertemuan itu, Sutan Syahrir sebagai juru bicara para pemuda meminta agar Bung Karno
dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia lepas dari campur tangan
Jepang. Bung Karno tidak menyetujui usul para pemuda karena proklamasi kemerdekaan perlu
dibicarakan dahulu dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Para pemuda menolak pendapat Bung Karno. Para pemuda tidak menginginkan kemerdekaan
Indonesia dianggap sebagai hadiah Jepang.
Para pemuda karena belum berhasil membujuk Bung Karno, pada tanggal 15 Agustus 1945,
pukul 20.00 WIB kembali mengadakan rapat di Lembaga Bakteriologi di jalan Pegangsaan
Timur, Jakarta (sekarang; Fakultas Kesehatan Mayarakat UI) dengan dipimpin oleh Chaerul
Saleh

Sesuai keputusan rapat, sekitar pukul 22.00 WIB, Wikana dan Darwis menemui Bung Karno
dikediamannya di jalan Pegangsaan Timur No, 56 Jakarta. Pada pertemuan tersebut Wikana
menyampaikan bahwa rapat telah menentukan kemerdekaan harus segera diproklamasikan oleh
Sukarno pada tanggal 16 gustus 1945. permintaan dan tuntutan golongan muda ditolak Bung
Karno, sebab masalah proklamasi kemerdekaan baru akan dibicarakan dalam rapat PPKI
tanggal 18 Agustus 1945.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda tidak putus asa atas penolakan itu. Mereka kemudian melaksanakan pertemuan
kembali di Asrama Baperpi, di jalan Cikini No.71 Jakarta. Rapat itu memutuskan bahwa Bung
Karno dan Bung Hatta harus dibawa keluar dari Jakarta agar tidak terpengaruh Jepang. Tugas
itu dilaksanakan oleh Syudanco Singgih (anggota Peta), Sukarni, dan Yusuf Kunto dari Jakarta.

Pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta beserta Ibu Fatmawati
dan Guntur (putranya yang masih bayi) dibawa ke Rengasdengklok, kota kawedanan di pantai
utara kabupaten Karawang, Jawa Barat, tempat kedudukan Garnisun tentara Peta.

Di Rengasdengklok tersebut terjadi lagi dialog seru, antara pemuda yang diwakili Sukarni dan
Bung Karno. Bung Karno tetap pada pendiriannya tidak mau melangkah sendiri sebelum
membiarkannya dalam rapat PPKI.

Keberadaan Sukarno akhirnya diketahui dari Wikana. Ketika itu juga, Ahmad Subarjo datang ke
Rengasdengklok dan berhasil menyakini para pemuda bahwa Proklamasi akan diucapkan
keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 WIB. Hal ini dapat
dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Syudanco Subeno
komandan kompi tentara Peta di Rengasdengklok bersedia melepaskan Sukarno – Hatta
kembali ke Jakarta.

Penyusunan teks proklamasi

Pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945, rombongan yang membawa Sukarno-Hatta tiba di
Jakarta. Setelah singgah di rumah masing-masing, kemudian bersama rombongan lainnya
menuju rumah Laksamana Maeda (seorang kepala perwakilan AL Jepang di Jakarta), jalan
Imam Bonjol No.1 Jakarta (sekarang; Museum perumusan naskah proklamasi)

Malam itu juga segera diadakan musyawarah untuk membahas persiapan proklamasi
kemerdekaan, tokoh-tokoh yang hadir saat itu ialah; Ir. Sukarno, Drs. Mohammad Hatta, Achmad
Subarjo, para anggota PPKI dan para tokoh muda, seperti; Sukarni, Sayuti Melik dan B.M.Diah
dan lain-lain.

Di ruang makan rumah Laksamana Maeda, disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia. Tiga tokoh pemuda, yakni; Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah, menyaksikan Sukarno,
Mohammad Hatta dan Achmad Subardjo, membahas perumusan naskah proklamasi
kemerdekaan. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya menunggu di serambi depan.

Perumusan naskah proklamasi kemerdekaan berjalan lancar. Kalimat pertama rumusan


merupakan buah pikir dari Sukarno dan Achmad Subarjo yang diambil dari teks Pembukaan
UUD 1945. sedangkah kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran Muhammad Hatta.

Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah
Laksamana Maeda, Jl. Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir
saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya.
Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno,
Hatta dan calon proklamator yang gagal: Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. "Huh,
diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau", gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.
Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya "lebih dari dua" proklamator.

Konsep teks proklamasi yang ditulis tangan Ir.Sukarno, segera dibacakan dihadapan hadirin
yang menunggu diruangan depan. Sukarno-Hatta mengusulkan agar yang menandatangi
naskah adalah semua yang hadir, namun Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi
ditandatangani oleh Ir.Sukarno dan Mohammad Hattta atas nama bangsa Indonesia. Akhirnya
usul tersebut disetujui, kemudian konsep teks proklamasi diserahkan kepada Sayuti Melik untuk
diketik.

Diputuskan bahwa proklamasi akan dibacakan di tempat kediaman Ir.Sukarno di jalan


Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pada pukul 10.00 WIB.
Rumah Ir.Soekarno di Batavia

Pembacaan Naskah Proklamasi

Sejak pagi hari Jum’at, tanggal 17 Agustus 1945, dirumah Ir.Sukarno, dilakukan persiapan untuk
menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh Pergerakan Nasional seperti
Sukarno, Mohammad Hatta, B.M.Diah, Fatmawati, Ahmad Subarjo, Sayuti Melik, Dr.Buntaran
Martoatmojo, Mr.AA. Maramis, Mr.Latuharhary, Abi Kusno Cokrosuyoso, Anwar Cokroaminoto,
Harsono Cokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangie, KH. Mas
Mansur, Mr.Sartono, Pandu Kartawiguna, M.Tabrani, Dr.Mawardi dan A.G. Pringgodigdo beserta
rakyat berkumpul ditempat tersebut.

Tepat pukul 10.00 WIB, upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia dimulai. Sebelum
membacakan teks proklamasi, Ir.Sukarno menyampaikan pidato pendahuluan, lengkapnya
sebagai berikut:

Saudara-saudara sekalian !
Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting
dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk
kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk
mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju
kearah tjita-tjita.

Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-
henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka.
Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada
kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam
tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat
berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-
pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat,
bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi
kami.

Setelah menyampaikan pidato dilanjutkan pembacaan teks proklamasi.


Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo,
sedangkan wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan
Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya
diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan Timur No.56
Jakarta.

Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut:

Pembacaan Proklamasi.
Disampaikan oleh Soekarno, kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi:

Demikianlah, saudara-saudara !
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, medeka kekal dan abadi.
Insya allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!

Pengibaran bendera Merah Putih.


Pengibaran dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan
peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera
Merah Putih dalam setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia
Raya.
Sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Peristiwa besar tersebut hanya berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian
pengaruhnya besar sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa
dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya
sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi lain juga merupan
detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan bagi tertib hukum
nasional, suatu tertib hukum Indonesia. Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu
sarana untuk merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur,
serta untuk ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan
manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.

Penyebaran Berita Proklamasi

Kantor berita Yoshima (Antara)


Pada tanggal 17 Agustus 1945 sekitar pukul 18.30 WIB, wartawan kantor berita Yoshima/ Domei
(sekarang: Kantor Berita Antara). Syahrudin berhasil menyampaikan salinan teks proklamasi
kepada Daidan B.Palenewen. oleh Daidan B.Palenewen, teks proklamasi tersebut diberikan
kepadaF.Wus seorang markonis (petugas telekomunikasi) di kantor berita tersebut, untuk segera
diudarakan.

Radio
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Syahrudin berhasil memasuki ruang siaran Radio Hoso Kanri
Kyoku (sekarang; Radio Republik Indonesia). Tepat pukul 19.00 WIB. Teks proklamasi
kemerdekaan berhasil disiarkan, M.Yusuf Ronodipuro, Bachtiar Lubis, dan Suprapto adalah
tokoh-tokoh yang berperan besar dalam menyiarkan berita proklamasi tersebut.

Surat kabar
Berita proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan melalui beberapa surat kabar. Surat kabar
yang pertama kali menyiarkan berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah
CAHAYA yang terbit di Bandung dan dan SOEARA ASIA yang terbit di Surabaya. Para pemuda
yang berjuang lewat pers antara lain Adam Malik, Sayuti Melik, Sutan Syahrir, B.M. Diah, Ki
Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, G.S.S.J. Ratulangi, Iwa Kusuma Sumantri, Sukoharjo
Wiryopranoto, Sumanang S.H, Manai Sophian dan Ali Hasyim.

Sarana lain
Selain melalui lembaga pemberitaan seperti radio dan surat kabar, berita proklamasi
kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui pemasangan pamflet, poster, dan spanduk.
Sejumlah besar pamflet disebarkan keberbagai penjuru kota. Pamflet, poster dan spanduk
dipasang ditempat-tempat strategis. Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga menyebar
melalui coretan pada tembok-tembok dan gerbong-gerbong kereta api.

Kronologi Terbentuknya Kelengkapan NKRI


Undang-undang Dasar 1945
Pada 1 Maret 1945, panglima tentara Jepang, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan
dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu
Junbi Cosakai) yang disingkat BPUPKI. Badan ini bertugas menyelidiki dan mempelajari
mengenai masalah tata pemerintahan atau pembentukan negara Indonesia merdeka.
Untuk melaksanakan tugasnya, BPUPKI mengumumkan nama-nama anggotanya pada tanggal
1 April 1945. Badan yang diketuai oleh dr. K.R.T Rajiman Wedyodiningrat dengan wakil
ketuanya R.P Suroso bertugas menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Badan ini diresmikan oleh
Jenderal Itagaki bersama Letnan Jenderal Yuiciro Nagano. Untuk menyiapkan kemerdekaan
Indonesia, BPUPKI mengadakan dua kali sidang, yaitu sidang pertama tanggal 29 Mei – 1 Juni
1945 dan sidang kedua pada tanggal 10 – 16 Juli 1945. Pada sidang pertama, BPUPKI lebih
banyak membicarakan masalah dasar-dasar negara. Hasil sidang pertama tersebut
ditindaklanjuti dengan pembentukan panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945. Panitia yang
dikenal dengan nama Panitia Sembilan ini menghasilkan sebuah piagam yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Jakarta yang berisi perumusan dasar negara dan pembukaan UUD 1945.
Pada sidang kedua, BPUPKI berhasil membentuk tiga panitia, yaitu sebagai berikut;
Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Sukarno;
Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno Cokrosuyoso;
Panitia Keuangan dan Perekonomian yang diketuai oleh Moh. Hatta;
Panitia perancang UUD dalam sidangnya pada tanggal 11 Juli 1945, menyepakati konsep
naskah pembukaan undang-undang dasar negara diambil dari Piagam Jakarta.Rancangan
tersebut kemudian disempurnakan lagi oleh Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar
yang diketuai oleh Mr. Supomo.

Kemudian pada tanggal 14 Juli 1945 BPUPKI menerima laporan panitia perancang UUD yang
dibacakan oleh Ir. Sukarno, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan UUD dan batang
tubuh UUD. Akhirnya BPUPKI menerima rancangan undang-undang tersebut yang dikenal
dengan UUD 1945.

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI


Pada tanggal 18 Agustus 1945 presiden dan wakil presiden RI untuk pertama kali dipilih oleh
PPKI karena MPR yang berhak memilih dan melantiknya belum terbentuk hal itu telah diatur
dalam pasal III aturan tambahan UUD 1945. Dalam sidang pertama PPKI, Otto Iskandardinata
mengusulkan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI dilakukan secara aklamasi. Akhirnya
usul disetujui. Kemudian PPKI memilih dan menetapkan Ir.Sukarno sebagai presiden dan
Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia

Pembagian Wilayah Republik Indonesia


Sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 juga telah memutuskan pembagian wilayah
Indonesia untuk sementara waktu dibagi menjadi delapan Provinsi yang masing-masing
dikepalai oleh seorang gubernur. Kedelapan provinsi beserta gubernurnya adalah sebagai
berikut;
Pembentukan Departemen

Sumatra : Mr.Teuku Mohammad Hasan


Jawa Barat : Sutarjo Kartohadikusumo.
Jawa Tengah : R. Panji Suroso.
Jawa Timur : R.A. Suryo.
Sunda Kecil (Nusa Tenggara) : Mr. I Gusti Ketut Puja
Maluku : Mr. J. Latuharhary
Sulawesi : Dr.G.S.S.J. Ratulangie
Borneo (Sekarang Kalimantan) : Ir.Pangeran Mohammad Noer

Pembentukan Departemen

Pada tanggal 2 September 1945 Presiden Sukarno berhasil menyusun cabinet RI pertama yang
terdiri atas 12 menteri departemen dan 4 menteri Negara yang susunannya sebagai berikut:

1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A.Wiranata Kusumah.


2. Menteri Luar Negeri : Mr.Achmad Subardjo
3. Menteri Keuangan : Mr.A.A. Maramis
4. Menteri Kehakiman : Prof.Mr.Dr.Supomo
5. Menteri Kemakmuran : Ir.Surachman Cokroadisuryo
6. Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
7. Menteri Kesehatan : Dr.Buntaran Martoatmojo
8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
9. Menteri Penerangan : Mr.Amir Syarifudin
10. Menteri Sosial : Mr.Iwa Kusumasumantri
11. Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Cokrosuyoso
12. Menteri Perhubungan (a.i) : Abikusno Cokrosuyoso
13. Menteri Negara : Wachid Hasyim
14. Menteri Negara : Dr.M. Amir
15. Menteri Negara : Mr.R.M. Sartono
16. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

Diangkat pula para pejabat tinggi Negara, sebagai berikut

1. Ketua Mahkamah Agung : Mr.Dr.Kusumah Atmaja


2. Jaksa Agung : Mr. Dr. Gatot Tanumiharja
3. Sekretaris Negara : Mr.A.G. Priggodigdo
4. Juru Bicara Negara : Sukarjo Wiryopranoto

Komite Nasional Indonesia Pusat dan Daerah

PPKI dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945 menegakan perlunya pembentukan suatu
Komite Nasional untuk membantu pekerjaan presiden sebelum terbentuk MPR dan DPR. Maka
pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang di Gedung Kebaktian Rakyat Jawa
(sekarang; Gedung Joang 45) Jakarta.

Salah satu hasil keputusan sidang itu adalah terbentuknya Komite Nasional Indonesia (KNI).
Badan ini berfungsi sebagai DPR sebelum pemilu diselenggarakan.

Komite Nasional terdiri atas Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Komite Nasional
Indonesia Daerah yang ada di masing-masing provinsi. KNIP diresmikan dan anggotanya dilantik
pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta. Ketua KNIP pertama
ialah Mr. Kasman Singodimejo.

Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Untuk mewujudkan lembaga yang bertugas menjaga keamanan rakyat, pada tanggal 22 Agustus
1945 PPKI mengusulkan Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR ditetapkan
sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang bertujuan untuk
memelihara keselamatan mayarakat dan merawat para korban perang, jadi, BKR pada awalnya
bukan merupakan kesatuan militer yang resmi.
Melihat perkembangan situasi yang semakin membahayakan Negara, maka pemerintah
memanggil mantan Mayor KNIL Urip Sumoharjo dari Yogyakarta ke Jakarta dan diberi tugas
membentuk tentara kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai